HAL-HAL YANG BERKAITAN DENGAN KECERDASAN BELAJAR
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah belajar pembelajaran Dosen pengampu : Ibu Assoc.Prof.Dr.Hj.Zulfitria Zaidir, M.Pd
Oleh : Kelompok 7
1. Rizal ahmad juliano 23080700047
2. Al-muzzamil hudan 23080700048
3. Muhammad arif 23080700050
4. Muhammad azka lazuardi 23080700051
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2024
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan pada Allah yang telah melimpahkan Rahmat serta hidayahnya kepada kita semua sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini pada tepat waktu . Ilmu
akan terlupakan jika tak diamalkan dan disebarluaskan. Maka dengan prinsip itu penulis mencoba membuat dan menyajikan materi tentang “hal-hal yang berkaitan dengan kecerdasan
belajar” pada makalah ini agar apa yang sudah penulis selesaikan pada materi kali ini penulis berharap dikemudian hari akan dijadikannya bahan pembelajaran pada materi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan maupun dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis selalu terbuka terhadap semua kritikan dan saran
yang dapat dijadikan bahan diskusi kita semua dan dapat berguna untuk menyempurnakan makalah yang selanjutnya, dan juga penulis berharap agar makalah ini selalu dapat bermanfaat bagi setiap pembaca di kehidupan sehari maupun untuk sekitar dimasa sekarang maupun yang
akan datang.
Pondok Aren, Minggu 26 Mei 2024
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... 2
DAFTAR ISI... 3
BAB I... 4
PENDAHALUAN... 4
1.1 LATAR BELAKANG... 4
1.2 rumusan masalah... 4
1.3 tujuan penelitian...4
1.4 manfaat... 4
BAB II...5
PEMBAHASAN... 5
2.1 pengertian kecerdasan...5
2.2 Teori perkembangan kecerdasan... 5
2.2.1 Kecerdasan intelektual atau Intelegence quotient (IQ)...5
2.2.2 kecerdasan emocional atau emotional quotient (EQ)...7
2.2.3 kecerdasan spiritual atau spiritual quotient (SQ)...9
2.2.4 hubungan antara IQ,EQ,SQ,...10
2.3 Macam- macam kecerdasan... 11
BAB III...13
PENUTUP... 13
3.1 KESIMPULAN...13
3.2 SARAN... 13
DAFTAR PUSTAKA...14
BAB I
PENDAHALUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pada masa sekarang ini di zaman yang serba digital dan serba dipermudahkan dengan segala kemajuan baru yang selalu saja bermunculan dari hasil pemikiran-pemikiran orang yang Cerdas setiap tahunnya, seperti contoh kecil yang pasti kita semua ketaahui yaitu adanya gadget maupun alat transportasi yang sangat amat berkembang pesat setiap tahunnya, namun dari adanya semua kemajuan yang kita ketahui dan rasakan sampai sekarang ini terkadang kita hanya mengasumsikan bahwa ini semua hanya hasil dari sebuah pemikiran atau hasil dari kecerdasan, namun sejatinya dalam kecerdasan ini kita tidak tahu bahwa dalam kecerdasan itu ada strukturalnya seperti adanya intelektual atau intelegence quotient (IQ),
kecerdasan emocional atau emotional quotient (EQ) kecerdasan spiritual atau spiritual quotient (SQ.) Dan kecerdasan jamak atau (multiple Intelligences) (MI)
Oleh karena itu sejatinya sebagai calon pendidik kita harus mempelajari atau mengetahui tentang kecerdasan dari 3 aspek ini karena kecerdasan bukan hanya tentang pemikiran tapi hal-hal tentang kecerdasan yang ada didalamnya ini kita harus ketahui macam-macamnya.
1.2 rumusan masalah
1. apa itu pengertian kecerdasan?2. bagaimana konsep dan macam dari kecerdasan (IQ,EQ,SQ,MI) 3. Apa saja macam macam kecerdasan dalam belajar
1.3 tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari kecerdasan
2. Untuk mengetahui konsep dari kecerdasan menurut (IQ,EQ,SQ,MI) 3. Untuk mengetahui apa saja macam macam kecerdasan dalam belajar
1.4 manfaat
Penulis berharap manfaat yang didapat setelah mempelajari materi ini ialah kita semua sebagai pembaca menjadi mengetahui macam macam dari kecerdasan dalam belajar kemudian kita bisa memahami model pembelajaran seperti apa yang sekiranya cocok untuk kita pakai karena sejatinya manusia tidak semuanya bisa melakukan segala hal maka daripada itulah sangat penting untuk kita mengetahui seperti apa metode pembelajaran yang baik bagi individu sendiri maupun orang lain untuk selalu berkembang tanpa adanya paksaan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 pengertian kecerdasan
1) Pengertian Kecerdasan Secara Umum.Kecerdasan adalah kemampuan yang dimiliki seseorang yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan keahlian untuk menyelesaikan masalahnya. Pada hakikatnya setiap individu memiliki delapan jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan linguistik bahasa, logis-matematis, visual-spasial, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, musical, dan naturalis. Tetapi kombinasi dan porsi kecerdasan yang dimiliki tiap individu berbeda-beda tergantung ada bagaimana cara mengembangkan segala kecerdasan yang ada.
