MAKALAH PENGANTAR MANAJEMEN
“FAKTOR INDIVIDU DALAM ORGANISASI”
Disusun Oleh:
Kelompok 3
NAMA : 1. Nurwahida (230901501047)
ANGGOTA 2. Rendy Alfian (230901501045)
KELOMPOK 3 3. Keisya Putri Salsabila (230901501046)
4. Syarifah Zahra R (230901501043) 5. Andi Ratu Zaqhila (230901501044)
KELAS : D AKUNTANSI S1
DOSEN PENGAMPU : Hajrah Hamzah, SE., M.Si, AK., CA..
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR TAHUN 2023
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Deskripsi Singkat
Pada bab ini dibahas tentang faktor individu dalam organisasi. Faktor individu dalam organisasi adalah faktor-faktor yang berkaitan dengan karakteristik dan perilaku individu dalam organisasi. Faktor-faktor ini dapat mempengaruhi kinerja, produktivitas, dan kepuasan kerja individu.
Makalah ini akan membahas secara lebih detail tentang karakteristik individu dalam organisasi, dan beberapa isu seputar perilaku individu dalam organisasi. Makalah ini juga akan membahas tentang bagaimana cara mengelola indivdu dalam organisasi, sehingga diharapkan dengan adanya makalah ini akan membantu organisasi ataupun individu dalam memahami peran penting individu dalam sebuah organisasi.
1.2 Relevansi
Pada bagian ini dibahas tentang faktor individu dalam organisasi. Dengan dasar pemahaman ini akan menjadi landasan bagi mahasiswa untuk memahami faktor individu dalam organisasi.
1.3 Indikator
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang karakteristik individu dalam organisasi.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang beberapa isu seputar perilaku individu dalam organisasi.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang bagaimana cara mengelola individu dalam organisasi.
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Karakteristik Individu dalam Organisasi
Ciri khas dan karakteristik unik setiap individu telah dimiliki sejak lahir dan terbentuk melalui pengalaman dan proses belajar yang dialami individu. Beberapa indikator dari karakteristik individu meliputi kemampuan menyelesaikan tugas secara efisien, kepribadian yang berkontribusi dalam menyelesaikan masalah, respon terhadap pekerjaan, bakat dan kemampuan yang mendorong inovasi, serta kebutuhan pribadi yang membentuk kesejahteraan hidup.
Perilaku individu dalam konteks organisasi merupakan hasil dari interaksi antara karakteristik individu dengan karakteristik organisasi itu sendiri. Kehidupan organisasi dipengaruhi oleh perbedaan perilaku individu yang ditentukan oleh lingkungan mereka masing-masing serta pengalaman yang telah mereka miliki sebelumnya.
Karakteristik yang dimiliki oleh individu akan terus ada ketika mereka beradaptasi dengan lingkungan baru, seperti organisasi atau lingkungan lainnya.
Organisasi, sebagai suatu entitas, memiliki karakteristik yang terstruktur, termasuk struktur hirarkis, penugasan tugas, pemberian wewenang, pendelegasian tanggung jawab, sistem penggajian, sistem pengendalian, dan lain sebagainya.
Dalam memahami perilaku individu, penting untuk memahami karakteristik yang melekat pada individu. Nimran dalam Sopiah (2008) menjelaskan bahwa karakteristik ini terdiri dari ciri-ciri biografis, kepribadian, persepsi, dan sikap. Untuk menjelaskan lebih lanjut, berikut adalah penjelasan mengenai setiap karakteristik tersebut:
1. Ciri-ciri biografis
Ciri-ciri nya yaitu mencakup faktor-faktor, antara lain:
a. Umur, yang secara empiris terbukti memiliki pengaruh terhadap perilaku individu, termasuk kemampuan kerja dan respons terhadap rangsangan yang diberikan oleh individu lain. Penting untuk memperhatikan tiga alasan utama yang menjadikan umur sebagai faktor penting untuk dikaji.
b. Jenis kelamin: Meskipun penelitian menunjukkan bahwa pria dan wanita memiliki kinerja yang relatif serupa dalam menangani pekerjaan, keduanya memiliki konsistensi yang hampir sama dalam hal pemecahan masalah, keterampilan analitis, dorongan kompetitif, motivasi, sosiabilitas, dan kemampuan belajar.
