• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Kajian Teologi

N/A
N/A
Umar Khayyam

Academic year: 2025

Membagikan "Makalah Kajian Teologi"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dalam perkembangan agama islam banyak dipelajari berbagai ilmu-ilmu keagamaan, misalnya ilmu fiqih, ilmu aqidah, dan ilmu tauhid. Ilmu-ilmu tersebut mempunyai peranan tersendiri dalam mempelajari ilmu-ilmu tentang agama islam. Ilmu fiqihmempelajari tentang hukum-hukum dalam agama islam. Ilmu aqidah mempelajari tentang tingkah laku baik buruk manusia menurut agama islam. Dan ilmu tauhidmempelajari tentang keesaan Tuhan.

Ilmu tauhid juga disebut ilmu kalam, ilmu kalam adalah ilmu yang membicarakantentang wujudnya Tuhan (Allah), sifat-sifat yang mesti ada padaNya, sifat-sifat yangtidak ada padaNya, dan sifat-sifat yang mungkin ada padaNya. Dan membicarakantentang rasul-rasul Tuhan, untuk menetapkan kerasulannya dan sifat-sifat yangmesti ada padanya, sifat-sifat yang mungkin ada padanya dan sifat-sifat yang tidak mungkinterdapat pada dirinya.

Ilmu kalam dalam agama mempunyai kedudukan yang sama dengan logika dalam filsafat. Dalam mengkaji agama (al-Qur’an), baik ayat-ayat yang muhkam maupun yang mutasyabihat sebagai otoritas teks yang bersumber dari Tuhan, diperlukan sebuah metode untuk menangkap pesan-pesan-Nya. Ulama- ulama klasik menggunakan ilmu kalam sebagai metode untuk memantapkan hati dan membela kepercayaan-kepercayaan agama dengan menghilangkan berbagai macam keraguan.

(2)

Ilmu kalam pada akhirnya menjadi sebuah keniscayaan untuk dipelajari.

Filsafat dan logika digunakan oleh sebagian ulama-ulama Islam klasik sebagai senjata untuk menangkis serangan-serangan lawannya, yaitu orang-orang Atheis, Yahudi, Masehi dan Majusi, yang terus menggelitik kepercayaan-kepercayaan orang Islam dengan menggunakan senjata yang sama.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat di rumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apa yang di maksud dengan istilah tauhid, kalam, dan theologi?

2. Darimana asal-usul dan bagaimana perkembangan studi ilmu kalam?

3. Apa saja aliran utama dalam ilmu kalam?

4. Seberapa siginifikansi dan kontribusi pendekatan teologi dalam studi islam?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan istilah tauhid, kalam, dan theologi.

2. Untuk mengetahui darimana asal-usul dan bagaimana perkembangan studi ilmu kalam.

3. Untuk mengetahui apa saja aliran utama dalam ilmu kalam.

4. Untuk mengetahui seberapa siginifikansi dan kontribusi pendekatan teologi dalam studi islam.

(3)

BAB II PEMBAHASAN A. Defenisi Istilah

1. Tauhid

Tauhid berasal dari bahasa Arab, "Wahhada Yuwahhidu Tauhidan", yang berarti mengesakan Allah Swt. Secara bahasa, tauhid berarti menyatukan, menjadikan satu, atau menyifati dengan kesatuan (Gradianto, 2022). Menurut Syeikh Muhammad Abduh, tauhid adalah ilmu yang membahas tentang wujud Allah, sifat-sifat yang wajib disifatkan kepada-Nya, sifat-sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan daripada-Nya, serta membahas tentang rasul-rasul-Nya, meyakinkan kerasulan mereka, sifat-sifat yang boleh ditetapkan kepada mereka, dan apa yang terlarang dinisbatkan kepada mereka (Sendari, 2021).