2) menurut para ahli
Agustian (dalam Daud, F., 2012, him. 245) mengungkapkan bahwa kecerdasan (intelligence) adalah kemampuan bertindak dengan menetapkan suatu tujuan untuk berpikir secara rasional dan untuk berhubungan dengan lingkungan sekitar secara memuaskan. Sedangkan W. Stern mengatakan bahwa kecerdasan merupakan kemampuan untuk mengetahui masalah serta kondisi baru, kemampuan berfikir abstrak, kemampuan bekerja, kemampuan menguasai tingkah laku instingtif, serta kemampuan menerima hubungan yang kompleks termasuk pa yang disebut inteligensi.
kemudian Binet (dalam Daud, F., 2012, hlm. 245), kecerdasan adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu dan untuk bersikap kritis terhadap diri sendiri.
Menurut Bustomi (2012), kecerdasan adalah suatu kemampuan yang digunakan untuk memahami informasi dalam membentuk pengetahuan dan kesadaran; dan kecerdasan sebagai kemampuan untuk memproses informasi sehingga masalah yang dihadapi mampu dipecahkan serta menambah pengetahuan.
2.2 Teori perkembangan kecerdasan
Menurut Desmita (2015), secara umum perkembangan kecerdasan terdiri dari empat tahapan, yaitu sebagai berikut:
2.2.1 Kecerdasan intelektual atau Intelegence quotient (IQ)
A. PengertianIalah suatu indikator yang digunakan untuk mengukur kecerdasan seseorang. Kecerdasan yang dimaksud dalam IQ adalah kecerdasan yang terbentuk atas proses pembelajaran dan pengalaman hidup.
IQ menggambarkan kemampuan seseorang dalam berpikir, mengingat, memahami, mengevaluasi, mengolah, menguasai lingkungan, dan bertindak secara terarah. Kecerdasan ini memiliki keterkaitan dengan kemampuan intelektual, logika, kemampuan menganalisis, pemecahan masalah matematis, dan strategis. IQ juga memiliki keterkaitan dengan keterampilan berkomunikasi, merespons atau menanggapi hal-hal yang ada di sekitarnya, serta kemampuan mempelajari materi-materi bilangan, seperti matematika.
IQ dapat diukur dengan menggunakan alat psikometri yang biasa disebut sebagai tes IQ, dan hasilnya digunakan untuk memprediksi kemampuan seseorang dalam berbagai aspek kehidupan
mula-mula diperkenalkan oleh Alfred Binet, ahli psikologi dari Perancis pada awal abad ke-20.
Pengertian kecerdasan intelektual (IQ) menurut beberapa ahli oleh Dr. Rohmalina Wahab (2015) dalam bukunya, "Psikologi Belajar adalah sebagai berikut:
Surya Brata (1982) Kecerdasan intelektual (IQ) didefinisikan sebagai kapasitas yang bersifat umum dari individu untuk mengadakan penyesuaian terhadap situasi-situasi baru atau masalah yang dihadapi.
Sorenson (1977) Kecerdasan intelektual (IQ) adalah kemampuan untuk berpikir abstrak, belajar merespon, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan.
Stern (1953) Kecerdasan intelektual (IQ) adalah daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan menggunakan alat-alat berpikir menurut tujuannya.
Thorndike "Intelligence is demonstrable in ability of the individual to make good responses from the stand point of truth of fact". Orang dianggap memiliki kecerdasan intelektual apabila responnya merupakan respon yang baik atau sesuai terhadap stimulus yang diterimanya.
