• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH SIRAH NABAWIYAH

N/A
N/A
Fujiyani lestari @

Academic year: 2023

Membagikan "MAKALAH SIRAH NABAWIYAH"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH SIRAH NABAWIYAH

“Rasulullah Sebagai Sentral Hidayah Serta Aspek-Aspek Kemanusiaan Rasulullah SAW”

Dosen pengampu Dr. Ajid Thohir,M.Ag.

Dr. Suparman jassin,M.Ag

Dylan Hafizhan (1215010047) Fujiyani Lestari (1215010065) Hafizh Nurfalah Asar C (1215010070)

SEJARAH PERADABAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

Jl, A.H. Nasution No 105A, Cibiru,Bandung

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt. Dengan taufik dan hidayat-Nya,Alhamdulillah kita masih bisa diberi kenikmatan,baik nikmat iman, islam,maupun kesehatan jasmani dan rohani. Sholawat serta salam senantiasa tercurah limpahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Saw,yang telah membawa umat manusia menuju jalan kebahagiaan di dunia dan akhirat melalui serangkaian dakwah,pendidikan,dan keteladanan yang dilakukan tanpa mengenal lelah.

Alhamdulillah penulis bisa menyelesaikan Makalah yang berjudul “Rasulullah Sebagai Sentral Hidayah Serta Aspek-Aspek Kemanusiaan Rasulullah SAW”. Makalah ini membahas tentang keteladanan Rasulullah SAW.

Adapun tujuan penulisan dari Makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sirah Nabawiyah dengan dosen pengampu yaitu Dr. Ajid Thohir,M.Ag. dan Dr.

Suparman jassin, M.Ag .Selain itu,makalah ini bertujuan menambah wawasan bagi pembaca dan penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini dan Penulis berharap agar pembaca dapat menemukan sesuatu yang berharga dan bermanfaat dari Makalah ini. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak atas perbaikan dan penyempurnaan Makalah ini senantiasa penulis harapkan dan akan dijadikan bahan revisi bagi penulisan berikutnya.

Bandung, 5 April 2022

Kelompok 5

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB 1 PENDAHULUAN...1

Latar belakang...2

Rumusan masalah...3

Tujuan masalah...2

BAB 2 PEMBAHASAN...3

2.2 Rasulullah Sebagai Sosok Teladan...3

2.3 Sebagai Tokoh Sosial...4

2.3 Muhammad sebagai Pemimpin Agama...5

2.4 Muhammad sebagai Pemimpin Masyarakat...6

2.5 Muhammad sebagai Kepala Pemerintahan...7

2.5 Kekayaan Rasulullah Saw...8

BAB 3 PENUTUP...9

Kesimpulan...9

DAFTAR PUSTAKA...10

(4)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Risalah Nabi adalah refeleksi dari perjalanan hidup Nabi Muhammad saw yang mencakup akhlak dan segala aktivitasnya yang dipahami secara konseptional sebagai prinsip, kaidah, dan hukum bagi umat Islam. Namun sirah Nabi tidak terlepas dari kajian periwayatan sebuah hadis ditolak atau diterima, karena kualiatas hadis mentukan transformasi konsep yang akan dijadikan landasan bagi umat Islam. Salah satu tema yang menarik dari sirah Nabi Muhammad adalah kehidupannya yang sederhana (Siregar, 2013).

Sirah Rasulullah saw harus menjadikan sebuah motivasi dalam sejarah yang akan diambil oleh generasi ke generasi lainnya, dan harus menjadikan sebuah pewaris sebagai Nubuwwah serta bisa mengemban lentera akidah untuk memberikan sebuah bekal di perjalanan, untuk mempunyai suatu elemen-elemen yang eksistensi mereka dari sebuah akar yang perpanjangan.

Sirah Nabawiyah pada hakikatnya merupakan paparan pada suatu tentang misi kerasulan yang dibawa oleh Rasulullah saw kepada umat manusia, dengan mencakup suatu di dalamnya ucapan, perilaku, arahan, serta jalan hidup yang Rasulullah tempuh.

Rasul juga harus mengubah suatu jalan hidup menjadikan sebuah untuk menggantikannya yang buruk menjadi yang baik. Sehingga Rasulullah juga bisa membimbing manusia keluar dari suatu kegelapan menuju cahaya, dan adanya suatu dari penyembahan terhadap makhluk kepada penyembah terhadap Allah Swt. Tetapi harus bisa menjadikan nya suatu pola terhadap perubahan jalan hidup manusia (Al- Mubakfuri, 2014)

Berdasarkan dalam pengertian Sirah Nabawiyah di atas, merupakan sejarah perjalanan Rasulullah saw untuk menempuh suatu akhlak yang mulia dan mempunyai suatu perilaku untuk menjalankan suatu amanah kepada para rasul sebagai memberikan suatu dakwah yang diperintahkan oleh nabi untuk menjadikan sebuah pola hidup manusia menjadi lebih bermakna dan mempunyai suatu perilaku akhlak yang baik.

