• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH SEJARAH ISLAM ASIA TENGGARA

N/A
N/A
syaqillue

Academic year: 2023

Membagikan "MAKALAH SEJARAH ISLAM ASIA TENGGARA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH SEJARAH ISLAM ASIA TENGGARA Teori Masuk dan Berkembangnya Islam di Nusantara

DOSEN PENGAMPU:

Dr. Bisri Mustofa, M.Pd

DISUSUN OLEH:

SYAHMI AQIL BIN SYAIRUL FAHMI [12260113230]

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU

2023

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr. Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah senantiasa melimpahkan Rahmat dan Hidayah- Nya sehingga kita semua dalam keadaan sehat walafiat dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Penyusun juga mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan kerido’an-Nya makalah ini terselesaikan.

Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah

”Sejarah Islam Asia Tenggara”. Adapun yang penulis bahas dalam makalah sederhana ini mengenai ”Teori Masuk dan Berkembangnya Islam di Nusantara”. Dalam penulisan makalah ini penulis menemui berbagai hambatan yang dikarenakan terbatasnya ilmu pengetahuan kami mengenai hal yang berkenaan dengan penulisan makalah ini.

Penulis menyadari betul sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, makalah ini tidak akan terwujud dan masih jauh dari sempurna, penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata penulis berharap, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua yang membaca.

Pekanbaru, 11 Maret

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...ii DAFTAR ISI... iii BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang... 1 1.2Rumusan Masalah... 2 1.3Tujuan Penelitian... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Teori masuknya Islam di Nusantara... 3 2.2 Proses penyebaran Islam di Nusantara...8 2.3 Tahap perkembangan Islam di Nusantara...10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan... 12 DAFTAR PUSTAKA

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama terbesar di Indonesia, dengan 86,7% penduduk Indonesia mengidentifikasi diri sebagai Muslim dalam survei tahun 2018. Indonesia adalah negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia, dengan sekitar 231 juta pengikut.

Kualitas utama Islam Nusantara adalah tawasut (moderat), rahmah (cinta), anti- ekstremisme, inklusi, dan toleransi. Islam Nusantara mengadopsi strategi budaya untuk menangani budaya lokal yang menghormati ajaran Islam tanpa menghapus, menyakiti, atau membasmi budaya lokal. Sebaliknya, Islam Nusantara merangkul budaya lokal dengan menghormati, mempertahankan, dan melindunginya. Salah satu aspek-aspek budaya Indonesia dalam pengembangan fikih adalah ciri khas utama Islam Nusantara dan pendidikan traddisional lokal yang mendukung Islam nusantara. Pendidikan ini berakar pada etika dan tata krama timur yang sangat menekankan penghormatan kepada ulama dan kiai sebagai ustadz. Ustadz harus memberikan arahan kepada siswa untuk mencegah mereka menyimpang dan menginspirasi pemikiran yang salah atau radikal. Penekanan pada prinsip Islam rahmatan lil-alamin (rahmat bagi seluruh alam), yang mempromosikan keharmonisan, toleransi, rasa hormat satu sama lain, dan keragaman pendapat dalam hubungan antara Muslim dan penganut agama lain, adalah salah satu ciri khasnya.

Kedatangan Islam di dunia pada abad ke-7 Masehi dianggap oleh para sejarawan sebagai pembangunan dunia baru dengan pemikiran baru, cita-cita baru, budaya dan peradaban baru. Selama lebih dari empat belas abad sejak Nabi Muhammad menyebarkan ajaran baru dalam lingkup kehidupan pribadi, kehidupan masyarakat, dan negara.

Peradaban Islam telah menyebar dari wilayah Spanyol ke benteng Cina, dari Rusia ke Asia tenggara sehingga bahkan hampir mendunia, dimulai oleh Nabi Muhammad, Khulafa al-

(5)

Rasyidin, Umayyah, Abbasiyah dan Uthmaniyyah. Ketika Islam masuk ke india, Nusantara memiliki peradaban karena pengaruh budaya primitif dari peradaban Hindu-Buddha India, yang pengaruhnya tidak merata. Penyebaran Islam di sebagian wilayah Indonesia berkembang pesat. Hal ini karena Islam dibawa oleh para saudagar sekaligus para mubaligh dan ulama, penyebarannya menyebarkan berbagai ajaran dan gaya hidup yang secara kualitatif lebih maju dari peradaban yang ada. . Dengan datangnya Islam, masyarakat Indonesia mengalami peralihan dari masyarakat agraris feodal dengan pengaruh Hindu- Buddha menjadi masyarakat perkotaan dengan pengaruh Islam.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diuraikan rumusan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana teori masuknya Islam ke Nusantara?

