MAKALAH DASAR PENDIDIKAN
KELOMPOK 2
2020
BAB I PENDAHULUAN
Pendidikan dapat diartikan dari berbagai sudut pandang, yaitu:
pendidikan berwujud sebagai suatu sistem, artinya pendidikan dipandang sebagai keseluruhan gagasan terpadu yang mengatur saha-usaha sadar untuk membina seseorang mencapai harkatkemanusiaannya secara utuh, pendidikan berwujud sebagai suatu proses, artinya pendidikan dipandang sebagai pelaksanaan usaha-usaha untuk mencapai tujuan tertentu dalam rangka mencapai harkat kemanusiaan seseorang secara utuh, dan pendidikan berwujud sebagai hasil, artinya pendidikan dipandang sebagai sesuatu yang telah dicapai atau dimiliki seseorang setelah proses pendidikan berlangsung.
Kegiatan pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan yang setua dengan usia manusia. Artinya sejak adanya manusia telah ada usaha-usaha pendidikan, dalam rangka memberi kemampuan kepada peserta didik untuk dapat hidup secara mandiridi dalam masyarakat. Sistem pendidikan yang dianut oleh setiap negara akan mewarnai operasionalisasi pendidikannya, baik menyangkut isi, bentuk, struktur kurikulum, maupun komponen pokok pendidikan yang lain. Tampaknya terdapat adanya korelasi antara sistem pendidikan dengan tingkat kemajuan dan kebudayaan suatu kelompok manusia atau suatu bangsa.
Makin tinggi kebudayaan suatu bangsa, makin tinggi dan makin kompleks, proses pendidikan yang terdapat pada bangsa yang bersangkutan.Upaya pendidikan sebagai suatu sistem, dengan demikian akan selalu relevan (gayut) pada landasan yang digunakan dalam proses pendidikan. Landasan pendidikan pada hakikatnya adalah dasar-dasar, titik pijak yang melandasi operasionalisasi sistem pendidikan. Landasan pendidikan secara umum menyangkut: (1) landasan filosofis, (2) landasan sosiologis, (3) landasan kultural, (4) landasan psikologis, dan(5) landasan ilmiah dan teknologis.
BAB II PEMBAHASAN
A. LANDASAN PENDIDIKAN
Pendidikan memiliki landasan. Landasan adalah sesuatu yang mendasari atau yang menjadi dasar, alas untuk berdirinya suatu bangunan. Misalnya, suatu rumah memerlukan suatu pondasi agar kuat. Begitu juga pendidikan.
Macam Landasan Pendidikan di Indonesia : 1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat pendidikan, yang berusaha mempelajari masalah – masalah pokok seperti : arti pendidikan , manfaat pendidikan, tujuan pendidikan dan lain – lainnya. Landasan filosofis bersifat filsafat ( philosophi ). Filsafat sendiri bersumber dari bahasa yunani philein artinya mencintai dan sophos artinya hikmah atau arif. Filsafat mempelajari sesuatu secara menyeluruh yang menghasilkan teori-teori kehidupan dan dunia yang bersumber dari dua faktor :
1) Religi dan etika yang bertumpu pada keyakinan.
2) Ilmu pengetahuan yang mengandalkan penalaran. Filsafat berada di antara keduanya.
a. Pengertian tentang Landasan Filosofis
Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandanagan dalam filsafat pendidikan, meyangkut keyakinan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan.
Landasan filosofis pendidikan erat kaitannya dengan filsafat. Berikut beberapa contoh yang menjelaskan bahwa fislafat dapat melandasari pendidikan :
Metafisika membicarakan kebenaran mendalam hal hal yang ads dibalik bendanya atau dibalik dunia fisik, ini akan memberikan dasar-dasar pemikiran cita-cita pendidikan.
b. Pancasila sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan UUD 1945. sedangkan Ketetapan MPR RI No.
II/MPR/1978 tentang P4 menegaskan pula bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar negara Indonesia.
2. Landasan Sosiologis
a. Pengertian Landasan Sosiologis
Dasar sosiologis berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan dan karakteristik masyarakat. Sosiologi pendidikan merupakan analisi ilmiah tentang proses sosial dan polapola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang:
Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.
Hubungan kemanusiaan.
Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya.
Sekolah dalam komunitas,yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya.
b. Masyarakat Indonesia sebagai Landasan Sosiologis Sistem Pendidikan Nasional
Perkembangan masyarakat Indonesia dari masa ke masa telah mempengaruhi sistem pendidikan nasional. Hal tersebut sangatlah wajar, mengingat kebutuhan akan pendidikan semakin meningkat dan komplek.
