• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH “KESEHATAN GLOBAL”

N/A
N/A
Aidil Fitrah

Academic year: 2024

Membagikan "MAKALAH “KESEHATAN GLOBAL”"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

“KESEHATAN GLOBAL”

Dosen Pengampu:

Edison, M.Kes

Disusun oleh:

Aisyah Gustina (2303002) Iiham Seno (2303016) Latifah Rahmi (2303019) Rexs Londriani Putri (2303024)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SYEDZA SAINTIKA PADANG

2024

(2)

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, Maret 2024

Penulis

i

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...2

C. Tujuan Penulisan...3

BAB II PEMBAHASAN...4

A. Defenisi International Humanitarian Action...4

B. Dukungan Global Aksi Kemanusiaan...5

C. Implikasi Kemanusiaan Pada Pengungsi...9

BAB III PENUTUP...12

A. Kesimpulan...12

B. Saran...12

DAFTAR PUSTAKA...13

ii

(4)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di zaman globalisasi seperti ini apa saja dapat terjadi pada ruang lingkup manusia di seluruh dunia. Mengenai permasalahan yang sering terjadi sedikitnya telah menimbulkan permasalahan bagi dunia internasional. Adanya hubungan antar negara menjadikan jembatan atau lintas batas bagi sebuah negara, baik lintas batas nasional maupun internasional. Sebagai masalah yang menjadi isu internasional atau non tradisional masalah dibidang kesehatan atau membahas mengenai penyakit juga telah mempengaruhi atau meresahkan masyarakat diberbagai negara. Untuk itu sangat diperlukan rancangan perencanaan untuk solusi dalam mengatasi masalah tersebut. Dengan begitu perlu adanya kerjasama antar aktor negara maupun non aktor negara agar dapat memecahkan permasalahan demi pencapaian kepentingan nasional setiap negara.

Isu kesehatan menjadi masalah internasional yang perlu mendapatkan perhatian karena selain pendidikan, kesehatan juga menjadi penentu kualitas seseorang, dimana nantinya kesehatan suatu bangsa akan turut juga menentukan masa depan bangsa tersebut. Hal ini dikarenakan isu ini terkait dengan aspek pembangunan. Suatu negara dapat melaksanakan pembangunan dengan sukses apabila tingkat kesehatan masyarakat di negara tersebut baik, karena bagaimanapun juga yang melaksanakan pembangunan adalah masyarakatnya sendiri, untuk itulah mengapa isu kesehatan ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih. Masalah kesehatan terutama banyak terjadi di negara-negara berkembang, dimana masih dapat ditemukan berbagai macam penyakit dan gangguan kesehatan lainnya. Untuk itu, kondisi kesehatan di negara-negara berkembang mendapatkan perhatian yang besar dari pemerintah nasional maupun juga dari dunia internasional.

Untuk menangani masalah kesehatan, terutama masalah malaria ini maka dibutuhkan peranan dari berbagai pihak. Pemerintah negara-negara di dunia perlu untuk mengadakan kerjasama dengan berbagai pihak untuk dapat secara

(5)

2

bersama-sama menghadapi masalah kesehatan yang semakin kompleks.

Keterlibatan dari aktor-aktor negara maupun non-negara juga diperlukan dalam peranannya untuk menangani kasus yang terjadi. Dalam perkembangannya saat ini, aktor di dalam studi Hubungan Internasional tidak hanya terbatas pada negara saja, walaupun negara memang mempunyai fungsi yang strategis sebagai aktor utama, namun ia bukanlah satu-satunya unit berpartisipasi dalam peristiwa-peristiwa hubungan internasional. Aktor-aktor lain diluar negara yaitu International Government Organizations (IGOs) atau organisasi internasional, Non- Government Organizations (NGOs), sektor swasta, masyarakat dan lainnya. Salah satu upaya untuk mencari jalan keluar dari masalah-masalah internasional adalah dengan dibentuknya organisasi internasional. Organisasi internasional yang berguna untuk mencapai kompromi dan meningkatkan kesejahteraan serta memecahkan permasalahan pada skala nasional maupun internasional.

