Tugas Makalah Etnobotani
ETNOBOTANI MINUMAN DAN TUMBUHAN BERACUN
Dosen pengampu:
Prof. Dr. Ir. Hasanuddin,M.S.
Disusun oleh:
Kelompok 5
Maulida (2205101050025)
Muhammad Hafis (2205101050040)
Khaizul Aftar (2205101050056)
Salsabila Hafizah (2205101050060)
Risky (2205101050067)
Bripo Jay Archie (2205101050092)
DEPARTEMEN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH 2025
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Etnobotani adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara manusia dan tumbuhan, terutama dalam hal pemanfaatan tumbuhan untuk berbagai keperluan hidup. Salah satu bidang penting dalam etnobotani adalah pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan minuman.
Berbagai komunitas budaya di dunia, termasuk di Indonesia, telah lama memanfaatkan tumbuhan untuk membuat minuman yang tidak hanya berfungsi sebagai penyegar, tetapi juga memiliki nilai sosial, budaya, dan kesehatan yang penting. Minuman berbahan tumbuhan sering kali digunakan dalam upacara adat, ritual keagamaan, atau sebagai bagian dari kebiasaan sehari-hari. Pemanfaatan tumbuhan untuk minuman ini beragam, mulai dari rebusan daun, akar, hingga buah yang kemudian dikonsumsi untuk menjaga kesehatan, meningkatkan stamina, atau bahkan sebagai obat tradisional (Setiawan, 2015).
Minuman yang berasal dari tumbuhan di Indonesia, seperti jamu, teh herbal, dan sari buah, merupakan contoh aplikasi nyata dari etnobotani. Jamu, misalnya, sudah dikenal sejak zaman kerajaan dan digunakan oleh masyarakat untuk meningkatkan daya tahan tubuh, menjaga kecantikan, dan mengatasi berbagai penyakit ringan. Minuman herbal lainnya, seperti teh jahe, kunyit asam, atau temulawak, juga memiliki tempat yang penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Minuman-minuman ini mengandung berbagai senyawa aktif yang bermanfaat bagi kesehatan, seperti antioksidan, antiradang, dan antibakteri, yang sudah diketahui melalui pengalaman tradisional (Wulandari, 2023).
Seiring berkembangnya waktu, pengetahuan tentang pemanfaatan tumbuhan untuk minuman semakin diakui secara ilmiah. Banyak penelitian yang mengkaji kandungan gizi dan khasiat kesehatan dari berbagai tumbuhan yang digunakan dalam minuman tradisional.
Studi-studi tersebut tidak hanya mengidentifikasi komponen aktif yang terkandung dalam tumbuhan, tetapi juga memberikan bukti empiris tentang efektivitas minuman herbal dalam mengatasi berbagai masalah Kesehatan (Adi, 2022).
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan utama penulisan makalah ini adalah untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang manfaat kesehatan dari minuman yang terbuat dari tumbuhan, termasuk kandungan gizi dan senyawa aktif yang dapat mendukung kesehatan tubuh.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat penulisan makalah ini yaitu:
1. Dengan memahami potensi tumbuhan sebagai bahan dasar minuman, kita dapat menggali lebih dalam khasiat kesehatan yang terkandung dalam tumbuhan- tumbuhan tersebut, seperti antioksidan, antibakteri, antiradang, dan banyak lainnya.
2. Penulisan makalah tentang topik ini dapat membantu mendokumentasikan pengetahuan lokal tersebut sehingga tetap terjaga dan tidak hilang seiring dengan perkembangan zaman. Hal ini sangat penting untuk pelestarian warisan budaya Indonesia yang kaya akan penggunaan tanaman dalam kehidupan sehari-hari.
3. Makalah ini dapat membuka pemahaman baru bagi masyarakat tentang pentingnya konsumsi minuman berbahan alami sebagai alternatif pengobatan yang lebih alami dan minim efek samping.
BAB II. PEMBAHASAN 2.1 Etnobotani Minuman
Etnobotani minuman adalah cabang ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dan tumbuhan yang digunakan dalam pembuatan minuman, baik untuk keperluan konsumsi sehari-hari, ritual budaya, maupun pengobatan tradisional. Bidang ini mengkaji pengetahuan masyarakat lokal tentang pemanfaatan berbagai jenis tumbuhan, seperti daun, buah, akar, kulit kayu, atau bunga, yang diolah menjadi minuman.
Etnobotani minuman mencakup eksplorasi tradisi pembuatan minuman herbal, fermentasi, hingga inovasi modern yang terinspirasi oleh kearifan lokal. Selain itu, penelitian dalam etnobotani minuman juga berfokus pada nilai budaya, spiritual, dan ekologis dari tumbuhan yang digunakan, serta bagaimana keberlanjutannya dapat dijaga. Misalnya, penggunaan tanaman seperti jahe, kunyit, atau daun pandan di berbagai wilayah memiliki makna yang berbeda-beda dan menunjukkan kekayaan tradisi lokal dalam memanfaatkan sumber daya alam. Dengan mempelajari etnobotani minuman, kita tidak hanya memahami peran tumbuhan dalam kehidupan manusia tetapi juga mendukung pelestarian budaya dan biodiversitas.
Adapun contoh etnobotani minuman yaitu:
2.1.1 Permot (Passiflora foetida L.)
Permot merupakan tumbuhan yang termasuk dalam jenis gulma. sejenis buah kecil, yang ketika masak tertutup oleh perbesaran kelopak bunga. . Bunga dengan kelopak tambahan berupa daun pembalut 3 helai, berbagi menyirip rangkap dengan taju serupa benang teranyam, 1–3 cm. Tabung kelopak bentuk lonceng lebar. Daun mahkota dengan mahkota tambahan, memanjang 1,5–2,5 cm, putih cerah sering dengan warna ungu di tengahnya. Tangkai sari pada pangkalnya berlekatan, juga dengan putiknya. Tangkai putik 3 berbentuk gada. Buah Permot diduga berasal dari Amerika Selatan, rambusa kini hidup meliar di banyak tempat. Tumbuhan ini biasa didapati bercampur dengan herba dan semak lainnya di kebun, tegalan, sawah yang mengering, di pasir pantai, tepi jalan, tepi hutan dan bagian-bagian hutan yang terbuka disinari terik matahari.
