• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH NUTRISI TERNAK RUMINANT PENGOLAHAN PAKAN UNTUK SAPI PERAH FRISIAN HOLSTEIN

N/A
N/A
Alexsandra Cipta

Academic year: 2023

Membagikan "MAKALAH NUTRISI TERNAK RUMINANT PENGOLAHAN PAKAN UNTUK SAPI PERAH FRISIAN HOLSTEIN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

NUTRISI TERNAK RUMINANT

PENGOLAHAN PAKAN UNTUK SAPI PERAH FRISIAN HOLSTEIN

Disusun Oleh :

Alexsandra Cipta Kusumah Bangsa 231311007

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON

2023

(2)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sapi perah merupakan salah satu jenis sapi yang dapat mengubah pakan yang dikonsumsi menjadi susu sebagai produk utamanya baik untuk diberikan kepada anaknya maupun untuk dikonsumsi oleh manusia. Sapi perah berasal dari kingdom animalia, filum chordata, kelas mamalia, ordo artiodactylia, sub ordo ruminansia, famili boviadae, genus bos, spesies bos taurus (Prasetya, 2012),

Di Indonesia, susu sapi sudah sangat luas peredarannya di masyarakat. sapi perah merupakan penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah lainnya dan sangat besar kontribusinya dalam memenuhi kebutuhan konsumsi bagi manusia, selama ini yang kita kenal di Indonesia ternak penghasil susu adalah sapi perah ( Makin, 2011).

Pakan merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap segala aspek fisiologis ternak sapi perah, yang salah satunya ialah produksi susu. Sehingga pengilahan pakan sangat berpengaruh pada proses produksi susu dan perkembangan ternak sapi perah. Pakan adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan diserap baik secara keseluruhan atau sebagian dan tidak menimbulkan keracunan atau tidak mengganggu kesehatan ternak yang mengkonsumsinya (Kamal, 1998).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Klasifikasi jenis- jenis Sapi Perah ? 2. Bagaimana pengolahan pakan untuk sapi perah ?

C. Tujuan

1. Mengetahui Klasifikasi jenis-jenis Sapi Perah.

2. Mengetahui pengolahan pakan untuk Sapi Perah.

(3)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Jenis-Jenis Sapi Perah

a. Sapi Perah Freisian Holstein

Sapi perah Friesian holstein merupakan salah satu bangsa sapi perah sub- tropis yang berasal dari Belanda. Sapi Friesian holstein atau lebih lazim dengan sebutan sapi FH merupakan salah satu bangsa sapi yang memiliki populasi terbesar yang tersebar hampir di seluruh dunia, baik di negara sub-tropis maupun di negara tropis. Sapi PFH merupakan persilangan antara sapi Friesian Holstein (FH) dengan sapi lokal yang ada di Indonesia (Siregar, 1993). Sapi peranakan Friesian Holstein memiliki warna kulit hitam dan putih, umumnya warna putih 3 lebih dominan dari warna hitam atau sebaliknya (Yani dan Purwanto, 2006). Karakteristiknya yaitu memiliki warna coklat muda tatapi pada bagian badan tertentu kadang-kadang ada warna putihnya, tanduk menjurus agak ke atas dengan ukuran sedang, sifatnya kurang tenang, lebih mudah terganggu oleh perubahan disekitar, tahan terhadap panas, bobot badan sapi jantan 625 kg betina 425 kg dengan produksi susu 2500 liter dalam satu masa laktasi (Syarief dan Harianto, 2011)

Gambar a Sapi Frisian hostein

(4)

b. Sapi Perah Jersey

Sapi ini berasal dari Pulau Jersey yang terletak diselat antara Inggris dan Perancis. Nenek moyang sapi ini berasal dari banteng liar yang dikawinkan dengan sapi normandia. Sapi jersey memiliki warnah tubuh yang beragam, mulai dari hitam, merah tua, coklat kekuningan terkadang dibagian tertentu ada warna putihnya. Tanduk sapi ini lebih panjang ketimbang FH dan mengarah ke atas. Bobot sapi perah jenis ini mencapai 625 kg untuk pejantan dan 425 kg untuk yang betina. Produktivitas susunya mencapai 2500 liter per masa laktasi. Jersey adalah jenis sapi perah kecil yang terutama dibesarkan untuk produksi susu dan merupakan jenis sapi perah terbesar kedua di dunia. Ini terkenal dengan produksi susunya yang tinggi serta kandungan lemak mentega yang tinggi dari susunya. Breed(sapi) jersey adalah breed sapi perah terbesar ke-2 di dunia. Sapi jersey adalah sapi yang sangat produktif yang dapat menghasilkan susu lebih dari 10 kali lipat per laktasi. (Syarief dan Harianto, 2011)

