• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Berpikir Kritis dalam Proses Keperawatan

N/A
N/A
Aldiansyah

Academic year: 2024

Membagikan "Konsep Berpikir Kritis dalam Proses Keperawatan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

KONSEP BERPIKIR KRITIS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis Dosen Mata Kuliah : Ns. Hj. Eli Amaliyah, S.Kep., M.MKes., Ph.D

Disusun Oleh:

Kelompok 3

1.Siti Lidya Indah (8884230004)

2.Nazha Safira (8884230005)

3.Rina Kurnia (8884230009)

4.Heppatya Nurcahaya S (8884230018)

5.Ratna Kinanti (8884230026)

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG

2024

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat berkumpul dan menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Konsep Berpikir Kritis” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen kami yaitu Ibu Ns. Hj. Eli Amaliyah, S.Kep., M.Mkes., Ph.D pada mata kuliah Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang konsep berpikir kritis bagi para pembaca dan juga kami sebagai penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Hj. Eli Amaliyah, S.Kep., M.MKes., Ph.D selaku dosen Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis yang telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami juga menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari para pembaca akan kami nantikan untuk kesempurnaan makalah ini.

Serang, 30 Maret 2024

Kelompok 3

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...1

1.3 Tujuan Penulisan...1

BAB II...3

2.1 Aplikasi Proses Berpikir Kritis dalam Kehidupan Nyata...3

2.2 Penggunaan Berpikir Kritis dalam Keperawatan...5

2.3 Prinsip-Prinsip Prioritas untuk Asuhan Keperawatan...6

BAB III...7

3.1 Kesimpulan...7

3.2 Saran...7

DAFTAR PUSTAKA...8

(4)
(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Berpikir kritis merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan mencangkup interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi, Penerapan berpikir kritis dalam proses keperawatan dengan kasus yang nyata akan memberikan gambaran kepada perawat tentang pemberian asuhan keperawatan yang komprensif dan bermutu.(Budiono dan Sumirah,2015).

Berpikir kritis dalam keperawatan merupakan komponen penting dari akuntabilitas profesional dalam memberikan asuhan keperawatan berkualitas. Perawat diharapkan dapat berpikir kritis untuk memproses data yang kompleks dan membuat keputusan yang cerdas mengenai perencanaan dan pengelolaan mengingat pentingnya hal tersebut dalam pembuatan keputusan, problem solving dan clinical judgment, sedangkan kepercayaan diri mempengaruhi hampir setiap aspek kehidupan individu, dari kemampuan individu untuk berpikir optimis dan bertahan melalui kesulitan, serta pengembangan rasa percaya diri adalah komponen yang sangat penting dalam pengambilan keputusan keperawatan. (Carlos and all, 2014 dalam jurnal Tri ayunda 2018).

Asuhan keperawatan merupakan satu metode ilmiah dalam penyelesaian masalah klien.

Kemampuan perawat mengidentifikasi masalah klien dan memilih solusi intervensi yang tepat tidak lepas dari kemampuan perawat berpikir kritis, yaitu kemampuan perawat menggali alasan berdasarkan evidence base dari setiap problem dan solusi yang teridentifikasi. Kemampuan berpikir kritis dapat digunakan ketika menyelesaikan masalah keperawatan (Zori & Morrison, 2009 dalam jurnal bambang sudono, 2017). Strategi dalam peningkatan berpikir kritis dalam keperawatan ini dapat dilakukan dengan cara mengikuti pelatihan dalam masalah-masalah klinis sebagai kompetensi, melalui pembelajaran, dan pengalaman. Melalui hal tersebut perawat diharapkan dapat lebih ketat untuk berpikir kritis dan mengevaluasi asuhan keperawatan yang akan diberikan kepada pasien dengan banyak mempertimbangkan baik buruknya.

(6)

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara mengaplikasikan proses berpikir kritis pada kehidupan nyata dan adakah contohnya?

2. Bagaimana cara penggunaan berpikir kritis dalam keperawatan?

3. Apa saja prinsip-prinsip prioritas untuk asuhan keperawatan?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan cara mengaplikasikan proses berpikir kritis dalam kehidupan nyata beserta contohnya.