Menurut KBBI, pengertian Tauhid adalah keesaan Allah SWT, ini merujuk pada kuatnya kepercayaan bahwa Allah SWT hanya satu (KBBI, 2024). Pengertian Tauhid berarti mengakui keesaan Allah SWT. Ilmu tauhid juga disebut sebagai ilmu ushul (dasar agama) atau ilmu aqidah.

Artinya, ilmu ini menjadi bekal pedoman bagi seluruh umat Islam dalam melakukan kewajibannya sebagai umat beragama.

Kesimpulannya, pengertian tauhid adalah suatu ilmu yang membahas tentang wujud Allah, sifat-sifat yang wajib disifatkan kepada- Nya, sifat-sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan daripada-Nya, serta membahas tentang rasul-rasul-Nya, meyakinkan kerasulan mereka, sifat- sifat yang boleh ditetapkan kepada mereka, dan apa yang terlarang

(4)

dinisbatkan kepada mereka. Tauhid adalah konsep kesatuan tak terpisahkan dalam Islam, yang berkaitan dengan kepercayaan pada satu Tuhan, yaitu Allah SWT.

2. Kalam

Ilmu kalam adalah suatu ilmu yang membahas tentang masalah ketuhanan atau ketauhidan. Ilmu kalam menempatkan Tuhan sebagai fokus utamanya dan berisi alasan-alasan mempertahankan kepercayaan- kepercayaan iman. Menurut Ibnu Khaldun, ilmu kalam adalah ilmu yang mengandung argumen-argumen rasional untuk membela aqidah-aqidah iman dan mengandung penolakan terhadap golongan bid’ah (perbuatan- perbuatan baru tanpa ada contoh sebelumnya) yang di dalam aqidah, menyimpang dari mazhab salah dan ahlussunnah (Abdi, 2023).

Sedangkan menurut Hasbi al-Shiddieqy, keberadaan Ilmu Kalam atau Ilmu Tauhid ini adalah ilmu yang membicarakan tentang cara-cara menetapkan akidah agama dengan menggunakan dalil-dalil yang meyakinkan, baik itu dalil naqli, aqli, maupun dalil wijdani (Cantika, 2024). Menurut Al-’iji, Ilmu Kalam adalah sebuah ilmu yang memberikan kemampuan untuk menetapkan aqidah agama Islam dengan mengajukan argumen guna melenyapkan keraguan yang ada. Ilmu kalam juga berisikan alasan-alasan mengapa kita harus mempertahankan kepercayaan- kepercayaan iman, tentu saja dengan menggunakan dalil-dalil pikiran dan berisikan bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng dari kepercayaan salaf dan ahlussunnah (Cantika, 2024).

(5)

3. Teologi

Teologi berasal dari bahasa Inggris, theos yang berarti Tuhan, dan logos yang berarti ilmu atau wacana. Dalam bahasa Yunani Theologia, yang mempunyai beberapa pengertian, yakni ilmu tentang hubungan dunia ilahi dengan dunia fisik, tentang hakikat dan kehendak Tuhan, doktrin atau keyakinan tentang Tuhan, dan usaha yang sistematis untuk meyakinkan, menafsirkan dan membenarkan secara konsisten keyakinan tentang Tuhan (Hijroh Mukhlis, 2015).

Menurut Fergilius Ferm, theologi (ilmu tauhid) berarti ilmu tentang Tuhan atau ilmu ketuhanan, yang berhubungan dengan alam semesta (Sendari, 2021). Teologi Islam adalah suatu ilmu yang membahas tentang ajaran dasar dari suatu agama. Setiap orang menyelami seluk beluk agamanya, dan teologi Islam adalah bagian dari ilmu pengetahuan yang membahas tentang Allah SWT (Latif, 2023).

Teologi Islam juga disebut sebagai ilmu kalam, karena persoalan penting yang menjadi pembicaraan pada abad permulaan hijrah ialah firman Tuhan (kalam Allah), sehingga seluruh isi dari ilmu kalam merupakan bagian yang terpenting, dan dasar dari ilmu kalam adalah dalil- dalil pikiran dari para mutakallimin (Latif, 2023).

