• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Farmakoterapi Kemoterapi

N/A
N/A
I Kadek arya Prayoga

Academic year: 2024

Membagikan "1. Farmakoterapi Kemoterapi"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH FARMAKOTERAPI KEMOTERAPI

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 4 : Yopi Bil Keysin F202001078 I Kadek Arya Prayoga F202001079

Niken Fadila F202001080

Annisa Anggun Rahmawati F202001081 Rezky Chantika Wulandari F202001083

Waode Sariani F202001084

Andi Nurul Wahida Ap F202001086

PROGRAM STUDI S1 FARMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA KENDARI

2023

(2)

KATA PENGANTAR Assalamualaikum wr.wb.

Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga makala h dengan judul “Farmakoterapi Kemoterapi” dapat selesai. Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas matakuliah Farmakoterapi IV dari Ibu Dr. Apt. Wa Ode Yuliastri S.Farm., M.Si Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan untuk membantu menambah wawasan kep ada pembaca tentang kemoterapi.

Kami menyampaikan ucapan terimakasih kepada Ibu Dr. Apt. Ibu Dr. Apt. Wa Ode Y uliastri S.Farm., M.Si selaku dosen matakuliah Farmakoterapi IV. Berkat tugas yang diberika n ini, dapat menambah wawasan penulis berikatan dengan topik yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pros es penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masi h melakukan banyak kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan k etidaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap adany a kritik serta saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Kendari, 30 Oktober 2023

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I...1

PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...2

C. Tujuan...2

BAB II...3

PEMBAHASAN...3

A. Pengertian dari Kemoterapi...3

B. Klasifikasi Kemoterapi...3

C. Manfaat Pemberian Kemoterapi...4

D. Cara Kerja Kemoterapi...5

E. Macam-macam Obat Kemoterapi...6

F. Siklus Sel...8

G. Obat Sitostatiska...9

BAB III...15

PENUTUP...15

A. Kesimpulan...15

B. Saran...16

DAFTAR PUSTAKA...17

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kanker merupakan penyebab kematian ke dua di dunia. Menurut laporan Bada n Kesehatan dunia (WHO) tahun 2003, setiap tahun timbul lebih dari 10 juta kasus pend erita baru kanker dengan prediksi peningkatan setiap tahun timbul lebih dari 10 juta kas us penderita baru kanker dengan prediksi peningkatan setiap tahun kurang lebih 20%. D iperkirakan pada tahun 2020 jumlah penderita baru penyakit kanker meningkat hamper 20 juta penderita, 84 juta orang di antaranya akan meninggal pada sepuluh tahun ke depan. Diperkirakan setiap 11 menit ada satu penduduk dunia meninggal karena k anker dan setiap 3 menit ada satu penderita kanker baru (Jauhari, 2009).

Kemoterapi merupakan salah satu modalitas pengobatan pada kanker secara sistemi k yang sering dipilih terutama untuk mengatasi kanker stadium lanjut, local maupun m etastatis. Kemoterapi sangat penting dan dirasakan besar manfaatnya karena bersifa t sistemik mematikan/membunuh sel-sel kanker dengan cara pemberian melalui infuse, dan sering menjadi pilihan metode efektif dalam mengatasi kanker terutama kanker stad ium lanjut local (Desen, 2008).

Teknik pemberian kemoterapi ditentukan dari jenis keganasan dan jenis obat yang d iperlukan (Adiwijono, 2006). Obat kemoterapi umumnya berupa kombinasi dari bebera pa obat yang diberikan secara bersamaan dengan jadwal yang telah ditentukan .Selain membunuh sel kanker, obat kemoterapi juga berefek pada sel-sel sehat yang normal, ter utama yang cepat membelah atau cepat tumbuh seperti rambut, lapisan mukosa usus da n sumsum tulang. Beberapa efek samping yang terjadi pada kemoterapi, gangguan mual dan muntah adalah efek samping frekuensi terbesar (Yusuf, 2007).

Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi keluhan mual muntah setelah kemoterapi diantaranya adalah dengan terapi farmakologik, yaitu dengan obat anti mual dan muntah sebelum dan sesudah kemoterapi (premedikasi) dan non farmakologik yait u berupa lingkungan yang kondusif untuk tenang dan nyaman, pengaturan pemberi an nutrisi dan relaksasi (Abdulmuthalib, 2006).

(5)

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu : 1. Apa yang dimaksud dengan Kemoterapi ? 2. Bagaimana klasifikasi Kemoterapi ? 3. Apa manfaat pemberian Kemoterapi ? 4. Bagaimana cara kerja Kemoterapi ?

