• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Berpikir Kritis dalam Proses Keperawatan

N/A
N/A
Aldiansyah

Academic year: 2024

Membagikan "Konsep Berpikir Kritis dalam Proses Keperawatan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

KONSEP BERPIKIR KRITIS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Proses Keperawatan Berpikir Kritis Dosen Mata Kuliah : Ns. Hj. Eli Amaliah, S.Kep., M,MKes., Ph.D

Disusun Oleh : Kelompok 2

1. Salma Nur Isnaini (8884230007) 2. Daffa Shidqi Ayyasy (8884230010) 3. Alfiani Rohmawati (8884230027) 4. Farah Qanitah (8884230020) 5. Nabilah Alvi Yani (8884230029)

6. Hikam Mahadin (8884230030)

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG

2024

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul "Konsep Berpikir Kritis". Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Proses Keperawatan Berpikir Kritis yang diampu oleh Ibu Ns. Hj. Eli Amaliah, S.Kep., M,MKes., Ph.D.

Berpikir kritis merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki seseorang untuk menilai sesuatu secara objektif dan rasional dengan mempertimbangkan berbagai hal secara seksama dan mendalam. Dengan berpikir kritis, seseorang dapat menganalisis informasi dengan benar dan membuat keputusan yang tepat berdasarkan fakta-fakta yang tersedia.

Makalah ini akan menguraikan Tahapan-tahapan penyelesaian masalah, Tahapan-tahapan yang digunakan untuk membuat keputusan, Identifikasi langkah-langkah untuk meningkatkan keterampilan klinis. Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat memahami konsep dasar berpikir kritis dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan tambahan wawasan bagi pembaca.

Atas perhatian dan kerjasamanya, penulis mengucapkan terima kasih. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Serang, 19 Maret 2024

Penulis

(3)

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

BAB I PENDAHULUAN ...1

1. 1 Latar Belakang ...1

1. 2 Rumusan Masalah ...1

1. 3 Tujuan Penulisan ...1

BAB II PEMBAHASAN ...2

2. 1 Tahapan Penyelesaian Masalah ...2

2. 2 Tahapan Yang Digunakan Untuk Membuat Keputusan ...3

2. 3 Langkah-Langkah Yang Dapat Ditempuh Untuk Meningkatkan Keterampilan Klinis ...8

BAB III PENUTUP ...11

3. 1 Kesimpulan...11

3. 2 Saran ...11

DAFTAR PUSTAKA ...12

(4)

1

BAB I PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Konsep berfikir kritis melibatkan kemampuan individu untuk mengevaluasi, menganalisis, dan menyaring informasi secara objektif. Hal ini melibatkan kemampuan untuk mengenali dan menilai argumen, menemukan kelemahan dalam penalaran, dan membuat keputusan yang rasional berdasarkan bukti yang tersedia. Berfikir kritis juga mencakup kemampuan untuk mempertanyakan asumsi, mengidentifikasi bias, dan mengambil perspektif yang berbeda. Dengan demikian, berfikir kritis membantu seseorang menjadi lebih terampil dalam memecahkan masalah, membuat keputusan yang baik, dan memahami dunia dengan lebih baik.

Dalam konsep berfikir kritis, tahap penyelesaian masalah menjadi krusial. Ini melibatkan proses analisis, evaluasi, dan pemecahan masalah secara sistematis. Tahap ini melibatkan pengumpulan informasi relevan, identifikasi masalah, merumuskan hipotesis atau solusi potensial, dan menguji serta memilih solusi yang paling tepat berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.

Berfikir kritis pada tahap ini juga melibatkan kemampuan untuk mengenali dan mengatasi bias, serta mampu mempertimbangkan implikasi jangka panjang dari solusi yang dipilih.