B. Asal-usul Dan Perkembangan Studi Ilmu Kalam

Dalam buku The Oxford Handbook of Islamic Theology pada bagian Origins Of Kalam membahas mengenai asal-usul ilmu kalam dalam budaya debat zaman kuno di timur rengah. Teologi Islam muncul dalam lingkungan multi

(6)

agama (banyak agama) yang dimana minoritas Muslim berkuasa berjuang untuk menegaskan pendapatnya sendiri secara politik maupun agama di tengaah-tengah penduduk asli timur tengah.

Berbagai penduduk yang berdiam diri disana seperti Suriah, Yunani, Persia tengah, koptik, Armenia, dan Arab. Setiap penduduknya menganut agama yang berdebdabeda seperti: Kristen yang membentuk mayoritas yang signifikan di Suriah, Palestina, Irak, Iran, Mesir dan Afrika utara. Dari semua komunitas dan penganut agama yang berbeda, dan dari berbagai tingkatan yang membawa warisan filosofi yunani terlibat dalam peredabatan agama, bisa dikatakan sama- sama mepertahankan kepercayaan mereka masing-masing, karena setiap komunitas memiliki landasan dalam mempertahankan pendapat mereka, oleh karena itu terjadilah perdebatan selama berabad-abad di setiap komunitas dalam berbagai tingkatan untuk mengasimilasi dan membawa warisan filosofis inilah yang mengakibatkan perebatan antar agama dan intra agama, serta tidak dapat di pungkiri lagi jika para penduduk muslim melakukan kontak baik.

Setelah islam datang menyentuh wilayah Persia dan Mesir perdebatan teologis di antara aliran Kristen tersebut kemudian memicu lahirnya ilmu kalam dalam islam, walaupun demikian ilmu kalam tidak berusaha mengikuti aliran Kristen mana pun, sehingga para Mutakallim dapat memngemukakan berbagai penelitian yang orasional dan menggunakan pemikiran dari Aristoteles dan alirannya tetapi untuk tujuan yang berbeda (Assakinah, 2022).

(7)

Perkembangan ilmu kalam pada masa awal-awal islam dimulai pasca meninggalnya Nabi Muhammad SAW (8 Juni 632 M/11 H). Setelah itu, tampuk kepemimpinan Islam diganti beberapa kali oleh seorang Khalifah Rasydin.

Dimulai dari Abu Bakar Ah-Shiddiq RA, Umar bin Khatab RA, Utsman bin Affan RA, dan Ali bin Abi Thalib RA. Ilmu Kalam berawal dari peristiwa tahkim atau arbitrase antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abu Sufyan. Ilmu Kalam berawal dari peristiwa tahkim atau arbitrase antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abu Sufyan (Hadi, 2021).

Dalam perkembangannya, Ilmu Kalam mengadopsi prinsip-prinsip filsafat Yunani untuk memahami akidah Islam, namun ahli Ilmu Kalam (Mutakallim) tidak pernah keluar dari koridor Islam dan tetap memosisikan wahyu, yaitu Al- Quran dan hadis sebagai sumber primernya. Kemudian selanjutnya Ilmu Kalam memiliki beberapa aliran, seperti Qadariyah dan Jabariah, kemudian Asyariah, Maturidiyah, dan lain sebagainya (Komarudin, 2015).

C. Aliran Utama Dalam Teologi Islam

Aliran dalam ilmu kalam memiliki berbagai latar belakang yang berperan membentuk aliran tersebut, adapun aliran ilmu kalam yang hadir sejak peristiwa tahkim hingga saat ini antara lain :

1. Aliran Khawarij

Khawarij adalah suatu nama yang mungkin diberikan oleh kalangan lapangan di sana karena tidak mau menerima arbitrase dalam pertempuran siffin yang terjadi wantara Ali dan Mu‟awiyah dalam upaya

(8)

penyelesaian persengketaan antara keduanya tentang masalah khalifah.