c. Status Perkawinan: Interpretasi terhadap pekerjaan dapat bervariasi antara karyawan yang lajang dengan karyawan yang sudah menikah. Penelitian menunjukkan bahwa individu yang sudah menikah cenderung memiliki kinerja yang lebih baik daripada yang lajang, terutama dalam hal absensi, tingkat pergantian pekerjaan, dan kepuasan kerja.
d. Jumlah Tanggungan: Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah tanggungan dalam keluarga, semakin besar pengaruhnya terhadap produktivitas kerja karyawan.
e. Masa Kerja: Relevansi masa kerja terkait langsung dengan tingkat senioritas dalam pekerjaan. Artinya, tidak selalu relevan untuk membandingkan produktivitas antara kelompok berdasarkan gender, usia, atau masa kerja, karena penelitian telah menunjukkan bahwa tingkat produktivitas tidak selalu berkorelasi langsung dengan lama masa kerja.
2. Kepribadian
Menurut Robins dalam Sopiah (2008), kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu dari sistem psikofisik yang menentukan penyesuaian uniknya terhadap lingkungannya. Nimran dalam Sopiah (2008) mengartikan kepribadian sebagai cara individu bertindak dan berinteraksi dengan orang lain. Robbins dalam Sopiah (2008) mendefinisikan kepribadian sebagai cara seseorang bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain. Beberapa karakteristik kepribadian yang umum meliputi sifat agresif, malu, pasrah, malas, ambisius, setia, dan jujur. Ketika karakteristik-karakteristik ini konsisten dalam merespons lingkungan, itu menunjukkan bahwa faktor-faktor bawaan yang membentuk kepribadian seseorang memiliki peran penting.
Kunarto (2001) menyatakan bahwa temperamen adalah hal yang kita miliki sejak lahir, sedangkan karakter adalah hal yang harus kita bentuk. Dengan pendapat ini, kepribadian seseorang selalu dipengaruhi oleh temperamen dan karakter. Temperamen mewakili sifat-sifat yang diwarisi, sementara karakter terbentuk oleh lingkungan dan situasi. Interaksi antara temperamen dan karakter tersebut membentuk kepribadian seseorang. Seseorang yang karakternya terbentuk oleh lingkungan dan budaya kerja yang kompetitif cenderung menunjukkan sifat serius, ambisius, dan agresif. Di sisi lain, individu yang tumbuh dalam lingkungan yang menekankan pentingnya hubungan baik dengan orang lain mungkin lebih memprioritaskan keluarga daripada karier.
3. Sikap (Attitude)
Sikap merupakan faktor krusial yang perlu dipahami untuk memahami perilaku orang lain. Memahami individu satu sama lain dapat membantu pengelolaan organisasi dengan lebih baik. Definisi sikap dapat diterangkan dalam tiga komponen, yaitu afektif, kognitif, dan psikomotorik. Komponen afektif terkait dengan aspek emosional atau perasaan seseorang, sedangkan komponen kognitif menitikberatkan pada proses berpikir yang rasional dan logis. Komponen psikomotorik melibatkan kecenderungan seseorang dalam bertindak terhadap lingkungannya.
4. Kemampuan
Kemampuan merujuk pada kapasitas seseorang untuk melakukan berbagai kegiatan dalam suatu pekerjaan. Keberhasilan organisasi atau manajemen seringkali bergantung pada kemampuan pemimpin untuk memanfaatkan kelebihan dan mengatasi kelemahan individu-individu untuk meningkatkan produktivitas secara bersama-sama. Kemampuan dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.
Kemampuan intelektual melibatkan kemampuan yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan berpikir. Tes IQ digunakan untuk mengevaluasi dimensi kecerdasan, termasuk kemampuan numerik, pemahaman verbal, kecepatan perseptual, penalaran induktif dan deduktif, visualisasi ruang, serta daya ingat.
Meskipun pekerjaan tertentu mungkin tidak membutuhkan kecerdasan tinggi, aspek seperti pemahaman verbal, kecepatan perseptual, visualisasi ruang, dan daya ingat masih diperlukan dalam berbagai bidang. Oleh karena itu, tes IQ tetap menjadi alat yang penting untuk penilaian.