Berbagai upaya pemerintah telah dilakukan untuk menyesuaikan pendidikan dengan perkembangan masyarakat terutama dalam hal menumbuhkembangkan KeBhineka tunggal Ika-an, baik melalui kegiatan jalur sekolah (umpamanya dengan pelajaran PPKn, Sejarah Perjuangan Bangsa, dan muatan lokal), maupun jalur pendidikan luar sekolah (penataran P4, pemasyarakatan P4 nonpenataran)
3. Landasan Kultural
a. Pengertian Landasan Kultural
Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat dilestarikan/ dikembangkan dengan jalur mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan, baik secara formal maupun informal.
Anggota masyarakat berusaha melakukan perubahan-perubahan yang sesuai dengan perkembangan zaman sehingga terbentuklah pola tingkah laku, nlai-nilai, dan norma-norma baru sesuai dengan tuntutan masyarakat. Usaha- usaha menuju pola-pola ini disebut transformasi kebudayaan. Lembaga sosial yang lazim digunakan sebagai alat transmisi dan transformasi kebudayaan adalah lembaga pendidikan, utamanya sekolah dan keluarga. b. Kebudayaan sebagai Landasan Sistem Pendidkan Nasional
Pelestarian dan pengembangan kekayaan yang unik di setiap daerah itu melalui upaya pendidikan sebagai wujud dari kebineka tunggal ikaan masyarakat dan bangsa Indonesia. Hal ini haruslah dilaksanakan dalam kerangka pemantapan kesatuan dan persatuan bangsa dan negara Indonesia sebagai sisi ketunggal-ikaan.
4. Landasan Psikologis
a. Pengertian Landasan Filosofis
Dasar psikologis berkaitan dengan prinsip-prinsip belajar dan perkembangan anak. Pemahaman terhadap peserta didik, utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan salah satu kunci keberhasilan
pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan.
Sebagai implikasinya pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada setiap peserta didik, sekalipun mereka memiliki kesamaan.
Penyusunan kurikulum perlu berhatihati dalam menentukan jenjang pengalaman belajar yang akan dijadikan garis-garis besar pengajaran serta tingkat kerincian bahan belajar yang digariskan.
b. Perkembangan Peserta Didik sebagai Landasan Psikologis
Pemahaman tumbuh kembang manusia sangat penting sebagai bekal dasar untuk memahami peserta didik dan menemukan keputusan dan atau tindakan yang tepat dalam membantu proses tumbuh kembang itu secara efektif dan efisien.
5 . Landasan Ilmiah dan Teknologis a. Pengertian Landasan IPTEK
Kebutuhan pendidikan yang mendesak cenderung memaksa tenaga pendidik untuk mengadopsi teknologi dari berbagai bidang teknologi ke dalam penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan yang berkaitan erat dengan proses penyaluran pengetahuan haruslah mendapat perhatian yang proporsional dalam bahan ajaran, dengan demikian pendidikan bukan hanya berperan dalam pewarisan IPTEK tetapi juga ikut menyiapkan manusia yang sadar IPTEK dan calon pakar IPTEK itu. Selanjutnya pendidikan akan dapat mewujudkan fungsinya dalam pelestarian dan pengembangan iptek tersebut.
b. Perkembangan IPTEK sebagai Landasan Ilmiah
Iptek merupakan salah satu hasil pemikiran manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, yang dimulai pada permulaan kehidupan manusia. Lembaga pendidikan, utamanya pendidikan jalur sekolah harus mampu mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan iptek. Bahan ajar sejogjanya hasil perkembangan iptek mutahir, baik yang berkaitan
dengan hasil perolehan informasi maupun cara memproleh informasi itu dan manfaatnya bagi masyarakat
B. ASAS – ASAS PENDIDIKAN
Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Khusu s di Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Diantara asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan Asas Kemandirian dalam belajar.
a. Asas Tut Wuri Handayani
Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari sitem Among perguruan. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dewantara, seorang perintis kemerdekaan dan pendidikan nasional.
Tut Wuri Handayani mengandung arti pendidik dengan kewibawaan yang dimiliki mengikuti dari belakang dan memberi pengaruh, tidak menarik-narik dari depan, membiarkan anak mencari jalan sendiri, dan bila anak melakukan kesalahan baru pendidik membantunya (Hamzah, 1991:90). Gagasan tersebut dikembangkan Ki Hajar Dewantara pada masa penjajahan dan masa perjuangan kemerdekaan.Dalam era kemerdekaan gagasan tersebut serta merta diterima sebagai salah satu asas pendidikan nasional Indonesia (Jurnal Pendidikan, No. 2:24).