Gambar 1. Tanaman Permot
Daun rambusa telah banyak diteliti untuk mengetahui manfaatnya bagi kesehatan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa daun rambusa memiliki efek antiinflamasi, antioksidan, dan antimikroba. Adapun manfaat tanaman Permot ini yaitu :
1. Meredakan gangguan pencernaan
Tanaman permot memiliki kemampuan untuk mengobati gangguan pencernaan karena kandungan senyawa aktifnya yang bermanfaat bagi kesehatan saluran cerna. Permot mengandung flavonoid, tanin, alkaloid, dan saponin, yang secara sinergis memberikan efek antispasmodik, antimikroba, dan anti-inflamasi. Senyawa antispasmodik pada tanaman ini membantu meredakan kram otot polos di saluran pencernaan, sehingga efektif untuk mengatasi masalah seperti nyeri perut atau diare. Selain itu, sifat antimikrobanya dapat melawan bakteri penyebab gangguan pencernaan, seperti infeksi bakteri pada usus. Tanin dalam permot juga berfungsi sebagai zat yang mengurangi sekresi cairan berlebih di usus, yang sering menjadi penyebab diare. Dengan sifat ini, rebusan akar atau daun permot yang diminum secara teratur dalam dosis aman dapat membantu menenangkan saluran cerna, meningkatkan fungsi pencernaan, dan mempercepat pemulihan dari gangguan gastrointestinal.
2. Mengatasi Demam dan Panas Dalam
Tanaman permot dapat digunakan untuk mengobati demam dan panas dalam karena mengandung senyawa aktif seperti flavonoid, alkaloid, dan saponin yang memiliki sifat antipiretik (penurun panas) dan anti-inflamasi. Senyawa-senyawa ini bekerja dengan membantu tubuh menurunkan suhu yang meningkat akibat infeksi atau peradangan, serta meredakan gejala yang menyertainya, seperti sakit kepala atau rasa panas di tubuh. Selain itu, sifat diuretik ringan pada permot membantu meningkatkan produksi urin, yang mendukung tubuh dalam membuang toksin dan mengurangi panas secara alami. Rebusan akar atau daun permot sering digunakan dalam pengobatan tradisional untuk diminum saat
demam, karena memberikan efek menenangkan pada tubuh dan membantu mempercepat proses penyembuhan. Dengan mekanisme kerja ini, tanaman permot menjadi salah satu obat herbal yang efektif untuk mengatasi demam dan panas dalam secara alami.
3. Anti Radang
Tanaman permot memiliki sifat anti-radang karena kandungan senyawa bioaktif seperti flavonoid, tanin, alkaloid, dan saponin, yang diketahui memiliki aktivitas anti- inflamasi. Senyawa flavonoid, misalnya, bekerja dengan menghambat enzim pro-inflamasi seperti siklooksigenase (COX) dan lipooksigenase, yang berperan dalam produksi mediator peradangan seperti prostaglandin. Selain itu, tanin membantu mengurangi peradangan dengan memperkuat jaringan dan mengurangi iritasi pada sel yang terkena. Alkaloid dalam tanaman ini juga dikenal memiliki efek menenangkan pada jaringan yang meradang, sementara saponin membantu mengurangi pembengkakan dengan meningkatkan sirkulasi darah di area yang terkena. Dalam pengobatan tradisional, rebusan daun atau akar permot sering diminum atau digunakan sebagai kompres untuk meredakan peradangan, baik di dalam tubuh (seperti radang tenggorokan) maupun luar tubuh (seperti luka atau bengkak).
Dengan cara ini, tanaman permot menawarkan manfaat alami yang mendukung proses penyembuhan peradangan.
4. Membantu mengobati batuk dan masalah pernapasam
Tanaman permot dapat digunakan untuk mengobati batuk dan masalah pernapasan karena memiliki kandungan senyawa aktif seperti flavonoid, alkaloid, dan saponin yang mendukung kesehatan sistem pernapasan. Flavonoid berfungsi sebagai antioksidan dan anti- inflamasi yang membantu meredakan peradangan pada saluran pernapasan, sehingga efektif untuk mengurangi iritasi pada tenggorokan. Saponin, di sisi lain, memiliki sifat ekspektoran, yang membantu melonggarkan lendir atau dahak di saluran pernapasan, sehingga lebih mudah dikeluarkan saat batuk. Selain itu, senyawa alkaloid dalam tanaman ini memberikan efek menenangkan pada otot-otot saluran napas, yang dapat membantu meredakan gejala seperti sesak napas atau bronkospasme. Dalam pengobatan tradisional, rebusan daun atau akar permot sering diminum sebagai ramuan herbal untuk mengatasi batuk berdahak, pilek, dan gejala infeksi saluran pernapasan lainnya. Kombinasi sifat anti-inflamasi, ekspektoran, dan antimikroba dari tanaman ini menjadikannya pilihan alami yang efektif untuk mendukung penyembuhan masalah pernapasan.