5. Apa saja macam-macam obat Kemoterapi ?

6. Bagaimana siklus sel dalam pemberian kemoterapi ? 7. Apa yang dimaksud dengan obat-obat sitostatiska ? C. Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kemoterapi 2. Untuk mengetahui klasifikasi dari kemoterapi

3. Untuk mengetahui manfaat pemberian kemoterapi 4. Untuk mengetahui cara kerja dari kemoterapi 5. Untuk mengetahui macam-macam obat Kemoterapi 6. Untuk mengetahui siklus sel dalam pemberian kemoterapi

7. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan obat-obat sitostatiska

(6)

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian dari Kemoterapi

Kemoterapi adalah cara pengobatan tumor dengan memberikan obat pemba smi sel kanker (disebut sitostatika) yang diminum ataupun yang diinfuskan ke pembulu h darah. Jadi, obat kemoterapi menyebar ke seluruh jaringan tubuh, dapat membasmi se l-sel kanker yang sudah menyebar luas di seluruh tubuh. Karena penyebaran obat kemot erapi luas, maka daya bunuhnya luas, efek sampingnya biasanya lebih berat dibandingk an dua modalitas pengobatan terdahulu (Hendry dkk, 2007).

Obat kemoterapi secara umum disebut sitostatika, berefek menghambat atau membu nuh semua sel yang sedang aktif membelah diri.Jadi, sel normal yang aktif membelah a tau berkembang biak juga terkena dampaknya, seperti sel akar rambut, sel darah, sel selaput lendir mulut, dll. Sel tubuh tersebut adalah yang paling parah terkena efek sampi ng kemoterapi, sehingga dapat timbul kebotakan, kurang darah, sariawan, dll (Hendry d kk, 2007).

Oleh karena itu, pemberian obat sitostatik (berupa obat medis ataupun obat herbal) harus dibawah pengawasan dokter yang berpengalaman untuk mencegah timbulnya efe k samping yang serius, dan bila terjadi efek samping dapat segera diatasi atau di obati. Agar sel tubuh normal mempunyai kesempatan untuk memulihkan diriny a, maka pemberian kemoterapi biasanya harus diberi jedah (selang waktu) 2-3 minggu s ebelum dimulai lagi pemberian kemoterapi berikutnya (Hendry dkk, 2007).

B. Klasifikasi Kemoterapi

1) Kemoterapi induksi, Ditujukan untuk secepat mungkin mengecilkan massa tumor at au jumlah sel kanker, contoh pada tomur ganas yang berukuran besar (Bulky Mass T umor) atau pada keganasan darah seperti leukemia atau limfoma, disebut juga denga n pengobatan penyelamatan.

2) Kemoterapi adjuvant, Setelah menjalani operasi untuk mengangkat organ atau b agian tubuh yang terdapat sel kanker, mungkin masih ada beberapa sisa sel kanker y ang tertinggal yang tidak terlihat. Ketika obat-obatan kemoterapi digunakan untuk m embunuh sisa sel-sel kanker yang tak terlihat, hal ini disebut sebagai pengobat an kemoterapi adjuvant. Pengobatan adjuvant juga dapat diberikan setelah m

(7)

enjalani radiasi. Manfaatnya mengurangi kekambuhan local dan mengurangi penyebaran yang akan timbul.

3) Kemoterapi neo adjuvant

Kemoterapi yang diberikan sebelum operasi. Kemoterapi dapat diberikan se belum pengobatan utama dilakukan, seperti operasi atau radiasi. Pemberian kemoter api pertama ditujukan untuk mengecilkan besarnya ukuran tumor dari sel-sel kan ker, sehingga lebih mudah untuk diangkat ketika menjalani operasi. Menyusutnya u kuran tumor juga memungkinkan untuk dilakukan sebelum radiasi. Kemoterapi neoadjuvant juga dapat membunuh deposit kecil dari sel-sel kanker yang tidak dapat dilihat saat dilakukan scan. Manfaatnya adalah mengurangi ukuran tumo r sehingga mudah dioperasi.

4) Kemoterapi paliatif

Diberikan hanya untuk mengurangi besarnya tumor yang dalam hal ini karena atau l okasinya menggangu pasien karena nyeri ataupun sulit bernafas.

C. Manfaat Pemberian Kemoterapi 1) Pengobatan

Beberapa jenis kanker dapat disembuhkan secara tuntas dengan satu jenis K emoterapi atau beberapa jenis Kemoterapi

2) Kontrol

Kemoterapi ada yang bertujuan untuk menghambat perkembangan K anker agar tidak bertambah besar atau menyebar ke jaringan lain

3) Mengurangi Gejala

Bila kemotarapi tidak dapat menghilangkan Kanker, maka Kemoterapi yang diberikan bertujuan untuk mengurangi gejala yang timbul pada penderita, seperti m eringankan rasa sakit dan memberi perasaan lebih baik serta memperkecil ukuran Kanker pada daerah yang diserang.