Asas Tut Wuri Handayani memberi kesempatan anak didik untuk melakukan usaha sendiri, dan ada kemungkinan mengalami berbuat kesalahan, tanpa ada tindakan (hukuman) dari pendidik (Karya Ki Hajar Dewantara, 1962:59). Hal itu tidak menjadikan masalah, karena menurut Ki Hajar Dewantara, setiap kesalahan yang dilakukan anak didik akan membawa pidananya sendiri, kalau tidak ada pendidik sebagai pemimpin yang mendorong datangnya hukuman tersebut.
Dengan demikian, setiap kesalahan yang dialami anak tersebut bersifat mendidik.
Menurut asas tut wuri handayani :
Pendidikan dilaksanakan tidak menggunakan syarat paksaan
Pendidikan adalah penggulowenthah yang mengandung makna:
momong, among, ngemong. Among mengandung arti mengembangkan kodrat alam anak dengan tuntutan agar anak didik dapat mengembangkan hidup batin menjadi subur dan selamat.Momong mempunyai arti mengamat-amati anak agar dapat tumbuh menurut kodratnya. Ngemong berarti kita harus mengikuti apa yang ingin diusahakan anak sendiri dan memberi bantuan pada saat anak membutuhkan.
Pendidikan menciptakan tertib dan damai (orde en vrede)
Pendidikan tidak ngujo (memanjakan anak), dan
Pendidikan menciptakan iklim, tidak terperintah, memerintah diri sendiri dan berdiri di atas kaki sendiri (mandiri dalam diri anak didik)
Asas ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P.
Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso
Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu:
Ing Ngarso Sung Tulodho : jika di depan memberi contoh
Ing Madyo Mangun Karso : jika ditengah-tengah memberi dukungan dan semangat
Tut Wuri Handayani : jika di belakang memberi dorongan 2. Asas Belajar Sepanjang Hayat
Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat merancang dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan horisontal.
• Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan kesinambungan antar tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan.
• Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.
Pendidikan Indonesia bertujuan meningkatkan kecerdasan, harkat, dan martabat bangsa, mewujudkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas, mandiri hingga mampu membangun diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, memenuhi kebutuhan pembangunan dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa (GBHN, 1993:94). Gambaran tentang manusia Indonesia itu dilandasi pandangan yang menganggap manusia sebagai suatu keseluruhan yang utuh, atau manusia Indonesia seutuhnya, keseluruhan segi-segi kepribadiannya merupakan bagian-bagian yang tak terpisahkan satu dengan yang lain atau merupakan suatu kebulatan. Oleh karena itu, pengembangan segi-segi kepribadian melalui pendidikan dilaksanakan secara selaras, serasi, dan seimbang.Untuk mencapai integritas pribadi yang utuh harus ada keseimbangan dan keterpaduan dalam pengembangannya.
Keseimbangan dan keterpaduan dapat dilihat dari segi:
a. Jasmani dan rohani; jasmani meliputi: badan, indera, dan organ tubuh yang lain; sedangkan rohani meliputi: potensi pikiran, perasaan, daya cipta, karya, dan budi nurani
b. Material dan spiritual; material berkaitan dengan kebutuhan sandang, pangan, dan papan yang memadai; sedangkan spiritual berkaitan dengan kebutuhan kesejahteraan dan kebahagiaan yang sedalam-dalamnya dalam kehidupan batiniah
c. Individual dan sosial; manusia mempunyai kebutuhan untuk memenuhi keinginan pribadi dan memenuhi tuntutan masyarakatnya
d. Dunia dan akhirat; manusia selalu mendambakan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat sesuai dengan keyakinan agama masing-masing, dan
e. Spesialisasi dan generalisasi; manusia selalu mendambakan untuk memiliki kemampuankemampuan yang umumnya dimiliki orang lain, tetapi juga menginginkan kemampuan khusus bagi dirinya sendiri.