5. Membantu relaksasi dan mengurangi stress
Tanaman permot memiliki potensi untuk membantu relaksasi dan mengurangi stres berkat kandungan senyawa aktif seperti alkaloid, flavonoid, dan saponin, yang memberikan efek menenangkan pada sistem saraf. Alkaloid dalam tanaman ini diketahui dapat mempengaruhi neurotransmitter di otak, membantu mengurangi kecemasan dan memberikan rasa tenang. Flavonoid berperan sebagai antioksidan yang melindungi sel-sel saraf dari kerusakan akibat stres oksidatif, yang sering kali meningkat saat seseorang mengalami tekanan mental. Selain itu, sifat adaptogenik tanaman ini membantu tubuh beradaptasi dengan stres fisik dan emosional, meningkatkan daya tahan terhadap faktor pemicu stres. Dalam pengobatan tradisional, rebusan daun atau akar permot sering digunakan sebagai minuman herbal untuk diminum sebelum tidur guna membantu relaksasi dan meningkatkan kualitas tidur. Dengan mengurangi ketegangan saraf dan menyeimbangkan sistem tubuh, tanaman permot dapat menjadi pilihan alami untuk mendukung kesehatan mental dan mengelola stres.
2.1.2 Meniran (Phyllantus niruri L)
Meniran termasuk dalam jenis rumput liar yang memiliki daun berukuran kecil yang biasa tumbuh di tanah berpasir atau gembur. Tumbuhan yang sering dianggap rumput liar menjadikan tanaman ini tidak dipelihara. Sejak zaman dahulu, meniran sering dimanfaatkan dalam pengobatan alternatif terutama di kawasan Asia Tenggara. Tanaman ini tumbuh liar di lahan-lahan terbuka, pekarangan, atau pinggir jalan, dan biasanya memiliki ukuran kecil dengan tinggi sekitar 30–50 cm. Ciri khas rumput meniran adalah daunnya yang kecil menyerupai daun putri malu, dengan bunga-bunga kecil yang tumbuh di sepanjang batangnya di bawah daun.
Tanaman ini dikenal luas dalam pengobatan tradisional karena khasiatnya. Meniran mengandung berbagai senyawa aktif seperti flavonoid, tanin, alkaloid, dan lignan yang dianggap bermanfaat bagi kesehatan. Secara tradisional, meniran digunakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh, mengobati gangguan hati, melancarkan buang air kecil, dan mengatasi infeksi saluran kemih. Penelitian modern juga menunjukkan potensi tanaman ini sebagai antioksidan, antivirus, dan pelindung organ hati. Dengan banyak manfaatnya, rumput meniran telah menjadi salah satu tanaman herbal yang populer di kalangan praktisi pengobatan tradisional dan modern.
Gambar 2. Meniran
Secara etnobotanis, meniran telah dimanfaatkan secara luas di berbagai negara selama lebih dari 2000 tahun yang lalu. Tumbuhan ini merupakan salah satu jenis yang penting dari pengobatan Ayuderva India, Jamu Indonesia, sebagai chanca pedrica di Spayol dan banyak negara lainnya yang mengenal dan memanfaatkan tanaman ini sebagai obat-obatan tradisional. Ada beberapa manfaat rumput meniran, yaitu:
1. Meredakan gejala asam urat
Daun meniran menyimpan beberapa manfaat berkat kandungan senyawa aktifnya seperti filantin, hipofilantin, dan tanin yang berfungsi sebagai antioksidan . Senyawa- senyawa ini tidak hanya melindungi tubuh dari dampak buruk tingginya kadar asam urat, tetapi juga meredakan peradangan pada sendi yang sering mengganggu. Penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun meniran memiliki potensi dalam menurunkan kadar asam urat pada dan meniran ini menjadikannya alternatif alami bagi penderita asam urat. Namun, dalam mengonsumsi harus dengan bijak agar terhindar dari efek samping. Meniran juga dikenal ampuh dalam membantu meluruhkan batu ginjal, salah satu komplikasi yang sering muncul akibat asam urat tinggi. Cara mengonsumsi meniran inin dengan menyeduh air rebusan daun meniran, tubuh pun dapat lebih efisien membuang zat-zat sisa melalui urin, mencegah penumpukan kristal asam urat di ginjal.
2. Menurunkan kolestrol
Daun meniran diketahui mengandung senyawa yang dapat membantu menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL) dalam tubuh. Dengan menurunkan kadar kolesterol jahat dan meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL), daun meniran dapat membantu menjaga kesehatan jantung dan mencegah penyakit kardiovaskular.
3. Menyembuhkan masalah pencernaan
Daun meniran memiliki efek antimikroba yang dapat membantu melawan infeksi pada saluran pencernaan. Selain itu, ia juga memiliki sifat antiinflamasi yang dapat meredakan peradangan pada usus, membantu meredakan gangguan pencernaan seperti diare, sembelit, dan kembung.
4. Menurunkan kadar gula darah
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa daun meniran dapat membantu menurunkan kadar gula darah, menjadikannya sebagai salah satu pilihan pengobatan alami untuk penderita diabetes. Senyawa dalam daun meniran dapat meningkatkan sensitivitas insulin, yang membantu tubuh dalam menggunakan gula darah dengan lebih efektif.
5. Meningkatkan imunitas tubuh
Daun meniran memiliki kandungan senyawa antibakteri, antivirus, dan antiinflamasi yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Ini membantu tubuh melawan infeksi dan penyakit. Dengan meningkatkan sistem imun, daun meniran dapat membantu tubuh lebih cepat pulih dari penyakit serta mencegah serangan penyakit lain.
