i
MAKALAH
“Pengaruh Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothemus Hampei) dan Bercak Daun (Cercospora Coffeicola) Terhadap Tanaman
Kopi.”
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekologi Tanaman dengan dosen Ir. Sri Rahayu M.P.
Dosen Pengampu : Ir. Muchamad Bintoro, M.P.
Dr. Ir. Rahmat Ali Syaban, M.Si.
Ir. Sri Rahayu, M.P.
Oleh:
Kelompok 4 :
Alvianti Maulidatus Soleha [A41210546]
Dinik Dwi Cahyani [A41210554]
Eed Akbar Saputra [A41210816]
M. Ichsan Jailani [A41210814]
Fitri Ayu Rahmawati [A41210528]
Syifa Aura Maulidia [A41210630]
Syahrulloh [A41210831]
PROGRAM STUDI TEKNIK PRODUKSI BENIH JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER 2022
ii DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... ii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar belakang ... 1
1.2 Tujuan ... 2
BAB II PEMBAHASAN ... 3
2.1 Hama Penggerek Buah Kopi ... 3
2.2 Penyakit Bercak Daun ... 6
2.3 Early Warning System (EWS) Serangan Penggerek Buah Kopi dan Bercak Daun Pada Tanaman Kopi ... 7
BAB III PENUTUP ... 8
3.1 Kesimpulan ... 8
Daftar Pustaka ... 10
Lampiran ... 10
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kopi berperan penting. dalam perekonomian berbagai daerah dengan sebagian besar produksinya dihasilkan oleh petani rakyat, namun kegiatan pertanian kopi rakyat belum berjalan dengan baik (Sastraatmadja, 1991: 168). Upaya meningkatkan produktifitas dan mutu kopi terus dilakukan sehingga daya saing kopi di Indonesia dapat bersaing di pasar dunia. Teknologi budidaya dan pengolahan kopi meliputi pemilihan bahan tanam kopi unggul, pemeliharaan, pemangkasan tanaman, pemberian penaung, pengendalian hama dan gulma, pemupukan yang seimbang, pemanenan dan pengolahan kopi pasca panen.
Pengolahan kopi berperan penting dalam menentukan kualitas dan cita rasa kopi.
Menurut Puslitkoka Indonesia Coffee and Cocoa Research Institute (ICCRI) produksi kopi di Indonesia sebagian besar jenis Robusta, mencapai 75%, sisanya adalah kopi Arabika.
Hypothenenus hampei adalah hama yang menyerang tanaman kopi di seluruh dunia. hama ini berasal dari Afrika. Hama ini menyerang biji kopi, menyebabkan lubang pada bagian ostiole dan serbuk sisa makanan dapat terlihat disana. Hama ini menyerang buah yang sudah hijau, matang, dan kering. Pada umumnya H. hampei menyerang buah dengan endosperma yang telah mengeras, namun buah yang belum mengeras dapat juga diserang. Buah kopi yang bijinya masih lunak umumnya hanya digerek untuk mendapatkan makanan dan selanjutnya ditinggalkan. Buah demikian tidak berkembang, warnanya berubah menjadi kuning kemerahan dan akhirnya gugur. Serangan pada buah yang bijinya telah mengeras akan berakibat penurunan mutu kopi karena biji berlubang. Biji kopi yang cacat sangat berpengaruh negatif terhadap susunan senyawa kimianya, terutama pada kafein dan gula pereduksi. Biji berlubang merupakan salah satu penyebab utama kerusakan mutu kimia, sedangkan citarasa kopi dipengaruhi oleh kombinasi komponen-komponen senyawa kimia yang terkandung dalam biji.
Cendawan Cercospora seringkali menyerang dedaunan kopi, namun terkadang juga menyerang buah kopi, yang dikenal sebagai penyakit bercak buah. Gejala serangan penyakit ini adalah munculnya totol-totol pada dedaunan yang semakin
2 lama semakin lebar, dengan pinggir totol berwarna coklat kemerahan. Totol-totol akan nampak di kedua sisi permukaan daun. Sedangkan pada buah akan muncul bercak-bercak coklat gelap yang dikelilingi cincin merah cerah. Penyebab penyakit ini adalah kekurangan hara nitrogen dan kalium pada daun, cahaya matahari yang tidak cukup, stres karena kekurangan air, terlalu banyak sinar matari, pemberian pupuk yang kurang dan terlalu banyak gulma di lahan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah Pengaruh Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothemus Hampei) dan Bercak Daun (Cercospora Coffeicola) Terhadap Tanaman Kopi.