1. 2 Rumusan Masalah

1. Apa saja ahapan-tahapan penyelesaian masalah?

2. Tahapan-tahapan apa yang digunakan untuk membuat keputusan?

3. Bagaimana langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk meningkatkan keterampilan klinis?

1. 3 Tujuan Penulisan

1. Apa saja ahapan-tahapan penyelesaian masalah?

2. Tahapan-tahapan apa yang digunakan untuk membuat keputusan?

3. Bagaimana langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk meningkatkan keterampilan klinis?

(5)

2

BAB II PEMBAHASAN

2. 1 Tahapan Penyelesaian Masalah

(Rudhito & Marpaung, 2019) Menyebutkan bahwa ada beberapa tahap guna menyelesaikan masalah, yaitu :

1. Menemukan hubungan antara informasi yang dicari dengan informasi yang diketahui:

a.) Dimulai dari informasi yang diketahui, lalu mencari titik kaitan atau hubungan antara informasi yang diketahui dengan informasi yang dicari/tujuan.

b.) Juga dapat dimulai dari informasi yang dicari/tujuan, lalu mencari titik kaitan atau hubungan dengan informasi yang diketahui.

c.) Dapat melakukan kombinasi langkah awal yaitu bergerak dari informasi yang diketahui maupun informasi yang dicari/tujuan untuk menemukan hubungan di antara keduanya.

Langkah ini dapat membawa Anda pada "tujuan-tujuan sementara", dimana Anda dapat mengubah informasi yang dimiliki menjadi tujuan sementara pertama, kemudian mengubah tujuan sementara pertama menjadi tujuan sementara kedua, begitu seterusnya hingga mencapai tujuan akhir yang ingin dicapai.

2. Masalah menjadi sub-masalah, lalu menyelesaikan masing-masing sub-masalah.

Memecah masalah menjadi sub-masalah, lalu menyelesaikan masing- masing sub-masalah. Dalam penyelesaian setiap sub-masalah, langkah-langkah yang terdapat pada poin 1 di atas dapat diterapkan. Langkah-langkah tersebut antara lain mencari hubungan antara informasi yang diketahui dan dicari, menetapkan tujuan sementara, serta mentransformasi kondisi awal menjadi tujuan sementara berikutnya hingga mencapai tujuan akhir.

3. Kesamaan atau Hubungan

Mencari kesamaan atau hubungan antara masalah yang dihadapi dengan masalah lain yang pernah diselesaikan sebelumnya. Menentukan masalah yang pernah diselesaikan yang memiliki kaitan dengan masalah saat ini.

4. Merumuskan ulang masalah

Menganalisis dan merumuskan ulang masalah yang dihadapi menjadi masalah baru yang lebih sederhana atau jelas. Hal ini dapat dilakukan dengan mengubah perumusan masalah atau menyajikan masalah dengan cara representasi yang berbeda. Untuk melakukannya, penting memahami dengan baik konsep dan prinsip-prinsip logika yang muncul dalam masalah.yang dihadapi menjadi masalah baru yang lebih sederhana atau jelas. Hal ini dapat dilakukan dengan mengubah perumusan masalah atau menyajikan masalah dengan cara representasi yang berbeda.

(6)

3

Untuk melakukannya, penting memahami dengan baik konsep dan prinsip- prinsip logika yang muncul dalam masalah.

Di halaman lain juga (Rudhito & Marpaung, 2019) menyantumkan bahwa ada tahapan lain dalam penyelesaian masalah, adapaun tahapannya adalah :

1. Pahami masalahnya.

Berikut adalah bagian untuk memahami masalahnya:

a.) Pengenalan data (diketahui/diasumsikan diketahui)

b.) Pengenalan tujuan (apa yang kita tuju/apa yang perlu kita buktikan)

c.) Mengenali kondisi, yaitu hubungan spesifik antara apa yang dicari/ditampilkan (sering disebut sebagai “unknown” dan data yang diketahui/sering disebut sebagai "given").

2. Mempertimbangkan/merencanakan strategi penyelesaian.

a.) Menyelesaikan masalah sebagian dan menentukan hubungan bagian atau bagian tersebut dengan masalah lain yang telah diselesaikan.

b.) Bergerak “berkembang” dari apa yang diketahui menuju apa yang diinginkan atau ditunjukkan.

c.) Bergerak "mundur" dari data yang dicari/ditampilkan.

d.) Mengingat masalah yang hampir mirip dan sudah terselesaikan.

e.) Mengungkapkan masalah yang sama dengan kata-kata atau cara lain.

f.) Periksa apakah semua data telah digunakan.