Sehingga Nabi juga memberikan suatu pengarahan yang baik kepada umat manusia atau para Rasul, dengan melalui proses dakwah tersebut bisa menjadikan proses pada sirah nabawiyah ini menjadi buah dari keberhasilan menuntut pada kemuliaan dan memiliki sebuah sikap pada perilaku yang luhur.

(5)

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana sosok Rasulullah SAW sebagai teladan ? 2. Bagaimana peran Rasulullah SAW sebagai tokoh sosial ? 3. Bagaimana peran Rasulullah sebagai pemimpin masyarakat?

4. Bagaimana peran Rasulullah sebagai kepala pemerintahan ? 5. Apa saja kekayaan Rasulullah SAW?

1.3 TUJUAN MASALAH

1. Mengetahui sosok Rasulullah SAW sebagai teladan 2. Mengetahui peran Rasulullah SAW sebagai tokoh sosial 3. Mengetahui peran Rasulullah sebagai pemimpin masyarakat 4. Mengetahui peran Rasulullah sebagai kepala pemerintahan 5. Mengetahui Apa saja kekayaan Rasulullah SAW

(6)

BAB 2 PEMBAHASAN

2.2 Rasulullah Sebagai Sosok Teladan

Islam lahir di Makkah, sebuah kota yang sangat penting dan terkenal di antara kota kota di negeri Arab. Sebagai agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw, beliau mempunyai fungsi sebagai pemimpin agama sekaligus sebagai kepala pemerintahan. Masa hidup beliau di Makkah adalah masa menyeru kepada Allah yang mendapat tantangan dan penindasan dari kaum kafir Quraisy. Sebab kaum Muslim di Makkah memiliki akhlak-akhlak Islam dan menjadi darah daging bagi mereka, tetapi mereka belum dapat mewujudkan suatu masyarakat Islam. Hal ini karena ketidakberdayaan dan masih sedikitnya umat Islam kala itu.

Sebelum agama Islam datang, telah menjadi kebiasaan bagi suku-suku Arab untuk menyediakan suatu tempat untuk pertemuan, dan di tempat itu mereka mempertontonkan sihir, mengadakan upacara perkawinan, dan jual beli. Setelah agama Islam datang, Rasulullah bermaksud untuk menyatukan suku-suku bangsa Arab dengan jalan menyediakan suatu tempat pertemuan. Di tempat ini, semua penduduk dapat bertemu untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan atau upacara-upacara lain.

Salah satu tujuan diutusnya para nabi dan rasul adalah agar mereka semua menjadi suri teladan bagi kaumnya masing-masing. Bagi kita umat muslim, Nabi Muhammad Saw adalah role model yang harus kita tiru dalam segala bentuk kehidupan. Karena akhlak beliau yang sungguh luar biasa bagusnya. Kehidupan Rasulullah laksana Al- Qur'an yang berjalan, Rasulullah Saw menjelma menjadi teladan terbaik dalam membangun hubungan sosial, baik dengan istri, anak-anak, kerabat dan masyarakat Islam. Rasulullah saw merupakan suri teladan yang terbaik bagi kita dalam berakhlak mulia. Allah SWT berfirman :

اًريِثَك َ للٱ َرَكَذَو َرِخاَء ْلٱ َمْوَيْلٱَو َ للٱ ۟اوُجْرَي َناَك نَمّل ٌةَنَسَح ٌةَوْسُأ ِ للٱ ِلوُسَر ىِف ْمُكَل َناَك ْدَقلل Artinya: "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah," (Q.S Al-Ahzab : 21)

Dalam pembahasan ini, yang akan dikemukakan dalam perjuangan Rasulullah Saw adalah bahwa beliau merupakan tolak ukur kaum Muslim dalam berbagai perkara dan sebagai petunjuk serta figur sosial di tengah umat manusia.

(7)

2.3 Sebagai Tokoh Sosial

Nabi Muhammad Saw adalah keturunan Bani Hasyim, suatu kabilah yang kurang berkuasa secara politik namun sangat disegani dalam suku Quraisy,Keluarga Bani Hasyim, meskipun tidak berkuasa di kalangan Quraisy, namun memegang jabatan yang sangat dihormati, yakni sebagai pemegang kunci Ka'bah dan penyedia minum bagi jamaah haji yang datang dari berbagai penjuru dunia.

Nabi Muhammad lahir dari keluarga terhormat tersebut. Ayahnya bernama Abdullah bin Abdul Muththalib, seorang kepala suku Quraisy yang besar pengaruhnya .Ibunya adalah Aminah binti Wahab dari Bani Zuhrah. Tahun kelahiran Nabi dikenal dengan nama tahun Gajah (570 M).

Dalam tradisi Arab, sistem penanggalan kalender belum muncul, sehingga waktu waktu penting selalu dikaitkan dengan nama-nama peristiwa. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran sejarah di kalangan masyarakat jahiliyah cukup tinggi.