Intervensi kemanusiaan masih menjadi isu baru dalam isu kontemporer studi hubungan internasional. Isu intervensi kemanusiaan baru mencuat di dunia internasional pada tahun 1992 ketika Amerika Serikat melakukan intervensi kemanusiaan terhadap Somalia. Meskipun sudah banyak intervensi kemanusiaan yang terjadi sebelum ini. Intervensi kemanusiaan tersebut menumbangkan rezim militer Mohammad Farrah Aideed. Dan peristiwa tersebut dikenal sebagai Black Hawk Dawn. Intervensi kemanusiaan banyak terjadi di Kawasan Timur Tengah.

Seperti Amerika Serikat terhadap Somalia pada 1992, Amerika Serikat dan NATO terhadap Irak pada 2011, dan Rusia serta Iran terhadap Suriah pada 2011.

Tindakan intervensi kemanusiaan sendiri mengandung pro-kontra. Negara- negara yang melakukan intervensi kemanusiaan dengan dalih melawan kejahatan militer atau perang, HAM, maupun kejahatan kemanusiaan. Namun, tindakan intervensi kemanusiaan sendiri pun juga sudah melanggar konsep kedaulatan, yang mana suatu negara memiliki kekuasaan penuh untuk mengatur segala perihal yang ada di wilayah negara tersebut tanpa adanya campur tangan dari negara lain (Rosyidin, 2017).

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari international humanitarian action?

(6)

2. Apa saja dukungan global untuk aksi kemanusiaan?

3. Bagaimana implikasi kemanusiaan pada pengungsi?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dari international humanitarian action.

2. Untuk mengetahui dukungan global untuk aksi kemanusiaan.

3. Untuk mengetahui implikasi kemanusiaan pada pengungsi.

(7)

BAB II PEMBAHASAN

A. Defenisi International Humanitarian Action

Humanitarian Action atau yang biasa disebut Aksi kemanusiaan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan saat situasi kemanusiaan sedang terancam. Seperti dalam bencana alam atau bencana yang hadir karena perbuatan manusia sendiri, contohnya seperti konflik dan peperangan. Konsep ini memiliki tujuan untuk menyelamatkan hidup manusia, mengurangi penderitaan pasca bencana serta menjaga kehidupan manusia (Srikandi, 2010).

Dalam pelaksanaannya aksi kemanusiaan ini turut menfasilitasi berbagai persiapan pihak-pihak yang terlibat apabila terjadi bencana atau suatu konflik atau perang untuk kedua kalinya. Aksi ini memiliki empat prinsip dasar.

Pertama, Kemanusiaan, maksudnya adalah bahwa aksi yang dilakukan benar- benar murni pertolongan dan perlindungan untuk-untuk orang-orang dari penderitaan. Kedua, Imparsial, aksi yang dilakukan terlepas dari tindak diskriminasi. Ketiga, Netralitas, melakukan bantuan secara objektif dan tanpa keterpihakan kepada siapapun dan apapun. Keempat kemandirian, selain bersifat objektif, aksi kemanusiaan juga terbebas dari kepentingan politik, ekonomi, dan militer.

Aksi kemanusiaan dalam memberikan perlindungan meliputi pihak sipil dan para prajurit yang sudah tidak terlibat peperangan dikarenakan terluka.