Freeman (1959) orang yang memiliki kecerdasan intelektual adalah orang yang memiliki kemampuan untuk menyatukan pengalaman,kemampuan untuk belajar dengan lebih baik,kemampuan
menyelesaikan tugas yang sulit dengan memperhatikan aspek psikologis dan intelektual dan kemampuan untuk berfikir abstrak
B. Faktor yang mempengaruhi
Setiap individu pada dasarnya memiliki tingkat IQ yang pasti berbeda beda ada pula sebuah pandangan yang menekankan bahwa adanya pandangan kualitatif dan kuantitatif sehingga dapat di ketahui bahwa IQ bisa dipengaruhi oleh faktor- faktor berikut:
1. Faktor genetic. Genetika memainkan peran krusial dalam menentukan tingkat kecerdasan seseorang. Studi kembar dan penelitian genetik menunjukkan bahwa faktor-faktor genetik dapat berkontribusi sekitar 50-70% terhadap variasi IQ
2. Faktor lingkungan. Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang kaya dengan interaksi sosial, literasi, dan dukungan emosional cenderung memiliki IQ yang lebih tinggi 3. Stimulasi Pendidikan. Akses terhadap pendidikan yang baik dan stimulasi kognitif di sekolah
dapat berpengaruh pada perkembangan IQ. Faktor ini mencakup kualitas pengajaran, kurikulum, serta kesempatan untuk eksplorasi dan pembelajaran kreatif
4. Gizi dan Kesehatan. Gizi yang baik dan kesehatan yang optimal memiliki dampak langsung pada fungsi otak. Kekurangan gizi, terutama pada masa perkembangan awal, dapat berdampak negatif pada perkembangan kognitif dan IQ
5. Pengalaman kultural. Aspek-aspek budaya, termasuk kebiasaan, nilai, dan norma-norma dalam kelompok kultural tertentu, dapat mempengaruhi cara individu memproses informasi dan berpikir.
Keterlibatan dalam pengalaman kultural dapat memberikan tambahan stimulasi dan pengaruh positif pada IQ
6. Kemampuan Bahasa. Kemampuan berbahasa yang baik dapat menjadi indikator penting dari kecerdasan. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang mendorong perkembangan kemampuan berbahasa seringkali memiliki kemampuan verbal dan komunikatif yang lebih baik.
C. Peran Kecerdasan intelektual atau Intelligence Quotient (IQ)bagi kehidupan
IQ memainkan peran yang signifikan dalam kehidupan. IQ berfungsi sebagai media penyimpanan pengetahuan baru, alat untuk mendapatkan pengetahuan baru, membantu
memahami sesuatu secara lebih mendalam, dan membantu meningkatkan pengetahuan. Dengan IQ, individu dapat memproses informasi, memahami konsep-konsep baru, dan meningkatkan kemampuan analisis dan penalaran. IQ juga berperan sebagai prediktor keberhasilan, dengan tingkat IQ yang lebih tinggi cenderung memprediksi kemampuan individu untuk berprestasi di berbagai bidang dan mencapai kesuksesan. Namun, IQ tidak harus menjadi satu-satunya penentu keberhasilan, karena kecerdasan emosional dan spiritual juga memiliki peran penting dalam kehidupan. Dalam menjalankan kehidupan, IQ dan EQ harus seimbang untuk mencapai kesuksesan yang lebih luas.
2.2.2 kecerdasan emosional atau emotional quotient (EQ)
A. PengertianDaniel Goleman (1999) adalah salah seorang yang mempopulerkan jenis kecerdasan manusia lainnya yang dianggap sebagai faktor penting yang dapat mempengaruhi terhadap prestasi seseorang, yakin kecerdasan emosional, yang kemudian kita mengenainya dengan sebulan emosional Quotient (EQ) Goleman mengemukakan bahwa kecerdasan emosi merujuk pada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.
Beberapa ahli memberikan pengertian beragam pada EQ, diantaranya adalah kemampuan untuk menyikapi pengetahuan-pengetahuan emosional dalam bentuk menerima, memahami, dan mengelolanya.
Menurut definisi ini, EQ mempunyai empat dimensi berikut:
1. Mengenal, menerima dan mengekspresikan emosi (kefasihan emosional) caranya mampu
membedakan emosi orang lain, bentuk dan tulisan baik melalui suara, ekspresi wajah dan tingkah laku.
2. Menyertakan emosi dalam kerja-kerja intelektual. Caranya perubahan emosi bisa mengubah sikap optimis menjadi pesimis. Terkadang emosi mendorong manusia untuk menerima pandangan dan pendapat yang beragam.
3. Memahami dan menganalisa emosi. Mampu mengetahui perubahan dari satu emosi ke emosi lain seperti berubahnya dari emosi marah menjadi rela atau lega.
4. Mengelola emosi. Mampu mengelola emosi sendiri atau orang lain dengan cara meringankan emosi negatif dan memperkuat emosi positif. Hal ini dilakukan dengan tanpa menyembuhkan informasi yang disampaikan oleh emosi-emosi ini dan tidak berlebihan.
B. Faktor yang mempengaruhi
Kecerdasan emosional bawaan bisa berkembang atau rusak, hal ini tergantung pada pengaruh yang diperoleh anak dimana kecil atau remaja. Pengaruh ini bisa datang dari orang tua, keluarga atau sekolah.