Dalam fase hidupnya yang masih muda, Muhammad terkenal berbudi pekerti baik, tidak ada suatu kejelekan yang dituduhkan kepadanya, tidak suka minum minum khamar, tidak suka mendatangi tempat-tempat permainan dan perjudian, serta tempat tempat hiburan lain yang biasa digemari oleh bangsa Arab umumnya pada waktu itu.

Nabi Muhammad dihiasi dengan sifat-sifat yang terpuji dan bersih dari sifat-sifat tercela. Beliau terkenal sebagai orang yang berbudi luhur, berkepribadian yang ku dan dapat dipercaya (Al-Amin).

Di kala beliau mencapai usia tiga puluh tahun, saat itu kaum Quraisy memperbaharui Ka'bah. Beliau ikut bekerja dan membawa batu bersama-sama mereka.

Setelah pekerjaan selesai, mereka akan meletakkan Hajar Aswad di tempatnya. Maka terjadilah perselisihan pendapat di antara suku-suku Quraisy tentang siapa yang akan mengangkat Hajar Aswad dan meletakannya di tempatnya.

Perselisihan ini nyaris menimbulkan peperangan di antara mereka. Mujur kemudian, mereka dapat menemukan jalan tengah untuk keluar dari perselisihan yaitu mereka sepakat menyerahkan penyelesaian dari perselisihan ini melalui pintu Syaibah.

Kebetulan Muhammad ketika itu datang. Lalu mereka berseru, "Inilah al Amin. Kami setuju dia menyelesaikan perselisihan ini."

Mereka kemudian menceritakan kepada Muhammad peristiwa yang telah terjadi.

Muhammad berpikir, lalu menghamparkan jubahnya, dan meletakkan Hajar Aswad di atasnya, seraya berkata, "Sekarang, masing-masing kabilah dipersilahkan memegang tepi kain ini, dan angkatlah ke atas." Mereka mengangkat batu itu sampai setentang dengan posisi Hajar Aswad. Kemudian Muhammad mengambil Hajar Aswad tersebut dan meletakkan di tempatnya. Mereka rela dengan penyelesaian semacam ini.

Menjelang usianya keempat puluh, Muhammad sudah terbiasa memisahkan diri dari pergaulan masyarakat dan berkontemplasi di Gua Hira yang terletak beberapa kilometer dari utara Makkah. Di sana, mula-mula beliau berkontemplasi selama enam- jam kemudian berhari-hari. Pada 17 Ramadhan 611 M, Malaikat Jibril muncul

(8)

dihadapannya untuk menyampaikan wahyu Allah yang pertama: Bacalah dengan nama Tuhanmu, yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah Bacalah dan Tuhanmulah Yang Mahamulia. Dia telah mengajarkan dengan pena. Dia telah ngajarkan manusia apa yang tidak mereka ketahui (Qs al-'Alaq [96]: 1-5). Dengan turunnya wahyu pertama itu berarti Muhammad telah dipilih Allah menjadi Nabi.

Setelah Jibril turun pertama kali, Malaikat Jibril tidak datang lagi selama beberapa lama. Pada suatu hari, terdengar oleh beliau bunyi suara dari langit, lalu diangkatnya tepalanya ke atas, maka tampaklah oleh beliau Malaikat Jibril. Melihat pemandangan in, tubuh beliau gemetar. Beliau pulang ke rumahnya dan terus tidur sambil berkata, "Selimutilah aku! Selimutilah aku!" Maka saat diselimuti, datanglah Jibril menyampaikan firman Allah kepada beliau: Hai orang yang berselimut!

Bangunlah dan berilah peringatan! Hendaklah engkau besarkan Tuhanmu, bersihkanlah pakaianmu, jauhilah perbuatan dosa, dan janganlah engkau memberi karena hendak Rendapat balasan yang banyak. Dan hendaklah engkau bersabar karena Tuhanmu. (Qs al-Muddatstsir [73]: 1-7)

Dari rentetan peristiwa yang disebutkan sebelumnya, termasuk kepribadian Muhammad yang diberi julukan al-Amin dan terpilihnya beliau sebagai utusan Tuhan, menandakan bahwa Muhammad bukanlah manusia biasa dan memang sudah dipilih oleh Tuhannya. Allah berfirman, Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para nabi.

Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Qs al-Ahzab [33]: 107)

2.3 Muhammad sebagai Pemimpin Agama

Definisi agama (ad-din, al-millah, dan al-madzhab) menunjukkan secara implisit bahwa dalam keyakinan umat Islam, Nabi Muhammad Saw bukan hanya sekadar pemimpin agama, tetapi sabdanya merupakan agama itu sendiri. Setelah Nabi mendapatkan wahyu dari Allah Swt, beliau menyerukannya kepada seluruh umat manusia agar mereka percaya kepada Allah dan meninggalkan pemujaan kepada berhala. Dakwah yang dilakukan Rasulullah Saw ini terbagi ke dalam tiga fase, yaitu:

fase pertama, kepada perorangan; fase kedua, kepada Bani Abdul Muththalib; dan fase ketiga, kepada khalayak umum.