2. Bagaimana proses penyebaran Islam di Nusantara?

3. Bagaimana tahap perkembangan Islam di Nusantara?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah diatas, dapat disimpulkan tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui teori masuknya Islam di Nusantara.

2. Untuk mengetahui proses penyebaran Islam di Nusantara.

3. Untuk mengetahui tahap perkembangan Islam di Nusantara .

(6)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Teori masuknya Islam di Nusantara

Azyumardi Azra menyatakan dalam Helmiyati bahwa terdapat banyak pendapat di kalangan para ahli mengenai masuknya Islam ke Nusantara. Perkembangan Islam di Nusantara asal-usulnya, para pembawa dan da'i Islam, dan saat kedatangan Islam pertama kali di Nusantara merupakan tiga topik utama yang menjadi inti dari perbedaan pendapat tersebut, menurut Azyumardi Azra. Rute pelayaran dan perdagangan antar pulau atau antar wilayah sudah ada sejak abad-abad pertama Masehi. Perdagangan telah menjalin hubungan antara wilayah timur, yang meliputi kepulauan India Timur dan pantai selatan Cina. Para pedagang Arab melakukan perjalanan melalui air dari Aden ke Maskat, Raisut, Siraf, Guadar, Daibul, pantai Malabar yang meliputi Gujarat, Akyab (sekarang Burma), Selat Malaka, Peureulak (Aceh Timur), Lamno (Aceh Barat), Barus, Padang, Demak, Gresik, Ampel, dan Makasar sebelum tiba di Nusantara. Masuknya Islam ke nusantara dimulai pada abad pertama Hijriah. Meskipun penduduk asli Muslim belum mengakuinya, orang- orang asing tetap menerimanya apa adanya. Sejarah masuknya Islam ke Indonesia sudah banyak diketahui, namun yang menjadi pertanyaan adalah mengenai kepastian asal muasal, pembawa, lokasi yang dikunjungi, tanggal, dan bukti-bukti sejarahnya. Banyak gagasan tentang bagaimana Islam masuk ke Indonesia yang dihasilkan dari berbagai sudut pandang dan fakta yang berbeda. Masuknya Islam ke Nusantara merupakan persoalan yang dibahas dalam lima teori, seperti yang tertera di bawah ini.

(7)

A. Teori Gujarat

Teori Gujarat menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia dari Gujarat, India. Teori ini dikemukakan oleh sejumlah akademisi Belanda, termasuk Pijnappel, Snouck Hurgronje, dan Moquette. Teori ini menyatakan bahwa orang-orang Arablah yang pindah ke sana dan menetap. Islam tidak dibawa ke Nusantara oleh Persia atau Arab, melainkan dari India, tempat asalnya. Ide batu nisan dan teori mazhab adalah dasar dari teori Gujarat. Menurut teori ini, ditemukan bahwa Muslim di Gujarat dan Muslim dari Nusantara memiliki pandangan yang sama. Masing-masing kelompok Muslim ini menganut mazhab Syafi'i.

Mazhab ini semakin didukung oleh hipotesis batu nisan, yang merinci penemuan model dan bentuk nisan di makam-makam di Pasai, Semenanjung Malaya, dan Gresik yang identik dengan makam-makam di Gujarat.

Nisan Sultan Malik Al-Saleh dari Samudera Pasai, yang ditulis pada tahun 1297 dan memiliki gaya Islam Gujarat yang khas, dilaporkan memberikan beberapa dukungan untuk teori ini, menurut Amirul Ulum (2015). Kisah Marcopolo dan pengaruh sufi pada gerakan Islam yang berkembang di Indonesia adalah sumber-sumber lainnya. Terlepas dari bukti- bukti yang ada, dua dari sanggahan tersebut memiliki kesalahan. Pertama, meskipun mazhab Hanafi lebih populer di Gujarat daripada mazhab Syafii, penduduk Samudera Pasai adalah pengikut mazhab Syafii. Kedua, Samudra Pasai beralih ke Islam meskipun Gujarat masih merupakan kerajaan Hindu.