Anak melalui hidupnya dengan potensi yang baik untuk perkembangan emosinya, hanya saja pengalaman emosi yang dialaminya di lingkungan anarkis atau tidak bersahabat menyebabkan grafik perkembangan EQ nya menurun. Sebaliknya, bisa saja seorang anak mempunyai EQ bawaan yang rendah, namun EQ nya ini bisa berkembang dengan baik, jika ia dididik dengan baik melalui pengalaman- pengalaman
emosional yang ramah dan bersahabat. Perilaku emosi cerdas yang diperlihatkan lingkungannya menyebabkan grafik EQ nya menjadi tinggi
Para orang tua yang gagal mengajukan kecerdasan emosional kepada anak-anak sebagai berikut:
1. Orang tua yang mengabaikan, yang tidak menghiraukan mengganggap sepi ataupun meremehkan emosi-emosi negatif anak.
2. Orang tua yang tidak menyetujui, yang bersifat kritis terhadap ungkapan perasaan-perasaan negatif anak dan barangkali memarahi atau menghukum mereka karena mengungkapkan emosinya.
3. Orang tua Laisez Faire, yang menerima emosi anak dan berempati dengan mereka tetapi tidak memberikan bimbingan atau menentukan batas-batas pada tingkah laku anak tersebut.
C. Peran kecerdasan emocional atau emotional quotient (EQ) bagi kehidupan
Peran kecerdasan emosional atau emotional quotient (EQ) sangat penting dalam kehidupan, terutama di dunia kerja. Kecerdasan emosional merujuk pada kemampuan seseorang untuk memahami,
menggunakan, dan mengelola emosi, baik emosi diri sendiri maupun emosi orang lain. Dengan memiliki EQ yang baik, individu dapat lebih efektif dalam berinteraksi dengan orang lain, mengelola stres, menyelesaikan konflik, dan meningkatkan kinerja secara keseluruhan.
Dalam konteks kerja, EQ memainkan peran yang sangat signifikan. Seseorang dengan EQ yang tinggi cenderung lebih baik dalam berkomunikasi, mengelola tim, dan menyelesaikan masalah. Mereka juga lebih mampu mengelola emosi mereka sendiri dan orang lain, yang membantu dalam meningkatkan kinerja dan kesuksesan profesional.
Dalam konteks pendidikan sangat penting dan berperan aktif dalam meningkatkan kesuksesan
akademik, kesejahteraan mental dan emosional, keterampilan sosial, dan mendorong kepemimpinan yang efektif. Berikut adalah beberapa cara bagaimana EQ berkontribusi pada pendidikan:
1. Meningkatkan Kesuksesan Akademik: EQ membantu siswa dalam mengelola stres, menjaga motivasi diri, dan mengatasi kegagalan atau hambatan, sehingga mereka lebih fokus, termotivasi, dan mampu mengatur waktu dengan efektif untuk mencapai prestasi akademik yang baik.
2. Meningkatkan Kesejahteraan Mental dan Emosional: EQ yang baik membantu siswa
mengembangkan kesejahteraan mental dan emosional dengan mengenali dan mengelola emosi negatif lebih efektif, serta meningkatkan resiliensi dalam menghadapi tantangan kehidupan.
3. Meningkatkan Keterampilan Sosial dan Hubungan Antarmanusia: EQ yang kuat memungkinkan siswa untuk berinteraksi secara positif dengan orang lain, memiliki kemampuan untuk memahami dan menghargai perasaan orang lain, serta menjaga hubungan yang sehat dan harmonis.
4. Mendorong Kepemimpinan yang Efektif: EQ yang tinggi berkontribusi pada perkembangan kepemimpinan yang efektif, memungkinkan siswa untuk menjadi pemimpin yang lebih baik dalam berinteraksi dengan orang lain dan dalam mengelola tim
5. Mengembangkan Keterampilan Sosial: EQ membantu siswa mengembangkan keterampilan sosial seperti komunikasi yang efektif, kerjasama, dan pemecahan konflik yang konstruktif, yang penting dalam membentuk hubungan interpersonal yang baik.
2.2.3 kecerdasan spiritual atau spiritual quotient (SQ)
A. PengertianBerangkat dari pandangan bahwa sehebat apapun manusia dengan kecerdasan intelektual maupun kecerdasan emosionalnya, pada saat-saat tertentu, melalui pertimbangan fungsi afektif kognitif, dan konatifnya manusia akan meyakini dan menerima tanpa keraguan bahwa diluar dirinya ada sesuatu kekuatan yang maha Agung yang melebihi apapun, termasuk dirinya penghayatan seperti itu menurun Zakiah Durajat (1970) disebut sebagai pengalaman keagamaan (Religious Experience) Brightman (1956) menjelaskan bahwa penghayatan keagamaan tidak hanya sampai kepada pengakuan atas keberadaan-Nya, namun juga mengaku-Nya sebagai sumber nilai-nilai luhur yang abadi yang mengatur tata kehidupan alam semesta raya ini. Oleh karena itu, manusia akan tunduk dan berupaya untuk mematuhinya dengan penuh kesadaran dan disertai penyerahan diri dalam bentuk ritual tertentu, baik secara individual maupun kolektif, secara simbolik maupun dalam bentuk nyata kehidupan sehari-hari.