Dalam fase pertama, Rasulullah Saw menyeru kepada istrinya, Ali, Zaid, dan Abu Bakar. Banyak orang yang masuk Islam dengan perantara Abu Bakar, dan mereka yang disebut proto-umat (cikal-bakal umat) terkenal dengan nama as-Sabiquna al Awwahun, yang berjumlah sekitar empat puluh orang.

Setelah beberapa lama dakwah dilakukan secara individual, turunlah perintah agar Nabi berdakwah secara terang-terangan. Mula-mula, beliau mengundang dan mengajak kerabat karibnya dari Bani Abdul Muththalib. Selanjutnya, beliau menyeru masyarakat umum, dengan mengajak segenap lapisan masyarakat kepada Islam secara terang-terangan, baik golongan bangsawan maupun hamba sahaya.

(9)

Mula-mula, beliau menyeru penduduk Makkah, kemudian menyeru penduduk negeri-negeri lain. Di samping itu, beliau menyeru orang-orang yang datang ke Makkah dari berbagai negeri untuk mengerjakan haji. Jumlah pengikut Nabi yang tadinya hanya belasan orang, makin hari makin bertambah, terutama dari kalang wanita, budak, pekerja, dan orang-orang yang tak punya. Meskipun kebanyakan mereka adalah orang- orang yang lemah, namun semangat mereka sungguh membaja

Demikian pula, kepemimpinan Nabi Muhammad Saw penuh dengan wibawa sehingga membawa kepatuhan dan rasa cinta kepada para sahabatnya serta rasa segan dari para musuhnya. Kepemimpinan Muhammad ditandai dengan keakraban dan penghargaan kepada para sahabatnya dan terbuka terhadap setiap saran dan kritik. Dan Rasulullah adalah teladan dan contoh yang baik bagi sekalian manusia.

Keakraban itu tampak sekali dari sebutan beliau kepada para pengikutnya dengan panggilan "sahabat" tanpa pandang bulu, baik mereka itu miskin maupun kaya bangsawan maupun rakyat biasa, mempunyai latar belakang sebagai hamba sahaya maupun merdeka. Beliau memberikan penghargaan kepada para sahabatnya sesuai dengan kepribadian dan dedikasi mereka. Abu Bakar disebut ash-Shiddiq (seorang yang jujur dan setia kawan), Umar disebut al-Fariq (pemisah antara yang hak dan yang batil), Usman disebut Dzun-Nûrain (pemilik dua cahaya), Ali bin Abi Thalib disebut Babul- Ilm (pintu ilmu pengetahuan), Abu Ubaidah disebut Aminul-Umma (seorang yang dipercaya di antara umat Islam), Khalid bin Walid disebut Saifullk (pedang Allah), Bilal sebagai Mu'adzdzin ar-Rasûl (seorang pengumandang azan Rasulullah), dan Abu Dzar disebut Khalili (kekasihku) oleh Rasulullah.

2.4 Muhammad sebagai Pemimpin Masyarakat

Diakui dalam sejarah bahwa Nabi Muhammad Saw mempunyai pengaruh dalam masyarakat, terutama terhadap para pengikutnya. Beliau berpengaruh di masyarakat karena memiliki kelebihan-kelebihan seperti dijelaskan dalam doktrin agama. Pertama, dalam Al-Quran terdapat perintah agar kita taat kepada Allah dan Rasul-Ny. Kedua, kita diperintahkan untuk mencintai Allah dan Rasul-Nya. Ketiga, kita dilarang bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya. Keempat, Nabi Muhammad adalah teladan yang baik bagi umatnya (uswah hasanah). Kelima, Nabi Muhammad Saw dipercaya oleh masyarakat dan pengikutnya.

Dalam Al-Quran dijelaskan,Qs an-Nisa' [4]: 170

لنِاَف اْوُرُفْكَت ْنِاَوۗ ْمُكلل اًرْيَخ اْوُنِمٰاَف ْمُكّبلر ْنِم ّقَحْلاِب ُلْوُسلرلا ُمُكَءۤاَج ْدَق ُسالنلا اَُهّيَا اًمْيِكَح اًمْيِلَع ُ ٰاا َناَكَو ِۗضْرَ ْلاَو ِت ٰو ٰملسلا ىِف اَم ِ ٰاِل

Artinya:Wahai manusia! Sungguh, telah datang Rasul (Muhammad) kepadamu dengan (membawa) kebenaran dari Tuhanmu, maka berimanlah (kepadanya), itu lebih baik bagimu. Dan jika kamu kafir, (itu tidak merugikan Allah sedikit pun) karena sesungguhnya milik Allah-lah apa yang di langit dan di bumi. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana. Qs an-Nisa' [4]: 170

(10)

Nabi Muhammad Saw yang menumbuhkan rasa kepatuhan dan kecintaan para sahabatnya, menandakan bahwa beliau memiliki kearifan dan kebijaksanaan dalam setiap perbuatan dan permasalahan yang dihadapi dengan sifat terbuka dan toleransi.