1. Mengetahui tentang Hama Penggerek Buah Kopi 2. Mengetahui tentang Penyakit Bercak Daun
3. Mengetahui tentang Early Warning System (EWS) Serangan Penggerek Buah Kopi dan Bercak Daun Pada Tanaman Kopi
3 BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hama Penggerek Buah Kopi
Penggerek buah kopi (Hypothenemus hampei) merupakan salah satu hama utama pada kopi yang dapat penurunan produksi dan mutu kopi. Penggerek buah kopi atau yang biasa disebut PBKo. Kerusakan yang ditimbulkan penggerek buah kopi berupa berupa menjadi tidak berkembang, berubah warna menjadi kuning kemerahan, biji kopi berlubang dan akhirnya biji kopi gugur. Hal tersebut yang mengakibatkan penurunan hasil produksi dan penurunan mutu kopi.
Klasifikasi taksonomi penggerek buah kopi sebagai berikut:
Kingdom : Animalia Filum : Antropoda Kelas : Insekta Ordo : Coleoptera Family : Scolytidae Genus : Hypothenemus
Spesies : Hypothenemus hampei (Kalshoven, L. G. E. 1981)
2.1.1 Siklus Hidup
Siklus hidup PBKo (Hypothenemus hampei (dari telur sampai dewasa) 24–
45 hari. Kumbang betina dapat bertahan hidup sampai 190 hari, sedangkan 4 jantan maksimum 40 hari. Sebagian besar kumbang betina yang telah kawin akan keluar untuk mencari buah kopi baru sebagai tempat peletakan telur. Kumbang dapat bertahan hidup pada buah kopi kering yang telah menghitam, yang masih menempel pada pohon maupun telah berjatuhan ke tanah. Kumbang jantan tetap hidup di dalam buah yang terserang. Hama PBKo ini sangat merugikan karena dapat berkembang biak sangat cepat dengan jumlah yang banyak. Jika tidak dikendalikan, dari 1 ekor betina dalam waktu 1 tahun dapat menghasilkan keturunan mencapai 100.000 ekor.
Telur menetas menjadi larva yang menggerek biji Larva 10 – 21 hari Pupa 4 – 8 hari Imago 103 – 202 hari Telor 5 – 9 hari Gambar Siklus hidup hama PBKo
4 Sumber Puslitkoka PBKo saat menggerek buah kopi kopi. Larva menjadi kepompong di dalam biji. Dewasa (kumbang) keluar dari kepompong. Jantan dan betina kawin di dalam buah kopi, kemudian sebagian betina terbang ke buah lain untuk masuk, lalu bertelur lagi. Serangga dewasa atau imago, perbandingan antara serangga betina dengan serangga jantan rata-rata 10:1. Namun, pada saat akhir panen kopi populasi serangga mulai turun karena terbatasnya makanan, populasi serangga hampir semuanya betina, karena serangga betina memiliki umur yang lebih panjang dibanding serangga jantan. Pada kondisi demikian perbandingan serangga betina dan jantan dapat mencapai 500:1. Serangga jantan H.hampei tidak bisa terbang, oleh karena itu mereka tetap tinggal pada liang gerekan di dalam biji.
Umur serangga jantan hanya 103 hari, sedang serangga betina dapat mencapai 282 hari dengan rata-rata 156 hari. Serangga betina mengadakan penerbangan pada sore hari, (Wiryadiputra, 2007).
2.1.2 Gejala Serangan
Hama PBKo menyerang semua jenis kopi (Arabika, Robusta, dan Liberika).
Kumbang betina mulai menyerang pada 8 minggu setelah pembungaan saat buah kopi masih lunak untuk mendapatkan makanan sementara, kemudian menyerang buah kopi yang sudah mengeras untuk berkembang biak. Kumbang betina akan menggerek bagian ujung bawah buah, dan biasanya terlihat adanya kotoran bekas gerekan di sekitar lubang masuk. Ada dua tipe kerusakan yang disebabkan oleh hama ini, yaitu gugur buah muda dan kehilangan hasil panen secara kuantitas maupun kualitas. Serangan pada buah kopi yang bijinya masih lunak mengakibatkan buah tidak berkembang, warnanya berubah menjadi kuning kemerahan, dan akhirnya gugur, sedangkan serangan pada buah yang bijinya telah mengeras akan berakibat 5 penurunan mutu biji kopi karena biji berlubang. Biji kopi yang cacat sangat berpengaruh negatif terhadap susunan senyawa kimianya, terutama pada kafein dan gula pereduksi yang akan mempengaruhi citarasa.