2. Menjelaskan cara penggunaan berpikir kritis dalam keperawatan.

3. Menjelaskan prinsip-prinsip prioritas untuk asuhan keperawatan.

(7)

BAB II[ CITATION Pak19 \l 1033 ] PEMBAHASAN

2.1Aplikasi Proses Berpikir Kritis dalam Kehidupan Nyata

Strader (2008) menyebutkan bahwa berpikir kritis merupakan proses pengujian yang menitikberatkan pendapat tentang kejadian atau fakta yang mutakhir dan menginterpretasikannya, serta mengevaluasi pendapat-pendapat tersebut untuk mengambil sebuah kesimpulan. Keterampilan berpikir kritis sebagai salah satu skill yang dituntut untuk dikuasai pada dunia revolusi industri 4.0. Perkembangan dunia digital menyebabkan beragam informasi datang dari berbagai sumber. Oleh karena itu kita dituntut untuk mampu berpikir kritis terhadap informasi tersebut, sehingga dapat memilih mana yang baik dan benar dalam rangka memperkaya pengetahuannya. Namun untuk mendapatkan kemampuan berpikir kritis, kita harus menegetahui indikator – indikator dalam berpikir kritis. Beberapa indikator kemampuan berpikir kritis telah disebutkan oleh Facione (2011):

1. Interpretasi, kemampuan untuk memahami, menjelaskan, ,dan memberi makna suatu informasi.

2. Analisis, kemampuan untuk mengidentifikasi hubungan dari informasi-informasi yang digunakan untuk menunjukan pendapat.

3. Evaluasi, kemampuan untuk menggunakan strategi yang tepat dalam menyelesaikan masalah.

4. Inferensi, kemampuan untuk mengidentifikasi dan memperoleh unsur-unsur yang diperlukan untuk membuat suatu kesimpulan.

5. Eksplanasi, kemampuan untuk menjelaskan atau menyampaikan hasil pemikiran berdasarkan bukti, metodologi, dan konteks.

6. Regulasi diri, kemampuan untuk mengatur cara berpikir.

Namun, Facione (2011) sendiri menegaskan bahwa indikator-indikator di atas masih bersifat umum dan tidak mengacu secara khusus pada kemampuan berpikir kritis di bidang tertentu. Selain indikator-indikator di atas, kita juga perlu mengetahui karakter atau ciri-ciri yang menjadi kebiasaan bagi orang yang berpikir kritis:

(8)

1. Memiliki kemampuan menganalisis yang baik 2. Mempunyai kemampuan komunikasi yang baik 3. Mampu meperoleh informasi dengan baik

4. Mempunyai sifat fleksibel dan toleran terhadap kekeliruan 5. Mempunyai pemikiran yang terbuka

6. Mampu memecahkan masalah dengan kreatif 7. Mempunyai rasa ingin tahu yang besar

Contoh Berpikir Kritis dalam Kehidupan Nyata di Bidang Kesehatan

Pasien bernama Ny. A baru saja dipindahkan ke ruang ICU post operasi, perawat A dan B lalu melakukan pengkajian rasa nyeri kepada Ny. A. Alasan pasien dipindahakan keruang ICU adalah Post Laparatomi atas indikasi Internal Bleeding.

Perawat A: Perkenalkan ibu, saya Perawat A dan rekan saya Perawat B, disini kami akan berjaga dari jam 7 pagi sampai 12 siang ya ibu, disini kami akan melakukan pemeriksaan skala nyeri pada ibu, saya akan memberikan angka dari 1-10, berapa skor nyerinya ibu?

Ny. A: 7 sus, lalu perut saya sangat sakit saat digerakkan, rasanya seperti tertusuk- tusuk, dan napas saya sesak sus. (klien meringis kesakitan)

Perawat B: Baiklah ibu, izinkan saya mengukur tekanan darah ibu dulu. Rentangkan saja kakinya dan lemaskan saja otot-otot kakinya ya bu, saya akan memberikan injeksi morfin (lalu meninggalkan pasien untuk beristirahat).

Perawat A, B dan kepala ruangan mendiskusikan intervensi pada pasien Ny. D

Perawat B: Dari pengkajian yang saya lakukan dengan perawat A, didapatkan Ny.D mengalami sesak napas pasca operasi laparatomi, tetapi lukanya tampak bersih dan tidak ada tanda-tanda kemerahan. apa yang harus kita lakukan?