Temuan ilmiah yang digagas oleh Danah Zobar dan Ian Marshall, dan riset yang dilakukan oleh Mishael Persinger pada tahun 1990-an, serta riset yangdikembangkan oleh V.S Ramachandran pada tahun 1997 menemukan adanya God Spot dalam otak manusia, yang sudah secara built-in merupakan pusat spiritual yang terletak diantara jaringan syaraf dan otak. Pada God Spot inilah sebenarnya terdapat fitrah mamusia yang terdalam. Kajian tentang God Spot inilah pada gilirannya melahirkan konsep kecerdasan spiritual, yakni suatu kemampuan manusia yang berkenaan dengan usaha memberikan penghayatan bagaimana agar hidup ini lebih bermakna. Dengan istilah yang disebut. Spiritual Quotient
(SQ)Kecerdasan Spiritual (SQ) adalah kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain
B. Faktor yang mempengaruhi
Kecerdasan spiritual (SQ) secara umum dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu keyakinan dalam diri, potensi diri, dan kemauan dari diri tersebut. Selain faktor- faktor tersebut peran keluarga dalam membentuk dan meningkatkan serta membina kecerdasan spiritual ini sangat dibutuhkan. Apa yang keluarga tunjukan setiap harinya akan membentuk pribadi anak tersebut. Kondisi yang mendukung seorang anak dalam keluarga akan membuat kecerdasan spiritualnya terbentuk dan terbina dengan baik.
Adapun faktor lain contohnya:
1. Kemampuan berpikir holistik: Kemampuan berpikir holistik dan melihat sesuatu secara saling terhubung mempengaruhi kecerdasan spiritual.
2. Kemampuan mencari jawaban filosofis: Kemampuan mencari jawaban filosofis dan jawaban yang fundamental, seperti ketuhanan atau transendental, mempengaruhi kecerdasan spiritual C. Peran kecerdasan spiritual atau spiritual quotient (SQ) bagi kehidupan
Menurut Zohar dan Marshal, Kecerdasan Spiritual (SQ) penting dalamkehidupan. la menjelaskan bahwa seseorang yang SQ nya tinggi cenderung menjadi pemimpin yang penuh pengabdian, yaitu seorang yang bertanggung jawab untuk membawakan visi dan nilai yang lebih tinggi terhadap orang lain, la dapat memberikan inspirasi terhadap orang lain. Penjelasan ini juga berlaku terhadap keluarga dimana kecerdasan ini sangat penting dalam membangun. karakter manusia yaitu anggota keluarga yang
dalam keluarga tadi tercipta suatu kesinambungan. Mengenai karakter manusia yang mengilhami dan memberikan pengaruh positif berdasarkan visi dan prinsip yang lebih tinggi ini covey menerangkan bahwa kemenangan publik di mulai dengan kemenangan pribadi. Tempat untuk membangun hubungan apapun adalah di dalam diri sendiri, dalam lingkungan pengaruh dan karakter. Setiap pribadi yang menjadi mandiri, proaktif, berpusat pada prinsip yang benar, digerakkan oleh nilai dan mampu
mengaplikasikan integritas, maka ia pun dapat membangun hubungan saling tergantung, kaya, langgeng dan sangat produktif dengan orang lain
Kecerdasan spiritual mampu mengungkapkan yang abadi, yang asasi, yang spiritual, yang fitrah dalam struktur kecerdasan manusia. Kecerdasan spiritual juga mampu membimbing kecerdasan lain berdasarkan prinsip yang hakiki untuk membuat kita lebih arif, lebih bijaksana dari dalam keluar sehingga membuat manusia dapat lebih benar, lebih sempuma, lebih efektif. Lebih bahagia dan menyikapi sesuatu dengan lebih jerih sesuai dengan bimbingan nurani yang luhur dalam keseluruhan hidupnya.Dengan kecerdasan spiritual pribadi akan memiliki pribadi utuh dan berpusat pada prinsip yang benar. Apabila tindakan didasari dibimbing oleh yang benar maka tindakan ucapan, dan sikapnya menjadi bijaksana dan penuh kebaikan. Individu yang mampu mengembangkan kecerdasan spiritual akan memiliki prinsip dan cara pandang yang realistis, mampu menyatukan keragaman, mampu memaknai, dan mentransformasikan kesulitan menjadi medan penyempumaan dan pendidikan spiritual yang lebih tajam dan matang.