Kemampuan beliau sebagai pemimpin umat didukung oleh kecerdasannya (fathanah).

Beliau peka dan tanggap terhadap setiap persoalan dan mmpunyai jangkauan pemikiran yang jauh ke depan.

2.5 Muhammad sebagai Kepala Pemerintahan

Sebagai risalah ketuhanan yang membawa rahmat bagi seluruh alam, Islam telah membangun konsep-konsep kemanusiaan dalam berbagai aspek. Oleh karena itu, Islam menempatkan posisi manusia sebagai khalifah-Nya. Pada tahun pertama sejak masa kerasulannya di Makkah, Nabi Muhammad Saw telah mampu mengumpulkan dan membina para pengikutnya dalam wadah komunitas keagamaan dengan ikatan emosional spiritual yang sangat kuat.

Mereka lalu mereflesikannya dalam ikatan solidaritas sosial baru yang sebelumnya tak pernah mereka jumpai dalam tradisi Arab, yang ketangguhannya melebihi tradisi kesukuan.Agama Islam menghilangkan rasa kesukuan bangsa Arab, sehingga pada perkembangannya, rasa persaudaraan dan kesatuan agama tumbuh subur.

Pembentukan masyarakat baru di tengah-tengah kehidupan masyarakat Makkah berarti pula telah menafikan otoritas kepemimpinan yang kebetulan dipegang oleh tokoh-tokoh Quraisy. Itu karena secara implisit, misi kenabian juga mengandung misi kepemimpinan, bahkan secara eskatologis sebagai kehendak Tuhan yang berusaha mengarahkan seluruh pengikutnya menuju petunjuk kebenaran yang abadi. Sejak masa- masa awal tahun 615 M. telah terlihat secara konkret bahwa Nabi Muhammad Saw telah menjadi pemimpin komunitas baru.

Mereka yang berada di bawah kepemimpinan beliau secara tidak langsung telah membentuk kesadaran kelompok yang terlepas dari berbagai tradisi kelompok Makkah lainnya, apalagi pengakuan terhadap kepemimpinan di luar Nabi Muhammad Saw.

Bangsa Arab sering berperang antara kabilah yang satu dengan yang lainnya. Tidak ada kesatuan nasional di antara mereka, ditambah lagi dengan belenggu fanatisme kesukuan

Setelah Nabi hijrah ke Madinah, di sanalah pembentukan masyarakat baru dengan dasar-dasar keislaman bermula. Ada tiga hal pokok yang dilakukan oleh Nabi di Madinah. Pertama, membangun masjid. Sebelum mendirikan bangunan-bangunan yang lain, maka hal pertama yang beliau lakukan adalah membangun masjid dalam rangka menyatukan umat. Masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat shalat, tetapi juga dijadikan tempat untuk mengajarkan agama, tempat memecahkan persoalan bersama, dan tempat pembinaan umat Islam sebagai suatu bangsa.

Kedua, mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar. Sahabat Muhajirin yang jauh dari sanak keluarga dan meninggalkan kampung halaman serta harta

(11)

kekayaan dipererat oleh Muhammad dengan mempersaudarakan mereka dengan kaum Anshar seperti sekandung dalam hukum Islam.

Ketiga, mengikat perjanjian tolong-menolong antara sesama kaum Muslim dan non-Muslim. Isi perjanjian itu antara lain:

(1) kaum Yahudi hidup berdampingan dengan kaum Muslim dan masing- masing bebas memeluk dan melaksanakan agamanya; (2) kaum Yahudi dan kaum Muslim wajib bahu-membahu dalam menghadapi lawan yang menyerang mereka; (3) kaum Muslim dan Yahudi saling menolong dalam melaksanakan kewajiban; dan (4) Kota Madinah wajib dihormati oleh mereka yang terikat dengan perjanjian tersebut.

Keempat, meletakkan dasar-dasar politik, ekonomi, dan sosial. Dalam periode ini, turun wahyu yang berkaitan dengan pembinaan masyarakat Islam. Dalam bidang politik, diwajibkan musyawarah (syúrá), dalam bidang kekayaan ada hak sosial yang harus dikeluarkan, dalam bidang transaksi perniagaan tidak ada unsur penipuan atau paksaan, dan dalam hidup bermasyarakat harus tolong-menolong dalam kebaikan.