B. Teori Bengal

Teori ini menyatakan bahwa Islam awalnya datang ke nusantara dari Benggala. S.Q.

Fatimah adalah pencetus anggapan ini. Landasan dari hipotesis Benggala Fatimi adalah konsep makam. Menurut Fatimi, gaya dan bentuk batu nisan Malik al-Raja Salih dari Pasai sangat berbeda dengan batu nisan yang ditemukan di Gujarat. Gaya dan bentuk batu nisannya sangat mirip dengan yang ada di Bengal. Dia sampai pada kesimpulan bahwa

(8)

Islam pasti berakar dari sana juga. Namun, kemudian, teori mazhab ini muncul dan meruntuhkan hipotesis batu nisan Fatimi. Mazhab ini berpendapat bahwa ada perbedaan antara Muslim Nusantara yang mengikuti mazhab Syafi'i dan Muslim Bengali yang mengikuti mazhab Hanafi.

C. Teori Coromandel dan Malabar

Harrison mengemukakan gagasan ini berdasarkan sudut pandang Thomas W. Arnold.

Bentuk Islam Nusantara diperkirakan muncul di Koromandel dan Malabar, menurut teori Koromandel dan Malabar, yang juga menarik kesimpulan dari gagasan mazhab. Umat Islam di Nusantara, Koromandel, dan Malabar menganut mazhab Syafi'i. Marrison mengklaim bahwa pada tahun 1292, ketika Pasai menjadi sebuah kerajaan Islam, Gujarat masih merupakan sebuah kerajaan Hindu. Sangat diragukan bahwa Gujarat adalah asal mula penyebaran Islam.

D. Teori Mekah

Hamka mengeluarkan hipotesis Makkah, menyanggah pandangan Barat Gujarat bahwa bukan Arab adalah lokasi masuknya Islam ke Nusantara. Selain itu, Hamka menolak hipotesis Gujarat yang menyatakan bahwa Islam tiba di Nusantara pada abad ke-13 dan dibawa ke sana melalui Arab atau Mekah. Proses ini terjadi pada abad ketujuh Masehi, atau abad pertama Hijriah. Crawfurd (1820 M), Keyzer (1859 M), dan Veith adalah beberapa sejarawan Barat pertama yang mengadvokasi dan mempromosikan teori Makkah (1878 M).

Malabar dan Koromandel bukanlah satu-satunya tempat di mana Islam diperkenalkan, menurut Thomas W. Arnold. Ia mengatakan bahwa ketika para pedagang Arab menguasai perdagangan Barat-Timur pada awal Hijriah atau abad ke-7 dan ke-8 Masehi, mereka juga menyebarkan Islam. Hal ini didasarkan pada catatan Cina yang menyatakan bahwa menjelang akhir abad ke-7, seorang pedagang Arab bangkit untuk memimpin komunitas Arab-Muslim di pantai barat Sumatra.

(9)

Abza klaim bahwa penjelasan Gujarat cacat didukung oleh teori Mekah, terutama karena India diperintah oleh seorang Hindu pada saat itu. Kekurangan teori ini juga bisa ditelaah dari sudut pandang agama atau mazhab yang dianut oleh masyarakat India dan Nusantara, sedangkan Nusantara menganut mazhab Hanafi, mazhab Syafi'i. Jadi, Gujarat bukanlah lokasi awal masuk dan berkembangnya Islam di Nusantara, menurut Azra. Naquib Al-Atas, menurut Abza, menolak gagasan bahwa Islam datang ke Indonesia dari India dan menegaskan bahwa Islam dibawa ke sana oleh orang-orang Arab dan Persia. Meskipun mistik hadir dalam praktik-praktik keagamaan orang Melayu, ini tidak menunjukkan bahwa Gujarat adalah tempat pertama kali Islam muncul di Aceh.

E. Teori Persia

Teori Persia, yang merupakan teori kelima, juga tidak diabaikan oleh Thomas W.

Arnold. Gagasan ini juga memiliki dasar teori sekte. Benda-benda bermazhab Syiah ditemukan di Jawa dan Sumatra. Dua ahli fikih lainnya yang dekat dengan Sultan dan kelahiran Persia juga terdaftar. Salah satunya berasal dari Syiraz, dan yang lainnya berasal dari Isfahan (Helmiati, 2014:5).