Selain itu kurangnya persediaan makanan, tempat bernaung, layanan kesehatan serta failitas air sanitasi yang tidak terpenuhi dan hal-hal lain yang dibutuhkan para korban untuk mengembalikan fungsi kehidupan normal mereka (Alliandiary, 2018). Dari aksi kemanusiaan yang menyediakan bantuan-bantuan, baik berupa fisik maupun jasa. Bantuan-bantuan yang disalurkan dari aksi kemanusiaan disebut dengan Humanitarian Aids, yang menyalurkan bantuan ini bisa dari pemerintah suatu Negara, perusahaan pribadi, NGO, dan organisasi- organisasi lainnya (Global Humanatarian Assistance, Defining Humanitarian Aid). Humanitarian aid worker merupakan anggota dari agensi kemanusiaan

(8)

PBB. Humanitarianism dalam Journal of Humanitarian Assitance dapat diartikan sebagai kerja nyata kemanusiaan yang dilakukan melewati batas negara untuk menolong mereka yang membutuhkan, karena pada dasarnya melakukan bantuan bagi korban pelecehan seksual merupakan sebuah kewajiban moral dan keharusan bagi yang mampu. Penerapan pada konsep dapat kita lihat dalam beberapa kondisi contohnya saat terjadi peperangan dan bencana alam. Selain itu adanya aksi kemanusiaan ini dijalankan karena terdapat rasa ketidakamanan yang menimpa para korban, atau disebut dengan human security.

Pengaplikasian dari konsep humanitarian action ini memiliki tujuan untuk peningkatan kualitas hidup secara berkelanjutan serta memenuhi kebutuhan manusia baik fisik maupun sosial, dan merupakan kewajiban moral bagi orang lain dirasa sesuai digunakan sebagai landasan teori permasalahan di atas, karena tujuan dari UNICEF melakukan bantuan adalah untuk mengembalikan hak hidup anak-anak di Republik Afrika Tengah salah satunya dengan memenuhi kebutuhan fisik dan sosial mereka. Aksi kemanusiaan disini juga bersifat membangun hingga terpenuhinya target serta tercapainya tujuan- tujuan dari UNICEF sendiri.

Dalam situasi darurat bencana di seluruh dunia saat ini, separuh atau lebih dari populasi anak-anak terkena dampak konflik atau bencana. Banyak risiko dampak buruk yang dihadapi oleh anak-anak perempuan dan laki-laki terkait dengan kesejahteraan mereka, keamanan fisik, dan masa depan.

Perlindungan anak dari kekerasan, eksploitasi, pelecehan dan penelantaran merupakan prioritas mendesak bagi semua orang yang bekerja dalam ranah pekerja kemanusiaan, termasuk, tentu saja, aktor perlindungan anak. Di sisi lain, Aksi Kemanusiaan juga berkaitan dengan isu Politik Internasional, Kedaulatan Negara, dan Hukum Internasional.

B. Dukungan Global Aksi Kemanusiaan

Krisis terjadi di mana-mana, dan semakin banyak orang terpaksa meninggalkan rumah mereka untuk mencari tempat yang lebih aman. Laporan Global Humanitarian Overview (GHO) 2023 mengungkap bahwa jumlah

(9)

6

pengungsi mencapai 103 juta pada pertengahan tahun 2022, dan lebih dari 36 juta di antaranya merupakan anak-anak. Jumlah tersebut mencakup 32,5 juta pengungsi, 53,1 juta pengungsi internal (IDP), dan 4,9 juta pencari suaka.

Laporan tersebut menyebutkan bahwa bencana merupakan penyebab utama pengungsian di seluruh dunia. Data terbaru menunjukkan, 5,9 juta orang di seluruh dunia mengungsi pada akhir tahun 2021 akibat bencana alam, tanpa tanda-tanda penurunan karena cuaca ekstrem berlanjut pada tahun 2022. Konflik dan kekerasan juga merupakan salah satu penyumbang terbesar, menyebabkan 14,4 juta orang mengungsi pada tahun 2021. Perang Rusia-Ukraina menambah jumlah pengungsi sebanyak hampir 8 juta orang di berbagai negara Eropa dan 5 juta pengungsi internal di Ukraina.