3. Pemecahan masalah secara umum, ini ditulis oleh seseorang yang memecahkan suatu masalah, dan ini dianggap sebagai proses pemecahan masalah. Bagian 1 dan 2 seringkali hanya sekadar pemikiran, bukan dituliskan untuk menyelesaikan masalah. Sekalipun dicatat secara tertulis, biasanya terpisah dari pelaksanaan penyelesaian masalah.

4. Review setiap langkah penerapan billing. Seringkali hal yang sangat penting ini diabaikan dan orang merasa puas dengan prosedur yang dijelaskan pada langkah 3.

2. 2 Tahapan Yang Digunakan Untuk Membuat Keputusan

Tahapan pengambilan keputusan merupakan langkah-langkah yang dilakukan oleh pemimpin dalam memutuskan dan menggunakan keputusan terbaik untuk keberlangsungan hidup perusahaan. Tahapan pengambilan keputusan tersebut seperti yang dijelaskan oleh Stoner (1990) sebagai berikut:

1. Analisis Situasi

Analisis situasi merupakan proses menganalisa kondisi lingkungan internal dan eksternal organisasi untuk yang dilakukan untuk menggali, menilai dan mengevaluasi

(7)

4

segala bentuk permasalahn organisasi sebelum pembuat dan pengguna keputusan memutuskan suatu alternatif perbaikan masalah organisasi. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui masalah dalam organisasi diukur dengan perbedaan antara level hasil karya yang telah diuraikan dalam tujuan dan sasaran dengan tingkat hasil karya yang dicapai yang diajdikan bahan untuk pengambilan keputusan (Rohayuningsih &

Handoyo, 2015). Analisis situasi juga berkenaan dengan pengenalan masalah atau kesempatan muncul dan diagnosis dibuat Diketahui bahwa masalah yang berat mendapatkan diagnosis yang ekstensif dan sistematis, tetapi masalah yang sederhana tidak (Kusnadi, 2015).

Analisa situasi juga dijelaskan sebagai kegiatan intelegensi yaitu menyelidiki lingkungan bagi kondisi mengambil keputusan, data mentah diperoleh, diproses, dan diperiksa untuk pertunjukan yang dapat mengidentifikasi masalah (Simon, Noor, 2020). Pengambilan keputusan yang dilakukan atas nama suatu organisasi harus memperhatikan juga faktor eksternal atau internal atau keduanya sekaligus, sebab persoalan suatu organisasi penyebabnya bisa dari luar dan dari dalam organisasi (Rosemarie, n.d). Analisis situasi organisasi dibagi atas dua analisis yaitu analisis lingkungan internal dan eksternal organisasi yang dijelaskan sebagai berikut:

Pertama analisis internal organisasi sebelum membuat keputusan berkenaan dengan kompetensi, sumber daya, kekuatan dan kelemahan dari organisasi itu sendiri (Yulianti, 2014). Analisis internal perusahaan bertujuan untuk mengidentifikasi sejumlah kekuatan dan kelemahan yang terdapat pada sumber daya dan proses bisnis internal yang dimiliki organisasi (Susanthi, 2017). Analisis situasi internal organisasi terdiri dari: struktur adalah bagaimana perusahaan diorganisasikan yang berkenaan dengan komunikasi, wewenang dan arus kerja; budaya merupakan pola keyakinan, pengharapan, dan nilai-nilai yang dibagikan oleh anggota organisasi dan sumber daya adalah aset yang merupakan bahan baku bagi produksi barang dan jasa organisasi (Wheelen & Hunger, Riyanto, 2018).