Gambar b Sapi Jersey c. Sapi Perah Guernsey

Bangsa sapi Guernsey dikembangkan di pulau Guernsey di Inggris. Pulau tersebut terkenal dengan padang rumputnya yang bagus, sehingga pada awal-awal seleksinya, sifat- sifat kemampuan merumput bukan hal penting yang terlalu diperhatikan. Sapi perah Guernsey berwarna coklat muda dengan totol-totol putih yang nampak jelas. Sapi tersebut sangat jinak, tetapi karena lemak badannya yang berwarna kekuningan serta ukuran badan yang kecil menyebabkan tidak disukai untuk produksi susu dengan warna kuning yang mencerminkan kadar karoten yang cukup tinggi (karoten adalah pembentuk atau prekusor vitamin A). disamping itu, kadar lemak susu serta kadar bahan padat susu yang tinggi. Bobot badan rata- rata sapi betina dewasa 1100 pound dengan kisaran antar 800-1300 pound.

Sedangkan bobotsapi jantan dewasa dapat mencapai 1700 pound. Produksi susu sapi Guernsey menurut DHIA (1965/1966) rata-rata 9179 pound dengan kadar lemaknya 4,7%

(Prihadi,1997).

(5)

Gambar C Sapi Guernsey

d. Sapi Perah Brown Swiss

Bangsa sapi Brown Swiss banyak dikembangkan dilereng-lereng pegunungan di Swiss.

Sapi ini merumput di kaki-kaki gunung pada saat musim semi sampai lereng yang paling tinggi saat musim panas. Keadaan alam seperti itu melahirkan hewan-hewan yang tangguh akan kemampuan merumput yang bagus. Ukuran badannya yang besar serta lemak badannya yang berwarna putih menjadikannya sapi yang disukai untuk produksi daging (Blakely,1991).

Warna sapi Brown Swiss bervariasi mulai dari coklat muda sampai coklat gelap, serta tercatat sebagai sapi yang mudah dikendalikan dengan kecenderungan bersifat acuh. Sapi Brown Swiss dikembangkan untuk tujuan produksi keju dan daging, serta produksi susunya dalam jumlah besar dengan kandungan bahan padat dan lemak yang relative tinggi. Bobot badan sapi betina dewasa 1200-1400 pound, sedang sapi jantan Brown Swiss 1600-2400 pound.

Produksi susu rata-rata mencapai 10860 pound dengan kadar lemak 4,1% dan warna lemak susunya agak putih (Blakely,1991)

Gambar d. Sapi Perah Brown Swiss

e. Sapi Perah Ayrshire

Bangsa sapi Ayrshire dikembangkan di daerah Ayr, yaitu di daerah bagian barat Skotlandia. Wilayah tersebut dingin dan lembab, padang rumput relative tidak banyak tersedia. Dengan demikian maka ternak terseleksi secara alamiah akan ketahanan dan kesanggupannya untuk merumput (Blakely,1991). Pola warna bangsa sapi Ayrshire

(6)

bervariasi dari merah dan putih sampai warna mahagoni dan putih. Bangsa sapi ini lebih bersifat gugup atau terkejut bila dibandingkan dengan bangsa-bangsa yang lain. Para peternak dahulu nampak masih berhati- hati dalam usaha mereka dalam melakukan seleksi kearah tipe yang bagus. Hasil itu masih nampak dalam gaya penampilan, simetri, perlekatan ambing yang nampak, disamping kehalusan dan kebersihannya sebagai tipe perah. Sapi Ayrshire hanya termasuk dalam peringkat sedang dari sudut daging serta pedet yang dilahirkan. Rata- rata bobot badan sapi betina dewasa 1250 pound dan sapi jantan mencapai 1600-2300 pound.

Produksi susu menurut DHIA (1965/1966) rata-rata 10312 pound dengan kadar lemak 4%

(Prihadi,1997).