Untuk mencapai integritas pribadi yang utuh sebagaimana gambaran manusia Indonesia seutuhnya sesuai dengan nilai-niai Pancasila, Indonesia menganut asas pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan sepanjang hayat memungkinkan tiap warga negara Indonesia:
a. Mendapat kesempatan untuk meningkatkan kualitas diri dan kemandirian sepanjang hidupnya
b. Mendapat kesempatan untuk memanfaatkan layanan lembaga- lembaga pendidikan yang ada di masyarakat. Lembaga pendidikan yang ditawarkan dapat bersifat formal, informal, non formal
c. Mendapat kesempatan mengikuti program-program pendidikan sesuai bakat, minat, dan kemampuan dalam rangka pengembasngan pribadi secara utuh menuju profil Manusia Indonesia Seutuhnya (MIS) berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945; dan
d. Mendapat kesempatan mengembangkan diri melalui proses pendidikan jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu sebagaimana tersurat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989.
3. Asas Kemandirian dalam Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu suiap untuk ulur tangan bila diperlukan.
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalam peran utama sebagai fasilitator dan motifator. Salah satu pendekatan yang memberikan peluang dalam melatih kemandirian belajar peserta didik adalah sitem CBSA (Cara Belajar Siwa Aktif).
C. HUBUNGAN MASYARAKAT DAN PENDIDIKAN 1. Pengetian Masyarakat
Masyarakat sebagaimana dikemukakan Astrid S. Susantoadalah suatu yang didasarkan pada ikatan-ikatan yang sudah teratur dan boleh dikatakan stabil. Sehubungan dengan ini, maka dengan sendirinya masyarakat merupakan kesatuan yang dalam bingkai strukturnya (proses sosial) diselidiki oleh Sosiologi.[1] Di dalam masyarakat ini terdapat kumpulan yang terdiri dari latar belakang jeniskelamin, agama, suku, bahasa, budaya, tradisi, status sosial, kemampuan ekonomi, pendidikan, keahlian, pekerjaan, minat, hobi, dan sebagainya yang berbeda-beda.
Secara geografis di masyarakat juga terdapat lahan tanah yang luas dan beragam jenis dan konturnya, gunung yang beraneka ragam tinggi an aktivitasnya, sungai, kolam ikan, flora, fauna dan lainnya yang amat kaya dan beragam. Secara kultural di masyarakat juga terdapat lembaga pendidikan.
2. Hubungan Masyarakat dan Pendidikan
Sebagaimana telah di kemukakan di atas, bahwa antara masyarakat dan pendidikan memiliki hubungan timbal balik, fungsional simbiotik dan equal. Dari satu segi masyarakat memengaruhi pendidikan, dan dari sisi lain pendidikan memengaruhi masyarakat. Mengenai aspek apa saja hubungan timbal balik antara masyarakat dan pendidikan tersebut dapat dikemukakan secara singkat sebagai berikut :
a. Masyarakat Sebagai Tempat Sosialisasi
Sosialisasi atau bermasyarakat merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki setiap orang. Para peserta didik yang belajar di sekolah, suatu saat akan menjadi anggota masyarakat , karena kelangsungan kehidupannya lebih lanjut berada di masyarakat. Berbagai kebutuhan hidupnya akan didapati melalui proses interaksi dan komunikasi dengan masyarakat.
Sandang, pangan, papan, pasangan hidup (calon istri dan suaminya) dan lain sebagainya berada di masyarakat. Masyarakat yang paling dekat adalah ibu dan bapaknya, saudara-saudara sekandung, saudara terdekat , tetangga, teman bermain di sekitar tempat tinggalnya, temannya di sekolah, temannya di kampus, temannya di organisasi, dan lain sebagainya.
Peseta didik, pelajar atau mahasiswa harus diberikan kemampuan untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan berbagai kelompok sosial tersebut, sehingga tercipta kehidupan yang akrab, tolong menolong, kerja sama, saling pengertian, saling mengamankan dan sebagainya. Sejalan dengan itu, maka sejak masih bayi seorang anak harus sudah diajak bersosialisasi dengan baik. Dalam sosialisasi tersebut diberikan pengetahuan tentang nilai-nilai budaya, tradisi, adat istiadat, norma, ajaran, atau
peraturan perundang-undangan dan lainnya yang ada di masyarakat, sehingga pada saat berinteraksi dan berkomunikasi dalam sosialisasinya itu akan berjalan secara tertib, aman dan damai, tidak bentrok konflik, dan perpecahan.
Dalam proses sosialisasi itu, seorang anak diberikan pemahaman tentang tata cara dan etika bergaul dengan orang lain.