Dalam mengkonsumsi meniran ini dapat langsung diseduh daunnya dan diminum secara langsung dan juga dapat dijadikan teh herbal. Adapun cara membuat teh herbal pada tanaman meniran ini yaitu dengan dsiapkan daun meniran segar atau kering. Jika menggunakan meniran segar, pastikan daun tercuci dengan bersih untuk menghilangkan kotoran atau residu. Jika ingin menggunakan meniran kering, bisa langsung menjemur daun meniran segar di bawah sinar matahari hingga benar-benar kering. Setelah itu, dihancurkan meniran kering agar menjadi potongan kecil seperti daun teh. Dan diseduh dengan meniran kering dimasukkan ke dalam cangkir atau teko. Tuangkan air panas mendidih ke dalam cangkir, lalu biarkan selama 5-10 menit agar ekstrak meniran larut ke dalam air. Setelah direndam, saring teh untuk memisahkan ampasnya, dan teh meniran pun siap diminum. Dan bisa menambahkan madu atau lemon untuk memberikan rasa yang lebih enak, terutama jika rasa asli teh meniran yang cenderung pahit terasa kurang nyaman. Teh meniran ini dapat diminum hangat sebagai alternatif minuman sehat yang alami dan bermanfaat.
2.1.3 Sambiloto (Andrographis Paniculata)
Sambiloto (Andrographis paniculata) adalah salah satu jenis gulma yang memiliki banyak manfaat untuk kesehatan dan telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional.
Tanaman ini mudah ditemukan di daerah tropis, tumbuh liar di kebun, ladang, atau pinggir jalan. Sambiloto dikenal dengan daun yang kecil dan rasa pahit yang khas.
Sambiloto merupakan tumbuhan berkhasiat obat berupa terna tegak yang tingginya bisa mencapai 90 cm. Asalnya diduga dari Asia Tropika. Penyebarannya dari India meluas ke selatan sampai di Siam, ke timur sampai semenanjung Malaya, kemudian ditemukan Jawa. Tumbuh baik di dataran rendah sampai ketinggian 700 meter dari
permukaan laut. Sambiloto dapat tumbuh baik pada curah hujan 2.000–3.000 mm/tahun dan suhu udara 25–32°C. Kelembapan yang dibutuhkan termasuk sedang, yaitu 70–90% dengan penyinaran agak lama.
Gambar 3. Sambiloto
Sambiloto memiliki senyawa aktif bernama andrographolide. Andrographolide merupakan senyawa yang masuk dalam grup trihidroksilakton yang memiliki rumus molekul C20H30O5. Senyawa ini merupakan komponen utama tanaman sambiloto yang dapat dengan mudah larut dalam methanol, ethanol, pyridine, asam asetat, dan aceton, tetai sedikit larut dalam ether dan air. Sifat fisika dari andrographolide adalah sebagai berikut: titik leleh 228-230°C, seltrumultraviolet dalam ethanol λ maksimal 223nm (Kumoro, 2007).
Sambiloto memiliki banyak manfaat bagi kesehatan yaitu:
1. Meningkatkan Sistem Imun
Minuman sambiloto kaya akan senyawa aktif seperti andrographolide, yang dapat merangsang aktivitas sistem kekebalan tubuh. Ini membantu tubuh melawan infeksi virus dan bakteri. Teh sambiloto sering diminum untuk mencegah atau mengobati penyakit seperti flu, demam, dan infeksi saluran pernapasan.
2. Menurunkan Demam
Sambiloto dikenal sebagai antipiretik alami, yang efektif dalam menurunkan suhu tubuh saat demam. Minuman dari rebusan daun sambiloto membantu tubuh melawan penyebab demam, seperti infeksi bakteri atau virus, dengan mengurangi peradangan dan mendukung sistem imun.
3. Membantu Mengontrol Gula Darah
Minuman sambiloto juga bermanfaat untuk penderita diabetes karena dapat
membantu menurunkan kadar gula darah. Andrographolide dalam sambiloto meningkatkan sensitivitas insulin, sehingga tubuh dapat mengontrol gula darah dengan lebih baik.
Namun, konsumsi secara teratur tetap memerlukan pengawasan dokter.
4. Meredakan Peradangan
Sifat antiinflamasi sambiloto membuatnya efektif dalam meredakan peradangan di tubuh. Minuman sambiloto dapat membantu meringankan gejala peradangan seperti nyeri sendi (arthritis), radang tenggorokan, atau gangguan pencernaan akibat peradangan.
5. Mendetoksifikasi Hati
Sambiloto dikenal memiliki efek hepatoprotektor, yaitu melindungi dan memperbaiki fungsi hati. Minuman sambiloto membantu membersihkan hati dari racun dan meningkatkan regenerasi sel hati. Ini bermanfaat untuk mencegah dan mengobati gangguan hati seperti hepatitis.
Sambiloto (Andrographis paniculata) dapat digunakan sebagai minuman herbal yang menyehatkan dengan cara yang sederhana. Pertama, siapkan sekitar 5-7 lembar daun sambiloto segar atau 3 gram sambiloto kering. Pastikan daun yang digunakan dicuci bersih untuk menghilangkan kotoran atau residu. Setelah itu, rebus daun sambiloto dengan 2-3 gelas air menggunakan panci hingga mendidih. Biarkan air rebusan menyusut hingga tersisa sekitar 1-2 gelas, agar sari-sari dari daun sambiloto keluar sepenuhnya. Setelah selesai, saring air rebusan untuk memisahkan ampasnya. Minuman sambiloto ini dapat diminum hangat, dan untuk mengurangi rasa pahitnya.
2.1.4 Tapak liman (Elephantopus scaber)
Tapak liman adalah terna tegak yang berasal dari wilayah Amerika tropis, yang kini mudah ditemui di banyak negara di Asia, dan Polinesia. Tapak liman (Elephantopus scaber) adalah tanaman herbal yang dikenal luas dalam pengobatan tradisional di Asia, termasuk Indonesia. Tanaman ini mudah dikenali melalui daunnya yang berbentuk seperti jejak kaki gajah dan sering ditemukan tumbuh liar di berbagai daerah tropis.