Khawarij berasal dari kata kharaja, artinya ialah keluar, dan yang dimaksudkan disini ialah mereka yang keluar dari barisan Ali sebagai diterimanya arbitse oleh Ali. Tetapi sebagian orang berpendapat bahwa nama itu diberikan kepada mereka, karena mereka keluar dari rumah- rumah mereka dengan maksud berjihad di jalan Allah.

Bila pada masa Rasulullah term kafir hanya dipakai untuk mereka yang belum memeluk Islam, kaum Khawarij memperluas makna kafir dengan memasukkan orang yang telah beragama Islam ke dalamnya.

Yakni orang Islam yang bila ia menghukum, maka yang digunakannya bukanlah hukum Allah. Secara umum, konsep mereka tentang iman bukan pembenaran dalam hati semata-mata.

Pembenaran hati (al-tasdiq bi al-qabl) menurut mereka, mestilah disempurnakan dengan menjalankan perintah agama. Seseorang yang telah memercayai bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad itu utusan Allah, tapi ia tidak melakukan kewajiban agama, berarti imannya tidak benar, maka ia akan menjadi kafir.

2. Aliran Syiah

Syiah dalam bahasa Arab artinya ialah pihak, puak, golongan, kelompok atau pengikut sahabat atau penolong. Pengertian itu kemudian bergeser mempunyai pengertian tertentu. Setiap kali orang menyebut syiah, maka asosiasi pikiran orang tertuju kepada syiah-ali, yaitu kelompok masyarakat yang amat memihak Ali dan dan memuliakannya

(9)

beserta keturunannya. Kelompok tersebut lambat laun membangun dirinya sebagai aliran dalam Islam. Adapun ahl al-bait adalah “family rumah nabi”.

Menurut syiah yang dinamakan ahl bait itu adalah Fatimah, suaminya Ali, Hasan dan Husein anak kandungnya, menantu dan cucu- cucu Nabi, sedang isteri-isteri nabi tidak termasuk Ahl alBait. Sejak jaman Rasulullah serta khalifah Abu Bakar dan Umar bin Khatab, belum pernah ditemukan adanya satu golongan politik atau golongan agama yang memiliki banyak pengikut, memiliki karakter dan identitas khusus dan memiliki target yang jelas. Golongan itu baru muncul pada masa Khalifah Utsman.

Mereka adalah orang-orang yang setia pada Ali, yang menganggap bahwa kekhalifahan Ali berdasarkan Nash Al-quran dan wasiat dari Rasulullah SAW, baik yang disampaikan secara jelas maupun samar.

Menurut mereka seharusnya tampuk kepemimpinan diduduki oleh Ali dan keturunannya, serta tidak boleh lepas darinya.

Para ulama masih berbeda pendapat mengenai asal-usul Syi‟ah dan perkembangannya. Menurut Prof. Walhus, akidah Syi‟ah banyak terpengaruh oleh ajaran Yahudi, bukan persia karena mengingat pendirinya adalah Abdullah bin Saba‟ yang berasal dari Yahudi.

Sementara pendapat Prof. Dawzi cenderung pada pendapat yang menyatakan bahwa pendiri Islam adalah orang Persia, karena orang Arab bebas memeluk agama.

(10)

3. Aliran Jabbariyah

Kata Jabariyah berasal dari kata jabara yang berarti memaksa dan mengharuskannya melaksanakan sesuatu atau secara harfiah dari lafadz aljabr yang berarti paksaan. Kalau dikatakan Allah mempunyai sifat Aljabbar (dalam bentuk mubalaghah), itu artinya Allah Maha Memaksa.

