MAKALAH
KLASIFIKASI TUJUAN PEMBELAJARAN
Disusun Untuk Memenuhi tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Matematika Dosen Pengampu:
Dr. Suwarno, M. Pd.
Di susun oleh:
Miftachul Rochmaniyah NIM: 221101070032
Aini Faiqotul Himmah NIM: 222101070004
Ahmad Afton Alfarizi NIM: 221101070041
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
TADRIS MATEMATIKA 2024
PEMBAHASAN A. Klasifikasi Tujuan Pembelajaran
Klasifikasi adalah proses pengelompokan informasi, konsep, atau objek menjadi kategori atau kelompok berdasarkan kesamaan atau hubungan tertentu.
Dalam konteks pembelajaran klasifikasi merupakan proses mengorganisir informasi ke dalam kategori – kategori yang teratur untuk memudahkan pemahaman, penyimpanan, dan pemulihan informasi. Dengan adanya kalsifikasi ini membantu dalam pemecahan masalah, analisis, evaluasi, serta memfasilitasi pembelajaran lanjutan dan mempermudah peserta didik dalam memahami, menganalisis, dan menggunakan informasi dengan lebih efektif.
Tujuan pembelajaran merupakan pernyataan spesifik tentang apa yang diharapkan dicapai oleh peserta didik setelah menyelesaikan suatu proses pembelajaran atau aktivitas pembelajaran tertentu. Tujuan pembelajaran mencakup keterampilan, pengetahuan, atau sikap yang diinginkan untuk dimiliki atau dikuasai peserta didik sebagai hasil dari pengalaman belajar.
Salah satu tujuan dalam pembelajaran matematika, yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
Tujuan pembelajaran yang baik biasanya memenuhi kriteria yang spesifik, mengukur, terukur, realistis, relevan, dan terarah pada hasil. Dimana maksud spesifik ini tujuan pembelajaran harus jelas dan spesifik dalam menentukan apa yang ingin dicapai oleh peserta didik. Mengukur yaitu tujuan pembelajaran harus dapat diukur sehingga kemajuan peserta didik dapat dinilai dengan jelas. Terukur disini tujuan pembelajaran harus dapat diukur dalam hal kualitas atau kuantitas, sehingga kemajuan peserta didik dapat diukur secara objektif. Realistis dimana tujuan pembelajaran harus dapat dicapai dengan sumber daya yang tersedia dan dalam waktu yang diberikan. Relavan dimana tujuan pembelajaran harus relavan dengan kebutuhan dan konteks peserta didik serta pembelajaran yang sedang dilakukan. Sedangkan terarah pada hasil yaitu tujuan pembelajaran harus berfokus pada proses pembelajaran itu sendiri.
Tujuan pembelajaran sering kali dirumuskan dengan menggunakan kata kerja yang dapat menggambarkan tingkat pengetahuan atau keterampilan yang diinginkan, seperti
"memahami", "menguasai", "menerapkan", "mengevaluasi", atau "menciptakan". Dengan merumuskan tujuan pembelajaran yang jelas dan terukur, pengajar dapat merencanakan pembelajaran yang efektif dan peserta didik dapat memahami dengan jelas apa yang diharapkan dari mereka.
Klasifikasi tujuan pembelajaran meliputi beberapa jenis tujuan yang umumnya dibagi berdasarkan ranah psikomotorik, ranah kognitif, ranah afektif.
a. Ranah Kognitif
Ranah kognitif berisi tentang perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
Indikator kognitif proses merupakan perilaku (behavior) siswa yang diharapkan muncul setelah melakukan serangkaian kegiatan untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Selain ranah afektif dan psikomotorik, hasil belajar yang perlu diperhatikan adalah dalam ranah kognitif. Seseorang dapat dikatakan telah belajar sesuatu dalam dirinya apabila telah terjadi perubahan, akan tetapi tidak semua perubahan terjadi. Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan belajar dan hasil belajar sebagai produk dari proses belajar. Perilaku ini sejalan dengan keterampilan proses sains, tetapi yang karakteristiknya untuk mengembangkan kemampuan berfikir siswa.
Indikator kognitif produk berkaitan dengan perilaku siswa yang diharapkan tumbuh untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Indikator kognitif produk disusun dengan menggunakan kata kerja operasional aspek kognitif.
Ranah Kognitif meliputi hal berikut:
1. Pengetahuan: Tujuan ini berkaitan dengan pemahaman konsep, fakta, prinsip, atau teori.
2. Pemahaman: Meliputi kemampuan untuk merangkum informasi, menjelaskan konsep, atau menyimpulkan ide.
3. Penerapan: Merupakan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dalam situasi praktis atau baru.
4. Analisis: Mencakup kemampuan menguraikan informasi menjadi bagian-bagian terpisah untuk memahami hubungan antar bagian.
5. Evaluasi: Tujuan ini mencakup kemampuan menilai atau mengevaluasi informasi atau ide.
6. Penciptaan: Merupakan kemampuan untuk menghasilkan ide baru, produk, atau karya berdasarkan pengetahuan yang dikuasai.
b. Ranah Psikomotorik
Psikomotorik adalah domain yang meliputi perilaku Gerakan dan koordinasi jasmani, keterampilan motoric dan kemampuan fisik seseorang. Hasil belajar Psikomotorik merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif. Hal ini akan dapat setelah peseerta didk menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung pada kedua ranah tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Ranah Psikomotor meliputi hal berikut:
1. Persepsi: Melibatkan pengenalan atau pemahaman informasi sensorik.
2. Pertahanan: Merupakan kemampuan untuk meniru gerakan atau tindakan yang diamati.
3. Kontrol: Tujuan ini melibatkan kemampuan untuk melakukan gerakan atau tindakan dengan koordinasi yang baik.
4. Respon: Merupakan kemampuan untuk menanggapi rangsangan atau situasi dengan gerakan atau tindakan yang sesuai.
5. Penggunaan: Melibatkan kemampuan untuk menggunakan keterampilan motorik dalam konteks yang relevan.
c. Ranah Afektif
Ranah Afektif adalah ranah yang berkaitan dengan kemampuan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar dari ranah Afektif tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial. Implikasi praktis yang dapat digunakan guru untuk menuangkan tingkatan ranah Afektif tersebut adalah dengan menyesuaikan dengan aspek-aspek penilaian yang tertuang dalam rapor peserta didik.