Kemampuan fisik melibatkan kemampuan untuk melakukan tugas yang memerlukan stamina, kecepatan, kekuatan, dan keterampilan fisik. Karyawan yang memiliki ketidaksesuaian antara kemampuan intelektual dan fisiknya dengan tuntutan pekerjaan akan menghambat pencapaian tujuan kinerja atau produktivitas.
5. Persepsi
Gitosudarmo (1997) mendefinisikan persepsi sebagai proses memperhatikan, memilih, mengorganisir, dan menafsirkan stimulus lingkungan. Dia menekankan beberapa faktor yang memengaruhi persepsi, antara lain:
Ukuran
Intensitas: Semakin tinggi tingkat intensitas stimulus, semakin besar kemungkinan untuk dipersepsikan.
Frekuensi: Semakin sering stimulus muncul, semakin besar kemungkinan orang akan memperhatikannya.
Kontras: Stimulus yang mencolok dalam lingkungannya akan lebih diperhatikan.
Gerakan: Stimulus dengan gerakan lebih menarik perhatian dibandingkan dengan yang tidak bergerak.
Perubahan: Stimulus yang berubah-ubah lebih menarik perhatian daripada yang statis.
Baru: Stimulus baru cenderung menarik perhatian lebih banyak daripada stimulus yang sudah dikenal sebelumnya.
Unik: Objek atau kejadian yang unik cenderung menarik perhatian lebih banyak orang.
2.2 Beberapa Isu Seputar Perilaku Individu dalam Organisasi a. Perilaku Individu dan Stres
Stres pada dasarnya merupakan respons individu terhadap tekanan tinggi di lingkungan kerja. Stres terjadi seiring dengan pengalaman yang dialami oleh individu, yang dikenal sebagai General Adaptation Syndrome.
1. Tahap 1 (alarm): Ini adalah tahap di mana individu mulai merespons situasi yang menyebabkan mereka memberikan respons yang tidak biasa, seperti tekanan, konflik fisik, atau perintah yang di luar kebiasaan.
2. Tahap 2 (resistance): Pada tahap ini, individu melakukan penyesuaian diri sebagai respons terhadap situasi yang mereka alami pada tahap alarm, seperti mengambil tindakan untuk merespons respons tersebut.
3. Tahap 3 (exhaustion): Ini adalah tahap di mana individu mengalami indikasi lain akibat penyesuaian yang mereka lakukan pada tahap sebelumnya.
b. Kreativitas Individu dalam Organisasi
Kreativitas adalah kemampuan individu untuk menghasilkan ide-ide baru tentang suatu hal, terutama berdasarkan pengetahuan yang sudah ada. Kreativitas sangat penting dalam konteks organisasi, karena organisasi perlu terus beradaptasi dengan perubahan, yang seringkali melibatkan konsep atau ide baru.
Individu yang mampu menghasilkan ide-ide baru ini memberikan kontribusi positif bagi organisasi.
Ada beberapa faktor yang memengaruhi kreativitas individu, yaitu pengalaman individu dalam berkreasi, perilaku individu, dan kemampuan kognitif individu.
Proses kreativitas melalui empat tahap, yaitu tahap persiapan, tahap inkubasi, tahap penemuan ide, dan tahap pengujian. Tahap persiapan adalah awal dari proses kreativitas, yang bisa melibatkan pendidikan atau pelatihan individu. Tahap inkubasi adalah saat individu ditempatkan dalam kondisi yang memungkinkan mereka untuk memunculkan ide-ide baru. Tahap penemuan ide adalah ketika individu berhasil menemukan ide-ide yang berpotensi memberikan manfaat bagi organisasi. Tahap pengujian adalah langkah terakhir untuk mengimplementasikan ide-ide tersebut.
2.3 Mengelola Individu dalam Organisasi
Organisasi merupakan unit sosial yang terkoordinasi dan terstruktur, dalam bentuk apapun terdiri dari individu yang bergabung dengan organisasi untuk mencapai tujuan tertentu. Organisasi merekrut individu sebagai salah satu sumber daya yang penting dalam mencapai tujuan orgnisasi. Selanjutnya individu tersebut diberi tugas-tugas tertentu dalam suatu kelompok kerja sehingga organisasi terdiri dari beberapa kelompok dengan tujuan tertentu.