Selanjutnya kata jabara setelah ditarik menjadi jabariyah memiliki arti suatu aliran. Lebih lanjut Asy- Syahratsan menegaskan bahwa paham Al jabr berarti menghilangkan perbuatan manusia dalam arti yang sesungguhnya dan menyandarkannya kepada Allah, dengan kata lain manusia mengerjakan perbuatannya dalam keadaan terpaksa.

Secara istilah, jabbariyah berarti menyandarkan perbuatan manusia kepada Allah SWT. Jabariyyah menurut mutakallimin adalah sebutan untuk mahzab al-kalam yang menafikkan perbuatan manusia secara hakiki dan menisbatkan kepada Allah SWT semata. Menurut Harun Nasution, jabariyah adalah paham yang menyebutkan bahwa segala perbuatan manusia telah ditentukan dari semula oleh Qada dan Qadar Allah.

Maksudnya adalah bahwa setiap perbuatan yang dikerjakan oleh manusia tidak berdasarkan kehendak manusia, tapi diciptakan oleh Tuhan dan dengan kehendaknya, disini manusia tidak mempunyai kebebasan dalam berbuat, karena tidak memiliki kemampuan. Ada yang mengistilahkan bahwa jabariyah adalah aliran manusia menjadi wayang dan tuhan sebagai dalangnya.

4. Aliran Qaddariyah

(11)

Qadariyah berasal dari kata “qodara” yang artinya memutuskan dan kemampuan dan memiliki kekuatan, sedangkan sebagai aliran dalam ilmu kalam. Qadariyah adalah nama yang dipakai untuk salah satu aliran yang memberikan penekanan terhadap kebebasan dan kekuatan manusia dalam menghasilkan perbuatan-perbuatannya.

Dalam paham Qadariyah manusia dipandang mempunyai Qudrat atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk kepada Qadar atau pada Tuhan. Adapun menurut pengertian terminologi Qodariyyah adalah suatu aliran yang mempercayai bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi oleh Tuhan.

Aliran ini juga berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi segala perbuatannya, ia dapat berbuat sesuatu atau meninggalkannya atas kehendak sendiri. Berdasarkan pengertian tersebut, qodariyyah merupakan nama suatu aliran yang memberikan suatu penekanan atas kebebasan dan kekuatan manusia dalam mewujudkan perbuatannya.

Harun Nasution menegaskan bahwa kaum qodariyyah berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai qodrat atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, akan tetapi bukan berarti manusia terpaksa tunduk paada qodrat Tuhan. Kata qadar dipergunakan untuk menamakan orang yang mengakui qadar digunakan untuk kebaikan dan keburukan pada hakekatnya kepada Allah.

5. Aliran Mu’tazillah

(12)

Kata mu‟tazilah berasal dari kata I‟tazala dengan makna yang berarti menjauhkan atau memisahkan diri dari sesuatu. Kata ini kemudian menjadi nama sebuah aliran di dalam ilmu kalam yang para sarjana menyebutnya sebagai Mu‟tazillah berdasarkan peristiwa yang terjadi pada Washil ibn Atha (80 H/699 M- 131 H/748 M) dan Amr ibn Ubayd dengan al-Hasan al-Bashri.

Dalam majlis pengajian al-Hasan al-Bashri muncul pertanyaan tentang orang yang berdosa besar bukanlah mu‟min dan juga bukanlah orang kafir, tetapi berada diantara dua posisi yang istilahnya al Manzillah bayn al-manzilatayn. Dalam uraian di atas bisa dipahami pemimpian tertua di aliran Mu‟tazillah adalah Washil ibn Atha. Ada kemungkinan washil ingin mengambil jalan tengah antara khawarij dan murjiah, melainkan berada di dua posisi.

Alasan yang dikemukakan adalah bahwa orang yang berdosa besar itu masih ada imannya tetapi tidak pula dapat dikatakan mu‟min karena ia telah berdosa besar. Orang yang serupa itu apabila meninggal dunia maka ia akan kekal di dalam neraka, hanya azabnya saja yang lebih ringan dibandingkan orang kafir. Itulah pemikiran Washil yang pertama sekali muncul.