(9)

Kepala ruangan: Lebih baik kita ukur temperatur Ny. D terlebih dahulu, lalu memberikannya Cefotaxim 1 gr dan antibiotik sesuai operan dokter tadi. Bagaimana dengan pemeriksaan TTVnya, apakah ada perbedaan sebelum dan setelah pemberian antibiotik?

Perawat A: Setelah diberi morfin dan antibiotik, pasien terlihat lebih tenang dari sebelumnya, tekanan darahnya juga menunjukkan angka 110/80 mmHg, dengan tekanan nadi 22X, dan suhu tubuh 37 derajat celcius. Perawat D, saya butuh bantuan anda untuk memberi antibiotik pada Ny. D.

Perawat D: Baiklah perawat A

Dikarenakan ada pergantian shift jaga maka pemeriksaan selanjutnya pun dilakukan oleh perawat D dan E

Di ruang Ny. D.

Perawat D: Perkenalkan saya Perawat D bersama Perawat E hari ini, disini kami yang akan menggantikan perawat A dan B dari jam 12 siang sampai jam 8 malam ibu sesuai dokumentasi yang telah diberikan. Izinkan saya memberikan antibiotik pada ibu ya.

Ny. A: Baik sus.

Perawat E: Bagaimana rasa nyeri yang anda rasakan sekarang? Dari skala 1-10?

Ny. A: sudah agak berkurang sus, tapi badan saya terasa sangat lemas.

Setelah Perawat D dan E melakukan tindakan, kepala ruangan bersama perawat D dan E berukumpul di ners station untuk mengevaluasi tindakan sebelumnya.

Perawat C: Pasien sepertinya harus diberi sonde 200 cc, pasien tampak pucat, dia tidak bisa memakan makanan keras saat ini. Apakah pasien sudah bisa miring kanan dan miring kiri?

Perawat D: Kami sudah memeriksanya tadi sus, pasien sudah bisa miring kanan dan kiri dan kami juga sudah memberikan antibiotik sesuai operan dokter sus.

(10)

2 hari kemudian.

Perawat E: Pasien sudah bisa makan diet NB lagi sus, dan menghabiskan setengah porsi.

Untuk miring kanan dan kiri juga sudah tanpa merasakan nyeri untuk itu saya akan melakukan dokumentasi pada Ny. D untuk sebelum dipindahkan ke rawat inap sus.

Kepala ruangan: Baiklah, kerja bagus sus

Proses mencari solusi untuk mengurangi rasa nyeri pasca post operasi laparatomi sang pasien merupakan contoh kemampuan berpikir kritis sang perawat. Sehingga dalam hal ini, kemampuan berpikir kritis bisa dijadikan sebagai ukuran profesionalisme seorang perawat.

2.2Penggunaan Berpikir Kritis dalam Keperawatan

Berpikir kritis dalam keperawatan adalah keterampilan perawat untuk menguji berbagai alasan secara rasional sebelum mengambil keputusan dalam asuhan keperawatan. Ini memberikan jaminan keamanan dan memenuhi standar pelayanan, berpikir kritis perlu dilaksanakan para perawat sebelum melakukan tindakan dalam asuhan keperawatan. Kemampuan perawat mengidentifikasi masalah klien dan memilih solusi intervensi yang tepat tidak lepas dari kemampuan berpikir kritisnya (Sudono dkk, 2017).

Pentingnya berpikir kritis dalam keperawatan karena seorang perawat harus mengambil keputusan di setiap tindakannya, bukan hanya itu perawat merencakan serta memberikan asuhan kepada kliennya. Efektifitas dan ketepatan pengambilan sebuah keputusan bagi seorang perawat membutuhkan kemahiran dalam mengumpulkan data dan juga keterampilan berpikir kritis (Sudono dkk, 2017).

Berfokus pada aspek kritis dalam praktek keperawatan bertujuan untuk mengkaji dengan cermat penggunaan bahasa, perumusan masalah, penjelasan yang jelas, serta asumsi yang kuat. Hal ini juga melibatkan evaluasi yang seksama terhadap bukti-bukti yang tersedia, penilaian terhadap kesimpulan yang dihasilkan, kemampuan untuk

(11)

membedakan argumen yang valid dan tidak valid, serta upaya untuk mencari kebenaran fakta yang relevan dengan tindakan yang diambil dalam praktik keperawatan.