2.2.4 hubungan antara IQ,EQ,SQ,
Daniel Goleman dalam bukunya yang berjudul Emotional Intellience menjelaskan bahwa kunci sukses seseorang ternyata tidak hanya disebabkan tingginya IQ (Inteligence Quotion) saja, ada faktor lain yang dapat membawa seseorang menuju kesuksesan, yaitu EQ (Emotional Quotionale) atau kecerdasan emosional. Di dalam buku itu diceritakan yang pada intinya bahwa ada percobaan yang dilakukan terhadap anak kecil, dimana untuk mendapatkan sebuah kue yang enak, seorang anak harus berusaha dan menunggu terlebih dahulu. Dari sekitar banyak anak, terdapat sedikit sekali yang akhirnya yang mendapat kue itu setelah berusaha dan menunggu. Seiring dengan berjalannya waktu, ternyata anak-anak yang sabar ini meraih kesuksesan lebih dibanding teman-temannya yang lain. setelah beberapa pengkajian dan penelitian lebih dalam, para peneliti pun berkesimpulan bahwa kecerdasan emosionalnya yang dimiliki oleh seseorang menjadi kunci dalam keberhasilan seseorang
Dewasa ini, terdapat perkembangan terbaru dalam menentukan faktor kunci keberhasilan seseorang, yaitu Spiritual Quotion (SQ), Teori ini berkembang setelah didapat banyak orang-orang yang sukses ternyata mempunyai rohani yang kering. Mereka kehausan spiritual, setelah mendapatkan apa yang mereka impikan bahkan apa yang semua di dunia ini impikan, yaitu kekayaan berlimpah, kerenaran, kekuasaan, kedudukan yang tinggi. Mobil-mobil fux mereka berjejer rapi di dalam rumah bak istana yang megah dan luas. Tetapi justru disitulah mereka menemukan neraka di dalamnya, suami dan istri yang bertikai sepanjang hari, anak-anak yang terbius oleh dunia kelamnya. Tidak ada kedamaian di saat yang ada hanyalah detik-detik penantian menuju kehancuran penghuninya. Oleh karena itu selai IQ dan EQ yang tinggi, dibutuhkan lain apa yang dinamakan kecerdasan spiritual (QS).
Menurut, IQ terletak pada fungsi otak nencortex, EQ terletak pada fungsi otak limbic system,
sedangkan SQ pada fungsi otak god spot atau terletak pada temporal lobe.Penemuan IQ, EQ dan SQ dan faktor pendukung MI menjadi syarat ilmiah bahwa kecerdasan spiritual sudah ada dalam fungsi
neuroscience otak manusia. Namun kecerdasan intelektual saja tak cukup, masih dibutuhkan apa yang disebut EQ,
2.3 Macam- macam kecerdasan
Macam macam kecerdasan jamak atau multiple intelligences ( MI)
Multiple Intelligences (MI) adalah teori kecerdasan manusia yang dikemukakan oleh Howard Gardner, seorang psikolog Harvard, pada tahun 1983. Teori ini berbeda dengan paradigma tradisional yang hanya mengakui tiga jenis kecerdasan, yaitu logika-matematik, linguistik, dan spasial. MI menegaskan bahwa manusia memiliki berbagai kemampuan kecerdasan yang berbeda-beda dan dapat dikembangkan melalui berbagai cara. Gardner mengidentifikasi delapan jenis kecerdasan dalam MI, yaitu verbal-linguistik, logis-matematis, visual-spasial, musikal, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, naturalis, dan
eksistensial. Masing-masing kecerdasan memiliki indikator khusus yang dapat dilihat melalui perilaku, tindakan, kecenderungan, dan kemampuan anak. Teori MI ini berfokus pada pengembangan potensi anak melalui pendekatan yang lebih luas dan inklusif, serta memungkinkan anak untuk belajar dan berkembang dalam berbagai cara yang sesuai dengan kelebihan masing-masing
Gardner memberikan definisi tentang kecerdasan sebagai:
a. Kecakapan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan b. Kecakapan untuk mengembangkan masalah baru untuk dipecahkan
c. Kecakapan untuk membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang bermanfaat dalam kehidupannya
Menurut Gardner (2003) ada delapan macam kecerdasan:
A. Kecerdasan Bahasa (verbal-linguistic intelligence)
Merupakan kecakapan berpikir melalui kata-kata, menggunakan bahasa untuk menyatakan dan memaknai arti yang kompleks. Intinya lebih menekankan pada kepekaan terhadap makna dan susunan kata (proses verbal).Kecerdasan bahasa merupakan kecerdasan yang konsisten dengan pendirian psikologi tradisional, dan telah dibuktikan Gardner secara empiris. Bakat linguistik bersifat universal, dan perkembangannya pada anak-anak sangat mengagumkan dan hal ini terjadi hampir pada semua budaya. Bahkan dalam populasi orang tuli dengan bahasa tanda manual tidak diajarkan secara nyata, anak-anak sering
menemukan bahasa manual mereka sendiri dan menggunakannya secara sembunyi-sembunyi. Kemudian Gardner (2003) menyimpulkan bahwa bagaimana kecerdasan dapat beroperasi secara tidak tergantung pada input indera spesifik atau saluran output.