Kehilangan rumah dan dan berbagai hal lainnya dapat menjerumuskan seseorang ke dalam krisis yang lebih dalam. Menurut laporan GHO 2023, lebih dari 70% orang yang mengalami kelaparan tinggal di daerah yang terkena dampak perang dan kekerasan. Selain itu, perempuan seringkali mengalami dampak kerawanan pangan dan kasus kelaparan yang lebih parah, di samping rentan terhadap kekerasan seksual. Karena itu, diperlukan upaya masif untuk memastikan anak-anak tetap dapat berkembang dalam keadaan darurat, termasuk menjaga kesehatan, nutrisi, keamanan dan keselamatan, serta pembelajaran dini buat mereka. Dalam hal ini, bantuan kemanusiaan sangat diperlukan. Pekerja bantuan kemanusiaan membantu orang-orang yang terkena dampak konflik atau bencana alam. Secara umum, mereka adalah gabungan orang-orang terlatih dari organisasi lokal, nasional, dan internasional. Pekerja lokal dan nasional sangat penting karena mereka lebih memahami tantangan di lapangan dan dapat berkontribusi secara efektif, efisien, dan berkelanjutan dalam keadaan darurat.

Meskipun begitu, pekerjaan ini dipenuhi dengan banyak tantangan.

Tinggal di lingkungan yang penuh tekanan dan jam kerja yang panjang dapat memengaruhi kesehatan fisik dan mental mereka. Selain itu, mereka juga sering menjadi sasaran serangan. Pada tahun 2021 saja, 461 pekerja kemanusiaan menjadi korban serangan besar, yang mengakibatkan 203 di antaranya terluka

(10)

parah, 117 diculik, dan 141 tewas. Memberikan bantuan kemanusiaan juga bukan tanpa biaya. Laporan GHO 2023 memperkirakan bahwa biaya yang dibutuhkan mencapai USD 51,5 miliar untuk memberikan perawatan dan bantuan bagi 230 juta orang pada tahun 2023. Meningkatnya biaya operasional, harga komoditas, dan inflasi yang tinggi juga berkontribusi terhadap peningkatan kebutuhan yang signifikan. Oleh karena itu, bantuan kemanusiaan yang kuat membutuhkan dukungan di berbagai sektor.

Keadaan dunia mungkin akan semakin kompleks setiap tahun, dan krisis mungkin akan semakin parah. Faktor-faktor seperti perubahan iklim, konflik, gejolak ekonomi, dan ketimpangan dapat semakin memperparah krisis di masa depan. Oleh karena itu, tidak ada waktu yang lebih baik untuk mengantisipasinya selain sekarang. UNOCHA telah meluncurkan Rencana Strategis OCHA 2023-2026, yang mengurai enam prioritas transformasional untuk mengatasi tantangan yang berubah-ubah dengan cepat:

1. Respons kemanusiaan yang koheren dan berpusat pada manusia, dengan konteks spesifik, berkontribusi pada ketahanan masyarakat, dan mendorong perlindungan yang nyata.

2. Kepemimpinan yang sistematis dan dapat diprediksi pada akses.

3. Solusi jangka panjang untuk pengungsian internal yang berkepanjangan.

4. Respons kemanusiaan yang inklusif dan tidak meninggalkan siapa pun.

5. Pembiayaan kemanusiaan katalistik yang memberikan dampak pada kehidupan masyarakat.

6. Analisis strategis risiko dan tren untuk beradaptasi dengan keadaan yang berkembang.

Di samping itu, penting juga untuk mengatasi kekurangan dana. Pada Juni 2023, Sekretaris Jenderal PBB menyerukan perlunya dana yang lebih banyak untuk memobilisasi bantuan kemanusiaan di seluruh dunia. UNFPA juga meminta dana sebesar USD 1,2 miliar untuk menyediakan layanan dan perlindungan bagi sekitar 66 juta perempuan, anak perempuan, dan kaum muda di 65 negara. Hal ini menuntut partisipasi dari pemerintah dan sektor swasta

(11)

8

untuk mengatasi kekurangan dana. Pada akhirnya, di atas semua tindakan tersebut, para pemimpin dunia juga perlu meningkatkan upaya untuk mencegah dan menyelesaikan konflik, berkomitmen kembali pada hukum internasional, dan mengatasi krisis iklim. Kita dapat menciptakan kemajuan yang bermakna dan kuat menuju dunia yang lebih baik dengan mengurangi perselisihan dan meminimalkan kemungkinan bencana iklim.