Gambar e Sapi Perah Ayrshire

f. Sapi Perah Sahiwal

Bangsa sapi Sahiwal berasal dari daerah Punyab, distrik montgo mery, Pakistan, daerah antara 29°5‟ -30°2‟ LU. Sapi perah Sahiwal mempunyai warna kelabu kemerah-merahan atau kebanyakan merah warna sawo atau coklat. Sapi betina bobot badannya mencapai 450 kg sedangkan yang jantan 500-600 kg. sapi ini tahan hidup di daerah asalnya dan dapat berkembang di daerah-daerah yang curah hujannya tidak begitu tinggi. Produksi susu paling tinggi yaitu antara 2500-3000 kg/tahun dengan kadar lemaknya 4,5%. Menurut Ware (1941) berdasarkan catatan sapi perah Sahiwal yang terbaik dari 289 ekor dapat memproduksi antara 6000-13000 pound (2722-5897 liter) dengan kadar lemak 3,7% (Blakely,1991).

Gambar f Sapi Sahiwal

(7)

g. Red Sindhi

Bangsa sapi Red Sindhi berasal dari daerah distrik Karachi, Hyderabad dan Kohistan.

Sapi Red Sindhi berwarna merah tua dan tubuhnya lebih kecil bila dibandingkan dengan sapi Sahiwal, sapi betina dewasa rata-rata bobot badannya 300-350 kg, sedangkan jantannya 450- 500 kg. produksi susu Red Sindhi rata-rata 2000 kg/tahun, tetapi ada yang mencapai produksisusu 3000 kg/tahu dengan kadar lemaknya sekitar 4,9% (Blakely,1991)

Gambar g. Sapi Red Sindhi

h. Sapi Perah Gir

Bangsa sapi Gir berasal dari daerah semenanjung Kathiawar dekat Bombay di India Barat dengan curah hujan 20-25 inchi atau 50,8-63,5 cm. Daerah ini terletak antara 20°5‟ - 22°6‟

LU. Pada musim panas temperature udara mencapai 98°F (36,7°C) dan musim dingin temperatur udara sampai 60°F (15,5°C) (Prihadi,1997). Warna sapi Gir pada umumnya putih dengan sedikit bercak-bercak coklat atau hitam, tetapi ada juga yang kuning kemerahan. Sapi ini tahan untuk bekerja baik di sawah maupun di tegal. Ukuran bobot sapi betina dewasa sekitar 400 kg, sedangkan sapi jantan dewasa sekitar 600 kg. produksi susu rata-rata 2000 liter/tahun dengan kadar lemak 4,5-5% (Blakely,1991)

Gambar h. Sapi Gir

(8)

2.2 Pengolahan Pakan Sapi Perah

Pakan sapi perah terdiri dari pakan kasar hijauan dan pakan penguat konsentrat (Sarwono, 1998). Pakan diperlukan oleh sapi perah laktasi untuk kehidupan pokok dan produksi susu.

Pemberian pakan konsentrat sebaiknya disesuaikan dengan produksi susu yakni sebesar 50%

dari jumlah susu yang dihasilkan dan pemberian hijauan mengacu dari 10% bobot badan sapi.

Pakan konsentrat diberikan kepada ternak sebelum proses pemerahan dilakukan supaya selama proses pemerahan sapi dalam kondisi tenang. Pemberian hijauan dilakukan setelah proses pemerahan (Sudono dkk., 2003). Pemberian pakan harus tetap memperhatikan kandungan nutrisi berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan serat kasar yang dibutuhkan (Ditjennak, 2014). Pemberian air minum pada sapi perah umumnya tidak dibatasi.

Hal ini dimaksudkan agar kebutuhan air untuk produksi susu dan kehidupan pokok dapat terpenuhi (Pasaribu dkk., 2015). Pakan adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan diserap baik secara keseluruhan atau sebagian dan tidak menimbulkan keracunan atau tidak mengganggu kesehatan ternak yang mengkonsumsinya (Kamal, 1998).