Misalnya ketika bertemu mengucapkan salam, bertegur sapa, memberikan salam, menghormati yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda, dan menghargai orang yang sebaya, mendatangi undangan jika diundang, menjenguk dan mendoakannya jika sakit, ikut bergembira jika orang lain mendapatkan keberuntungan, ikut simpati dan empati kepada teman yang sedang terkena musibah, mengingatkan atau mencegah orang lain yang akan berbuat sesuatu yang mengganggu kehidupan masyarakat, dengan cara yag bijaksana.
Pada masyarakat tradisional, berbagai etika dan tata cara pergaulan tersebut diatas di tuangkan dalam tradisi dan adat istiadat yang dipelihara oleh kaum adat atau pemangku adat, bagi masyarakat modern aturan tersebut dituangkan dalam bentuk undang-undang, peraturan dan berbagai operating prosedur. Dalam berbagai agama yang diturunkan Tuhan (agama samawi) atau agama yang merupakan buah renungan dan kontenplasi para tokoh spiritual terdapat petunjuk yang lebih cukup untuk mengatur jalannya proses sosialisasi.
Karena agama sejak lahirnya memiliki komitmen untuk membangun keadaan masyarakat yang tertib, aman dan damai.
Agama misalnya mengajarkan orang tlong menoolong, berssoaudara dengan sesama manusia, bersikap rendah hati, suka memolong orang lain, berbaik snagkat, tidak suka mengunjing org
lain, tidak merendahkan atau menghina orang lain, tidak suka mefitnah, tidak pendendam, suka berkawan, bermusyawarah, ikhlas, sellu menciptakan hal-hal yang positif dan menjauhi hal- hal yang mungkar. Petunjuk agama ini akan memberikan kemudahan dan membawa suasana sosialisasi yang produktif n fungsional. Petunjuk cara bersosialisasi juga dapat di jumpai pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan, sejarah, dan akhlak
Proses identifikasi, adaptasi, sinkronisasi, asimilasi, konkordansi, dan integritas yang merupakan bagian dari proses sosialisasi akan terjadi dengan baik, apabila didasarkan pada undang-undang, peraturan dan nilai-nilai ajaran islam uang dipatuhi dan dilaksanakan secara konsisten islam menganjurkan agar manusia melakukan proses sosialisasi misalnya ayat-ayat berikut ini :
Artinya: hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seseorang laki-laki dan seseorag perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa, dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal- mengenal sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu.
Ssungguhnya allah maha mengetahui lagi maha mengenal (Q.S. Al- Hujarat : 13)
b. Masyarakat Sebagai Kontrol Sosial
Masyarakat adalah kumpulan dari sejumlah orang yang tinggal suatu daerah atau wilayah, yang memiliki komitmen, cita-
cita, dan tujuan yang sama serta terikat patuh dan tunduk pada nilai agama. Serta nilai-nilai lain yang disepakati bersama. Setiap anggota masyarakat disamping mendapatkan hak-hak dan jaminan unuk hidup, mengembangkan pendidikan dan berfikir, memilih, menghayati dan mengamalkan agamanya menetukan bidang usaha ekonominya dam melanjutkan keturunannya, juga memiliki tanggung jawab sosial dan mora (social and moral obligation) yang didalam ajaran agama disebut sebagai fardhu kifayah, dan perintah melaksanakan amal ma’ruf nahi mungkar.
Dengan demikian, masyarakat berperan sebagai kontrol sosial, yakni mengawasi, memantau dan mencegah orang lain berbuat menyimpang. Dalam hubungannya dengan pendidikan, maka masyarakat memiliki peran ikut mengawasi, memantau dan mencegah para pelajar dari kemungkinan melakukan berbagai perbuatan yang merugikan masyarakat. Kontrol sosial ini mendapat perhatian besar dalam islam.beberapa ayt al-Qur’an yang terkait dengan kontrol sosial ini misalnya aya yang berbunyi:
Artinya: Dan hendaknya diantara kamu umat yang menyeru kepada kebaikandan mencegah kemungkaran (QS. Ali ‘imran :104)
Ayat tersebut oleh kuntowijoyo dijadikan dasar untuk mengembangkan konsep ilmu sosial profetik. Yaitu ilmu sosial yag mengemban misi liberasi (pembebasan), humanisasi (memperlakukan manusia dengn baik), dan transendensi (memiliki dimensi ilahiyah).
c. Masyarakat Sebagai Pelestarian Budaya
Budaya sebagaimana dipahami adala nilai-nilai,ajaran, aturan, norma yang tumbuh, hidup dan berkembang dimasyarakat dan digunkan oleh mereka sebagi acuan, pedoman, dan cognitive framework atau cara pandang yang membingkai pola pikir, pandangan, sikap dan perbuatan. Dengan demikian, budaya adalah sesuatau yang bersifat batin, jiwa, konsep, dan roh yang mempengaruhi sesuatu dan sekaligus membedakan antara satu dan lainnya.