Kedua analisis lingkungan eksternal organisasi berkaiatan dengan kondisi politik, sosial, ekonomi, teknologi dan lain sebagainya (Yulianti, 2014). Analisis ini dilakukan untuk megidentifikasi peluang yang dihadapi suatu organisasi sehingga manajer dapat merumuskan strategi guna mengambil keuntungan dari berbagai peluang tersebut dan menghindar atau meminimalkan dampak dari ancaman potensial yang muncul (Susanthi, 2017). Pada tahap ini organisasi harus mengaitkan informasi dengan ketidakpastian lingkungan dengan mengacu pada kondisi lingkungan eksternal yang sulit diramalkan perubahannya yang sangat berhubungan dengan kemampuan anggota organisasi dalam pengambilan keputusan (Clark, Riyanto, 2018).

2. Pengembangan Alternatif

Setelah melakukan Analisa situasi organisasi, maka langkah selanjutnya adalah

(8)

5

pengembangan alternatif keputusan yang dilakukan dengan Menyusun dan mengumpulkan beberapa alternatif keputusan yang memungkinkan untuk menyelsaikan masalah organisasi dan berdampak positif terhadap kinerja organisasi.

Pengembangan alternatif dilakukan dengan mengembangkan beberapa alternatif yang dapat dilaksanakan dan harus dipertimbangkan konsekuensi yang mungkin dari tiap- tiap alternatif (Rohayuningsih & Handoyo, 2015). tahap ini juga dikatakan sebagai pencarian prosedur atau solusi standar yang ada mendesain solusi yang baru yang diketahui bahwa proses desain merupakan proses pencarian percobaan di mana pembuat keputusan hanya mempunyai ide solusi ideal yang tidak jelas (Kusnadi, 2015).

Pengembangan alternatif merupakan kegiatan menemukan, mengembangkan, dan menanalisis kegiatan yang mungkin dilakukan yang mana hal ini mencakup proses memahami masalah, membangkitkan cara pemecahan, dan menguji pemecahan untuk mengetahui mungkin tidaknya dilaksanakan (Simon, Noor, 2020). Develop alternatives dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai cara yang mungkin bagi pemecahan masalah tanpa melupakan rentang waktu untuk membuat keputusan (Sola, 2018). Pada tahap ini pembuat keputusan selalu mengusahakan alternatif-alternatif yang baik beserta konsekuensinya, baik positif maupun negative terhadap organisasi sehingga pembuat keputusan harus dapat mengadakan perkiraan sebaikbaiknya dengan mengarah pada kecenderungan dari data yang telah terkumpul dan tersusun secara kronologis, menggunakan analisis sebab akibat dan didasarkan pada kekuatan intuisi (Anwar, 2014). Pembuat keputusan harus menimbang kriteria yang telah diidentifikasikan sebelumnya guna memberi mereka prioritas yang tepat dalam keputusan tersebut (Robbins & Judge, Rizky, 2020).

Pengebangan keputusan hendaknya selalu diusahakan adanya alternatif- alternatif beserta konsekuensinya, baik positif maupun negatif, oleh sebab itu, seorang pimpinan harus dapat mengadakan perkiraan sebaik-baiknya (Sukmawati, 2021).

Alternatif-alternatif ini diperlukan untuk sampai kepada pilihan keputusan yang tepat dengan resiko yang sangat minimal. Identifikasi alternatif solusi ini ditentukan oleh:

latar belakang pendidikan, pengalaman hidup, tingkat kecerdasan, kemampuan antisipatif, kemampuan berfikir kedepan, imaginasi, cita-cita, kreativitas, dan kemampuan untuk melihat secara jeli setiap resiko dan dampak serta peluang yang mungkin diciptakan oleh suatu alternatif keputusan tertentu (Suryadi, n.d).

3. Evaluasi Alternatif

Setelah berbagai alternatif keputusan terumuskan, maka berikkutnya adalah mengevaluasi masing-masing alternatif dengan mempertimbangkan urutan urgensitas alternatif yang telah dibuat dengan memperhatikan dampak negative dan positif yang akan ditimbulkan oleh masing-masing alternatif. Setelah alternatif dikembangkan,

(9)

6

maka alternatif tersebut harus dievaluasi dan dibandingkan dengan memperhatikan bahwa alternatif terpilih nanti memberikan hasil yang paling menguntungkan dan paling kecil kerugiannya (Rohayuningsih & Handoyo, 2015). Mengevaluasi setiap alternatif dengan seksama, hal ini dilakukan dengan menilai setiap alternatif dalam setiap kriteria melalui kelebihan dan kekurangan setiap alternatif menjadi jelas ketika alternatif tersebut di evalusi (Robbins & Judge, Rizky, 2020).