B. Kecerdasan Logika Matematika (logical-mathematical intelligence)
Kecakapan untuk menghitung, mengkuantitatif, merumuskan proposisi dan hipotesis, serta memecahkan perhitungan matematis yang kompleks. Kecerdasan ini merupakan kemampuan untuk menangani relevansi/ argumentasi serta mengenali pola dan urutan (mengoperasikan angka-angka dan hitungan).
Bersama dengan keterampilan berbahasa, penarikan kesimpulan logika matematika menjadi prinsip dasar untuk tes IQ. Bentuk kecerdasan ini telah banyak diselidiki ahli psikologi tradisional, dan merupakan tipe model asli dari “kecerdasan mentah” atau bakat menyelesaikan masalah yang bertujuan penarikan kesimpulan. Hal tersebut mungkin ironis bahwa mekanisme sebenarnya seseorang sampai pada penyelesaian untuk masalah logika matematika belum dipahami dengan baik.
C. Kecerdasan Musikal (musical intelligence)
Kecakapan untuk menghasilkan dan menghargai musik, sensitivitas terhadap melodi, ritme, nada, tangga nada, menghargai bentuk-bentuk ekspresi musik. Musik tampaknya mempunyai peran menyatukan yang penting dalam masyarakat di zaman batu (Paleolitikum). Bukti dari berbagai budaya mendukung
pengertian bahwa musik merupakan bakat universal. Penelitian mengenai perkembangan balita mendukung bahwa terdapat kemampuan menghitung “baku” di kala balita. Akhirnya, notasi musik menyediakan sistem simbol yang dapat diakses. Secara singkat, bukti mendukung interpretasi
kemampuan musik sebagai kecerdasan berasal dari berbagai sumber berbeda, meskipun keterampilan musik pada umumnya tidak dianggap keterampilan intelektual seperti matematika, keterampilan ini memenuhi kriteria (Gardner, 2003).
D. Kecerdasan Kinestesis Tubuh (kinesthetic intelligence)
Kecakapan melakukan gerakan dan keterampilan kecekatan fisik seperti dalam olah raga, atletik, menari dan kecekatan tangan. Kecerdasan ini rupakan kemampuan untuk menggunakan tubuh dengan terampil dan memegang objek dengan cakap.Kemampuan melakukan gerakan ketika diarahkan untuk melakukan demikian dapat dirusak bahkan pada individu yang dapat melaksanakan gerakan yang sama secara spontan atau bukan secara sengaja. Apraxia (kehilangan kemampuan melakukan gerakan yang terkoordinasi) spesifik menyusun satu lini bukti untuk kecerdasan gerakan badan. Perhatian pada
keterampilan gerakan badan sebagai “penyelesaian masalah” mungkin kurang intuitif. Pasti melaksanakan urutan meniru atau memukul bola tenis bukan menyelesaikan persamaan matematika dan memang kemampuan menggunakan badan seseorang untuk menyatakan emosi atau untuk menciptakan produk baru merupakan bukti dari sifat kognitif dari penggunaan badan (Gardner, 2003).
E. Kecerdasan Ruang Visual (visual-spatial intelligence)
Kecakapan berpikir dalam ruang tiga dimensi, merupakan kemampuan untuk mengindera dunia secara akurat dan menciptakan kembali atau mengubah aspek-aspek dunia tersebut (menguasai bentuk-bentuk tiga dimensi). Menyelesaikan masalah ruang diperlukan untuk navigasi dan dalam penggunaan sistem pencatatan peta. Jenis lain dari menyelesaikan masalah ruang ditunjukkan dalam visualisasi benda yang dilihat dari sudut berbeda dan dalam permainan catur. Seni visual juga memanfaatkan kecerdasan ini dalam menggunakan ruang.
F. Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan Naturalis merupakan kemampuan untuk mengenali dan mengklasifikasi aneka spesies, flora dan fauna dalam lingkungan. Kecerdasan naturalis melibatkan kemampuan untuk mengamati pola-pola di alam dan memahami sistem alam dan sistem buatan manusia (ahli botani, ahli ekologi, ahli tanah).