2.1.3 Pengendalian
Adapun pengendalian pada serangan penggerek buah kopi terdapat beberapa cara pengendalian yaitu sebagai berikut :
A. Pengendalian Mekanis
5
• Petik bubuk, yaitu memetik semua buah-buah yang berlubang dan dilakukan setidak-tidaknya setiap satu bulan sekali. Seluruh buah (yang terserang) dikumpulkan kemudian dimusnahkan dengan cara dibenamkan, atau dibakar, sedangkan buah-buah yang masih bisa dimanfaatkan perlu direndam pada air panas selama 5 menit.
• Racutan/RampasanMerupakan tindakan memetik semua buah kopi yang berukuran Iebih dan 5 mm yang masih berada di pohon pada akhir panen.
Tindakan ini bertujuan untuk memutus siklus hidup PBKo.
• Lelesan yaitu mengambil semua buah-buah yang telah gugur dan dikumpulkan. Buah-buah yang telah terkumpul kemudian dimusnahkan seperti pada tindakan petik bubuk dan rampasan. Tindakan lelesan juga dapat dilakukan bersama-sama dengan petik bubuk dan rampasan. Lelesan bertujuan untuk memutus siklus hidup hama PBKo. Bila ke 3 cara tersebut dipadukan akan membantu menekan serangan hama PBKo. Pengaturan naungan mempengaruhi perkembangan hama PBKo, naungan yang terlalu lembab akan memperbesar intensitas serangan.
B. Pengendalian Biologis
• Penggunaan musuh alami terutama untuk kebun kopi yang mempunyai kriteria sebagai berikut;
1). intensitas serangan < 50%, dikendalikan menggunakan cendawan Beauveria bassiana.
2). Daerah yang mempunyai kelembaban cukup tinggi yaitu terutama diatas 80% dan temperatur ± 25 o.
• Beberapa parasitoid yang dapat digunakan sebagai musuh alami PBKo, salah satunya adalah Cephalonomia stephanoderis.
• Penggunaan senyawa penarik (atraktan) seperti Hypotan/Brocap. Atraktan merupakan senyawa penarik dengan menggunakan tambahan alat perangkap. Sebagian besar siklus hidup PBKo berada di dalam buah kopi, sehingga penggunaan bahan kimia untuk pengendalian hama ini tidak disarankan. Penggunaan bahan kimia dapat menimbulkan dampak negatif yang tidak diinginkan seperti terjadinya resurgensi dan resistensi hama sasaran maupun pencemaran Iingkungan hidup.
6 C. Kultur Teknis
Pencegahan dapat dilakukan dengan memperkuat kesehatan tanaman melalui pemupukan berimbang yaitu melakukan pemupukan tanaman dengan pupuk yang seimbang menggunakan jenis dan dosis sesuai anjuran untuk mempercepat pemulihan tanaman, Pengaturan Pohon Pelindung Memangkas pohon pelindung yang terlalu rimbun untuk memperbaiki temperatur dan kelembaban atau kondisi agroklimat. pemangkasan dan pemberian naungan yang cukup serta pemanfaatan varietas kopi arabika yang tahan atau toleran misalnya; lini S795. USDA 762 dan Adnungsari 2K.
2.2 Penyakit Bercak Daun 2.2.1 Bioekologi Bercak Daun
Penyakit bercak daun kopi disebabkan oleh Cercospora coffeicola, yang disebut juga brown eye spot, terdapat di semua daerah penanaman kopi di seluruh dunia. Penyakit ini pertama kali ditemukan di Jamaica. C. coffeicola tidak hanya menyerang daun tetapi juga menyerang buah. Kerusakan pada buah dapat menimbulkan kerusakan yang besar dibandingkan serangan pada daun. Penyakit pada daun terutama menyerang di pembibitan.