Tujuan Pengobatan Kemoterapi a) Mengobati (Cure)

Jika memungkinkan, kemoterapi digunakan untuk mengobati kanker, yang berar ti bahwa penyakit kanker dapat dihilangkan dan tidak Kembali. Namun, kebany

(8)

akan dokter tidak menggunakan kata “menyembuhkan “, kecuali sebagai kemungkin an atau niat. Ketika memberikan pengobatan pada seseorang yang memiliki kesempa tan untuk sembuh, dokter mungkin menggambarkannya sebagai pengobatan dengan t ujuan kuratif (mengobati).

b) Mengendalikan (Control)

Jika tujuan mengobati tidak mungkin, tujuannya lainnya adalah untuk mengendalik an – untuk mengecilkan ukuran tumor dan / atau menghentikan pertumbuhan dan pe nyebaran sel kanker. Hal ini dapat membantu seorang penderita merasa lebih baik da n mungkin memiliki harapan hidup yang lebih lama. Dalam banyak kasus, penyak it kanker tidak sepenuhnya hilang tetapi dikendalikan dan dikelola sebagai penya kit kronis, sama seperti penyakit jantung atau diabetes. Dalam kasus lain, penyaki t kanker mungkin tampaknya sudah pergi untuk sementara waktu, tetapi dapat mu ncul kembali.

c) Paliatif

Bila penyakit kanker berada pada stadium lanjut, obat kemoterapi dapat digunakan untuk meredakan gejala yang disebabkan oleh penyakit . Ketika satu- satunya tujuan dari pengobatan tertentu adalah untuk meningkatkan kualitas hidup seorang pend erita, pengobatan itu disebut sebagai pengobatan paliatif.

d) Mencegah penyebaran kanker

e) Menyembuhkan penyakit kanker dengan menyeluruh f) Memperlambat pertumbuhan dari sel kanker

g) Mengurangi atau meredakan gejala karena kanker

h) Membunuh sel kanker di mana kemungkinan sel kanker tersebut telah menyebar me nuju bagian yang lain.

D. Cara Kerja Kemoterapi

Cara Kerja Kemoterapi Terdapat tiga fungsi berbeda dalam kemoterapi, dimana kem ampuannya untuk berfungsi cenderung berbeda pada setiap pasien tergantung dari tingka t dan beratnya kanker :

a) Menyembuhkan kanker

Kemoterapi dapat menghancurkan sel kanker secara lengkap hingga tidak da pat lagi terlihat. Prosedur kemoterapi dikatakan berhasil menyembuhkan penyakit jik a sel kanker tidak dapat tumbuh lagi.

(9)

b) Merawat kanker

Kemoterapi dapat menghambat penyebaran lebih jauh dari sel kanker dengan cara mengecilkan pertumbuhannya. Bagaimanapun, pada beberapa kasus, tindakan ini hanya bekerja selama pasien tersebut melakukannya secara berkelanjutan. Saa t perawatan berhenti, sel-sel kanker dapat tumbuh lagi.

c) Meringankan gejala kanker

Kemoterapi dapat digunakan secara khusus untuk menargetkan tumor tertent u yang menyebabkan tekanan atau nyeri pada bagian tubuh yang terkena.

E. Macam-macam Obat Kemoterapi

Menurut mekanisme kerjanya,maka obat kemoterapi dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Alkylating Agent

Obat ini bekenja dengan cara Menghambat sintesa DNA dengan menukar gugus alkali sehingga membentuk ikatan silang DNA. Mengganggu fungsi sel dengan melakukan transfer gugus alkali pada gugus amino, karboksil, sulfhidri l, atau fosfat. Merupakan golongan sel spesifik non fase spesifik. Yang termasu k golongan ini adalah:

a) Amsacrine b) Cisplatin c) Busulfan d) Carboplati e) Chlorambucil f) Dacarbazine g) Cyclophospamid h) Procarbazin i) Ifosphamid j) Streptozocin k) Mephalan 2. Antibiotik

Golongan anti tumor antibiotik umumnya obat yang dihasilkan oleh suat u mikroorganisme, yang umumnya bersifat sel non spesifik, terutama berg una untuk tumor yang tumbuh lambat. Mekanisme kerja terutama dengan jalan menghambat sintesa DNA dan RNA. Yang termasuk golongan ini:

(10)

a) Actinomicin D b) Mithramicin c) Bleomicin d) Mitomicyn e) Daunorubicin f) Mitoxantron g) Doxorubicin h) Epirubicin i) Idarubicin 3. Antimetabolit

