• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah yang berjudul “Rheumatoid Arthritis”

N/A
N/A
maku sasake

Academic year: 2023

Membagikan "Makalah yang berjudul “Rheumatoid Arthritis”"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Rheumatoid Arthritis” ini dengan sebaik baiknya. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sistem Muskuloskeletal.

Makalah ini terselesaikan atas bantuan berbagai pihak, oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ns. Ratumas Ratih Puspita, M.Kep selaku Dosen Sistem Muskuloskeletal yang memberikan motivasi, bimbingan, serta arahan.

2. Teman-teman yang telah membantu penyusunan makalah ini.

Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan.

Tangerang, 23 Oktober 2017 Penyusun

(2)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... ii

BAB I PENDAHULUAN... 3

A. Latar Belakang... 3

B. Rumusan Masalah... 4

C. Tujuan Penulisan... 4

D. Manfaat Penulisan... 4

BAB II PEMBAHASAN... 5

A. Anatomi Fisiologi Tulang Belakang... 5

B. Definisi... 8

C. Klasifikasi... 10

D. Etiologi... 11

E. Patofisiologi... 11

F. Tanda & Gejala... 13

G. Komplikasi... 14

H. Pemeriksaan Diagnostik... 15

I. Penatalaksanaan Medis... 16

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN... 18

A. Pengkajian ... 18

B. Diagnosa... 20

C. Intervensi... 20

BAB IV PENUTUP... 26

A. Kesimpulan... 26

B. Saran ... 26

(3)

DAFTAR PUSTAKA... 27

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis yang menyebabkan nyeri, kekakuan, pembengkakan dan keterbatasan gerak serta fungsi dari banyak sendi. Rheumatoid arthritis dapat mempengaruhi sendi apapun, sendi-sendi kecil di tangan dan kaki cenderung paling sering terlibat. Pada rheumatoid arthritis kekakuan terburuk paling sering di pagi hari. Hal ini dapat berlangsung satu sampai dua jam atau bahkan sepanjang hari. Kekakuan untuk waktu yang lama di pagi hari tersebut merupakan petunjuk bahwa seseorang mungkin memiliki rheumatoid arthritis, karena sedikit penyakit arthritis lainnya berperilaku seperti ini. Misalnya, osteoarthritis paling sering tidak menyebabkan kekakuan pagi yang berkepanjangan (American College of Rheumatology, 2012).

Penyakit arthritis bukan penyakit yang mendapat sorotan seperti penyakit hipertensi, diabetes atau AIDS, namun penyakit ini menjadi masalah kesehatan yang cukup mengganggu dan terjadi dimana-mana. Rheumatoid arthritis adalah bentuk paling umum dari arthritis autoimun, yang mempengaruhi lebih dari 1,3 juta orang Amerika.

Dari jumlah tersebut, sekitar 75% adalah perempuan. Bahkan, 1-3% wanita mungkin mengalami rheumatoid arthritis dalam hidupnya. Penyakit ini paling sering dimulai antara dekade keempat dan keenam dari kehidupan. Namun, rheumatoid arthritis dapat mulai pada usia berapa pun (American College of Rheumatology, 2012).

Gangguan yang terjadi pada pasien rheumatoid arthritis lebih besar kemungkinannya untuk terjadi pada suatu waktu tertentu dalam kehidupan pasien.

Kebanyakan penyakit rheumatoid arthritis berlangsung kronis yaitu sembuh dan kambuh kembali secara berulang-ulang sehingga menyebabkan kerusakan sendi secara menetap.

Rheumatoid arthritis dapat mengancam jiwa pasien atau hanya menimbulkan gangguan kenyamanan. Masalah yang disebabkan oleh penyakit rheumatoid arthritis tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas dan aktivitas hidup sehari-hari tetapi juga efek sistemik yang tidak jelas yang dapat menimbulkan kegagalan organ.

Rheumatoid arthritis dapat mengakibatkan masalah seperti rasa nyeri, keadaan mudah

(5)

lelah, perubahan citra diri serta gangguan tidur. Dengan demikian hal yang paling buruk pada penderita rheumatoid arthritis adalah pengaruh negatifnya terhadap kualitas hidup.