Evaluate alternatives memberikan penilaian pada setiap alternative. Penilaian tersebut memperhatikan kelebihan dan kelemahan masing-masing alternative dengan cara menilai kelebihan dan kelemahan alternatif, seperti membuat daftar pro dan kontra masing-masing alternative, menilai manfaat tiap alternative, termasuk aspek dana yang harus dikeluarkan jika alternative solusi memerlukan (Sola, 2018). Dalam menilai alternatif, harus memperhatikan alternatif solusi itu harus tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan; altertnatif solusi itu harus jelas dampak; resiko dan peluang yang mungkin diciptakan; alternatif solusi itu harus feasible untuk dilaksanakan; alternatif solusi itu harus tidak bertentangan dengan nilai, etika, moral yang dipegang oleh anggota organisasi dan oleh organisasi; serta alternatif solusi itu harus membawa perubahan bagi organisasi menuju yang lebih baik dari keadaan sekarang (Suryadi, n.d).

Tahap ini mulai berlangsung analisis tehadap berbagai alternatif yang sudah dikemukakan pada tahapan sebelumnya dan juga disusun juga kriteria tentang alternatif yang sesuai dengan tujuan dan sasaran pengambilan keputusan dengan hasil berupa beberapa alternatif yang dipandang layak untuk dilaksanakan (Gibson, Suseno, 2017). Evaluasi terhadap alternatif keputusan dilakukan untuk mengantisipasi akibat pemilihan alternatif ini barangkali merupakan aspek yang paling menyulitkan dalam proses pemecahan masalah dan hal ini disebabkan karena banyak faktor yang harus dipertimbangkan (Winrich, Noor, 2020). Dalam mengevaluasi alternati keputusan dapat dilakukan dengan menilai keuntungan dan kerugian atau kekuatan dan kelemahan dari masing-masing alternatif di dalam memecahkan masalah dan menjawab peluang yang ada merupakan langkah yang akan menentukan pilihan (Mondy & Premeaux, Sirojudin, 2019).

4. Pemilihan Alternatif Terbaik

Memilih alternatif adalah proses menetapkan penggunaan alternati untuk memecahkan masalah organisasi supaya dapat mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya (Rohayuningsih & Handoyo, 2015). Pemilihan satu alternatif yang dianggap paling tepat untuk memecahkan masalah tertentu dilakukan atas dasar pertimbangan yang matang atau rekomendasi karena akan menentukan alternatif yang dipakai akan berhasil atau sebaliknya (Anwar, 2014). Penentuan pilihan solusi atau keputusan ini dalam tahapan pembuatan keputusan merupakan tahapan yang sangat

(10)

7

kritis dan sangat menentukan yang mana pembuat keputusan atas dasar semua pilihan yang tersedia, dengan berbagai resiko, dampak dan peluang akhirnya harus sampai pada suatu titik pilihan keputusan. Pilihan ini harus diambil dengan kecermatan, kejelian, keberanian, tanggung jawab, dan komitmen yang besar (Suryadi, n.d).

Tahap ini memungkinkan beberapa alternatif yang layak tersebut di atas harus dipilih satu alternatif yang terbaik dengan mempertimbangkan ketersediaan sumberdaya, keefektifan alternatif dalam memecahkan persoalan, kemampuan alternatif untuk mencapai tujuan dan sasaran, dan daya saing alternatif pada masa yang akan datang (Gibson, Suseno, 2017). Pemilihan alternatif pemecahan masalah, pemimpin perlu melibatkan semua pihak yang terlibat dalam organisasi karena kekuasaan pimpinan tidak dapat dioperasionalkan apabila tidak didukung dan dibantu oleh seluruh personal yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang berbeda-beda yang mana pimpinan harus mengembangkan konsep kerja sama antar personal agar pelaksanaan alternatif pemecahan masalah lebih cepat dan mudah (Sukmawati, 2021).