Golongan ini menghambat sintesa asam nukleat. Beberapa antimetab olit memiliki struktur analog dengan molekul normal sel yang diperlu kan untuk pembelahan sel, beberapa yang lain menghambat enzym yang pentin g untuk pembelahan. Secara umum aktifitasnya meningkat pada sel yang mem belah cepat. Yang termasuk golongan ini: Azacytidine, Cytarabin, Capecitabin e, Fludarabin, Mercaptopurin, Fluorouracil, Metotrexate, Luekovorin, Mitogua zon, Capecitabine

4. Mitotic Spindle

Golongan obat ini berikatan dengan protein mikrotubuler sehingga meny ebabkan disolusi struktur mitotic spindle pada fase mitosis. Antara lain: Plakita xel, Vinorelbin, Docetaxel, Vindesine, Vinblastin, Vincristin

5. Topoisomerase

Inhibitor Obat ini mengganggu fungsi enzim topoisomerase sehingga me nghambat proses transkripsi dan replikasi. Macam-macamnya antara lain: Irino tecan, Topotecan, Etoposit,

6. Hormonal

Beberapa hormonal yang dapat digunakan dalam kemoterapi antara lain:

Adrenokortikosteroid, Adrenal inhibitor, Androgen, Antiandrogen, LHRH, Pro gestin

7. Monocronal Antibodies

Obat ini memiliki selektifitas relatif untuk jaringan tumor dan to ksisitasnya relatif rendah. Obat ini dapat menyerang sel tertentu secara la

(11)

ngsung, dan dapat pula digabungkan dengan zat radioaktif atau kemoterapi tert entu. Macam - macamnya antara lain: Rituximab, Trastuzumab

8. Hematopoietic Growth Factors

Obat-obat ini sering digunakan dalam kemoterapi tetapi tidak satupun yan g menunjukan peningkatan survival secara nyata. Macam-macamnya antara lai n: Eritropoitin, Coloni stimulating factors (CSFs), Platelet growth Factors.

F. Siklus Sel

Suatu sel normal akan berkembang mengikuti siklus pembelahan sel yang teratur. Be berapa sel akan membelah diri dan membentuk sel baru dan sel yang lain akan mati. Sel yang abnormal akan membelah diri dan berkembang secara tidak terkontrol, yang pada a khimya akan terjadi suatu masa yang dikenal sebagai tumor (Rasjidi, 2007). Siklus sel se cara sederhana dibagi menjadi 5 tahap yaitu:

1) Fase GO, dikenal juga sebagai fase istirahat Ketika ada sinyal untuk berkembang, sel ini akan memasuki fase Gl

2) Fase Gl, pada fase ini sel siap untuk membelah diri yang diperantarai oleh beberapa protein penting untuk bereproduksi. Fase ini berlangsung 18-30 jam

3) Fase S, disebut sebagai fase sintesis. Pada fase ini DNA sel akan di kopi. Fase ini ber langsung selama 18-20 jam.

4) Fase G2, sintesis protein terus berlanjut. Fase ini berlansung 2-10 jam.

5) Fase M, sel dibagi menjadi 2 sel baru. Fase ini berlangsung 30-60 menit.

Siklus sel sangat penting dalam kemoterapi sebab obat kemoterapi mempunyai target dan efek merusak yang berbeda bergantung pada siklus selnya. Obat kemoterapi aktif pa da saat sel sedang bereproduksi (bukan pada fase GO), sehingga sel tumor yang aktif me rupakan target utama dari kemoterapi numun, oleh karena itu sel yang sehat juga berepro duksi, maka tidak tertutup kemungkinan mereka juga akan terpengaruh oleh kemoterapi, yang akan muncul sebagai efek samping obat (Rasjidi, 2007).

G. Obat Sitostatiska

Sitostatika merupakan suatu obat yang digunakan untuk membunuh atau menghamb at mekanisme proliferasi sel kanker. Obat ini bersifat toksik bagi sel kanker itu sendiri m aupun sel normal yang proliferasinya cepat, khususnya sel pada sumsum tulang belakang, sel pada epitel gastrointestinal, dan sel folikel rambut. Terapi antikanker dapat diberikan

(12)

secara per oral atau secara parenteral. Dengan adanya obat antikanker diharapkan memili ki toksisitas selektif, artinya hanya menghancurkan sel kanker tanpa harus merusak jarin gan normal disekitarnya. (Neal, 2005).