Selain itu, Ahmad Mansyur Surya Negara (2016:100) dan Profesor Dr. Housein Djaja Diningrat menyatakan bahwa Islam adalah sebuah filosofi filosofi Syiah yang berawal dari Persia. Perspektifnya didasarkan pada bagaimana aksara Al-Quran dibaca dan dieja, khususnya di Jawa Barat. Karena tidak semua orang Persia yang menggunakan sistem bacaan tersebut adalah pengikut Syiah, argumen ini dianggap lemah. Pusat kekuasaan Khalifah Abashiah yang beraliran Sunni pada saat itu adalah Bagdad. Lebih tepatnya, para pengikut Syiah tidak membaca Al-Quran dengan gaya Persia, meskipun faktanya sistem pembacaan Arab di Jawa Barat sebanding dengan sistem pembacaan tersebut. Apakah para sufi yang tergabung dalam Naksabandiyah Qodariah bukan penganut Syiah? Jawa Barat secara keseluruhan menganut mazhab Syafi'i, seperti halnya Abasiyah di Persia.

(10)

F. Teori Cina

Menurut hipotesis ini, etnis Muslim Tionghoa memiliki peran besar dalam penyebaran Islam di seluruh nusantara. Kontak antara Muslim Arab dan Tionghoa telah terjalin sejak abad pertama Hijriah, seperti yang telah disebutkan dalam doktrin Arab. Dengan demikian, Islam melakukan perjalanan di sepanjang rute komersial yang sama dari barat ke Cina dan nusantara pada saat yang sama. Islam tiba di Kanton (Guangzhou) pada masa pemerintahan Dinasti Tang Tai Tsung (627-650), di kepulauan Sumatra pada masa pemerintahan Sriwijaya, dan di pulau Jawa pada tahun yang sama. Berdasarkan kedatangan utusan raja Arab Ta cheh / Ta shi ke kerajaan Kalingga, yang diberi mandat oleh Ratu Sima, Sriwijaya tiba di pulau Jawa pada tahun 674 Masehi.

G. Teeori Mesir

Teori-teori Kaijzer, yang juga didasarkan pada teori mazhab, memasukkan unsur penting dari mazhab Syafi'i, yang diikuti oleh orang-orang di Mesir dan Nusantara.

Gagasan Arab-Mesir ini didukung oleh Niemann dan de Hollander. Keduanya menegaskan bahwa Hadramaut, bukan Mesir, adalah tempat di mana Islam Nusantara pertama kali muncul. Sebaliknya, mereka sampai pada kesimpulan dalam seminar yang diadakan pada tahun 1969 dan 1978 bahwa Islam masuk ke Nusantara langsung dari Arab, bukan melalui India.

H. Teori Maritim

Menurut seorang sejarawan Pakistan, pengenalan dan perluasan Islam di nusantara merupakan hasil dari para pelaut dan pengusaha Muslim yang energik dalam bidang kelautan dan kekuatan pasar. Para pengusaha Arab menggunakan inisiatif ini untuk mulai menyebarkan Islam di sepanjang pelabuhan yang mereka kunjungi ketika melakukan

(11)

perjalanan ke Cina Utara pada abad pertama hijriah atau abad ketujuh masehi. Selama abad keenam dan keduabelas, para pebisnis lokal membantu Islam mulai meluas ke seluruh nusantara.

2.2 Proses penyebaran Islam di Nusantara

Di Indonesia, Islam adalah agama mayoritas dan memiliki pengikut yang cukup besar. Agama ini memiliki berbagai saluran untuk menyebarkannya.

Kemajuan dan perkembangan Islam di Indonesia kemudian disorot pada platform-platform ini. Saluran-saluran ini memberikan kontribusi yang signifikan terhadap proses penyebaran Islam yang luas dan diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia. Beberapa saluran yang tercantum di bawah ini dapat digunakan untuk menjelaskan proses tersebut.

A. Saluran perdagangan

Sejak abad ke-1, kawasan laut Asia Tenggara, khususnya Selat Melaka, telah memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan internasional karena posisnya yang menghubungkan negeri-negeri di Asia Timur Jauh, Asia Tenggara, dan Asia Barat. Kesibukan lalu-lintas di kawasan perdagangan ini berlarutan dari abad ke-7 hingga ke-16 itu, membuat pedagang-pedagang Muslim Arab turut ambil bagian dalam perdagangan ini.