Pola pemberian pakan yang baik dalam upaya meningkatkan produksi susu sapi perah laktasi adalah mengatur jarak antara pemberian konsentrat dengan hijauan. Dalam hubungan ini pemberian pakan dapat dilakukan dengan mendahulukan pemberian konsentrat minimal 2 jam sebelum pemberian hijauan secara bertahap. Pemberian hijauan sekaligus dalam jumlah banyak akan bersisa banyak yang berartimerupakan pemborosan pakan dan akan meningkatkan biaya produksi ( Siregar, 1993 )

Konsentrat adalah campuran dari berbagai bahan pakan yang telah dipilih untuk memenuhi kebutuhan ternak, konsentrat dapat terbuat dari biji-bijian dan limbah hasil pertanian seperti bungkil kedelai, bekatul, molases, dan umbi. Konsentrat terdiri dari berbagai macam campuran bahan pakan dengan tujuan untuk lebih efisien dan saling melengkapi (Parakkasi, 1999). Konsentrat dapat juga disebut sebagai pakan penguat (Santosa 2008) Konsentrat dapat dibedakan menjadi sumber energi dan sumber protein. Konsentrat dikatakan sebagai sumber energi apabila mempunyai kandungan protein kasar kurang dari 20% dan serat kasar 18%, sedangkan konsentrat dikatakan sebagai sumber protein karena mempunyai kandungan protein lebih besar dari 20% (Tillman dkk.,1991)

(9)

Bamualim, A.M., Kusmartono dan Kuswandi. 2009. Aspek Nutrisi Sapi Perah. Dalam (K.A.

Santosa, K. Diwiyanto, dan T. Toharmat, Editor), hlm: 165-208. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Blakely J, Blade DH. 1998. Ilmu Peternakan. Srigandono B, penerjemah; Sudarsono, editor. Ed ke- 4. Yogyakarta (ID). UGM Pr.

Djaja. W, R.H Matondang dan Haryono, 2009. Aspek Manajemen Usaha Sapi Perah. Profil Usaha Peternakan Sapi Perah Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor.

Epetanipet.go.id/blog/pengembangan-usaha-sapi-perah-di-Indonesia-1598

Firman, A., 2007. Manajemen Agribisnis Sapi Perah: Suatu Telaah Pustaka. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Bandung.

Pusdatin. 2013. Statistik Pertanian 2013. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian.

Kementerian Pertanian. 316 hal.

Prihadi, S. 1997. Dasar Ilmu Ternak Perah. Fakultas Peternakan.Universitas

Santosa, S, I., Setiadi, A., dan Wulandari. R. (2013). Analilis Potensi Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Perah dengan Menggunakan

Siregar. S. B. 1993. Sapi Perah, Jenis, Teknik Pemeliharaan dan Analisis Usaha. Bandung.

Angkasa

Soehadji, 2009. Sejarah Perkembangan Industri Persusuan. Direktorat Jendal Industri Agro dan

Kimia Departemen Perindustrian, Jakarta.

Subandriyo dan Ardiarto. 2009. Sejarah Perkembangan Sapi Perah. Profil Usaha Peternakan Sapi Perah Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor.

Syarif, E. K dan B. Harianto. 2011. Buku Pintar Beternak dan Bisnis Sapi Perah.

Jakarta: Agromedia Pustaka

Referensi

Dokumen terkait

RESPON PEMBERIAN PROBIOTIK LIGNOCHLORITIK TERHADAP KONSUMSI PAKAN DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERANAKAN.. FRISIAN

susy kadar lemak susu, bahan kering susu dan bahan kering tanpa lemak susu ternak sapi perah sebagai akibat suplernentasi Urea Molasses Multinufrient Block

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa mastitis dapat menurunkan kadar protein dan lemak susu, sehingga disarankan kepada petani ternak sapi perah untuk

Percobaan bertujuan untuk mengetahui ransom dengan imbangan rumput gajah dan konsentrat yang sesuai untuk sapi perah sehingga dicapai produksi susu terkoreksi lemak

Dengan mempelajari perkembangan sapi perah di sentra produksi susu di Jawa, akhirnya diputuskan untuk mengembangkan usaha pertanian terpadu berbasis sapi perah.. Pembangunan

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa mastitis dapat menurunkan kadar protein dan lemak susu, sehingga disarankan kepada petani ternak sapi perah untuk

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa mastitis dapat menurunkan kadar protein dan lemak susu, sehingga disarankan kepada petani ternak sapi perah untuk

Suplementasi Zn pada sapi FH jantan secara nyata dapat meningkatkan motilitas dan konsentrasi sperma, dan tidak berpengaruh pada volume semen, warna, konsistensi,