Apabila orang yang menentukan alternatif atau pilihan itu tidak sendirian dan jumlah alternatif yang diajukan cukup banyak, maka harus diadakan penentuan berdasarkan tujuan yan mendasar dan skala prioritas dari lembaga itu sendiri. Jika satu alternatif sudah dipilih, maka sebaiknya segera dilaksanakan (Winrich, Noor, 2020).

Adapun tindakan memilih altematif terbaik dari sejumlah alternatif yang diajukan dalam mendukung keberhasilan pemecahan masalah dan menjawab peluang yang ada dalam organisasi merupakan langkah keempat.Pemilihan altematif itu sekaligus menetapkannya untuk dilaksanakan sebagai keputusan yang diambil bagi organisasi (Mondy & Premeaux, Sirojudin, 2019).

5. Melaksanakan Alternatif

Pelaksanaan keputusan terpilih merupakan tahap dimana pembuat dan pelaksana keputusan mulai mengaplikasikan keputusan terpilih dan sudah disepakati bersama. Pengaplikasian keputusan ini agar berjalan dengan sukses, maka perlu melibatkan seluruh sumber daya manusia dalam organisasi untuk saling bahu- membahu mensukseskan keputusan terpilih untuk mencapai sasaran organisasi.

Pelaksanaan keputusan berarti seorang pemimpin harus mampu menerima dampak yang positif atau negative ketika menerima dampak yang negatif, pemimpin harus juga mempunyai alternatif yang lain (Anwar, 2014). Dalam melaksanakan keputusan seluruh stakeholder harus sama-sama menerima konsekwensi negative dan positif yang akan ditimbulkan selama proses palikasi keputusan terpilih.

Dalam melaksanakan keputusan, maka terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu menentukan keputusan-keputusan kunci yang dibutuhkan untuk menerapkan suatu strategi; mengidentifikasi masalah-masalah penting, data, dan analisis yang dibutuhkan; memerinci peranan dan tanggung jawab setiap individu dan

(11)

8

kelompok yang terlibat; menjelaskan tentang proses dan waktu manakala orang dan informasi yang dibutuhkan akan bertemu (Hesselbein, Sirojudin, 2019). Keputusan yang baik harus dilaksanakan yang merupakan abstraksi dari keputusan, sedangkan baik tidaknya baru dapat dilihat dari pelaksanaannya yang mana dalam pelaksanaannya perlu dilakukan pengendalian dan evaluasi untuk menjaga agar pelaksanaan keputusan tersebut sesuai dengan yang sudah diputuskan (Gibson, Suseno, 2017) (Maylanie, 2022).

2. 3 Langkah-Langkah Yang Dapat Ditempuh Untuk Meningkatkan Keterampilan Klinis

Penalaran klinis adalah "proses dimana perawat mengumpulkan data, merencanakan dan mengimplementasikan intervensi, mengevaluasi hasil, merefleksikan dan memproses informasi, sampai pada pemahaman tentang masalah atau situasi pasien.

Penalaran klinis adalah proses penalaran disiplin ilmu yang spesifik dalam keperawatan, meliputi proses kognitif di mana perawat menggabungkan data pasien, pengetahuan, pengalaman, nilai-nilai profesional, dan refleksi-in-action untuk membuat keputusan keperawatan. Penalaran klinis dalam keperawatan sangat penting untuk perawatan yang aman dan efektif. Pada tahap pendidikan klinik mahasiswa akan belajar melalui pasien dan langsung mengaplikasikan penalaran klinik dalam menyelesaikan masalah pasien (Tahisa

& Kusumawati, 2020).