Pengaruh inilah yang kemudian menjadikan pergeseran dalam sistem kehidupan masyaarakat Asia Tenggara. Jika sebelumnya di masa kerajaan berjaya, kepercayaan yang dominan di kalangan masyarakat adalah dinamisme. Namun dengan adanya pengaruh dari pedagang Islam, banyak masyarakat yang kemudian beralih menganut monotheisme.

(12)

B. Saluran perkahwinan

Dari sudut ekonomi, para pedagang Muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi terutama puteri-puteri bangsawan, tertarik untuk menjadi isteri saudagar-saudagar itu. Sebelum dikawin mereka diislamkan terlebih dahulu. Setelah mereka mempunyai keturunan, lingkungan mereka makin luas, akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah dan kerajaan Muslim.

C. Saluran tasawuf

Ajaran Islam sampai ke Asia Tenggara, sangat dipengaruhi oleh ajaran tasawuf. para sejarahwan menyatakan bahwa inilah yang menyebabkan Islam menarik kepada mereka di Asia Tenggara dan boleh dikatakan bahwa tasawuf dengan ajaran dan amalannya menyebabkan berlakunya proses Islamisasi di Asia Tenggara. H. John ahli sejarah Australia itu menyatakan bahwa Islamisasi terebut berlaku adanya dakwah yang cerdas dilakukan oleh para penyebar sufi yang datang bersama-sama dengan para pedagang muslim.

D. Saluran Pendidakan

Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, abaik pesantren maupun pondok yang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai dan ulama. Di pesantren atau pondok itu, calon ulama, guru agama dan kiai mendapat pendidikan agama. Setelah keluar dari pesantren , mereka pulang ke kampung masing-masing atau berdakwah ke tempat tertentu mengajarkan Islam. Misalnya, pesantren yang didirikan oleh Raden Rahmat di Ampel Denta Surabaya dan sunan Giri di Giri.ikan

E. Saluran kesenian

(13)

Saluran Islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang.

Dikatakan, sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang.

Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih dipetik dari cerita Mahabarata dan Ramayana, tetapi dalam cerita itu di sisipkan ajaran nama-nama pahlawan Islam.

F. Saluran politik

Kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Di samping itu, baik di Sumatera dan Jawa maupun Indonesia Bagian Timur, demi kepentingan politik, kerajaan- kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan non Islam. Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk bukan Islam itu masuk Islam.

2.4 Tahap-tahap perkembangan Islam di Nusantara

A. Kehadiran para pedagang muslim

Tahap ini dianggap menandai dimulainya proses asimilasi Islam di Asia Tenggara.

Di Asia Tenggara, proses sosialisasi dimulai dengan para imigran Muslim yang berinteraksi dengan penduduk asli pada tingkat sosial budaya. Tidak ada informasi tentang konversi penduduk asli ke Islam yang ditemukan pada fase awal. Tidak ada informasi yang ditemukan pada fase awal tentang konversi penduduk asli ke Islam. Hal ini tidak

ditunjukkan secara meyakinkan sampai awal abad ke-13 M / 7 H. Sangat mungkin bahwa para pedagang Muslim menikahi anggota penduduk setempat sepanjang abad pertama hingga keempat Hijriah, dan mengislamkan mereka. Namun, ini hanya spekulasi pada saat ini. Meskipun ada Fatimah binti Maimun di Leran - Gresik yang meninggal pada tahun 475

(14)

H/1082 M. Batu nisannya, bagaimanapun, menunjukkan pola gaya dekorasi makam abad ke-16 Masehi yang ditemukan di Campa, yang berisi prasasti dalam bentuk doa kepada Allah, berdasarkan bentuknya.

B. Terbentuknya Kerajaan Islam ( 13 – 16 M)

Pada fase kedua, Islam semakin disosialisasikan di Nusantara dengan terbentuknya pusat-pusat kekuasaan Islam. Sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia, kerajaan Samudera Pasai merebut jalur perdagangan di Selat Malaka yang sebelumnya dikuasai oleh kerajaan Sriwijaya pada akhir abad ke-13.Kerajaan Sriwijaya sebelumnya menguasai jalur perdagangan di Selat Malaka.

