MAKALAH FILOSOFI PENDIDIKAN INDONESIA
“Filosofi Pendidikan Indonesia Dan Implementasinya di Sekolah Dasar”
Disusun Guna Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Dosen Pengampu: Dr. Kurotul Aeni, S.Pd., M.Pd.
Disusun Oleh Nama : Rini Pratiwi NIM : 2498010325
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2024
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Semarang, 14 Mei 2024
Penulis
2 DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... 1
PENDAHULUAN ... 3
A. Latar Belakang ... 3
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Pembahasan ... 3
ISI ... 4
A. Pembahasan ... 4
PENUTUP ... 6
A. Kesimpulan ... 6
B. Saran ... 6
DAFTAR PUSTAKA ... 7
3
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu jalan untuk membangun bangsa. Dalam hal ini, pihak yang bertanggung jawab dalam proses pengembangan pendidikan di Indonesia adalah semua pihak, mulai dari pemerintah sebagai pembuat kebijakan hingga guru dan orang tua sebagai komponen yang paling dekat dengan peserta didik. Salah satu pahlawan bidang pendidikan yang banyak memberikan sumbangsih adalah Ki Hajar Dewantara.
Beliau memberikan nilai-nilai filosofis pendidikan yang memberikan banyak manfaat.
Mengingat perjuangan para pahlawan pendidikan yang sudah berjuang, maka sebagai penerus, sebagai tenaga pendidik harus siap mengawal perkembangan pendidikan.
Di era sekarang, banyak faktor yang mempengaruhi proses pendidikan.
Diantaranya adalah arus globalisasi. Perubahan yang terjadi karena globalisasi membawa dampak baik dan buruk. Dampak buruknya adalah semakin terkikisnya nilai-nilai yang telah dibangun oleh pahlawan-pahlawan pendidikan di zaman terdahulu. Banyak kemungkinan yang dapat terjadi. Oleh karena itu, bangsa ini harus siap dan serius dalam menangani kemungkinan-kemungkinan tersebut1.
Dalam implementasinya, nilai-nilai yang terdapat dalam filosofi pendidikan yang dirumuskan oleh Ki Hajar Dewantara. Sebagai tenaga pendidik yang bersinggungan langsung dengan lingkungan sekolah, maka cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan implementasi nilai-nilai filosofis pendidikan yang telah ada di lingkungan sekolah, dalam konteks ini adalah sekolah dasar.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana nilai-nilai filosofi pendidikan nasional dan implementasinya di sekolah dasar?
C. Tujuan Pembahasan
Menjelaskan nilai-nilai filosofis pendidikan nasional dan implementasinya di sekolah dasar
1 Henricus Suparlan, ‘FILSAFAT PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA DAN SUMBANGANNYA BAGI PENDIDIKAN INDONESIA’, Jurnal Filsafat, 25.1 (2015).
4 ISI A. Pembahasan
Filosofis pendidikan di Indonesia dirumuskan oleh Ki Hajar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan Nasional. Beliau memasukkan unsur-unsur kebudayaan ke dalam proses pendidikan dari sejak pendidikan anak usia dini. Konsep belajar yang dimaksud adalah Tri No, yaitu nonton, niteni, dan nirukke2. Sebenarnya, konsep ini hampir mirip dengan makna dari tiga kata yang menjadi dasar pendidikan Ki Hajar Dewantara, yaitu Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani.
Menurut Ki Hajar Dewantara, akhir dari tujuan pembelajaran sejatinya adalah membentuk anak yang tangguh dalam kehidupan. Tangguh dalam artian bermoral, beretika, dan tumbuh sesuai kodrat alam serta kodrat zaman3. Setiap anak pasti memiliki kemampuan dan takdirnya masing-masing, sebagai tenaga pendidik hanya bertugas mengarahkan kemana arah anak berkembang tanpa memaksa dan menghakimi.
Kodrat alam dan kodrat zaman yang dimaksud oleh Ki Hajar Dewantara disebut sebagai unsur-unsur dalam sistem among, yakni salah satu konsep pendidikan yang beliau rumuskan. Konsep selanjutnya adalah dasar kemerdekaan, dimana setiap manusia berhak mengatur jalan hidupnya sendiri4.
Untuk dapat mencapai tujuan pendidikan, yakni mengimplementasikan nilai-nilai filosofis yang sudah ada, harus ada keselarasan dan kepaduan antara filsafat, teori, dan penerapannya di lapangan5.
Secara konsep, nilai-nilai dalam filosofi pendidikan memang terdengar cukup mudah dan ringan. Namun, pada kenyataannya butuh keberanian dan kesungguhan karena hal ini cukup menantang. Kebutuhan, keinginan, dan segala aspek yang terkait pada dasarnya dimiliki sangat dipengaruhi oleh tingkah laku setiap individu sejak dini. Berbeda individu yang diajar, maka akan berbeda pula kebutuhan, kemampuan, dan caranya memandang sesuatu6.
2 Priyo Dwiarso, Napak Tilas Ajaran Ki Hadjar Dewantara (Yogyakarta: Majelis Luhur Pesatuan, 2010).
3 Suratman Ki, Tugas Kita Sebagai Pamong Taman Siswa (Yogyakarta: Majelis Luhur, 1987).
4 Dwiarso.
5 Nofia Henita, Yeni Erita, and Indriani. Elfi, ‘IMPLEMENTASI FILSAFAT PENDIDIKAN PADA SEKOLAH DASAR’, Didaktik : Jurnal Ilmiah PGSD FKIP Universitas Mandiri, 8.2 (2022).