6. Aliran Asy’ariyyah

Asy‟ariyah adalah nama aliran di dalam islam, nama lain dari aliran ini adalah Ahlu Sunnah wal Jamaah. Aliran Asy‟ariyyah adalah aliran teologi yang dinisbahkan kepada pendirinya, yaitu Abu al-Hasan Ali

(13)

ibn Islmail alAsy‟ari. Ia dilahirkan di Bashrah, besar dan wafat di Baghdad (260-324 H). Ia berguru pada Abu Ali al-Jubbai, salah seorang tokoh Mu‟tazillah yang setia selama 40 tahun.

Setelah itu ia keluar dari Mu‟tazillah dan menyusun teologi baru yang berbeda dengan Mu‟tazillah yang kemudian dikenal dengan sebutan Asy‟ariyyah, yakni aliran atau paham Asy‟ari. Kasus keluarnya Asy‟ari ini menurut suatu pendapat karena ia bermimpi bertemu dengan Rasulullah yang berkata kepadaya, bahwa Mu‟tazillah itu salah dan yang benar adalah pendirian al-Hadis.

Menurut aliran Asy‟ariyyah, Allah mempunyai beberapa sifat dan sifatsifat itu bukan zat-Nya dan bukan pula selain zat-Nya, namun ada pada zatNya. Meskipun penjelasan Asy‟ariyyah itu mengandung kontradiksi, hanya dengan itulah aliran tersebut dapat melepaskan diri dari paham ta’addud al- qudama (banyaknya yang kadim) setidak-tidaknya menurut pemikiran mereka.

7. Aliran Maturidiyyah

Nama Maturidiyyah diambil dari nama tokoh pertama yang tampil mengajukan pemikiran sendiri. Nama lengkapnya adalah Abu Mansur Muhammad Ibn Mahmud al-Maturidi. Beliau lahir di Samarkand pada pertengahan kedua abad kesembilan Masehi kedua abad ke-9 M dan meninggal tahun 944 M.

Aliran Maturidiyyah yang dikatakan tampil sebagai reaksi terhadap pemikiran-pemikiran mu‟tazzilah yang rasional itu, tidaklah seluruhnya

(14)

sejalan dengan pemikiran yang yang diberikan oleh al-asy‟ari.

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa pemikiran teologi asy‟ari sangat banyak menggunakan makna teks nash agama (Quran dan Sunnah), maka Maturidiyyah dengan latar belakang mazhab Habafi yang dianutnya banyak menggunakan takwil.

8. Aliran Murji’ah

Murjiah berasal dari bahasa Arab irja artinya penundaan atau penangguhan. Karena sekte yang berkembang pada masa awal islam yang dapat diistilahkan sebagai “orang-orang yang diam”. Mereka meyakini bahwa dosa besar merupakan imbangan atau pelanggaran terhadap keimanan dan bahwa hukuman atau dosa tidak berlaku selamanya. Oleh karena itu, ia menunda atau menahan pemutusan dan penghukuman pelaku dosa di dunia ini.

Hal ini mendorong mereka untuk tidak ikut campur masalah politik. Satu diantara doktrin mereka adalah shalat berjamaah dengan seorang imam yang diragukan keadilannya adalah sah. Doktrin ini diakui oleh kalangan islam sunni namun tidak untuk kalangan syiah (Susanti, 2018).

D. Siginifikansi Dan Kontribusi Pendekatan Teologi Dalam Studi Islam

Pendekatan teologi dalam studi Islam memiliki signifikansi dan kontribusi yang sangat penting dalam memahami ajaran Islam secara lebih dalam dan luas.