Sebagai kepala negara, Nabi Muhammad Saw membangun kekuatan dengan cara mempersatukan umat, menghapus perbedaan kasta, menyeimbangkan perekonomian, menegakkan keadilan, membentuk angkatan perang, membagikan rampasan perang dan melakukan ekspansi daerah. Non-muslim yang tunduk pada aturan Islam, mereka diberi kelayakan untuk hidup bersama, bahkan Nabi dijadikan tumpuan untuk diminta pendapat dan memberikan kebijakan bagi non-muslim yang menuntut hak dan keadilan.

Pasca Nabi Muhammad Saw hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad Saw resmi menjadi pemimpin penduduk kota itu. Babak baru dalam sejarah islam pun dimulai.

Berbeda dengan periode Makkah, pada periode Madinah, islam, merupakan kekuatan politik. Ajaran islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala negara. Dengan kata lain, dalam diri nabi terkumpul dua kekuasaan, kekuasaan spiritual dan kekuasaan duniawi. Kedudukanya sebagai rasul secara otomatis merupakan kepala negara.

Dalam rangka pembentukan masyarakat baru dengan dasar-dasar keislaman bermula.

Ada empat hal pokok yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw di Madinah yaitu : 1. Pembangunan masjid

Selain untuk tempat shalat, juga sebagai sarana penting untuk mempersatukan kaum Muslimin, mengajarkan agama, tempat memecahkan persoalan bersama, dan tempat pembinaan umat Islam sebagai suatu bangsa.

(12)

2. Ukhuwwah Islamiyyah

Nabi mempersaudarakan golongan Muhajirin dan Anshar, Sahabat Muhajirin yang jauh dari sanak keluarga dan meninggalkan kampung halaman serta harta kekayaan dipererat oleh Nabi Muhammad Saw dengan mempersaudarakan mereka dengan kaum Anshar seperti saudara sekandung dalam hukum Islam.

3. Mengikat perjanjian tolong-menolong antara sesama kaum Muslim dan non- muslim.

Isi perjanjian itu antara lain: (1) kaum Yahudi hidup berdampingan dengan kaum Muslim dan masing-masing bebas memeluk dan melaksanakan agamanya.

(2) kaum Yahudi dan kaum Muslim wajib bahu-membahu dalam menghadapi lawan yang menyerang mereka. (3) kaum Muslim dan Yahudi saling menolong dalam melaksanakan kewajiban, dan (4) Kota Madinah wajib dihormati oleh mereka yang terikat dengan perjanjian tersebut

4. Meletakkan dasar-dasar politik, ekonomi, dan sosial.

Dalam periode ini, turun wahyu yang berkaitan dengan pembinaan masyarakat Islam. Dalam bidang politik, diwajibkan musyawarah (syûra), dalam bidang kekayaan ada hak sosial yang harus dikeluarkan, dalam bidang transaksi perniagaan tidak ada unsur penipuan atau paksaan, dan dalam hidup bermasyarakat harus tolong-menolong dalam kebaikan.

Dalam praktiknya, Nabi Muhammad saw. menjalankan pemerintahan yang tidak terpusat di tangan beliau. Untuk mengambil keputusan satu keputusan politik, misalnya, dalam beberapa kasus Nabi melakukan konsultasi dengan pemuka-pemuka masyarakat.

Ada empat cara yang ditempuh Nabi dalam mengambil keputusan. Pertama, mengadakan musyawarah dengan sahabat senior; kedua, meminta pertimbangan kalangan profesional; ketiga, melemparkan masalah-masalah tertentu yang biasanya berdampak luas bagi masyarakat ke dalam forum yang lebih luas; dan keempat, mengambil keputusan sendiri.

Kepemimpinan Nabi Muhammad saw berjalan di atas nilai-nilai Islam yang berhasil menanamkan keimanan, ketakwaan, kesetiaan dan semangat juang untuk membela kebenaran dan mempertahankan hak selain beroleh bantuan Allah swt.

Pada titik ini memang layak dimunculkan pertanyaan di mana letak kunci kesuksesan kepemimpinan Nabi Muhammad saw.. Selain memang mendapat petunjuk, bantuan dan perlindungan Allah swt. Ada beberapa kunci yang dapat diteladani oleh umatnya, yaitu:

1. Karakter Nabi yang tangguh, ulet, sederhana, dan bersemangat

(13)

2. Sistem dakwah yang menggunakan metode imbauan yang diwarnai dengan hikmah kebijaksanaan.

3. Tujuan perjuangan Nabi yang jelas menuju ke arah menegakkan keadilan dan kebenaran serta menghancurkan yang batil, tanpa pamrih kepada harta, kekuasaan dan kemuliaan duniawi.