Dalam lanskap kemanusiaan yang kompleks saat ini, banyaknya krisis yang berkepanjangan menggarisbawahi kebutuhan mendesak akan pendekatan komprehensif untuk mengatasi kebutuhan kemanusiaan. Pengurangan risiko bencana (DRR) dapat bertindak sebagai perekat antara berbagai aktor yang beroperasi dalam konteks kemanusiaan dan konteks rentan – mitra kemanusiaan, pembangunan dan penjaga perdamaian – yang menjembatani kesenjangan antara kebutuhan mendesak dan pembangunan ketahanan jangka panjang. UNDRR berkomitmen untuk meningkatkan PRB dalam konteks yang rapuh dan bersifat kemanusiaan serta mendukung aktor-aktor nasional dan internasional untuk menghasilkan bukti kuat, inovasi, dan praktik baik untuk pengambilan keputusan berdasarkan informasi risiko. Dukungan UNDRR dapat dikelompokkan dalam empat bidang besar:

1. Analisis risiko yang ditingkatkan

2. Penggunaan pengetahuan dan alat PRB untuk pembuatan prioritas dan perencanaan

3. Tindakan antisipatif dan peringatan dini

4. Mengatasi tantangan terkait pengungsian akibat bencana

Jumlah orang yang membutuhkan bantuan kemanusiaan secara global berada pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan hal ini diperburuk oleh keadaan darurat iklim, konflik, dan pandemi COVID-19 yang sedang berlangsung . Hingga 811 juta orang di dunia saat ini menghadapi kerawanan pangan dan lebih dari 1% populasi global kini harus mengungsi . Perempuan dan anak perempuan adalah kelompok yang paling terkena dampak

(12)

krisis, dan cara mereka berbeda dengan laki-laki. Meskipun demikian, hal-hal tersebut biasanya tidak dilibatkan dalam koordinasi kemanusiaan, penilaian, pengambilan keputusan, dan prosedur perencanaan. Pengalaman kami menunjukkan bahwa perempuan seringkali menjadi garda depan dalam komunitas mereka ketika terjadi krisis, dan mereka memiliki pengetahuan, pengaruh, dan keahlian yang berharga mengenai apa yang dibutuhkan. Inilah sebabnya mengapa CARE International memiliki fokus khusus pada pemahaman dan penanganan ketidakseimbangan kekuasaan dan gender yang mempengaruhi perempuan dan anak perempuan dalam situasi krisis dan memprioritaskan kerja sama dengan organisasi perempuan untuk memimpin upaya tanggap darurat.

C. Implikasi Kemanusiaan Pada Pengungsi

Bantuan kemanusiaan telah hadir dalam berbagai bentuk sepanjang sejarah umat manusia, namun konsep bantuan kemanusiaan modern baru benar- benar muncul sejak paruh akhir abad ke-20. Melalui perkembangan peristiwa- peristiwa dunia yang kompleks dan sebagian besar disebabkan oleh konflik bersenjata, bantuan kemanusiaan modern diberikan oleh banyak organisasi dan aktor. Tujuan dari bab ini adalah untuk memberikan tinjauan singkat mengenai sejarah aksi kemanusiaan, tinjauan terhadap prinsip-prinsip bantuan kemanusiaan dan tinjauan terhadap dokumen-dokumen utama yang menggambarkan prinsip-prinsip tersebut. Didefinisikan secara luas, tindakan memberikan bantuan material kepada orang-orang yang membutuhkan telah ada sepanjang sejarah umat manusia, sering kali dalam bentuk bantuan makanan atau material yang diberikan pada saat terjadi kelaparan, kekeringan, atau bencana alam. Namun konsep dan sistem bantuan kemanusiaan modern yang kita kenal; penyediaan bantuan yang tidak memihak, independen dan netral kepada mereka yang berada dalam bahaya; baru ada sejak pertengahan abad ke- 20. Meskipun sistem bantuan internasional pertama kali muncul setelah Perang Dunia I melalui Perjanjian Versallies, definisi dan prinsip-prinsip utama bantuan kemanusiaan yang diterima secara luas baru menjadi bagian dari kebijakan konvensional sejak tahun 1990-an.