Hal ini dibuktikan dengan konsep sebagai berikut :

(15)

1. Pendekatan Teologis Normatif: Pendekatan ini memahami agama dengan menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang berfokus pada doktrinal normatif Islam. Contohnya, teologi Islam yang diajarkan di Indonesia pada umumnya adalah teologi dalam bentuk ilmu tauhid, yang membahas tentang keyakinan Allah SWT dan sifat-sifat-Nya.

2. Pendekatan Teologis Fenomenologis: Pendekatan ini berupaya mengungkapkan makna dari suatu gejala sehingga gejala tersebut dapat dipahami dan dapat diterapkan dalam ajaran-ajaran normatif, kegiatan- kegiatan keagamaan, institusi-institusi keagamaan, tradisi-tradisi dan simbol-simbol keagamaan.

3. Pendekatan Teologis Sosiologis: Pendekatan ini memahami agama dengan menggunakan kerangka ilmu sosiologi yang berfokus pada analisis struktur dan proses sosial dalam masyarakat Islam. Contohnya, beberapa gejala dalam masyarakat kaum muslimin dapat didekati dengan beberapa pendekatan lain, tentu menyediakan ruang untuk dikaji dengan pendekatan sosiologis (Luk & Mufidah, 2017).

Kesimpulannya, pendekatan teologi dalam studi Islam memiliki signifikansi dan kontribusi yang sangat penting dalam memahami ajaran Islam secara lebih dalam dan luas. Pendekatan teologi normatif berfokus pada doktrinal normatif Islam, sedangkan pendekatan teologis fenomenologis berupaya mengungkapkan makna dari suatu gejala. Pendekatan teologis sosiologis memahami agama dengan menggunakan kerangka ilmu sosiologi.

(16)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Tauhid adalah konsep yang menyatakan keesaan Allah SWT. Ilmu Tauhid adalah ilmu yang mempelajari keesaan Allah, rasul, dan nabi-nabi dalam Islam.

Pengertian Tauhid juga dipahami sebagai sikap meyakini bahwa Allah Maha Suci yang tidak memiliki kekurangan sedikit pun. Ilmu kalam adalah suatu ilmu yang membahas tentang masalah ketuhanan atau ketauhidan. Ilmu kalam menempatkan Tuhan sebagai fokus utamanya, dan berisi alasan-alasan mempertahankan kepercayaan-kepercayaan iman.

Ilmu kalam juga membahas tentang keesaan Allah SWT, sifat-sifat yang wajib, mustahil dan ja'iz bagi Allah, serta sifat yang wajib, mustahil dan ja'iz bagi Rasul-Nya. Sedangkan Teologi Islam adalah suatu ilmu yang membahas tentang ajaran dasar dari suatu agama. Setiap orang menyelami seluk beluk agamanya, dan teologi Islam adalah bagian dari ilmu pengetahuan yang membahas tentang Allah SWT.

B. Saran

Sebagai umat islam dan sebagai mahasiswa islam khususnya, kita dianjurkan untuk mempelajari tentang ilmu kalam. Hal itu sangat bermanfaat tidak hanya untuk wawasan semata namun juga untuk digunakan dalam menjawab pertanyaan –pertanyaan yang sifatnya ingin memojokkan islam oleh pikah tertentu. Akan sangat ironi ketika seorang muslim tidak memahami dasar

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Abdi, H. (2023). Pengertian Ilmu Kalam Menurut Para Ahli Beserta Sejarahnya.

Https://Www.Liputan6.Com/Hot/Read/5419460/Pengertian-Ilmu-Kalam- Menurut-Para-Ahli-Beserta-Sejarahnya.

Assakinah, N. F. (2022). Asal Usul Ilmu Kalam Persefektif Ilmuwan Timur dan Barat Analisis Karya Alexander Treiger. Risalah, Jurnal Pendidikan Dan Studi Islam, 8(4), 1200–1211.