Berpikir kritis dalam keperawatan memiliki lima proses, antara lain : 1. Tahap pengkajian

Pengkajian adalah proses dimana seorang perawat melakukan pemeriksaan, wawancara untuk mengumpulkan data. Tujuan dari pengkajian itu sendiri adalah untuk dapat mengumpulkan data kesehatan atau penyakit klien sehingga perawat dapat menerapkan pengetahuan dan pengalamannya. Tahap pengkajian tersebut mencakup pengumpulan data, pengelompokan atau pengorganisasian data, pemvalidasian data, dan pendokumentasian data.

2. Tahap diagnosis

Pada tahap ini merupakan suatu pernyataan dari permasalahan pasien yang berasal dari data pengkajian yang telah dianalisis. Tahap diagnosis tersebut mencakup analisis data, identifikasi masalah klien, membuat pernyataan diagnosis keperawatan, memprioritaskan diagnosis keperawatan, dan mendokumentasikan diagnosis keperawatan.

3. Tahap perencanaan

Perencanaan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien. Tahap perencanaan tersebut mencakup meletakkan prioritas, menentukan tujuan dan kriteria hasil, mengidentifikasi intervensi yang interdependen, membuat rasional tindakan dan mendokumentasikan.

4. Tahap implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan rencana tindakan yang telah ditentukan dengan tujuan kebutuhan klien terpenuhi secara optimal. Tahap implementasi

(12)

mencakup mengkaji ulang, menentukan kebutuhan akan asisten perawat, melaksanakan tindakan keperawatan, mendokumentasikan tindakan keperawatan, 5. Tahap evaluasi

Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang rencana keperawatan. Tujuan perawat dalam melakukan tahap evaluasi adalah untuk menilai efektivitas asuhan keperawatan. Tahap evaluasi mencakup mengidentifikasi kriteria hasil, mengumpulkan data dengan kriteria hasil, membandingkan data dengan kriteria hasil, mengulang dan memodifikasi perencanaan, serta mendokumentasikan catatan perkembangan (GA Pakpahan, 2019)

2.3Prinsip-Prinsip Prioritas untuk Asuhan Keperawatan

Yang harus menjadi prioritas utama dalam mengambil keputusan keperawatan adalah Mengedepankan keselamatan, keselamatan pasien harus menjadi prioritas utama dalam pengambilan keputusan. Perawat harus mempertimbangkan risiko dan manfaat dari setiap tindakan yang diambil, serta mengambil langkah-langkah untuk meminimalkan risiko dan melindungi pasien dari bahaya.

A. Langkah-langkah Perencanaan

Pada tahap perencanan dapat dilaksanakan dengan berbagai kegiatan, yaitu sebagai berikut:

1. Penentuan prioritas diagnosis

Penentuan prioritas diagnosis ini dilakukan pada tahap perencanaan setelah tahap diagnosis keperawatan. Dengan menentukan diagnosis keperawatan, maka dapat diketahui diagnosis mana yang akan dilakukan atau diatasi pertama kali atau yang segera dilakukan. Dalam menentukan prioritas terdapat beberapa pendapat urutan prioritas, di antaranya:

a. Berdasarkan tingkat kegawatan (mengancam jiwa)

Penentuan prioritas berdasarkan tingkat kegawatan (mengancam jiwa) yang dilatarbelakangi dari prinsip pertolongan pertama yaitu dengan

(13)

membagi beberapa prioritas diantaranya prioritas tinggi, prioritas sedang, dan prioritas rendah.

1) Prioritas tinggi : prioritas yang mencerminkan situasi yang mengancam kehidupan (nyawa seseorang) sehingga perlu dilakukan tindakan terlebih dahulu seperti masalah pembersihan jalan nafas.

2) Prioritas sedang : prioritas ini menggambarkan situasi yang tidak gawat dan tidak mengancam hidup klien seperti masalah personal higiene.