4. Prinsip persamaan.

5. Prinsip kebersamaan.

6. Mendahulukan kepentingan dan keselamatan pengikut.

7. Memberikan kebebasan berkreasi dan berpendapat.

8. Tipe kepemimpinan karismatis dan demokratis.

Keberhasilan Nabi Muhammad saw dalam memimpin umat dikarenakan tingkah laku beliau yang selalu berdasarkan Al-Quran dan ditunjang beberapa sifat yang melekat padanya. Adapun sifat utama yang melekat pada diri pribadinya yaitu:

1. Bentuk tubuh yang sempurna.

2. Perkataan yang fasih dan lancar.

3. Kecerdasan akal yang sempurna.

4. Ketabahan dan keberanian.

5. Tidak terpengaruh oleh duniawi.

2.5 Kekayaan Rasulullah Saw

Sebagai manusia yang sempurna, Rasulullah Saw memiliki keluarga besar dan juga harta benda yang mencukupi untuk memenuhi berbagai keperluannya. Beliau dan keluarganya tidak makan dari hasil zakat atau sedekah orang lain, yang berarti hal tersebut menandakan bahwa harta benda beliau sudah mencukupi segala keperluannya Beliau mendapatkan harta benda dari hasil usaha tangannya sendiri ketika masih muda sebagai pedagang.

Harta benda beliau kebanyakan didapat dari hasil rampasan perang ketika beliau bersama sahabat melakukan peperangan, atau juga beberapa dari hasil hadiah yang beliau peroleh dari kepala-kepala suku atau raja-raja sekitar Jazirah Arab, seperti Raja Mukaukis dari Mesir.

Dalam catatan Sirah Nabawiyah pada kitab Nür al-Abshar fi Manägib Ali an Nabi al-Mukhtar, yang bersumber dari kitab Usud al-Ghâbah karangan Ibn Atsir dinyatakan bahwa hal berikut ini termasuk harta kekayaan (mål) beliau. Antara lain

Muhammad Saw memiliki tujuh ekor kuda yang bahkan lebih untuk keperluan bagai transportasi lintas wilayah, enam ekor bighal (keledai) untuk kendaraan yang a digunakan di dalam kota Madinah, yang salah satunya dinamai Syuhba atau pull (hadiah dari Raja Mukaukis).

(14)

Keledai tersebut berumur cukup panjang hingga diwarisi dan digunakan oleh para khalifah seperti Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Hasan dan Husain, hingga Muhammad bin Hanafiyah (putra Ali bin Abi Thalib dengan istrinya selain Fatimah).

Nabi Muhammad Saw juga memiliki dua himar yang dinamai Ya für dan ufair, tiga ekor unta yang diberi nama al-Quswa, al-Jad'a dan al- Udba. Sepeninggal beliau, unta- unta tersebut juga merasa sedih, bahkan mereka tidak mau makan hingga tiganya ikut mati.

Selain itu, Nabi juga memiliki 107 ekor kambing dan beberapa kambing jenis enggala (syat) yang dinamai ghautsah atau ghaitsah yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan susu segar bagi keluarga besarnya. Demikian pula, beliau juga memelihara seekor ayam jantan warna putih yang dipelihara di samping rumahnya. Di samping itu, koleksi pedang beliau ada lima buah, yaitu al-Ghashb, ar-Rusub, al-Bitar, a-Hanaf, dan Dzul-fiqar. Pedang Dzul-fiqar adalah hadiah dari Abu Dujanah dan memiliki keistimewaan tersendiri, karena besinya berasal dari dalam tanah Ka'bah, dan Nabi tidak pernah melepaskan pedang ini selama perang berlangsung.

Lebih jauh, Rasulullah sebagai pembawa rahmat dan kasih sayang bagi semua persoalan umat manusia dan seluruh alam semesta, ajarannya mengandung asas perlindungan kemerdekaan bagi setiap individu dan menjaga persamaan setiap orang dalam menjalankan kehidupan. Aktualisasi agama pada kehidupan sosial memberikan perubahan dari berbagai penyimpangan pada masa itu. Rasulullah merupakan tokoh yang dapat memberikan pengayoman dan perlindungan dari berbagai permasalahan, sehingga segala permasalahan dikembalikan kepada beliau.

Atas dasar fakta di atas, dapat disimpulkan bahwa Rasulullah adalah seorang figur bagi umat manusia dalam hal-hal berikut:

1. Kenabian beliau mengandung misi kepemimpinan, bahkan secara eskatologis sebagai kehendak Tuhan yang berusaha mengarahkan seluruh pengikutnya menuju petunjuk kebenaran yang abadi. Dalam keyakinan umat Islam, Nabi Muhammad Saw bukan sekadar pemimpin agama, tetapi sabdanya merupakan ajaran agama.

2. Mampu mengumpulkan dan membina para pengikutnya dalam wadah komunitas keagamaan dengan ikatan emosional spiritual yang sangat kuat. Mereka mereflesikannya dalam ikatan solidaritas sosial baru yang sebelumnya tak pernah mereka jumpai dalam tradisi Arab.

3. Nabi Muhammad Saw yang mampu menumbuhkan rasa kepatuhan dan kecintaan para sahabatnya,menandakan kearifan dan kebijaksanaan beliau dalam setiap perbuatan dan permasalahan yang dihadapi dengan sifat terbuka dan toleransi. Kepemimpinan Muhammad ditandai dengan rasa keakraba dan penghargaan kepada para sahabatnya dan terbuka terhadap setiap saran dan kritik.