Gambar 4. Tapak Liman
Walaupun sering dianggap sebagai gulma, tapak liman menyimpan manfaat luar biasa bagi kesehatan berkat kandungan senyawa aktifnya seperti flavonoid, alkaloid, saponin, dan tanin. Adapun manfaat dari gulma tapak liman ini yaitu:
1. Meningkatkan system kekebalan tubuh
Tapak liman kaya akan antioksidan yang membantu melawan radikal bebas dan meningkatkan sistem imun tubuh, sehingga tubuh lebih tahan terhadap infeksi. Seduh daun tapak liman kering dengan air panas, kemudian minum secara rutin untuk menjaga daya tahan tubuh.
2. Mengatasi Peradangan
Senyawa antiinflamasi dalam tapak liman efektif meredakan peradangan pada tubuh, baik yang disebabkan oleh infeksi maupun kondisi kronis seperti arthritis. Gunakan ekstrak tapak liman sebagai kompres untuk mengatasi bengkak atau nyeri.
3. Membantu Mengobati Infeksi Saluran Kemih
Tapak liman memiliki sifat diuretik yang membantu melancarkan buang air kecil dan membersihkan saluran kemih dari bakteri penyebab infeksi. Cara penggunaannya yaitu dengan merebus tapak liman.
4. Mengatasi Gangguan Pencernaan
Tapak liman membantu meredakan masalah pencernaan seperti diare, perut kembung, atau gangguan asam lambung berkat kandungan antimikrobanya.
5. Menurunkan demam
Tapak liman sering digunakan dalam pengobatan tradisional untuk meredakan demam karena sifat antipiretiknya. Rebus daun tapak liman dan minum airnya saat demam untuk membantu menurunkan suhu tubuh.
2.2 Etnobotani tumbuhan beracun
2.2.1 Pengertian etnobotani tumbuhan beracun
Tumbuhan beracun diartikan sebagai tumbuhan yang mengandung senyawa kimia yang bersifat toksik dan dapat menyebabkan kerusakan jaringan atau organ, bahkan dapat menyebabkan kematian organisme (Imelda, 2014). Tumbuhan beracun mengandung senyawa kimia seperti alkaloid, steroid, dan saponin. Tumbuhan beracun yang jika dimanfaatkan dengan jelas dan benar akan mempunyai kegunaan yang tepat untuk masyarakat. Etnobotani, khususnya terkait tumbuhan beracun, menyimpan pengetahuan berharga bagi masyarakat. Penelitian etnobotani mengungkap bagaimana masyarakat tradisional memanfaatkan tumbuhan beracun untuk berbagai keperluan, termasuk
pengobatan dan pertanian. Pemahaman ini sangat penting untuk pengembangan obat-obatan baru dan metode pengendalian hama alami.
2.2.2 Manfaat etnobotani tumbuhan beracun
Salah satu manfaat utama etnobotani tumbuhan beracun adalah dalam bidang pengobatan tradisional. Masyarakat lokal memiliki pengetahuan mendalam tentang tumbuhan mana yang beracun, bagian mana yang mengandung senyawa aktif, dan bagaimana cara mengolahnya agar aman digunakan sebagai obat. Meskipun beracun, dalam dosis yang tepat dan dengan pengolahan yang benar, senyawa aktif dalam tumbuhan tersebut dapat menyembuhkan berbagai penyakit.
2.2.3 Contoh tumbuhan beracun
Gambar 5. Akar Tuba ( Derris elliptica )
Akar tuba ( Derris elliptica ) mengandung rotenone, senyawa yang beracun bagi serangga dan hewan. Masyarakat tradisional menggunakannya sebagai insektisida alami untuk melindungi tanaman dari hama. Pengetahuan ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan pestisida nabati yang lebih ramah lingkungan. Selain pengobatan dan pertanian, etnobotani tumbuhan beracun juga dapat memberikan informasi penting tentang keanekaragaman hayati dan konservasi. Pengetahuan masyarakat lokal tentang tumbuhan beracun seringkali terkait erat dengan pemahaman mereka tentang ekosistem tempat mereka tinggal. Dengan mendokumentasikan pengetahuan ini, kita dapat melestarikan baik kearifan lokal maupun keanekaragaman tumbuhan, perlu diingat bahwa penanganan tumbuhan beracun harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Identifikasi yang salah atau pengolahan yang tidak tepat dapat berakibat fatal. Oleh karena itu, penelitian etnobotani tumbuhan beracun harus dilakukan secara cermat dan bertanggung jawab, melibatkan ahli botani, toksikologi, dan masyarakat lokal.
Gambar 6. Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.)
Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) dikenal Masyarakat sekitar dengan nama Balacai. Tanaman ini mengandung racun pada bijinya yaitu curcin (lektin) juga pada getahnya (getah latex). Tanaman ini tumbuh dengan ketinggian kurang lebih 1 meter, batangnya bercabang banyak, berwarna agak kecokelatan, sangat keras dan dapat menghasilkan getah jika dipotong. Daunnya menjari, lebar dan cukup besar dengan permukaan agak kasar, berwarna hijau dan bagian bawahnya cukup pucat serta buah dan bijinya yang tidak terlalu besar, berbentuk bulat agak oval dan berwarna hijau muda.
Pemanfaatan tanaman ini lebih difokuskan pada daunnya, masyarakat setempat menggunakannya untuk mengobati perut kembung dengan menggosokkan permukaan daun dengan minyak kelapa dan dipanaskan kemudian ditempel pada perut. Daunnya juga dihaluskan dan diambil airnya untuk mengeluarkan lendir putih kental untuk orang batuk.