(13)

10

Inti dari semua tindakan kemanusiaan terletak pada prinsip-prinsip dasar kemanusiaan , ketidakberpihakan, netralitas, dan kemandirian . Prinsip-prinsip ini, yang berakar pada hukum humaniter internasional, telah dianut oleh PBB melalui Resolusi Majelis Umum 46/182 dan 58/114. Penerimaan luas dan signifikansinya semakin ditekankan dengan dimasukkannya ke dalam Kode Etik Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional dan Organisasi Non-Pemerintah dalam Bantuan Bencana, serta Standar Inti Kemanusiaan tentang Kualitas dan Akuntabilitas . Mandat UNHCR didasarkan pada prinsip- prinsip kemanusiaan yang non-politik. Organisasi ini secara konsisten menjunjung tinggi prinsip-prinsip kemanusiaan ketika merespons semua jenis krisis, baik yang berasal dari konflik, kekerasan, atau bencana alam/akibat manusia. Selain itu, UNHCR sejalan dengan prinsip-prinsip yang diakui secara internasional yang melengkapi komitmennya terhadap 'prinsip kemanusiaan'.

Salah satu prinsip tersebut adalah pentingnya 'tidak melakukan tindakan yang merugikan', yang mengamanatkan agar UNHCR mengambil tindakan untuk mencegah dan mengurangi dampak buruk dari tindakannya terhadap masyarakat yang terkena dampak.

Hal yang sama pentingnya adalah dedikasi UNHCR terhadap pendekatan berbasis hak dan berbasis masyarakat, yang mencakup upaya untuk secara aktif melibatkan dan memberdayakan individu-individu yang menjadi perhatian dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada kehidupan mereka. Pada akhirnya, Negara mempunyai tanggung jawab utama untuk melindungi dan membantu orang-orang di wilayah mereka yang terkena dampak bencana, konflik bersenjata, atau kekerasan. Aksi kemanusiaan dirancang untuk melengkapi dan mendukung Negara dalam memenuhi tanggung jawab tersebut;

hal ini tidak boleh melemahkan atau menambah tanggung jawab negara.

Pengungsi merupakan istilah yang pertama kali muncul pada saat Perang Dunia Pertama, yang dimana dianggap sebagai kulminasi dari proses pembangunan sebuah bangsa (UNHCR, 2007:16). Menurut Black’s Law Dictionary pengungsi dapat diartikan sebagai “ A Person who arrives in a country to settle ther permanently; a person who immigrates”.

(14)

Beberapa ahli juga memberikan pandangan mengenai pengertian atau batasan dari istilah pengungsi. Pertama, menurut Pietro Verri dalam buku pengantar hukum pengungsi internasional karangan Achmad Romsan yang memberikan pendapat mengenai pengertian pengungsi dalam buku pengantar hukum pengungsi internasional berdasarkan Pasal 1 UNHCR tahun 1951, memperlihatkan bahwa pengungsi merupakan orang-orang yang meninggalkan negaranya karena adanya rasa ketakutan akan penyiksaan atau ancaman penyiksaan, sehingga terhadap para pengungsi yang mengungsi masih dalam lingkup wilayah negaranya belum dapat disebut sebagai pengungsi menurut Konvensi Jenewa Tahun 1951 tentang Status Pengungsi. Kedua, menurut Malcom Proudfoot dalam buku hukum pengungsi internasional, pengungsi merupakan suatu kelompok orang yang terpaksa pindah ke tempat lain akibat adanya penganiayaan, deportasi secara paksa, atau pengusiran orang-orang dan perlawanan politik pemerintah yang berkuasa.