Hal ini berlangsung hingga kerajaan Malaka berdiri di Semenanjung Malaysia pada awal abad ke-14. Sultan Mansyur Syah (wafat 1477 M) adalah sultan keenam Kerajaan

Malaka.Sultan Mansyur Syah (wafat 1477 M) adalah sultan keenam Kerajaan Malaka, dan Islam berkembang pesat di pesisir timur Sumatra dan Jawa pada saat itu sudah

menunjukkan peran kuat komunitas Muslim.

C. Pelembagaan Islam

Selama periode ini, sosialisasi Islam di pusat-pusat kekuasaan menjadi semakin tak terbendung, merembes ke hampir semua wilayah. Dengan kata lain, Islam masuk ke pusat- pusat kekuasaan di Nusantara melalui perdagangan, pernikahan dengan elit birokrasi dan ekonomi, dan sosialisasi langsung ke masyarakat bawah. Pengaruh Islamisasi, yang pada awalnya terbatas pada satu wilayah, kini telah menyebar ke wilayah lain di Asia Tenggara.

(15)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Proses masuknya islam ke Nusantara diawali oleh adanya interaksi antara penduduk pribumi dengan pedagang yang berasal dari kawasan Arab dan India. Setidaknya ada tiga teori yang menjelaskan tentang proses masuknya islam ke Nusantara yakni teori da’I, teori pedagang dan teori sufi.Penyebaran islam yang penuh damai di Nusantara berjalan dalam kurun waktu yang cukup panjang dengan melalui berbagi cara, antara lain;

perdagangan, perkawinan, dakwah, tasawuf, pendidikan, kesenian dan politik. Proses perkembangan islam di Nusantara diklasifikasikan menjadi tiga fase, yaitu; 1) singgahnya pedagang-pedagang muslim di pelabuhan-pelabuhan Nusantara, 2) tumbuhnya komunitas muslim di Nusantara, 3) berdirinya kerajaan/kesultanan islam di Nusantara.Kerajaan/kesultanan yang mengalami pertumbuhan sangat pesat pada awal kedatangan islam di Nusantara antara lain kerajaan Perlak, kerajaan

SamudraPasai, kesultanan Malaka dan kesultanan Aceh Darussalam.Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang masuknya islam di Nusantara, antara lain; teori Gujarat, teori Bengal, teori Coromandel dan Malabar, teori Mekah, teori Persia, teori Cina, teori Mesir, teori Maritim.

Di Indonesia, terdapat beberapa proses asimilasi, termasuk jalur perdagangan dan lalu lintas perdagangan yang ramai pada abad ke-7. Para pedagang Muslim dari Arab, Persia, dan India turut berpartisipasi di Indonesia. Dari sudut pandang ekonomi, para pedagang Muslim memiliki status sosial yang lebih tinggi daripada kebanyakan penduduk asli, sehingga penduduk asli, terutama anak perempuan bangsawan, tertarik untuk menikah dengan para pedagang ini. Mereka diislamkan terlebih dahulu sebelum menikah. Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, termasuk pesantren dan pondok. Islamisasi juga

dilakukan melalui kesenian, termasuk pertunjukan wayang, permata, dan lagu-lagu.

Kekuasaan raja, melalui jalur politik, memainkan peran penting dalam proses Islamisasi.

Tahapan Perkembangan Islam; 1) Kehadiran pedagang Muslim (7 - 12M). 2) Pendirian Kerajaan Islam (13 - 16 M). 3) Pelembagaan Islam.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

1. Andi Herawati. Eksistensi Islam di Asia Tenggara. Jurnal Ash-Shahabah, volume 4 Nomor 2, Juli 2018

2. Helmiati, Sejarah Islam Asia Tenggara.Lembaga Penelitiandan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Pekanbaru, 2014

3. Nurbati, Pendidikan Islam Pada Awal Islamisasi Di Asia Tenggara,PT.

Rajagrafindo Persada, Depok, 2019

Referensi

Dokumen terkait

LAMPIRAN KEPTMJSAN DEXAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSIIAS ANDATAS NO|4OR t257lUN76.O1,DlKPrl2022 TANGGAL : 30 JUNI 2022 TENTANG I REy.APITULASI DOSEN PENGUII SEMINAR HASIL PRODI

viii ABSTRAK HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN TERHADAP PEMULIHAN PASCA LATIHAN PADA ANGGOTA BOLA BASKET DI UNIVERSITAS TEKNOKRAT INDONESIA Yusuf Manalu 18114060 Hemoglobin memiliki