Tidak hanya itu, budaya juga dapat digunakan sebagai sumber inspirasi, motivasi dan imajinasi dalam menggerakankan sebuah lembaga atau perusahaan. Nilai-nilai budaya perlu dicari sumbernya, diindentifikasi, dikonstruksi, dirumuskan dan disosialisasikan kepada seluruhnya.
Selanjutnya nilai-nilai budaya juda dapat digunakan sebagai dasar untuk memimpim sebuah lembaga. Inilah yang selanjutnya yang dikenal kepemimpinan yang berbasis budaya. Seorang pemimpin ang berbasis budaya, ia akan menggunakan nilai-nilai budaya yang dianut oleh pegawai yang dipimpinnya untuk menggerakkannya. Dengan mengetahui budaya yang dianut oleh para pegawainya, maka ia akan dapat berkomunikasi, berinteraksi dan menggerakkan pegawai yang dipimpinya untuk mencapai prestasi yang tinggi dan menjadi pegawai yang unggul.
Nilai-nilai budaya terrsebut tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, karena masyarakatlah yang menyimpan dan memelihara nilai-nilai budaya melalui orang-orang yang hidup dalam masyarakat tersebut. Nilai-nilai, ajaran, bahkan ilmu pengetahuan, teknologi dan sebagainya yang diajarkan disekolah,
akan tidak ada artinya jika tidak ada masyarakat. Permasalahannya adalah bagaimana agar masyarakat mau menerima berbagai produk pemikiran yangdihasilkan disekolah? Salah satu jawabannya adalah dengan cara agar sesuatu yang diproduk oleh sekolah atau lembaga pendidikan itu adalah sesuatu yang berguna dan bermanfaat. Dengan demikian, menjadi jelas bahwa masyarakat merupakan tempat pelestarrian nilai budaya.
d. Masyarakat Sebagai Seleksi Pendidikan
Diketahui bahwa di masyarakat sebagaimana dikemukana di ats terdapat berbagai hal yang dibutuhkan lembaga pendidikan, dan sekaligus dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran.
Masyarakat memiliki SDM yang memiliki berbagai keahlian dan profesi. Ditangan mereka itu terdapat berbagai macam lembaga pendidik, peralatan teknologi, produk seni dn budaya, workshop, pabrik, lahan pertanian, peternakan, perkantoan dll. Semuanya itu dapat digunakan sebagai tempat melakukan berbagai aktivitas pendidikan. Sekolah dapat memilih dan memanfaatkan apa saja yang ada di masyarakat untuk keperluan pendidikan.
Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang dapat mengasilkan orang-orang yang dapat hidup di masyarakat. Untuk itu, maka masarakat tidak lagi dapat dilihat sebagai objek pendidikan, melainkan sebagai subjek.
e. Masyarakat Sebagai Tempat Belajar
Paradigma pendidikan saat ini telah mengalami pergeseran yang amat signifikasikan. Dimasa lalu, dan ada juga dimasa sekarang berpandangan, bahwa pendidikan adalah menuntut ilmu pengetahuan kepada seorang guru yang berada dilembaga pendidikan atau ttempat lain. Paradigma ini menyebabkan pendidikan adalah pengalihan ilmu pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan lain sebagainya dari generasi tua kepada generasi muda, sehingga terjadi kesinambungan nilai, budaya, adat istiadat, ilmu pengetahuan dll kepada generasi berikutnya.
Keadaan ini selanjutnya menimbulkan keadaan masyarakat yang mapan, stabil, aman damai dan lestari. Pada masyrakat demikian itu kecil kemungkinan terjadi goncangan, benturan dan konflik budaya, ini positifnya. Sedangkan negatifnya, keadaan masyaraka tersebut menyebabkan bersifat statis,stagnasi, tidak ada inovasi, dan kreativitas baru. Keadaan ini pada gilirinnya menyebabkan masyarakat tersebut tertinggal dibandingkan dengan keadaan msyarakat lainnya yang lebih bersifat terbuka, menerima perubahan, dan inovasi, sebagaimana yang terjadi pada masyarakat perkotaan.
f. Masyarakat Sebagai Lembaga Pendidikan Life Skill
Pendidikan yang baik, tidak hanya memberikan tuntutan akademik dengan cara memberikan konsep, teori dan rumus- rumustentang berbagi macam ilmu pengetahuan yang mutakhir dan tuntutan masyrakat dengan cara memberikan ketrampilan untuk hidup, baik yang bersifat mental maupun psikologis anatara lain dalam bentuk menumbuhkan sikap mental interprenership, sikap berani, mengambil inisiatif dan menanggung resiko, serta
mau melakuna sesuatu walaupun nilainya kecil namun memiliki posisi yang strategis.sedangkan yang bersifat praktis adalah memberikan keterampilan bekerja yang disesuaikan dengan bakat, motivasi, kecendungan dan harapan yang diinginkan.