(15)

4. Sebagai manusia yang berkeluarga dan bermasyarakat, Nabi Muhammad Saw memiliki sejumlah harta benda untuk menopang kehidupan keluarganya. Nabi tidak pernah meminta-minta, apalagi makan dari zakat, atau sedekah umatnya.

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Nabi Muhammad SAW terkenal berbudi pekerti baik, tidak ada suatu kejelekan yang dituduhkan kepadanya, tidak suka minum minum khamar, tidak suka mendatangi tempat-tempat permainan dan perjudian, serta tempat tempat hiburan lain yang biasa digemari oleh bangsa Arab umumnya pada waktu itu. Nabi Muhammad dihiasi dengan sifat-sifat yang terpuji dan bersih dari sifat-sifat tercela. Beliau terkenal sebagai orang yang berbudi luhur, berkepribadian yang ku dan dapat dipercaya (Al-Amin).Demikian pula, kepemimpinan Nabi Muhammad Saw penuh dengan wibawa sehingga membawa kepatuhan dan rasa cinta kepada para sahabatnya serta rasa segan dari para musuhnya.

Kepemimpinan Muhammad ditandai dengan keakraban dan penghargaan kepada para sahabatnya dan terbuka terhadap setiap saran dan kritik. Dan Rasulullah adalah teladan dan contoh yang baik bagi sekalian manusia.

(16)

DAFTAR PUSTAKA Thohir, Ajid. 2014. Sirah Nabawiyah. Bandung: Penerbit Marja

Rahayu, Ike Stia. 2017. Konsep Cinta Kepada Rasullullah SAW Sebagai Suri Tauladan Terhadap Pembentukan Kepribadian Anak Dalam Perspektif Islam. Palembang

https://journal.unhas.ac.id/index.php/kritis/article/view/10/10

https://www.republika.co.id/berita/q0ph47313/muhammad-saw-tokoh-berpengaruh- sepanjang-sejarah-manusia

Referensi

Dokumen terkait

) ةراهم ةيقرل ماك ذيماتلا لصفلا لا رشاع قوفتما ةيبرعلا ةغللا ميلعت ةسردم عب م ن اصلا وس ج م ي ج را ك كيسر ،ةيميلعتلا لئاسولا عاونأ مدختست ةسرد ا ذ ي

أ.. .ةيداما ة يبلا و ةيعامتجاا ة يبلا عم فيكتلا ىلع سا لا ةيجوت ةيصخش 7 ضعبلاقفو ءارأا ، ّنإف ّنا جات تسا نكم ه ّشلا ّيصخ ّسلا نم طم ي ة ّلا كول ل يجذ وم و

ديوجتلا سرد نع باطلا جئاتن عفت ل يملعلا ثحبلا اذ يجري ةيبرعلا ةغللا ةءارقلا ةراهم... و ثحبلا ريرقت ةباتك ميظنت ي ك ،باوبأ ةس

قوــــقح 93 ددعلا ىقتلم في كرا��ش�����ت ةيعملجا 3ص نم ة��يا��م��لحا ما��ظ��ن ةش�قانم .ءاذيإلا 9ص 5ص ةيملاش�إلا ةئيهلل ةيذيفنتلا ةنجللا 4ص بتكم روز��������ت م��ي��ل��ع��ت��ل��ل

شرو دقع تم كراملجا يبوسنلم تاردقلا ءانب راطإ يفو ةصالخاو ةيموكلحا تاهلجا ضعب اهيف كراشت لمع يراجتلا ش��غ��لا ة��ح��فا��ك��م عو��ضو��بم ة��قلا��ع م��ه��ل ن��مم ماهمو فده حيضوت يف ريبكلا

ىراحض�لا في ،نا��ك��م ل��ك في دو��جو��م يجولويبلا عو��ن��ت��لاو ددع فرعي د��حأا لو ،تاباغلاو تايرحبلاو راهنألاو تاطيحلماو هذهل تاريدقتلا تحوارت دقف ،ض�رألا ىلع ةيلحا تانئاكلا عاونأا وه

97 1390 رویرهش و دادرم ،46 ةرامش ،مجنپ لاس ،مود ةرود نب دع�س تاجردلا رئاصب ر�صتخم ة�يثیدحلا ة�عومجملا رد هدنز یلماع یلح ناميلس نب ن�سح ،یرعشا للهدبع ةماعلا ةبتکم ،م�ق ،رفظم حلاص

َهاللّٰ َّنِاۗ َ هاللّٰ اوُقَّتا َو ٍۚ دَغِل تَمَّدَق اَّم س فَن رُظ نَت ل َو َ هاللّٰ اوُقَّتا اوُنَمٰا َن يِذَّلا اَه يَآٰٰي َن وُلَم عَت اَمِبۢ ر يِبَخ Artinya : Hai orang-orang