Penalaran klinik dipahami sebagai proses berpikir dan pengambilan keputusan yang terintegrasi dalam praktik klinis keperawatan dan pelayanan kesehatan. Penalaran klinis dalam keperawatan adalah proses mental yang kompleks dan dinamis. Ini terjadi dalam mengidentifikasi asuhan keperawatan, dan pengambilan keputusan yang tepat sesuai asuhan keperawatan. Penalaran klinik termasuk kegiatan diagnosis, pemecahan masalah, spesifikasi hasil, dan berpikir kritis. Semua itu terjadi ketika perawat menggabungkan proses keperawatan dalam praktik keperawatan. Perawat membutuhkan keterampilan penalaran untuk dapat memahami dan menentukan masalah kesehatan pasien yang beragam (Tahisa & Kusumawati, 2020).

Penalaran klinis adalah istilah khusus yang didefinisikan sebagai kombinasi pengetahuan teoritis dan keterampilan teknis dalam proses keperawatan untuk memberikan perawatan kepada pasien yang efektif. Berpikir kritis dan penalaran klinis tidak sama, perawat menggunakan keterampilan keduanya untuk membuat klinis yang baik. Perawat menggunakan clinical reasoning dalam pengambilan keputusan terhadap perawatan pasien, baik yang bersifat autonomi, kolaboratif maupun interdisipliner. Keterampilan clinical reasoning ini bertujuan agar perawatan yang diberikan kepada pasien tidak hanya berorientasi pada terlaksananya sebagai tugas seorang

(12)

9

perawat, melainkan berdasarkan proses berpikir. Menurut Tanner (2006), penalaran klinis melibatkan empat aspek atau fase utama: memperhatikan, menafsirkan, merespons, dan merefleksikan. Perawat yang memiliki keterampilan penalaran klinis yang efektif kemungkinan besar akan memiliki pengaruh positif pada pasien. Sebaliknya, perawat dengan keterampilan penalaran klinis yang buruk kemungkinan besar akan gagal dalam melakukan tindakan pada pasien. Mahasiswa keperawatan adalah pemikir pemula profesional perawatan kesehatan. Karena itu, para mahasiswa ini membutuhkan teori pengetahuan untuk situasi klinis tertentu, dan pendidik perawat harus dapat membantu mahasiswa dalam pengembangan keterampilan penalaran klinis mereka (Tahisa &

Kusumawati, 2020).

Strategi untuk mengembangkan dan mengukur keterampilan penalaran klinis dalam keperawatan membahas beberapa strategi pengajaran untuk penalaran klinis dalam pendidikan keperawatan. Strategi-strategi dalam meningkatkan diantaranya, pengujian hipotesis berulang, model interaktif, berpikir kritis, kegiatan pembelajaran berbasis konsep pemetaan konsep dan refleksi tentang tindakan. Strategi metode pendidikan yang sering digunakan dalam meningkatkan proses penalaran klinis adalah pembelajaran berbasis masalah (PBL). Pendekatan lain yang mungkin efektif dalam pengembangan keterampilan penalaran klinis pada mahasiswa keperawatan dengan melibatkan penggunaan kasus kesehatan berbasis skenario. Problem Based Learning merupakan salah satu metode adult learning. Mahasiswa akan belajar menganalisa dan memecahkan sebuah kasus dengan dengan menggunakan metode seven jump. Tahapan-tahapan dalam seven jump diantaranya Step-1: mengklarifikasi istilah yang tidak dipahami, Step-2: mengidentifikasi masalah, Step-3: brain storming, Step-4: menganalisis masalah, menganalisis masalah pada PBL (seven jump) ini mengajarkan mahasiswa mengetahui mekanisme tindakan yang sedang dilakukan, menjelaskan kenapa tindakan tersebut dilakukan, serta tujuan melakukan tindakan keperawatan tersebut, Step-5: menentukan LO (learning objectives) atau mengidentifikasi tujuan belajar, Step-6: belajar mandiri, Step-7: mensintesis dan memeriksa. Kegiatan PBL dapat meningkatkan keterampilan penalaran klinis siswa keperawatan dengan menggunakan pendekatan pengajaran yang dikembangkan dengan baik melibatkan kegiatan pembelajaran PBL. Hal ini dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa (Tahisa & Kusumawati, 2020).