3. Peran Pendidikan Terhadap Masyarakat
Peran pendidikan terhadap masyarakat adalah sebagai berikut:
a. Pendidikan Sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan Dan Keterampilan
Diketahui bahwa dilembaga pendidikan terdapat berbagai disiplin ilmu dan keterampilan yang diajarkan kepada para siswa. Ilmu pengetahuan dan keterampilan tenang agama, ekonomi, hukum sosial, kedokteran seni dan lain-lain ada dilembaga pendidikan.
Ilmu pengetahuan dan ketempilan ini tersimpan dalm berbagai referensi seperti eksiklopedia, kamus,buku, jurnal ilmiya dan lainnya. Ilmu-ilmu tersbut ditransfer kepaa masyarakat, melalui para lulusan yang tersebar dimasyarakat. Para alumni ini pada tahap selanutnya menyebarluaskan ilmu dan keterampilan itu kepda anggota masyarakat lainnya, baik disampaikan secara induvidual maupun kolektif dengan cara membangun lembaga pendidikan yang baru. Dengan cara demikian, ilmu pengetahuan dan keterampilan tersebar dimasyarakat luas.
b. Pendidikan Sebagai Pencetak Ilmuwan
Ilmuwan aau ulama adalah orang yang memiliki otoritas dalam memberikan analisis dan penjelasan dari sebuah fenomena yang
terdapat dalam masyarakat. Kehadiaran mereka di masyarakat menjadi model, idola, rujukan dan sumber inspirasi dan motivasi.
Itulah sebabnya kehadiaran mereka sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Melalaui ilmu pengetahuan dan keterampilan, pengalaman, komitmen dan motivasinya yang kuat yang dimiliki para ilmuwan, keadaan masyarakat akan mengalami kemajuan.
Kemajuan dan peradaban yang maju dalam berbagai bidang sebagaimana yang disaksikan diberbagai negera didunia, terjadi disebabkan karena adanya para ilmuwan yang dihasilkan oleh dunia pendidikan.mereka itu dapat sebutan yang beraneka aragam dimasyarakat, seperti Ulama, kiayi, syekh dll.
c. Pendidikan Sebagai Agen Perubahan Sosial
Masyarakat sebagai sumber pelaksanaan pendidikan, kerana dimasyarakat terdapat sumber yang dapat digunakan untuk menopang keberlansungan pendidikan. Dimasyarakat ada sumber daya alam dengan berbagai variasinya sebagaimana dibahas dalam ilmu biologi, biografi astronomi dan sebagainya.
Peran sekolah terhadap masyarakat anatara lain sebagai tempat mendidik, membina, mengembangkan dan lain-lain.
d. Pendidikan Sebagai Pencetak Tenaga Kerja
Kualitas tenaga kerja yang bekerja pada berbagai sektor perusahaan industri, jasa, pertanian dan lainnya amat tergantung pada kualitas pendidikan yang dimilikinya. Dilembaga pendidikanlah terdapa miniatur dan sketsa kehidupan yang
terdapat dalam masyarakat. Untuk itu perlu kerja sama yang baik dan fungsional antara dunia pendidikan dengan dunia kerja.
e. Pendidikan Sebagai Pengawas Masyarakat
Pada lembaga pendidikan terdapat orang-orang yang memiliki kompotensi fisik, pancaindra, intelektual, hati nurani dan spiritual.
Mereka itu memilki berbagai gelar kesarjanaan yang disesuaikan dengan bidang keahlian yang dimilikinya. Mereka mempelajarai berbagai ilmu pengetahuan yang telah disepakati kebenarannya oleh para ahli, dan sekaligus mengaplikasikannya ke dalam berbagai produk budya dan peradaban seperti penggunaannya dalam pengembangan ekonomi masyarakat, peningkatan kesehatan masyarakat, menciptakan teknologi yang diperlukan untuk pengembangan infrastruktur, pemelihraan lingkungan hidup dan lain-lain.