Bahkan kasus rheumatoid arthritis yang tidak begitu parah pun dapat mengurangi bahkan menghilangkan kemampuan seseorang untuk produktif dan melakukan kegiatan fungsional sepenuhnya. Rheumatoid arthritis dapat mengakibatkan tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari seutuhnya (Gordon et al., 2002).

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud denganrheumatoid arthritis?

2. Bagaimanakah konsep teori rheumatoid arthritis?

3. Bagaimanakah konsep proses keperawatan pada rheumatoid arthritis?

C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum

Menjelaskan konsep dan proses keperawatan pada rheumatoid arthritis 2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa memahami apa itu rheumatoid arthritis b. Mahasiswa mengetahui penyebab rheumatoid arthritis c. Mahasiswa mengetahui patofisiologi rheumatoid arthritis d. Mahasiswa mengetahui tanda dan gejala rheumatoid arthritis e. Mahasiswa mengetahui komplikasi rheumatoid arthritis

f. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan dan penatalaksanaan rheumatoid arthritis g. Mahasiswa mampu memahami proses keperawatan pada rheumatoid arthritis D. Manfaat Penulisan

(6)

1. Mahasiswa memahami konsep dan proses keperawatan pada klien dengan penyakit rheumatoid arthritis sehingga menunjang pembelajaran mata kuliah Sistem Muskuloskeletal.

2. Mahasiswa mengetahui proses keperawatan yang benar sehingga dapat menjadi bekal dalam persiapan praktek di rumah sakit.

BAB II PEMBAHASAN

A. Anatomi Fisiologi

Muskuloskeletal terdiri dari tulang, otot, kartilago, ligament, tendon, fasia, bursae dan persendian.

1. Tulang

Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada bagian intra-seluler. Tulang berasal dari embryonic hyaline cartilage yang mana melalui proses “osteogenesis” menjadi tulang.

Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut Osteoblast. Proses mengerasnya tulang akibat menimbunya garam kalsium.

Fungsi tulang adalah sebagai berikut :

a. Mendukung jaringan tubuh dan menbuntuk tubuh.

b. Melindungi organ tubuh (jantung, otak, paru-paru) dan jaringan lunak.

c. Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan pergerakan )

d. Membuat sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang (hema topoiesis).

e. Menyimpan garam-garam mineral. Misalnya kalsium, fosfor.

(7)

Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan bentuknya :

a. Tulang panjang (femur, humerus ) terdiri dari satu batang dan dua epifisis.

Batang dibentuk oleh jaringan tulang yang padat.epifisis dibentuk oleh spongi bone (Cacellous atau trabecular )

b. Tulang pendek (carpalas) bentuknya tidak teratur dan cancellous (spongy) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.

c. Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri dari dua lapisan tulang padat dengan lapisan luar adalah tulang cancellous.

d. Tulang yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang pendek.

e. Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang berdekatan dengan persendian dan didukung oleh tendon danjaringan fasial,missal patella (kap lutut)

2. Otot

Otot dibagi dalam tiga kelompok, dengan fungsi utama untuk kontraksi dan untuk menghasilkan pergerakan dari bagian tubuh atau seluruh tubuh. Kelompok otot terdiri dari :

a. Otot rangka (otot lurik) didapatkan pada system skeletal dan berfungsi untuk memberikan pengontrolan pergerakan, mempertahankan sikap dan menghasilkan panas.

b. Otot Viseral (otot polos) didapatkan pada saluran pencernaan, saluran perkemihan dan pembuluh darah. Dipengaruhi oleh sisten saraf otonom dan kontraksinya tidak dibawah control keinginan.

c. Otot jantung didapatkan hanya pada jantung dan kontraksinya tidak dibawah control keinginan.

3. Kartilago

Kartilago terdiri dari serat-serat yang dilakukan pada gelatin yang kuat. Kartilago

(8)

dengan proses difusi melalui gelatin dari kapiler-kapiler yang berada di perichondrium (fibros yang menutupi kartilago) atau sejumlah serat-serat kolagen didapatkan pada kartilago.

4. Ligament

Ligament adalah sekumpulan dari jaringan fibros yang tebal dimana merupakan ahir dari suatu otot dan dan berfungsi mengikat suatu tulang.

5. Tendon

Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibrous yang membungkus setiap otot dan berkaitan dengan periosteum jaringan penyambung yang mengelilingi tendon tertentu, khususnya pada pergelangan tangan dan tumit. Pembungkus ini dibatasi oleh membrane synofial yang memberikan lumbrikasi untuk memudahkan pergerakan tendon.