Perilaku organisasi menunjukkan sikap dan tingkah laku anggota sebagai individu, sebagai anggota suatu kelompok, dan sebagai anggota organisasi dalam lingkup lingkungan kerja, bukan dalam lingkungan masyarakat. Oleh karena itu mengelola perilaku individu dalam organisasi merupakan pengelolaan perilaku anggota sebagai seorang individu yang memiliki karakteristik dan tujuan, mengelola kelompok, dan juga mengelola organisasi agar dapat meningkatkan efektivitas suatu organisasi.
Mengelola suatu individu dalam suatu organisasi sangat penting sebab suatu organisasi baik itu organisasi bisnis, pendidikan, pemerintahan, rumah sakit, maupun organisasi lainnya yang pada dasarnya bertujuan untuk memberikan nilai dan manfaat bagi lingkungannya. Yang dimaksud lingkungan adalah keterlibatan seluruh pihak yang mempunyai kepentingan dengan organisasi seperti pegawai, konsumen, pemegang saham, pemasok, dan lain-lain. Agar dapat memberikan manfaat yang optimal, organisasi dipengaruhi oleh tindakan maupun perilaku anggotanya baik itu secara individual maupun secara kelompok dalam proses pengubahan berbagai saran menjadi suatu barang atau jasa yang bermanfaat.
Oleh sebab itu, manusia dikatakan sebagai elemen utama dalam suatu organisasi serta penentu utama dalam berhasilnya suatu organisasi.
Arti penting manusia menghendaki kemampuan organisasi untuk mengelolanya agar mendapatkan tujuan yang optimal terhadap tujuan organisasi. Adapun cara mengelola untuk memperoleh dukungan optimal sangat beragam serta terdapat beberapa syarat agar dapat mengelola dan membuat kebijakan organisasi yang efektif, salah satu syarat yaitu dapat memahami apa yang menyebabkan atau memahami alasan seseorang bersikap dan berperilaku sebagaimana yang mereka tampilkan di dalam suatu organisasi seperti perilaku rajin, produktif, loyal terhadap organisasi, kreatif, mempunyai inisiatif yang tinggi dan sebagainya atau faktor apa yang membentuk, mengubah dan mendorong perilaku seseorang.
a. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku Individu dalam Organisasi
Perilaku anggota menceriminkan suatu organisasi, perilaaku ini dipengaruhi oleh berbagai macam faktor atau dorongan tertentu serta perilaku yang berorientasi pada suatu tujuan. Seseorang yang bekerja dengan sangat rajin memiliki maksud atau tujuan tertentu, seperti ingin mendapatkan penghargaan dari organisasi, dan sebaliknya seseorang menunjukkan perilaku malas mempunyai maksud untuk mendapatkan perhatian dari atasan atau rekan kerja.
Faktor-faktor yang memengaruhi perilaku dalam organisasi adalah keseluruhan faktor atau kekuatan yang melekat pada individu, kelompok dan organisasi sebagaimana yang tersirat dalam pengertian di atas. Faktor-faktor individu dapat berupa persepsi, nilai, motif, kemampuan, kepribadian dan yang lainnya yang senantiasa melekat pada diri seseorang. Sedangkan faktor-faktor kelompok meliputi rekan kerja, norma kelompok, struktur kelompok, pola kepemimpinan, pola komunikasi dalam kelompok dan sebagainya. Organisasi dapat berupa struktur, aturan organisasi, dan berbagai sitem yang diciptakan dalam suatu organisasi.
Berdasarkan yang tertulis di atas, terdapat tiga unit analisis dalam perilaku organisasi, yaitu analisis perilaku individu, perilaku kelompok dan perilaku organisasi. Ketiga unit tersebut dapat dipisahkan dalam hal, misalnya, apa saja yang mempengaruhi perilaku seseorang dilihat dari faktor individual, produktivitas keompok dilihat dari faktor kelompok, dan organisasi dilihat dari faktor organisasional. Meskipun ketiganya saling memengaruhi yaitu individu mempengaruhi aktivitas kelompok dan organisasi, kelompok memengaruhi individu dan organisasi serta memngaruhi individu dan kelompok.
b. Pendekatan untuk Memahami Individu dalam Organisasi
Dalam memahami perilaku individu, diperlukan pendekata agar suatu organisasi dapat menyesuaikan dengan perilaku individu yang terkait didalamnya.