D. PENDIDIKAN DALAM MENGHADAPI GLOBALISASI DAN ABAD XXI
Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia
Berikut dampat positif dan negatif globalisasi dalam dunia pendidikan :
- Dampak Positif Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia Pengajaran Interaktif Multimedia
Kemajuan teknologi akibat pesatnya arus globalisasi, merubah pola pengajaran pada dunia pendidikan. Pengajaran yang bersifat klasikal berubah menjadi pengajaran yang berbasis teknologi baru seperti internet dan computer.
Perubahan Corak Pendidikan, mulai longgarnya kekuatan kontrol pendidikan oleh negara. Tuntutan untuk berkompetisi dan tekanan institusi global, seperti IMF dan World Bank, mau atau tidak, membuat dunia politik dan pembuat kebijakan harus berkompromi untuk melakukan perubahan.
- Dampak Negatif Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia Komersialisasi Pendidikan
Era globalisasi mengancam kemurnian dalam pendidikan. Banyak didirikan sekolah-sekolah dengan tujuan utama sebagai media bisnis.
John Micklethwait menggambarkan sebuah kisah tentang pesaingan bisnis yang mulai merambah dunia pendidikan dalam bukunya “Masa Depan Sempurna” bahwa tibanya perusahaan pendidikan menandai pendekatan kembali ke masa depan.
BAB III PENUTUP
Landasan pendidikan sangat penting bagi penyelenggaraan pendidikan karena merupakan pilar utama atau titik tumpu dalam penentuan kebijakan dan praktik pendidikan pertimbangan pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan yang dilandasi oleh pemikiran tentang bagaimana layaknya pendidikan di selenggarakan. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia antara lain berlandaskan pada filosofis, sosiologis, kultural psikologis. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan untuk menjemput masa depan.
Asas-asas pendidikan yang terdapat di Indonesia tidak lepas dari kiprah Ki Hadjar Dewantara sang pelopor pendidikan yang mempopulerkan tiga asas penting dalam kegiatan pendidikan yang masih dijadikan teladan sampai sekarang yaitu asas tut wuri handayani, asas ing ngarso sun tulodo dan asas ing madyo mangun karso. Ketiga asas ini saling berhubungan yang terkait menjadi acuan untuk menerapkan sistem pendidikan yang tepat bagi bangsa ini dan terus menjunjung tinggi kebudayaan nasional kebudayaan asing. Semangat untuk terus melestarikan “Tut Wuri Handayani” dalam pendidikan dunia begitu penting, mengingat makna dari semboyan Ki Hadjar tersebut yaitu menjadikan orang menjadi pribadi yang mandiri.
Pendidikan selalu berkaitan dengan manusia, dan hasilnya tidak segera tampak. Diperlukan satu generasi untuk melihat suatu akhir dari pendidikan itu.
Oleh karena itu apabila terjadi suatu kekeliruan yang berakibat kegagalan, pada umumnya sudah terlambat untuk memperbaikinya. Kenyataan ini menuntut agar pendidikan itu dirancang dan dilaksanakan secermat mungkin dengan memperhatikan sejumlah landasan dan asas pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Hanifah. 1950. Rintisan Filsafat, Filsafat Barat Ditilik dengan Jiwa Timur, Jilid I.
Jakarta: Balai Pustaka.
Conny Seniawan, et. al. 1951. Pendekatan Keterampilan Proses, Bagaimana Mengaktifkan
Siswa dalam Belajar. Jakarta: Gramedia.
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Edisi Revisi 5, Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada, 2006
Pidarta Made, Landasan Kependidikan, Jakarta, Rineka Cipta, 1997
Parsono, dkk., 1990. Landasan Kependidikan. Jakarta: Universitas Terbuka,
Depdikbud.
Prof. Dr. Umar Tirtarahardja, dkk. 2005. Pengantar Pendidikan.
Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Redja Mudyarhardjo, 1986. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta:
Universitas
Terbuka, Depdikbud.
Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka
Cipta
http://www.kompas.com.
Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
http://makhulmathic.blogspot.com/2011/06/makalah-asas-asas- pendidikan.html
http://superthowi.wordpress.com/2012/08/14/landasan-azas- azas-pendidikan-danpenerapannya/
http://mahendracollage.blogspot.com/2011/04/landasan-dan- asas-asas-pendidikan-serta.html
http://ikaput.blogspot.com/2012/06/makalah-pengantar-ilmu- pendidikan.html