Tetapi obat antikanker memiliki efek toksik yang dapat muncul ketika sedang melak ukan pengobatan atau beberapa waktu setelah pengobatan. Efek toksik yang sering munc ul antara lain mual, muntah, tubuh terasa lemas, gangguan hematologis, gangguan gastro intestnal, toksisitas pada rambut, neurotoksisitas, toksisitas saluran kemih, kelainan meta bolik, hepatotoksisitas,sitotoksisitas, kardiotoksisitas, toksisitas paru, toksisitas gonad, g angguan indera perasa kelainan otot dan saraf, kelainan pada darah, kulit kering, produks i hormon tidak stabil, dan lain-lain.

Penanganan Sediaan Sitostatika

Penanganan sediaan sitostatika merupakan penanganan obat kanker secara aseptis da lam kemasan siap pakai sesuai kebutuhan pasien oleh tenaga farmasi yang terlatih denga n pengendalian pada keamanan terhadap lingkungan, petugas maupun sediaan obatnya d ari efek toksik dan kontaminasi, dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) menga mankan pada saat pencampuran, distribusi, maupun proses pemberian kepada pasien sa mpai pembuangan limbahnya. Secara operasional dalam mempersiapkan dan melakukan harus sesuai prosedur yang ditetapkan dengan alat pelindung diri yang memadai. Kegiata n dalam penanganan sediaan sitostatik meliputi:

a. Melakukan perhitungan dosis secara akurat

b. Melarutkan sediaan obat kanker dengan pelarut yang sesuai

c. Mencampur sediaan obat kanker sesuai dengan protokol pengobatan d. Mengemas dalam kemasan tertentu

e. Membuang limbah sesuai prosedur yang berlaku (Peraturan Menteri Kesehatan Rep ublik Indonesia, 2014)

Penggolangan senyawa obat sitostika

Obat antikanker diklasifikasikan menjadi enam golongan antara lain golongan seny awa pengalkilasi, antimetabolit, antikanker produk bahan alam, hormon, agen target mo lekular, dan agen miscellaneous. Dari masing-masing golongan terbagi menjadi beberap a sub golongan antara lain golongan senyawa pengalkilasi terdiri dari 7 sub golongan an tara lain sub golongan nitrogen mustard, etyleneimina dan methyleneimina, alkil sulfon

(13)

at, nitrosourea, metilhidrazin, triazine, dan platinum compleks. Golongan antimetabolit t erdiri dari 3 sub golongan, yaitu sub golongan 14 antagonis asam folat, antagonis pirimi din, dan antagonis purin. Golongan produk bahan alam terdiri dari 4 sub golongan, yaitu sub golongan vinca alkaloid, taxane, antibiotik antikanker, dan inhibitor topoisomerase.

Golongan agen target molekular terdiri dari 3 sub golongan, yaitu sub golongan retinoid, antibodi monoklonal, dan inhibitor tyrosin kinase. Terapi antikanker dapat diberikan se cara per oral atau secara parenteral. Dengan adanya obat antikanker diharapkan memilik i toksisitas selektif, artinya hanya menghancurkan sel kanker tanpa harus merusak jaring an normal disekitarnya (Missailidis, 2008).

Klasifikasi obat sitostika

Berdasarkan IARC Monographs IARC Monographs adalah Internasional Agency for Reserch on Cancer adalah suatu organisasi yang dibentuk oleh WHO pada tahun 1965 y ang bertujuan untuk mempromosikan kerjasama internasional dalam penelitian kanker.

Organisai ini mencari tahu penyebab kanker pada manusia, mekanisme karsinogenesis, dan strategi untuk pencegahan kanker.

Grup Keterangan Obat Statiska

Grup 1 Karsinogen terhadap manu

sia

lorambucil, Cyclophospha mide, Etoposide, Melphala n, Thiotepa, Tamoxifene

Grup 2A Kemungkinan besar karsin

ogenik terhadap manusia

Doxorubicin, Azacitidine, Procarbazine, Teniposide

Grup 2B Tidak diklasifikasikan kars

inogenik pada manusia

acarbazine, Daunorubicin, Mitomycin, Mitoxantrone, Streptozocin

Grup 3 Tidak diklasifikasikan kars

inogenik pada manusia

Dloroxifene, 5-Fluorourac il, fosfamid, 6-mercaptopu rine, Methrotrexat,Toramif ene

Grup 4 Kemungkinan besar tidak

karsinogen terhadap manus ia

1. Golongan Pengalkilasi

(14)