Cantika, Y. (2024). Pengertian Ilmu Kalam: Sejarah, Sumber, dan Hubungannya dengan Beberapa Ilmu Islam. Https://Www.Gramedia.Com/Literasi/Ilmu- Kalam/.

Gradianto, R. A. (2022). Pengertian Tauhid dalam Ajaran Islam, Ketahui Jenis- Jenisnya. Https://Www.Bola.Com/Ragam/Read/5051321/Pengertian-Tauhid- Dalam-Ajaran-Islam-Ketahui-Jenis-Jenisnya?Page=2.

Hadi, A. (2021). Sejarah Ilmu Kalam: Perkembangan Teologi Islam, Berawal dari Tahkim. Https://Tirto.Id/Sejarah-Ilmu-Kalam-Perkembangan-Teologi- Islam-Berawal-Dari-Tahkim-Ghgr.

Hijroh Mukhlis, F. (2015). Model Penelitian Kalam; Teologi Islam (Ilmu Kalam) Ahmad Hanafi. Dialogia: Jurnal Studi Islam Dan Sosial, 13(2), 177–190.

http://jurnal.iainponorogo.ac.id/index.php/dialogia/article/view/293

KBBI. (2024). Pengertian Tauhid. Https://Kbbi.Kemdikbud.Go.Id/Entri/Tauhid.

Komarudin, D. (2015). Studi Ilmu Kalam I. UIN Sunan Gunung Djati, 88.

Latif, M. A. (2023). Teologi Islam dalam Pandangan Jabariyah, Qodariyah, Mu’tazilah. Jurnal Studi Islam Dan Kemuhammadiyahan (JASIKA), 3(2), 68–76. https://doi.org/10.18196/jasika.v3i2.54

Luk, L., & Mufidah, N. (2017). | Luk Luk Nur Mufidah. Misykat, 02(01), 151–

162.

Sendari, A. (2021). Pengertian Tauhid dalam Ajaran Islam, Pendapat Ahli, Jenis, dan Dalilnya. Https://Www.Liputan6.Com/Hot/Read/4721644/Pengertian- Tauhid-Dalam-Ajaran-Islam-Pendapat-Ahli-Jenis-Dan-Dalilnya.

Susanti, E. (2018). Aliran-aliran dalam pemikiran kalam. Jurnal Ad-Dirasah, 1, 1–20.

https://files.osf.io/v1/resources/duj3w/providers/osfstorage/5b7a654f95f24f0 015f0a096?action=download&version=1&direct

Referensi

Dokumen terkait

- Menjelaskan pengertian sifat wajib bagi Allah - Menyebutkan lima sifat. wajib bagi Allah SWT -

Apabila roh (muhammad) menyadari dan mengakui bahwa segala sifat yang wajib bagi Allah yang ternyata kepada Roh (Muhammad) adalah sifat Allah sendiri, disinilah tertunai

Sifat nafsiyah adalah sifat yang berhubungan dengan zat Allah semata,. Yang tergolong sifat nafsiyah adalah difat wujud. Wujud adalah zat Allah yang mutlak atas diri-Nya,

2.1 Mengidenti-fikasi sifat- sifat wajib Allah yang nafsiyah, salbiyah, ma’ani dan ma’nawiyah. Sifat-sifat wajib Allah  Menjelaskan pengertian

Tauhid merupakan suatu bidang yang mempelajari tentang keesaan Allah SWT, atau tentang sifat-sifat yang wajib pada Allah, yang mustahil pada Allah, yang harus pada

Essensi iman kepada Allah adalah tauhid yaitu meng-Esakan-Nya, baik dalam zat, asma, sifat,..

Sejak masa pertumbuhan dan permulaan pembentukannya bukanlah sebuah rumusan teoritis melainkan, faktor penggerak perilaku.74 Ketika Hassan Hanafi membahas ilmu tauhid yang mengajak

Tauhid adalah inti ajaran Islam yang mengesakan Allah dalam zat, sifat, dan