6. Fasia

Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar yang didapatkan langsung dibawah kulit sebagai fasia supervisial atau sebagai pembungkus tebal, jaringan penyambung yang membungkus fibrous yang membungkus otot, saraf dan pembuluh darah.bagian ahair diketahui sebagai fasia dalam.

7. Bursae

Bursae adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung dari suatu tempat, dimana digunakan diatas bagian yang bergerak, misalnya terjadi pada kulit dan tulang, antara tendon dan tulang antara otot. Bursae bertindak sebagai penampang antara bagian yang bergerak sepaerti pada olecranon bursae, terletak antara presesus dan kulit.

8. Persendian

Pergerakan tidak akan mungkin terjadi bila kelenturan dalam rangka tulang tidak ada. Kelenturan dimungkinkan karena adanya persendian, tatu letah dimana tulang berada bersama-sama. Bentuk dari persendian akan ditetapkan berdasarkan jumlah dan tipe pergerakan yang memungkinkan dan klasifikasi didasarkan pada jumlah pergerakan yang dilakukan. Berdasarkan klasifikasinya terdapat 3 kelas utama persendian yaitu:

(9)

a. Sendi synarthroses (sendi yang tidak bergerak)

b. Sendi amphiartroses (sendi yang sedikit pergerakannya)

c. Sendi diarthoses (sendi yang banyak pergerakannya) Perubahan fisiologis pada proses menjadi tua ada jangka periode waktu tertentu dimana individu paling mudah mengalami perubahan musculoskeletal. Perubahan ini terjadi pada masa kanak-kanak atau remaja karena pertumbuhan atau perkembangan yang cepat atau timbulnya terjadi pada usia tua. Perubahan struktur system muskuloskeletal dan fungsinya sangat bervariasi diantara individu selama proses menjadi tua.

Perubahan yang terjadi pada proses menjadi tua merupakan suatu kelanjutan dari kemunduran yang dimulai dari usia pertengahan. Jumlah total dari sel-sel bertumbuh berkurang akibat perubahan jaringan prnyambung, penurunan pada jumlah dan elasitas dari jaringan subkutan dan hilangnya serat otot, tonus dan kekuatan. Perubahan fisiologis yang umum adalah:

d. Adanya penurunan yang umum pada tinggi badan sekitar 6-10 cm. pada maturasi usia tua.

e. Lebar bahu menurun.

f. Fleksi terjadi pada lutut dan pangkal paha

B. Definisi Rheumatoid Arthritis

Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. (Kapita Selekta Kedokteran, 2001 : hal 536)

Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang tidak diketahui penyebabnya, dikarakteristikan oleh kerusakan dan proliferasi membran sinovial, yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan deformitas.

(Doenges, E Marilynn, 2000 : hal 859)

Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris.

(Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165)

(10)

Rheumatoid arthritis (RA) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan. (Diane C. Baughman, 2000)

Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001)

Rheumatoid arthritis adalah penyalit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya dikarakteristikkan dengan reaksi inflamasi dalam membrane synovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut (Susan Martin, 2003)

Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. (Arif Mansjour. 2005 )

Reumatoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2006)

Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2006)

Reumatik adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri dan kemerahan pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya (Adellia, 2011)

(11)
(12)

C. Klasifikasi

Klasifikasi Berdasarkan Gejalanya :

1. Kelas I : Masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari dan aktivitas olahraga.

2. Kelas II : Masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari tapi mulai terbatas dan kesulitan melakukan olahraga.

3. Kelas III : Aktivitas sehari-hari sudah mulai terganggu.

4. Kelas IV : Aktivitas sehari-hari sudah sangat terbatas, apalagi aktivitas fisik lainnya.

Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu : 1. Reumatoid Arthritis Klasik

Pada tipe ini terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.

2. Reumatoid Arthritis Defisit

Pada tipe ini terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.

(13)

3. Probable Reumatoid Arthritis

Pada tipe ini terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.

4. Possible Reumatoid Arthritis

Pada tipe ini terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.