Agen pengalkilasi merupakan salah satu golongan obat antikanker yang beke rja dengan membentuk senyawa kationik yang diikuti pemecahan cincin membentuk io karbonium reaktif, ion ini bereaksi melalui reaksi alkilasi, membentuk ikatan kova len dengan gugus pendonor elektron yang terdapat pada 8 struktur asam amino. Reak si ini membentuk cross lingking antara dua rangkaian DNA dan mencegah mitosis. S ehingga proses pembentukan sel terganggu dan terjadi hambatan pertumbuhan sel ka nker (Siswandono, 2008). Terdapat beberapa toksisitas yang umum terjadi ketika me nggunakan obat golongan ini antara lain, yaitu neurotoksisitas, oral toksisitas, toksisi tas pada rambut, toksisitas hematologi, toksisitas gastrointestinal toksisitas pulmo (R emesh, 2003). Insiden busulfan dapat menyebabkan pulmotoksisitas yaitu (4 %) (Sw eetman, 2009). Pada beberapa kasus di Amerika, obat ini terkadang dapat menyebab kan terjadinya Acute Myelogenous Leukemia (AML)dan Myelodysplastic Syndrome (MDS). Kejadian paling sering yaitu diawali dengan MDS yang kemudian berkemba ng menjadi AML. Penelitian telah menunjukkan bahwa leukemia terjadi sekitar 2 tah un setelah pengobatan menggunakan obat antikanker golongan agen pengalkilasi, da n risiko semakin meningkat setelah 5 sampai 10 tahun pada pemakaian obat antikank er golongan agen pengalkilasi. Insiden dari AML periode yaitu sekitar 1% - 10% (S weetman, 2009). Berikut beberapa obat yang dapat menyebabkan leukemia seperti m echloretamin, chlorambucil, cyclophosphamide, melphalan, lomustine, carmustine, d an busulfan (Travis, 2006). Pada penelitian ini obat golongan pengalkilasi yang digu nakan antara lain mekloretamin, melphalan, chlorambucil, cyclophosphamide, ifosfa mid,bendamustine, alretamin, karsinogenik pada manusia Ifosfamid, 6-mercaptopuri ne, Methrotrexat,Toramifene, Grup 4 Kemungkinan besar tidak karsinogen terhadap manusia 16 thiotepa, busulfan , carmustine, lomustine, streptozocin, fotemustine, ni mustine, cloretazine, cystemustine, procarbazine, dacarbazine, temozolomide, cyspla tin, carboplatin, oxaliplatin, dan nedaplatin (Missailidis, 2008).

2. Golongan Antimetabolit

Antimetabolit merupakan obat antikanker yang bekerja menghambat enzim-e nzim yang diperlukan untuk memproduksi basa yang menjadi bahan penyusun DNA (Cheung-Ong, 2013). Antimetabolit dan juga asam folat dapat mencegah terjadinya p embelahan pada sel kanker. Obat ini juga memiliki toksisitas yang hampir sama deng an golongan agen pengalkilasi yaitu neurotoksisitas, oral toksisitas, toksisitas pada ra mbut, toksisitas hematologi, toksisitas gastrointestinal (Remesh, 2003). Methrotrexat

(15)

merupakan salah satu dari golongan antimetabolit yang memiliki efek pulmotoksisita s (7 %) (Sweetman, 2009). Pada penelitian ini obat golongan antimetabolit yang digu nakan antara lain methotrexat, pemetrexed, pemetrexed dinatrium, 5-fluorouracil, ca pecitabine, gemcitabine, cytarabine, gemcitabine hcl, azacitidine, tegafur, floxuridine, doxifluridine, decitabine, sapacitabine, 6-mercaptopurin, thioguanin, pentostatine, cl adribine, fludarabine, nelarabine, cordycepin, clofarabine, triciribine phospate, pelitr exol, dan dezaguanine (Devoti, 2006).

3. Golongan Produk Bahan Alam

Terdapat beberapa obat yang berasal dari produk alam yang dapat mengikat DNA dengan proses interkalasi sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada kromo som sel kanker serta menghambat pembelahan sel kanker (Indrawati, 2009). Pada go longan produk bahan alam terdapat sub golongan penghambat enzime topoisomerase, yang dapat menyebabkan leukimia, utamanya yaitu Acute Myelogenous Leukemia (AML). Leukimia berkembang lebih cepat pada pengobatan dengan menggunakan o bat golongan ini apabila dibandingkan dengan golongan agen 17 pengalkilasi. Kasus leukimia ditemukan setelah pemakaian 2 sampai 3 tahun yang diawali dengan Myelo dysplastic Syndrome (MDS) terlebih dahulu. Insiden dari AML periode yaitu sekitar 1% - 10% (Sweetman, 2009). Berikut beberapa obat yang dapat menyebabkan leuki mia yaitu Etoposide, Teniposide, Mitoxantron, Doxorubicin, Daunorubicin, Epirubic in, dan Idarubicin (Travis, 2006). Pada penelitian ini obat golongan produk bahan ala m yang digunakan antaralain vincristine, vincristine sulfat, vinblastine, vinblastine su lfat, vinorelbine, paclitaxel, docetaxel, docetaxel trihidrat, dactinomycin,daunorubici n, doxorubicin, doxorubicin hcl, epirubicin, epirubicin hcl, idarubicin, valrubicin, mit oxantron, bleomycin, bleomycin hcl, mitomycin, dexrazoxan, porfiromycin, apaziqu one, topotecan, irinotecan, irinotecan hcl trihidrat, etoposide, dan teniposide (Missail idis, 2008).