6 Henita, Erita, and Indriani. Elfi.
5
Oleh karena itu, dalam pelaksanaanya, seorang pendidik perlu bercermin terlebih dahulu. Dibutuhkan proses refleksi yang cukup dalam karena sosoknya akan menjadi panutan bagi setiap anak nantinya. Istilah digugu lan ditiru bukan sekedar pernyataan klise.
Pernyataan tersebut benar-benar nyata dan penting untuk diresapi. Karena sejatinya pendidik adalah ujung tombak dunia pendidikan. Semakin berkualitas pendidik-pendidik yang dihasilkan oleh negeri ini, maka semakin berkualitas pula proses pendidikan di Indonesia. Pentingnya membentuk karakter pendidik yang kuat agar dapat membentuk karakter peserta didik yang berkualitas.
Proses pelaksanaan nilai-nilai filosofis pendidikan di sekolah dasar menjadi dasar bagi proses penyempurnaan di jenjang setelahnya. Dengan kata lain, proses implementasinya berkelanjutan. Jika berkelanjutan, maka di dalam pelaksanaan tingkat dasar harus benar-benar memperhatikan setiap detail penting yang ada. Jangan sampai terlewat atau dihiraukan. Hal ini akan menjadi masalah dan kesulitan di kemudian hari.
Konsep-konsep yang telah dijelaskan diatas, seperti konsep ing ngarsa sang tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani terbukti ampuh dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran7. Namun, dalam pelaksanaanya, banyak sekali tantangan dan hambatan yang ditemui. Diantaranya adalah kurangnya pemahaman tentang konsep tersebut oleh pendidik, keterbatasan sumber daya, serta kurangnya dukungan materil maupun moril dari pemerintah atau sekolah.
Masalah-masalah tersebut harusnya dapat dievaluasi oleh para pemangku kebijakan supaya bagaimana para pendidik dapat memahami konsep filosofis pendidikan, sumber daya yang digunakan tersedia dengan kondisi yang baik, serta terdapat dukungan dari berbagai pihak yang terlibat. Harusnya permasalahan degradasi nilai-nilai dalam pendidikan menjadi suatu peringatan besar kepada semua pihak dan segera dapat teratasi.
Tidak ada tanggung jawab yang mutlak dimiliki oleh satu pihak saja. Dalam konteks ini, kemajuan pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab pendidik.
Menyalahkan dan menyudutkan pendidik sama saja menambah permasalahan baru. Justru, adanya koordinasi dan kerja sama yang akan membuat permasalahan dapat teratasi dan dunia pendidikan dapat berjalan sesuai dengan nilai-nilai filosofis yang ada.
7 Rochmimah Harini and Nurul Istiq, ‘Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara Dan Implementasinya Di Sekolah Dasar Di Indonesia’, Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE), 1.2 (2023), 81–94.
6 PENUTUP A. Kesimpulan
Pendidikan merupakan ujung tombak proses pengembangan kualitas manusia di Indonesia. Tidak hanya di Indonesia, bahkan di seluruh negara pun akan selalu berusaha memajukan dunia pendidikan. Karena semakin majunya pendidikan, maka sektor yang lain akan terus mengikuti. Sebagai negara yang memiliki dasar negara dan dasar filosofis dalam kehidupan, hendaknya sebagai tenaga pendidik dapat terus berusaha mengembangkan pendidikan melalui kapasitas kita sebagai pendidik.
Nilai-nilai dalam filosofi pendidikan nasional yang dirumuskan oleh Ki Hajar Dewantara diantaranya adalah sistem among dan Tri No. Sistem among adalah konsep pendidikan dimana pendidikan harusnya berjalan selaras dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Sedangkan konsep Tri No berarti bahwa dalam pendidikan terdapat tiga kegiatan, yakni nonton, niteni, dan nirokke yang artinya melihat, memahami, dan melakukan. Proses pendidikan utamanya dalam pendidikan dasar harus menganut nilai-nilai tersebut sehingga nantinya anak akan dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemampuan dan keinginannya.
B. Saran
Sebagai seorang pendidik, hendaknya setiap langkah dan arah tujuan kita dalam proses pendidikan benar-benar diperhatikan. Jangan sampai kita tidak ikut meramaikan usaha membawa pendidikan Indonesia menjadi lebih baik. Karena seperti yang sudah dijelaskan diatas, bahwa pada dasarnya untuk mencetak generasi muda atau peserta didik yang berkualitas, sejatinya dimulai dengan mencetak dan mempersiapkan tenaga pendidik yang juga berkualitas.
7
DAFTAR PUSTAKA
Dwiarso, Priyo, Napak Tilas Ajaran Ki Hadjar Dewantara (Yogyakarta: Majelis Luhur Pesatuan, 2010)
Harini, Rochmimah, and Nurul Istiq, ‘Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara Dan Implementasinya Di Sekolah Dasar Di Indonesia’, Journal of Contemporary Issues in Primary Education (JCIPE), 1.2 (2023), 81–94
Henita, Nofia, Yeni Erita, and Indriani. Elfi, ‘Implementasi Filsafat Pendidikan Pada Sekolah Dasar’, Didaktik : Jurnal Ilmiah PGSD FKIP Universitas Mandiri, 8.2 (2022)
Ki, Suratman, Tugas Kita Sebagai Pamong Taman Siswa (Yogyakarta: Majelis Luhur, 1987) Suparlan, Henricus, ‘Filsafat Pendidikan Ki Hadjar Dewantara Dan Sumbangannya Bagi
Pendidikan Indonesia’, Jurnal Filsafat, 25.1 (2015)