Aspek-aspek tersebut adalah aspek kelakuan, kerajinan, kebersihan, kerapian, dan kedisiplinan.
Aspek-aspek ini bisa menjadi tolak ukur bagi guru dalam melaksanakan penilaian ranah Afektif.
Ranah Afektif meliputi hal berikut:
1. Menerima: Melibatkan penerimaan sikap, nilai, atau keyakinan baru.
2. Tanggapan: Tujuan ini mencakup reaksi emosional atau tanggapan terhadap informasi atau pengalaman.
3. Penilaian: Merupakan kemampuan untuk mengevaluasi nilai, sikap, atau keyakinan yang dimiliki.
4. Organisasi: Melibatkan pengaturan sikap, nilai, atau keyakinan ke dalam hierarki yang teratur.
5. Karakterisasi oleh Nilai: Merupakan tingkat tertinggi dari domain afektif, di mana seseorang telah menginternalisasi nilai-nilai dan keyakinan ke dalam identitas mereka.
Dengan adanya klasifikasi pengajar dapat merencanakan tujuan pembelajaran yang komperhensif yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diinginkan peserta didik.
B. Contoh konkret dalam pembelajaran Matematika berdasarkan Klasifikasi Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran: Analisis
Contoh: sebuah trapesium memliki panjang sisi- sisi berikut: AB=8 cm, BC=5cm, CD=10 cm, dan DA= 7cm.
Tentukan tinggi trapesium tersebut jika diagonal AC dan BD bersilangan dengan di titik O.
Penjelasan:
1. Pengetahuan: Untuk menyelesaikan masalah ini, siswa perlu memahami konsep trapesium dan propertinya.
Mereka harus tahu bahwa trapesium adalah sebuah bangun datar dengan setidaknya satu pasang sisi sejajar.
2. Pemahaman: Siswa perlu memahami bahwa ketika dua diagonal trapesium bersilangan, mereka membagi trapesium menjadi dua segitiga. Mereka juga perlu memahami bahwa luas trapesium dapat dihitung dengan rumus 1/2 x (jumlah alas sejajar) x tinggi.
3. Penerapan: Dalam tahap ini, siswa akan menerapkan pengetahuan dan pemahaman mereka untuk menyelesaikan masalah tersebut. Mereka akan menggunakan informasi tentang panjang sisi-sisi trapesium untuk menentukan tinggi trapesium dengan menggunakan rumus luas trapesium.
4. Analisis: Setelah menghitung, siswa akan menganalisis hasil perhitungan mereka untuk memastikan bahwa mereka telah mengidentifikasi dengan benar tinggi trapesium.
5. Evaluasi: Mereka akan mengevaluasi solusi mereka untuk memastikan bahwa tinggi yang mereka temukan konsisten dengan informasi yang diberikan dalam soal. Mereka juga akan mengevaluasi proses mereka dalam menyelesaikan masalah ini.
6. Penciptaan: Mungkin tidak ada aspek penciptaan yang spesifik dalam konteks soal ini, tetapi siswa dapat diminta untuk menciptakan variasi soal serupa atau menemukan berbagai metode untuk menyelesaikan masalah yang serupa.
DAFTAR PUSTAKA
Aledya, V. (2019). Kemampuan Konsep Matematika Pada Siswa. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Pada Siswa, 2(May), 0–7.
Aryanto, H., Azizah, M. D., Nuraini, V. A., & Sagita, L. (2021). Inovasi Tujuan Pendidikan di Indonesia. JIRA: Jurnal Inovasi Dan Riset Akademik, 2(10), 1430–1440. https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.231
Darmawan, I. P. A., & Sujoko, E. (2013). Revisi Taksonomi Pembelajaran Benyamin S. Bloom. Satya Widya, 29(1), 30.
https://doi.org/10.24246/j.sw.2013.v29.i1.p30-39
Gunawan, I., & Paluti, A. R. (2017). Taksonomi Bloom – Revisi Ranah Kognitif. E-
Journal.Unipma, 7(1), 1–8. Retrieved from
http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/PE
Hutapea, R. H. (2019). Instrumen Evaluasi Non-Tes dalam Penilaian Hasil Belajar Ranah Afektif dan Psikomotorik. BIA’: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristen Kontekstual, 2(2), 151–165. https://doi.org/10.34307/b.v2i2.94 Ihwan Mahmudi, Muh. Zidni Athoillah, Eko Bowo Wicaksono, & Amir Reza
Kusuma. (2022). Taksonomi Hasil Belajar Menurut Benyamin S. Bloom.
Jurnal Multidisiplin Madani, 2(9), 3507–3514.
https://doi.org/10.55927/mudima.v2i9.1132
khoerul ummah. (2022). Jenis, Klasifikasi dan Karakteristik Media Pembelajaran.
4(8.5.2017), 2003–2005.
Siyamta. (2013). Ranah Kognitif Dalam Pembelajaran Mata Kuliah : Teori Dan Model Dalam TEP.
Winingsih, L. H. (2020). Penguat Ranah Psikomotorik Siswa Sekolah Dasar (1st ed.). Jakarta: Pusat Penelitian Kebijakan, Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.