4. Golongan Hormon

Penelitian toksisitas akut dan kronik telah menunjukkan bahwa sebagian besa r temuan yang diamati terkait dengan efek hormonal dari obat antikanker golongan h ormon salah satunya toremifen. Toremifen berguna dalam mengobati kanker payudar a, seiring dengan kemajuan di bidang kedokteran, terdapat beberapa penelitian yang menyebutkan bahwa penggunaan toremifen dalam jangka waktu lama dapat berpoten si menyebabkan kanker endometrium sekunder pada wanita serta pada tikus dapat m

(16)

enyebabkan hepatocarcinoma. Oleh karena itu International Agency for Research on Cancer (IARC) mengklasifikasikan toremifen kedalam kelas 3 penyebab karsinogen (Yang, et al., 2013). Pada penelitian ini obat golongan hormon yang digunakan antar a lain tamoxifene, raloxifene, arzoxifene, fulvestrant, medroxyporgesterone, megestr ol, anastrozole, goserelin, idoxifene, dloroxifene, toramifene, flutamide, leuprorelin , leuprolide acetate, leuprolide mesylate, exemestane, letrozole, dan megestrol acetate (Missailidis, 2008).

5. Golongan Target Molekular

18 Obat golongan ini bekerja melawan sel kanker dengan menargetkan pada gen atau protein tertentu. Vemurafenib dan Darafenib adalah obat yang menargetkan protein BRAF. Orang yang menggunakan obat ini memiliki risiko yang lebih tinggi t erhadap karsinoma sel skuamosa pada kulit (Choi, 2016). Pada penelitian ini obat gol ongan target molekular yang digunakan antara lain bexarotene, tretinoin, alitretinoin, pazopanib, sorafenib, imatinib, imatinib mesylate, geftinib, erlotinib, sunitinib, suniti nib malate, crizotinib, nilotinib, dan nilotinib hcl monohidrat, dasatinib, almetuzuma b, cetuximab, trastuzumab, rituximab, bevacizumab, gemtuzumab orgamicin, ibritum umab tiuxetan (Devoti, 2006).

6. Golongan Lain-lain

Obat golongan ini digunakan dalam pengobatan kanker, mekanisme kerja oba t ini masih belum bisa dijelaskan secara rinci. Akan tetapi obat golongan ini sudah la ma digunakan dan terbukti dapat mengobati kanker selama beberapa dekade ini. Porf imer sodium merupakan salah satu bagian dari golongan lain-lain 11 ini. Porfimer so dium biasanya digunakan untuk terapi Billiary Tract Carcinoma (BTC). Beberapa pe nelitian menyebutkan bahwa obat ini aman untuk digunakan, namun untuk efek karsi nogen masih belum ada data penelitian terkait karsinogenisitas pada pofimer sodium (Pereira, et al., 2012). Pada penelitian ini obat golongan lain-lain yang digunakan ant ara lain asparaginase, hydroxyurea, dan porfimer sodium (Missailidis, 2008).

CONTOH KASUS

pada pasien kanker payudara dilakukan Pengambilan data berdasarkan data rekam med is pasien di RSUP dr. Seoradji Tirtonegoro. Pengambilan data penelitian dilakukan di RSUP dr. Seoradji Tirtonegoro selama dua bulan dari bulan Desember 2018 sampai Januari 2019.

Pada Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Regimen Kemoterapi Data rekam medis dimana P

(17)

asien kanker payudara menerima kemoterapi dengan regimen CAF ( Cyclofosfamid – Andri amicin / Doxorubicin - Fluouracil ) dengan dosis yang telah ditetapkan yaitu 500 mg/m2 – 5 0 mg/m2 – 500 mg/m2, diberikan pada hari pertama secara intravena dengan pengulangan si klus setiap 3 minggu dan sejalan dengan Kemenkes tahun 2017 menyatakan bahwa regimen CAF termasuk regimen first line pada kanker payudara.Berdasarkan hasil data rekam medis pasien kanker payudara yang menerima kemoterapi selama periode 2018 didapatkan bahwa usia 26-35 tahun dengan rentangan persentase sebanyak 10,71%, usia 36-45 tahun dengan re ntangan persentase sebanyak 32,14%, usia 46-55 tahun dengan rentangan persentase sebany ak 39,29%, usia 56-65 tahun dengan rentangan persentase sebanyak 14,29% dan usia lebih d ari 65 tahun dengan rentangan persentase sebanyak 3,57%. menunjukkan hasil bahwa pasien kanker payudara dengan Efek samping yang diderita pasien pasca kemoterapi yaitu nyeri se banyak 31,55% dan obat yang diberikan untuk mengurangi efek samping yang diderita pasie n pasca kemoterapi yaitu Ondansetron sebagai Antiemetik sebanyak 34,58% kasus.