Untuk buah dan bijinya sendiri lebih dimanfaatkan sebagai racun hewan. Pengetahuan Masyarakat mengenai kandungan racun tanaman ini ternyata cukup besar dan berasal dari pengalaman orang-orang zaman dahulu. Kandungan racun berupa senyawa curcin yang dimanfaatkan pada hewan dan serangga (Arofah and Larasanti, 2021).
Gambar 7. Tanaman Bintaro (Cerbera odollam)
Tanaman Bintaro (Cerbera odollam), Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat di Kelurahan Sulamadaha. Stanaman bintaro dikenal dengan sebutan Goro-goro Raci, tumbuhan goro-goro raci ini dimanfaatkan sebagai pembasmi hama. Bagian yang digunakan yaitu buah dan daun dari tanaman bintaro yang digunakan, biasanya masyarakat Sulamadaha ketika menghilangkan hama atau membasmi hama biasanya dengan cara ini yaitu bagian tanaman yang sering di gunakan adalah buah atau daunnya, selain membunuh
hama, bintaro juga bisa gunakan untuk membunuh tikus atau hama tikus, hampir semua responden menyatakan demikian. Menurut mereka buah dari bintaro ini apabila di konsumsi juga dapat berakibat fatal maka dari itu tumbuhan ini dikatakan beracun dan tidak bisa dikonsumsi karena racun yang terdapat pada bintaro ini yaitu getah pada tanaman bintaro.
Jika dibandingkan dengan literatur, Buah bintaro mengandung steroid saponin dan asam lemak seperti palmitat, stearat, oleat, miristat, linolenat, dan asam lemak linoleat. Kernel buah bintaro mengandung saponin dan polifenol yang beracun untuk hama dan serangga.
Tanaman bintaro memiliki nama latin Cerbera manghas L., termasuk tumbuhan non pangan atau tidak untuk dimakan. Dinamakan cerbera karena bijinya dan semua bagian pohonnya mengandung racun yang dapat menghambat saluran ion yang disebut cerberin (Sa’diyah, Purwani and Wijayawati, 2013). Tanaman Keben (Barringtonia speciosa), Menurut wawancara dengan masyarakat setempat, Tumbuhan keben atau mojiu ini tumbuh di pesisir pantai dan memiliki buah dan biji berbentuk seperti segitiga piramida dan memiliki racun yang menurut masyarakat setempat, tumbuhan ini sering digunakan untuk racun ikan, pembuatan racun ikan dari tumbuhan mojiu ini dilakukan dengan cara di belah buahnya, diambil bijinya kemudian di tumbuk atau di gerus, dan disebar ke laut, pemanfaatan ini digunakan ketika masyarakat setempat memancing ikan. Berdasarkan literatur, Tumbuhan keben atau mojiu merupakan tumbuhan yang banyak dijumpai di pesisir pantai atau sekitar pantai, di beberapa daerah salah satunya daerah maluku utara tumbuhan ini mengandung racun (poisonous plant), yang digunakan masyarakat sebagai potasium untuk ikan (Bustanussalam and Simanjuntak, 2009).
2.3 Penggunaan Etnobotani Tumbuhan Beracun dalam Ritual
Etnobotani mempelajari hubungan antara masyarakat dan tumbuhan, termasuk pemanfaatan tumbuhan beracun dalam konteks budaya dan ritual. Tumbuhan beracun sering kali memiliki nilai budaya yang tinggi, digunakan dalam praktik spiritual, penyembuhan, dan upacara tradisional.
2.3.1 Ritual Penyembuhan
Di banyak budaya, tumbuhan beracun digunakan dalam ritual penyembuhan.
Misalnya, beberapa suku di Amazon menggunakan tumbuhan seperti ayahuasca, yang mengandung senyawa psikoaktif DMT. Dalam konteks ini, tumbuhan tersebut dianggap dapat membantu individu mencapai kesadaran yang lebih tinggi dan memfasilitasi penyembuhan mental dan spiritual. Penggunaan dosis yang tepat dan pengetahuan tradisional menjadi kunci agar tidak terjadi efek samping yang berbahaya.
2.3.2 Upacara Spiritualitas
Tumbuhan beracun juga digunakan dalam upacara spiritual untuk menghubungkan individu dengan dunia roh. Dalam beberapa tradisi, senyawa psikoaktif dari tumbuhan ini dianggap sebagai jembatan untuk berkomunikasi dengan entitas spiritual. Ritual ini sering melibatkan persiapan dan konsumsi tumbuhan dalam konteks yang sangat terstruktur, di mana seorang pemimpin spiritual memandu peserta melalui pengalaman tersebut.
2.3.3 Ritual Perlindungan
Dalam berbagai budaya, tumbuhan beracun digunakan sebagai bagian dari ritual perlindungan. Misalnya, ekstrak dari tanaman tertentu dapat dioleskan pada tubuh sebagai jimat untuk melindungi diri dari pengaruh negatif atau roh jahat. Penggunaan tumbuhan ini sering kali disertai dengan doa atau mantra yang ditujukan untuk memperkuat perlindungan.
2.3.4 Simbolisme dan Identitas Budaya
Tumbuhan beracun sering kali memiliki simbolisme yang mendalam. Mereka dapat melambangkan kekuatan, kematian, atau transformasi. Dalam konteks ritual, penggunaan tumbuhan ini mencerminkan nilai-nilai dan identitas budaya masyarakat. Misalnya, dalam beberapa tradisi, tumbuhan beracun dianggap sebagai simbol keberanian dan ketahanan.
2.3.5 Ritual Pengorbanan
Dalam beberapa kebudayaan, tumbuhan beracun digunakan dalam ritual pengorbanan, baik secara simbolis maupun nyata. Ritual ini sering kali bertujuan untuk menghormati dewa atau leluhur, dengan harapan mendapatkan berkah atau perlindungan.