3) Prioritas rendah : prioritas yang menggambarkan situasi yang tidak berhubungan langsung dengan prognosis dari suatu penyakit yang secara spesifik seperti masalah keuangan dan lainnya.

b. Berdasarkan kebutuhan Maslow

Maslow menentukan prioritas diagnosis yang akan direncanakan berdasarkan urutan kebutuhan dasar manusia, diantaranya: Kebutuhan fisiologis, meliputi masalah respirasi, sirkulasi, suhu, nutrisi, nyeri, cairan, perawatan kulit, mobilisasi, dan eliminasi. Kebutuhan keselamatan dan keamanan, meliputi masalah lingkungan, kondisi tempat tinggal, perlindungan, pakaian, bebas dari infeksi dan rasa takut. Kebutuhan mencintai dan dicintai, meliputi masalah kasih sayang, seksualitas, afiliasi dalam kelompok, dan hubungan antar manusia. Kebutuhan harga diri, meliputi masalah respek dari keluarga, perasaan menghargai diri sendiri.

Kebutuhan aktualisasi diri, meliputi masalah kepuasan terhadap lingkungan.

2. Penentuan tujuan dan hasil yang diharapkan

Tujuan merupakan sinonim dari kriteria hasil yang mempunyai komponen sebagai berikut: S (Subjek), P (Predikat, K (Kriteria), K (Kondisi, W (Waktu) dengan penjabaran sebagai berikut:

S: Perilaku pasien yang diamati.

P: Kondisi yang melengkapi pasien.

K: Kata kerja yang dapat diukur atau untuk meentukan tercapainya tujuan.

(14)

K: Sesuatu yang menyebabkan asuhan diberikan.

W: Waktu yang ingin di capai.

3. Menentukan rencana tindakan

Untuk memudahkan dalam menentukan rencana tindakan, maka ada beberapa persyaratan dalam menuliskan rencana tindakan diantaranya harus terdapat unsur tanggal, kata kerja yang dapat diukur yang dapat dilihat, dirasa dan didengar, adanya subjek, hasil, target tanggal dan tanda tangan perawat.

Perawatan dan pengobatan dirancang untuk membantu pencapaian satu atau lebih dari tujuan perawatan sehingga dapat mengurangi, mencegah atau menghilangkan dari masalah pasien.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Budi, B. &. (2015). Konsep Dasar Keperawatan . Jakarta : Bumi Medika.

Crezs, V. (2021, February 23). SCRIBD. Retrieved from SCRIBD:

https://id.scribd.com/document/495605114/Aplikasi-Berpikir-Kritis-dalam-Kehidupan- Sehari

Pakpahan, G. A. (2019). Pentingnya Mengetahui Berpikir Kritis dalam Asuhan Keperawatan.

OSF Preprint, 1-7.

Sudono, B. A. (2017). Gambaran Kemampuan Berpikir Kritis Perawat Primer dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Islam Surakarta. Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia, 10.

(16)

TriAyu & Ariyanti, S. (2018). Efektivitas Metode Pembelajaran Klinik terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Kepercayaan Diri Mahasiswa Keperawatan. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah , 89-91.

Triyono, A. (2020, November 3). HAIDUNIA. Retrieved from Pendidikan:

https://www.haidunia.com/contoh-berpikir-kritis-dalam-pembelajaran-kehidupan-sehari- hari/

Referensi

Dokumen terkait

Soal Pemahaman Konsep dan Berpikir Kritis pada Konsep Koloid dengan menggunakan peta konsep .... Angket

think pair share dapat meningkatkan penguasaan konsep fisika dan berpikir kritis siswa dengan cara selama proses pembelajaran guru mampu mengon- trol proses belajar

Berpikir kritis merupakan proses berpikir kritis yang mempunyai peranan penting dalam menyelesaikan permasalahan matematika. Proses berpikir kritis sendiri memiliki

Beberapa kriteria yang dapat kita jadikan standar dalam proses berpikir kritis ini adalah kejelasan ( clarity) , tingkat akurasi ( accuracy ), tingkat kepresisian

think pair share dapat meningkatkan penguasaan konsep fisika dan berpikir kritis siswa dengan cara selama proses pembelajaran guru mampu mengon- trol proses belajar

Guru, dapat memberikan informasi pemahaman konsep, sehingga dapat dijadikan sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berpikir

Makalah membahas tentang konsep teori keperawatan Virginia

Data hubungan keterampilan berpikir kritis dengan penguasaan konsep Ringkasan data hasil uji hubungan keterampilan berpikir kritis dengan penguasaan konsep kimia larutan penyangga pada