(18)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Kemoterapi merupakan salah satu modalitas pengobatan pada kanker secara sistemi k yang sering dipilih terutama untuk mengatasi kanker stadium lanjut, local maupun m etastatis. Kemoterapi sangat penting dan dirasakan besar manfaatnya karena bersifat sistemik mematikan/membunuh sel-sel kanker dengan cara pemberian melalui infuse, d an sering menjadi pilihan metode efektif dalam mengatasi kanker terutama kanker stad ium lanjut local. Kemoterapi Merupakan bentuk pengobatan kanker dengan meng gunakan obat sitostatika yaitu suatu zat-zat yang dapat menghambat proliferasi s el-sel kanker.

B. Saran

Kemoterapi adalah salah satu pengobatan untuk penyakit kanker, tetapi kemoterapi tidak bisa menghilangkan sel – sel kanker semuanya. Kemoterapi dalam pengobatan ka nker hanya sebagai penghilang sel – sel kanker saja, tetapi tidak menutup kemungkinan akan terkena dan sel kanker akan meyebar ke jaringan yang lainnya. Jangan terlalu dala m menggunakan terapi kemoterapi karena ada efek negative dari sinar yang digunakan untuk kemoterapi.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 2, EGC, Jakarta. Katsung, B.G.2001. Farmakologi Dasar Dan Klinik. Ed. ke-6 ECG. Jakarta Firmansyah, M.A. 2010. Penatalaksanaan Mual Muntah yang Diinduksi Kemoterapi. Cermi

n Dunia Kedokteran. 37 : 249-50

Gunawan, Rianto Gan. 2008. Farmakologi dan Terapi (Edisi 5). Jakarta: FK UI

Herdman, T.H., Kamitsuru, Shigemi. Diagnosa Keperawatan 2015-2017 Edisi 10. Jakarta:

EGC

Moh. Anief. 2000. Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi, Gajah Mada University Press, Y ogyakarta

Rasjidi, I (2007). Kemoterapi Kanker Ginekologi dalam praktik sehari-hari, Sagung-seto. Ja karta

Ignatavicius, D.D et al. (2006), Medical Surgical Nursing, A Nursing Process Approach, 2n d Edition, W.B Saundres Company, Philadelphia

Subagian Onkologi Ginekologi, 1998, Penuntun Pelayanan-Pendidikan-Penelitian, Bagian obstetriginekologi, FKUI, Jakarta.

WHO. (2003). Mual dan Muntah Pada Pasien dengan Kemoterapi.

1

Referensi

Dokumen terkait

penderita yang bersangkutan harus tepat caranya.. 6) Waspada ESO (efek samping obat), karena obat kemoterapi sangat. toksik maka untuk mendapat hasil yang maksimal

3 Melihat banyaknya efek yang ditimbulkan obat-obatan kemoterapi dan pengobatan yang dilakukan pada grade yang sudah lanjut, maka peneliti tertarik untuk melakukan

Penulisan dosis untuk semua jenis obat kemoterapi kanker payudara di Rumah Sakit Lavalette telah dikaji sesuai dengan berat badan, tinggi badan dan umur pasien. How to calculate

berbahaya dari kemoterapi dapat dikurangi jika obat dengan efek beracun yang berbeda digabungkan, masing-masing dalam dosis yang lebih rendah dari pada dosis yang

Pemberian kemoterapi menggunakan obat-obat sitostatika memerlukan penanganan yang tepat untuk mencegah timbulnya efek samping yang membahayakan tenaga kesehatan yang

Pendahuluan: Doxorubicin merupakan obat kemoterapi yang banyak digunakan untuk terapi berbagai macam jenis kanker seperti leukemia akut, kanker payudara, kanker tulang

Penelitian ini akan melihat profil penggunaan obat sitostatika pada pasien kanker yang meliputi golongan obat, jenis obat, dosis, efek samping serta jenis kanker yang

Makalah ini membahas tentang cara menyusun anggaran overhead pabrik, bao gồm các khái niệm, metode, dan