Pendekatan itu diantaranya adalah:
1) Pendekatan Kognitif
Pendekatan ini dimulai dengan adanya rangsangan yang dilakukan untuk mengetahui perilaku individu. Sehingga akan muncul respon dari aktivitas-aktivitas kognisi yang dilakukan. Fungsi dari pendekatan ini yaitu untuk memberikan pengertian pada kognitif yang baru, menghasilkan emosi, membentuk sikap dan memberikan motovasi terhadap konsekuensi perilaku.
2) Pendekatan Penguatan
Pendekatan ini berasal dari luar individu dan peristiwa yang ada dalam lingkungan yang kemudian diikuti dengan adanya respon. Faktor terpenting dalam pendekatan ini yakni motivasi yang muncul dari setiap individu. Unsur-unsur yang terdapat dalam pendekatan ini yaitu stimulus, respond dan penguat.
3) Pendekatan Psikoanalitis
Pendekatan ini menunjukkan bahwa yang mempengaruhi perilaku individu adalah kepribadiannya. Pendekatan ini membuktikan bahwa individu mampu mengerjakan segala sesuatu berdasarkan perasaan yang dia miliki.
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
1. Ciri khas dan karakteristik unik setiap individu telah dimiliki sejak lahir dan terbentuk melalui pengalaman dan proses belajar yang dialami individu. Beberapa indikator dari karakteristik individu meliputi kemampuan menyelesaikan tugas secara efisien, kepribadian yang berkontribusi dalam menyelesaikan masalah, respon terhadap pekerjaan, bakat dan kemampuan yang mendorong inovasi, serta kebutuhan pribadi yang membentuk kesejahteraan hidup. Karakteristik yang dimiliki oleh individu akan terus ada ketika mereka beradaptasi dengan lingkungan baru, seperti organisasi atau lingkungan lainnya.
Organisasi, sebagai suatu entitas, memiliki karakteristik yang terstruktur, termasuk struktur hirarkis, penugasan tugas, pemberian wewenang, pendelegasian tanggung jawab, sistem penggajian, sistem pengendalian, dan lain sebagainya. Dalam memahami perilaku individu, penting untuk memahami karakteristik yang melekat pada individu.
Nimran dalam Sopiah (2008) menjelaskan bahwa karakteristik ini terdiri dari ciri-ciri biografis, kepribadian, persepsi, dan sikap.
2. Beberapa isu seputar perilaku individu dalam organisasi, diantaranya yaitu :
a. Stres, yaitu pada dasarnya merupakan respons individu terhadap tekanan tinggi di lingkungan kerja. Stres terjadi seiring dengan pengalaman yang dialami oleh individu, yang dikenal sebagai General Adaptation Syndrome.
b. Kreativitas, yaitu kemampuan individu untuk menghasilkan ide-ide baru tentang suatu hal, terutama berdasarkan pengetahuan yang sudah ada.
3. Dalam memahami perilaku individu, diperlukan pendekata agar suatu organisasi dapat menyesuaikan dengan perilaku individu yang terkait didalamnya. Pendekatan itu diantaranya adalah :
a. Pendekatan Kognitif b. Pendekatan Penguatan c. Pendekatan Psikoanalitis
BAB IV DAFTAR PUSTAKA
1. Hariandja, M. T. E. (2006). Perilaku organisasi memahami dan mengelola perilaku dalam organisasi.
2. Ardana, Komang. (2009). Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta. Penerbit Graha Ilmu.
3. Danandjaya, K. (2020, Desember 2). Perilaku Individu Dalam Organisasi.
Jurnal Literasi Pendidikan Nusantara, 1, 126-127. Dipetik November 2, 2023, dari https://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/jlpn/article/download/3734/2749 4. Sumirah, D. P. (2021, Desember 23). OSF. Dipetik November 2, 2023, dari
osf.io: https://osf.io/89unc/download/?format=pdf
5. Arfin, Muh. Irwan. (2021). Faktor Individu dalam Organisasi. Makalah.
6. Wahyuni, S., & Suhermin, S. (2019). Pengaruh Kompetensi, Karakteristik Individu dan Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen (JIRM), 8(10).