Proses PBL dirancang sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan penalaran klinis, dengan cara penyajian kasus sebagai pemicu pembelajaran mahasiswa. Masalah dapat diambil dari masalah pasien, masalah kesehatan, masalah pelayanan, sistem rujukan, administrasi kesehatan dan epidemiologi penyakit. Masalah ini akan memunculkan keterampilan berpikir kritis dan ilmu kedokteran yang terkait. Kemudian mahasiswa melakukan diskusi, melakukan kajian secara independen yang berkaitan dengan kasus, mereka dapat mencari dari berbagai sumber pengetahuan (buku, artikel, jurnal penelitian,

(13)

10

wawancara maupun observasi). Kemudian mahasiswa menyajikan solusi yang mereka temukan. Kemudian menghubungkan masing-masing solusi dengan temuan yang diharapkan baik dari pengkajian sampai evaluasi (Tahisa & Kusumawati, 2020).

(14)

11

BAB III PENUTUP

3. 1 Kesimpulan

Penalaran klinis adalah proses dimana perawat mengumpulkan data, merencanakan dan mengimplementasikan intervensi, mengevaluasi hasil, merefleksikan dan memproses informasi, sampai pada pemahaman tentang masalah atau situasi pasien.

Ada beberapa tahap guna menyelesaikan masalah, yaitu menemukan hubungan antara informasi yang dicari dengan informasi, masalah menjadi sub-masalah, lalu menyelesaikan masing-masing sub-masalah, kesamaan atau hubungan, merumuskan ulang masalah. Terdapat juga tahapan lain dalam penyelesaian masalah, adapun tahapannya adalah pahami masalahnya, mempertimbangkan/merencanakan strategi penyelesaian pemecahan masalah secara umum, review setiap langkah penerapan billing.

Tahapan pengambilan keputusan terdiri dari Analisis Situasi, Pengembangan Alternatif, Evaluasi Alternatif, Pemilihan Alternatif Terbaik, Melaksanakan Alternatif.

3. 2 Saran

Penulis dalam makalah ini masih belum sepenuhnya sempurna. Namun penulis berharap dengan adanya makalah berpikir kritis ini, pembaca bisa mengerti tahapan dari penyelesaian masalah, tahapan untuk membuat keputusan, dan langkah langkah meningkatkan keterampilan klinis. Kiranya pembaca bisa memberikan kritik dan saran mengenai kekurangan dari makalah ini.

(15)

12

DAFTAR PUSTAKA

Maylanie, J. T. (2022). Tahapan Pengambilan Keputusan. OPTIMAL:Jurnal Ekonomi dan Manajemen, 263-274.

Rudhito, M. A., & Marpaung, Y. (2019). ALJABAR ABSTRAK. Yogyakarta: MATEMATIKA.

Tahisa, M., & Kusumawati, W. (2020). Pengaruh Problem Based Learning (PBL) Terhadap Proses Penalaran Klinis Pada Mahasiswa Keperawatan: Literatur Rewiew. Journal Of TSCNers, 76-92.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis dan pemahaman konsep gerak siswa SMP serta korelasi antara kemempuan berpikir kritis

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Konsep Pencemaran Lingkungan

Soal Pemahaman Konsep dan Berpikir Kritis pada Konsep Koloid dengan menggunakan peta konsep .... Angket

Berpikir kritis merupakan proses berpikir kritis yang mempunyai peranan penting dalam menyelesaikan permasalahan matematika. Proses berpikir kritis sendiri memiliki

Definisi berpikir kritis menurut Walker (2006) :Berpikir kritis adalah suatu proses intelektual dalam pembuatan konsep, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis, dan

Guru, dapat memberikan informasi pemahaman konsep, sehingga dapat dijadikan sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berpikir

Berkaitan dengan struktur berpikir kritis, menurut Edward Glaser bahwa keterampilan penting dalam pemikiran kritis dapat dipandang sebagai landasan untuk berpikir kritis mencakup

Data hubungan keterampilan berpikir kritis dengan penguasaan konsep Ringkasan data hasil uji hubungan keterampilan berpikir kritis dengan penguasaan konsep kimia larutan penyangga pada