G. Kecerdasan Interpersonal (interpersonal intelligence)
Kecakapan memahami dan merespon serta berinteraksi dengan orang lain dengan tepat, watak, temperamen, motivasi dan kecenderungan terhadap orang lain. Kecerdasan interpersonal merupakan
kemampuan untuk memahami orang lain dan membina hubungan dengan orang lain. Kecerdasan Interpersonal dibangun antara lain atas kemampuan inti untuk mengenali perbedaan secara khusus, perbedaan dalam suasana hati, temperamen, motivasi, dan kehendak. Terdapat dalam bentuk yang lebih maju, kecerdasan ini memungkinkan orang dewasa yang keterampilan membaca kehendak dan keinginan orang lain, bahkan ketika keinginan itu disembunyikan. Bukti biologis untuk kecerdasan interpersonal meliputi dua faktor tambahan yang sering dikatakan khas untuk manusia. Faktor pertama adalah masa anak-anak yang panjang dari primata, termasuk hubungan dekat dengan ibu.
Kasus ibu yang dipisahkan dari anak semasa pertumbuhan awal, perkembangan interpersonal mengalami bahaya yang serius. Faktor kedua relatif penting dalam interaksi sosial manusia dilihat dari kesatuan kelompok, kepemimpinan, organisasi, dan solidaritas berkembang secara alami.
H. Kecerdasan Intrapersonal (intrapersonal intelligence)
Kecerdasan Intrapersonal merupakan kemampuan mengakses kehidupan emosional diri sebagai saranuntuk memahami diri sendiri dan orang lain (spiritual dan mengendalikan emosi).Kecerdasan intrapersonal meliputi pengetahuan aspek-aspek internal dari seseorang seperti mengetahui keberadaan diri, rentang emosi diri, kemampuan untuk mempengaruhi diskriminasi diantara emosi dan pada akhirnya member label pada emosi itu dan menggunakannya sebagai cara untuk memahami dan menjadi pedoman tingkah laku sendiri. Seseorang dengan kecerdasan intrapersonal yang baik mempunyai model yang hidup dan efektif dari dirinya sendiri. Kecerdasan ini bersifat paling pribadi, diperlukan bukti dari kecerdasan bahasa, musik, atau beberapa bentuk ekspresi kecerdasan lain bila peneliti ingin mendeteksinya saat berfungsi.
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
IQ merupakan kecerdasan untuk melakukan kemampuan menalar, merencanakan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar. EQ merupakan kemampuan untuk menyikapi pengetahuan emosional dalam bentuk menerima, memahami dan mengelolanya. Sedangkan SQ merupakan kemampuan manusia yang berkenaan dengan usaha memberikan penghayatan bagaimana agar hidup lebih bermakna, IQ, EQ dan SQ adalah perangkat yang bekerja dalam satu kesatuan sistem yang saling terkait didalam diri kita. Ketiganya sangat diperlukan dalam menentukan kesuksesan seseorang. IQ saja tidak akan cukup tanpa dibarengi dengan EQ dan SQ dan dari ketiga ini munculah salah satu indikator lagi yaitu MI yang mana dari kemajemukan MI ini memunculkan delapan macama macam kecerdasan yang ada sampai saat ini.
3.2 SARAN
Saran dari penulis ialah kita sebagai calon pendidik sehendaknya mengetahui tentang macam macam kecerdasan mulai dari IQ,EQ,SQ,sampai dengan MI karena kita sangan membutuhkan untuk memilih model pembelajaran apa yang cocok digunakan untuk model pembelajaran bagi anak murid didik nantinya
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media.
Armstrong, Thomas. 2013. Kecerdasan Multiple di dalam Kelas. Jakarta: Indeks.
Bustomi, M. Yazid. 2012. Panduan Lengkap PAUD (Melejitkan Potensi dan Kecerdasan Anak Usia Dini.
Jakarta: Citra Publishing.
Fina wuner . MAKALAH IQ,EQ,AQ,SQ,CQ.docx : academia.edu
Gardner, Howard. 2013. Multiple Intelligences, Kecerdasan Majemuk Teori dalam Praktik. Jakarta:
Interaksara
Desmita. 2015. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Universitas psikologi. 2018. Kecerdasan: Pengertian dan Bentuk Kecerdasan Majemuk (The Multiple Intelligences) : universitaspsikologi.com
Muchlisin Riadi. 2022. Pengertian dan jenis-jenis kecerdasan : kajianpustaka.com Reida UC. 2020. Makalah Kecerdasan Peserta Didik : id.scribd.com