2.2.2 Siklus Hidup
Jamur akan membentuk konidium pada kedua sisi daun, meskipun lebih banyak pada sisi atas. Konidiofor membentuk rumpun kecil lima sampai banyak, coklat kehijauan pucat atau coklat kekuningan. Konidiofor jamur ini bersekat, berukuran 15 – 45 x 3 – 6 mm. Konidium tidak berwarna, berbentuk gada terbalik bersekat sampai dengan ukuran 35 – 110 x 3 – 6 mm. Konidium terbentuk pada kedua sisi daun, tetapi terbanyak pada sisi bawah. Konidiofor terbentuk dalam jumlah besar pada bercak, membentuk rumpun yang rapat, kadang-kadang pada lingkaranlingkaran sepusat, warna coklat muda sampai kehijauan.
2.2.3 Gejala Infeksi
Gejala serangan pada daun terdapat bercak-bercak bulat, cokelat kemerahan, atau cokelat tua, berbatas jelas, dan konsentris. Pada bercak yang tua terdapat pusat berwarna putih kelabu, sering tampak seperti tepung hitam yang merupakan konidium jamur.
7 Bercak C. coffeicola tampak paling jelas kalau dilihat dari sebelah atas daun, umumnya garis tangah bercak kurang dari 5 mm dan bercincin-cincin. Dalam cuaca lembap dapat terjadi bercak-bercak yang lebih besar. Serangan yang berat dapat menyebabkan rontoknya daun. Gejala pada buah terjadi di sisi yang banyak mendapat sinar matahari. Bercak pada buah menyebabkan kulit buah mengering dan keras sehingga buah sukar dikupas. Gejala pada buah ini mirip sekali dengan gejala “terbakar matahari”, dan hanya dapat dibedakan dengan penelitian mikroskopis
2.2.4 Pengendalian
Penyakit bercak daun di pembibitan pengendalian dengan fungisida kimia, misalnya fungisida mancozeb seperti Dhitane dan Delsene. Kelembapan dikurangi dengan mengurangi penyiraman, merenggangkan atap penaung sehingga sinar matahari dapat langsung masuk. Sanitasi dengan menggunting daun yang sakit kemudian dibakar atau dibenamkam di dalam tanah. Penyakit pada buah dapat dikurangi dengan mengatur peneduh dan jarak naungan.
2.3 Early Warning System (EWS) Serangan Penggerek Buah Kopi dan Bercak Daun Pada Tanaman Kopi
Adapun EWS serangan penggerek buah kopi dan bercak daun pada tanaman kopi Penggunaan varietas tahan PBKo menjadi langkah pertama strategi pengendalianSalah satu cara pengendalian PBKo adalah dengan menanam varietas atau klon yang mampu masak serentak (hampir bersamaan). EWS juga dapat dilakukan dengan menghindari penyiraman air secara berlebihan. meningkat kerindangan atau tanaman nanungan dipertahankan sekitar 50%. Jarak tanam bibit dan tanaman harus sesuai agar memudahkan sirkulasi udara. Kultur teknis yang tepat seperti pemberian pupuk, pemeliharaan, dll.
8 BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penggerek buah kopi (Hypothenemus hampei) merupakan salah satu hama utama pada kopi yang dapat penurunan produksi dan mutu kopi. Pencegahan dapat dilakukan dengan memperkuat kesehatan tanaman melalui pemupukan, dan pengaturan jarak nanguan. Penyakit bercak daun kopi disebabkan oleh Cercospora coffeicola, yang disebut juga brown eye spot, terdapat di semua daerah penanaman kopi di seluruh dunia. Penyakit ini pertama kali ditemukan di Jamaica. C. Penyakit bercak daun di pembibitan pengendalian dengan fungisida kimia, misalnya fungisida mancozeb seperti Dhitane dan Delsene. EWS (early Warning System) dari hama dan penyakit pada tanaman kopi dapat dihindari dengan tidak melakukan penyiraman air secara berlebihan, meningkatkan kerindangan dipertahankan sekitar 50%, mengatur jarak tanam bibit dan penggunaan pupuk yang tepat dan sesuai dosis.
9 DAFTAR PUSTAKA
Kalshoven, L. G. E. 1981. Pest of Crops In Indonesia, Revised & Translated by P.
A. Van Der Laan. PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve, Jakarta
Sastraatmadja, 1991 : 168. Teknologi Produksi Benih Kacang Tanah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Wiryadiputra, S. 2007. Pengelolaan Hama Terpadu PadaHama Penggerek BuahKopi,Hypothenemus hampei(Ferr.) dengan Komponen Utama pada Penggunaan Perangkap Brocap Trap. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Jember, Jawa Timur.p.2-9.
10 Lampiran
11
12
13
14