(15)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Isu kesehatan menjadi masalah internasional yang perlu mendapatkan perhatian karena selain pendidikan, kesehatan juga menjadi penentu kualitas seseorang, dimana nantinya kesehatan suatu bangsa akan turut juga menentukan masa depan bangsa tersebut. Hal ini dikarenakan isu ini terkait dengan aspek pembangunan. Suatu negara dapat melaksanakan pembangunan dengan sukses apabila tingkat kesehatan masyarakat di negara tersebut baik, karena bagaimanapun juga yang melaksanakan pembangunan adalah masyarakatnya sendiri, untuk itulah mengapa isu kesehatan ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih.

B. Saran

Dalam penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangannya, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar makalah ini lebih baik kedepannya lagi.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Romsan, dkk. Pengantar Hukum Pengungsi Internasional: Hukum Internasional dan Prinsip-Prinsip Perlindungan Internasional, cetakan pertama. Sanic Offset. Bandung. (2003).

Arfa Wulandari Tambunan, “Kerja Sama UNHCR dan IOM dalam Menangani Pencari Suaka dan Pengungsi Etnis Rohingya di Indonesia”, Journal of International Relations, vol. 5, no. 2, (2019)

Aye Chan, The Development of a Muslim Enclave in Arakan (Rakhine) State of Burma (Myanmar)" in U Shw Zan and Aye Chan„s Influx Viruses, The Illegal Muslims in Arakan. New York:Arakanese in the United States, Planetarium Station (2005)

Ayodele Odutayo.”Human security and the international refugee crisis”. Journal of Global Ethics, vol. 12, no. 3, (2016)

Deasy Silvya Sari, Taufik Hidayat, dan Aliyuna Pratisti, “Indonesian Government Policy on Rohingya Refugees”, Andalas Journal of International Studies, vol.

VII, no. 1 (May 2018)

Dompet Dhuafa, “Bantu Pengungsi Rohingya Respon Dompet Dhuafa Meluas Hingga Ke Aceh”, 2015 diakses di https://www.dompetdhuafa.org/bantu-pengungsi- rohingya-respon-dompet-dhuafa-meluas-hingga-ke-aceh/

Dompet Dhuafa, “Dompet Dhuafa Gelar Aksi Layanan Sehat Bagi Pengungsi Rohingya Di Aceh Utara”, 2015, diakses di https://www.dompetdhuafa.org/dompet- dhuafa-gelar-aksi-layanan-sehat-bagi-pengungsi-rohingya-di-aceh-utara/

(17)

14

UNHCR, 2007, Handbook for Emergencies, The Emergency Preparedness and Response Section UNHCR Headquarters, Switzerland, hlm. 16

Referensi

Dokumen terkait

pembangunan kesehatan baik oleh masyarakat, swasta maupun oleh.. pemerintah (pusat, provinsi, kab/kota) serta pihak-pihak

Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup

Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan tingkat pertama, yang dalam melaksanakan kegiatannya Puskesmas mempunyai kewenangan untuk melakukan

Melaksanakan program pengabdian kepada masyarakat bidang kesehatan masyarakat yang berbasis riset untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan masyarakat baik di

Disebutkan bahwa visi pembangunan kesehatan adalah: Indonesia Sehat 2010, dengan misi: (1) Menggerakkan pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan; (2)

Paradigma Sehat Menurut Kementrian Kesehatan Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi

Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang penduduknya hidup dalam lingkungan sehat dengan

Indikator sukses penanggulangan Covid 19 3 Indikator kesehatan masyarakat : epidemiologi, surveilans kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan: • Indikator epidemiologi merujuk