Masyarakat yang melakukan ritual ini memiliki pengetahuan mendalam tentang tumbuhan yang digunakan dan cara mengelolanya.
2.4 Bahaya dan Resiko Gulma Beracun 2.4.1 Aconitum (Aconite/Wolfsbane)
Aconitum, yang juga dikenal dengan nama wolfsbane atau monkshood, adalah tanaman berbunga dari keluarga Ranunculaceae yang tumbuh di wilayah pegunungan, terutama di Eropa, Asia, dan beberapa bagian Amerika Utara. Aconitum sering ditemukan di hutan lebat dan tepi sungai, dengan bunga yang memiliki warna ungu atau biru yang mencolok. Namun, di balik keindahannya, tanaman ini sangat beracun. Semua bagian dari Aconitum, terutama akar dan akarnya, mengandung alkaloid berbahaya yang disebut aconitine. Aconitine, senyawa utama dalam Aconitum, bekerja dengan cara memblokir
saluran ion natrium pada sel saraf, yang menyebabkan kegagalan sistem saraf dan gangguan fungsi jantung. Gejala keracunan yang paling umum setelah tertelan atau terpapar tanaman ini meliputi mual, muntah, diare, pusing, dan berkeringat berlebihan. Selanjutnya, keracunan ini bisa mengarah pada gangguan pernapasan, kegagalan jantung, dan koma. Keracunan berat dapat mengarah pada kematian dalam waktu singkat jika tidak segera ditangani dengan antivenom atau perawatan medis. Bahkan kontak langsung dengan kulit atau mata dapat menyebabkan iritasi atau keracunan ringan, terutama jika ada luka terbuka pada kulit.
Gambar 8. Aconitum (Aconite/Wolfsbane)
Karena toksisitasnya yang sangat tinggi, Aconitum harus dijauhi, dan jika ditemukan di alam liar, harus ditangani dengan hati-hati. Pembaca atau petani yang bekerja di lingkungan di mana tanaman ini tumbuh harus mengenakan pelindung seperti sarung tangan dan masker untuk menghindari kontak langsung dengan tanaman.
2.4.2 Ricinus communis (Castor Bean)
Gambar 9. Ricinus communis (Castor Bean).
Ricinus communis, atau lebih dikenal dengan nama castor bean, adalah tanaman berbunga yang termasuk dalam keluarga Euphorbiaceae. Tanaman ini dapat ditemukan di berbagai daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia, termasuk Asia, Afrika, dan Amerika
Selatan. Ricinus communis tumbuh tinggi dengan daun lebar berwarna hijau cerah dan bunga berwarna hijau atau merah. Meskipun minyak castor yang diekstrak dari bijinya banyak digunakan dalam industri, biji tanaman ini mengandung racun yang sangat berbahaya, yaitu ricin. Ricin adalah salah satu racun yang paling mematikan. Racun ini sangat tahan lama dan bahkan sejumlah kecil ricin dapat menyebabkan keracunan serius. Ricin bekerja dengan menghambat sintesis protein dalam sel-sel tubuh, yang pada gilirannya menyebabkan kematian sel dan kerusakan organ. Jika biji castor tertelan, gejala awal keracunan termasuk mual, muntah, diare, dan sakit perut yang parah. Jika keracunan ini berlanjut, dapat menyebabkan kerusakan hati, ginjal, dan sistem pernapasan, yang pada akhirnya bisa berujung pada gagal organ dan kematian dalam waktu 36–72 jam setelah paparan. Ricin juga sangat berbahaya jika terhirup atau tertelan dalam bentuk debu atau cairan. Jika tertelan, biji castor juga dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan.
Meskipun biji castor terlihat menarik karena warna-warnanya yang cerah, mereka sangat berbahaya. Penanganan tanaman ini membutuhkan kehati-hatian ekstra, terutama saat memetik bijinya untuk keperluan industri. Disarankan untuk mengenakan sarung tangan pelindung saat bekerja dengan biji ini.
2.4.3 Nicotiana glauca (Tree Tobacco)
Gambar 10. Nicotiana glauca (Tree Tobacco).
Nicotiana glauca, yang juga dikenal dengan nama tree tobacco, adalah tanaman berbahaya yang berasal dari Amerika Selatan, namun telah tersebar ke banyak daerah tropis dan subtropis, termasuk Australia dan Afrika. Tanaman ini memiliki daun besar dan bunga kuning cerah, serta dapat tumbuh menjadi semak atau pohon kecil setinggi 3-4 meter. Seperti halnya tanaman tembakau lainnya, Nicotiana glauca mengandung nikotin dalam jumlah yang cukup tinggi, terutama pada daunnya. Nikotin adalah alkaloid yang sangat toksik dan menyebabkan keracunan pada manusia dan hewan jika terpapar dalam jumlah besar. Nikotin dalam Nicotiana glauca sangat berbahaya dan dapat menyebabkan keracunan yang parah jika dikonsumsi atau terhirup dalam jumlah besar. Gejala keracunan nikotin meliputi pusing,
mual, muntah, dan sakit kepala. Selanjutnya, paparan lebih lanjut bisa menyebabkan gangguan sistem pernapasan, detak jantung yang cepat, peningkatan tekanan darah, dan bahkan kejang. Jika keracunan nikotin sangat parah, dapat menyebabkan koma dan kematian akibat kegagalan pernapasan atau jantung. Pada hewan peliharaan seperti anjing dan kucing, mengunyah bagian tanaman ini dapat menyebabkan keracunan fatal.
Bagi mereka yang tinggal di daerah tropis, Nicotiana glauca sering kali ditemukan di kebun atau sebagai tanaman liar. Oleh karena itu, disarankan untuk tidak menyentuh atau memetik bagian tanaman ini tanpa perlindungan yang memadai, seperti sarung tangan.
Selain itu, anak-anak dan hewan peliharaan harus dijauhkan dari tanaman ini untuk mencegah keracunan yang tidak disengaja.
2.4.4 Toxicodendron radicans (Poison Ivy)
Poison Ivy (Toxicodendron radicans) adalah tanaman yang sangat umum ditemukan di Amerika Utara, meskipun dapat juga ditemukan di beberapa bagian Eropa dan Asia.
Tanaman ini tumbuh sebagai semak atau tanaman merambat dengan daun yang memiliki tiga helai (sering disebut “leaves of three, let it be”). Daunnya bisa berwarna hijau pada musim panas dan berubah menjadi merah cerah pada musim gugur. Namun, yang membuat Poison Ivy berbahaya adalah kandungan urushiol, senyawa kimia beracun yang terdapat di semua bagian tanaman ini, termasuk daun, batang, dan akar. Urushiol adalah senyawa kimia yang menyebabkan reaksi alergi pada banyak orang, bahkan dengan paparan yang sangat sedikit. Gejala yang paling umum setelah kontak dengan Poison Ivy adalah dermatitis kontak, yang ditandai dengan gatal, ruam merah, dan lepuh yang bisa menyebar di area yang terpapar. Kontak langsung dengan tanaman ini atau bahkan dengan benda yang terkontaminasi urushiol, seperti pakaian atau alat berkebun, bisa menyebabkan reaksi alergi yang parah. Selain itu, jika seseorang tidak sengaja menelan atau menghirup bagian tanaman ini, mereka bisa mengalami masalah pencernaan dan gangguan pernapasan yang lebih serius.
Gambar 4. Toxicodendron radicans (Poison Ivy)
Penting untuk selalu mengenali Poison Ivy ketika berada di alam liar, terutama di area hutan atau taman yang tidak terawat. Menggunakan pelindung seperti sarung tangan, pakaian panjang, dan mencuci tubuh serta pakaian setelah berinteraksi dengan tanaman ini sangat disarankan untuk menghindari paparan urushiol. Selain itu, jika terjadi kontak dengan tanaman ini, segera cuci kulit dengan sabun dan air dingin untuk mengurangi efek reaksi alergi.
BAB III. KESIMPULAN
Kesimpulan dari etnobotani mengenai minuman dan tumbuhan beracun adalah bahwa banyak tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat tradisional dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk ritual penyembuhan, upacara spiritualitas, ritual perlindungan, simbolisme dan identitas budaya, maupun ritual pengorbanan. Namun, tidak semua tumbuhan yang digunakan aman, karena ada beberapa jenis tumbuhan yang berpotensi beracun jika tidak diolah dengan benar. Pengetahuan lokal mengenai cara-cara mengolah dan memanfaatkan tumbuhan ini sangat penting untuk menghindari efek berbahaya.
Etnobotani menekankan pentingnya pemahaman mendalam mengenai tanaman, termasuk dosis, waktu, dan cara penggunaannya, untuk memaksimalkan manfaat dan mengurangi risiko keracunan. Selain itu, pengetahuan ini juga menjadi bagian dari warisan budaya yang perlu dilestarikan dan dipahami oleh generasi mendatang.
Dengan demikian, meskipun tumbuhan beracun memiliki potensi bahaya, mereka juga bisa bermanfaat jika digunakan dengan pengetahuan yang tepat. Hal ini menunjukkan pentingnya keseimbangan antara pemanfaatan sumber daya alam dan perlindungan terhadap kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Anindita, R. D., & Suryani, N. 2021. Potensi Tanaman Loka (Syzygium cumini) sebagai Bahan Minuman Berkhasiat Kesehatan: Sebuah Tinjauan Etnobotani. Jurnal Botani dan Sumber Daya Alam, 10(1), 52-61.
Adi, W. M., & Putri, A. D. 2022. Peran Etnobotani dalam Pengembangan Industri Minuman Herbal Berbasis Tanaman Lokal di Indonesia. Jurnal Industri dan Pembangunan, 6(4), 132-145.
Kurniawan, H., & Wahyuni, S. 2018. Kajian Etnobotani Tanaman Herbal sebagai Bahan Minuman Kesehatan di Sumatera Barat. Jurnal Sumber Daya Alam dan Lingkungan, 7(3), 97-104.
Kumoro, AC. 2007. Supercritical Carbon Dioxide Extraction of Andrographolide from Andr opaniculata, and Temperature. China Journal of Chemical Engineering 15, 877- 88.
Miya Dosi. 2025. Rumput Liar Meniran Memiliki Sejuta Manfaat Untuk Kesehatan. Rad erlbong.id
Narendra, K. 2012. “Phyllanthus niruri: A Review on its Ethno Botanical, Phytoch emical and Pharmacological Profile” Journal of Pharmachy Research Vol.
5. research gate.
Setiawan, A., & Sumarni, E. 2015. Pemanfaatan Tanaman Obat Tradisional dalam Minuman Herbal oleh Masyarakat di Kabupaten Banyumas. Jurnal Etnobotani Indonesia, 3(2), 45-56.
Sari, R. P., & Herlina, M. 2017. Etnobotani Tanaman Penenang dalam Minuman Tradisional Jawa. Jurnal Botani Indonesia, 5(1), 12-20.
Wulandari, S., & Sugiarto, R. (2023). Konservasi dan Pemanfaatan Tanaman Obat sebagai Minuman Tradisional dalam Perspektif Etnobotani. Jurnal Pengetahuan Alam Indonesia, 9(1), 15-23.
Wijayanti, D., & Hidayati, N. 2020. Etnobotani Minuman Fermentasi Tradisional: Studi Kasus pada Minuman Kombucha dan Tapai di Jawa. Jurnal Penelitian Etnobotani, 8(2), 83-90.