D. Etiologi

Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :

a. Mekanisme imun ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IG g dan faktor Rematoid (RF)

b. Gangguan Metabolisme c. Genetik

d. Faktor lain, seperti pekerjaan

E. Patofisiologi

Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi synovial seperti edema, kongesti vascular, eksudat fibrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan menyebabkan synovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada pesendian ini granulasi membentuk pannus atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria, jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikular, kartilago menjadi nekrosis.

(14)

Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luasmaka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligament menjadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebabkan osteoporosis setempat.

Secara singkat dapat dikatakan reaksi autoimun dalam jaringan sinovial yang melakukan proses fagositosis yang menghasilkan enzim-enzim dalam sendi untuk memcah kolagen sehingga terjadi edema proliferasi membran synovial dan akhirnya membentuk pannus. Pannus tersebut akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang sehingga akan berakibat menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi.

Pada penyakit Rematoid Artritis terdapat 3 stadium yaitu : a. Stadium Sinovisis

Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun saat bergerak, bengkak dan kekakuan.

b. Stadium Destruksi

Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.

c. Stadium Deformitas

Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan gangguan fungsi secara menetap.

(15)

PATHWAY

Reaksi faktor rheumatoid (RF) dg antibodi, faktor metabolic, genetik, pekerjaan

Nyeri Reaksi peradangan

Synovial menebal

Pannus Nodul Deformitas sendi Gangguan citra tubuh Infiltrasi ke dalam os. Subcondria Hambatan nutrisi pada kartilago artikularis

Kerusakan kartilago & tulang Kartilago nekrosis

Tendon & ligamen melemah Erosi kartilago

Mudah luksasi & subluksasi Adhesi pada permukaan sendi

Hilangnya kekuatan otot Ankilosis fibrosa Ankilosis tulang

Resiko cedera Kekakuan sendi Terbatasnya gerakan sendi Gangguan mobilitas fisik Defisit perawatan diri

F. Tanda dan Gejala

Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :

(16)

1. Nyeri persendian 2. Bengkak

3. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari 4. Terbatasnya pergerakan

5. Sendi-sendi terasa panas 6. Demam (pireksia) 7. Anemia

8. Deformitas sendi 9. Kekuatan berkurang

10.Tampak warna kemerahan di sekitar sendi

Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti : 1. Gerakan menjadi terbatas

2. Adanya nyeri tekan

3. Deformitas bertambah pembengkakan 4. Kelemahan

5. Depresi

G. Komplikasi 1. Osteoporosis

Pada penyakit RA menyebabkan erosi atau pengikisan kartilago sehingga dapat menyebabkan osteoporosis.

2. Osteoarthritis

(17)

Akibat gangguan autoimun dimana imun tubuh menyerang sel-sel yang sehat menyebabkan peradangan serta kerusakan tendon dan tulang yang mengakibatkan terjadinya osteoarthritis.

3. Serangan jantung

Akibat peradangan tubuh menimbulkan adanya tumpukan cairan di sekitar jantung (pericardia effusion), hal ini dapat merusak otot jantung, katup jantung, dan pembuluh-pembuluh darah di jantung yang akhirnya menyebabkan serangan jantung.

4. Fibrosis paru

Fibrosis paru adalah munculnya jaringan parut pada paru-paru yang menyebabkan kerusakan dan terganggunya fungsi paru-paru.

Karena RA adalah inflamasi kronis maka dapat mempengaruhi seluruh tubuh termasuk paru-paru. Peradangan yang terjadi menimbulkan jaringan parut atau bekas luka, maka terjadi fibrosis paru.

5. Anemia

Respon autoimun menyebabkan peradangan pada sendi dan jaringan lain.

Peradangan menyebabkan pelepasan protein (IL-6) berlebihan akibatnya menghalangi pelepasan zat besi. Peradangan juga mempengaruhi produksi erythropoietin, hormon yang mengontrol produksi sel darah merah.

Obat Non-Steroid seperti acetaminophen, naproxen, dan ibuprofen yang dikonsumsi penderita RA juga dapat menyebabkan perdarahan ulkus di perut atau slauran pencernaan, akibatnya akan terjadi kehilangan darah yang menyebabkan anemia.

6. Ginjal & saluran pencernaan juga dapat menjadi korban akibat obat-obatan anti inflamasi yang dikonsumsi penderita.

7. Rheumatoid nodule

(18)

Terbentuk nodul-nodul kecil di bawah kulit pada sekitar sendi, warnanya gelap yang terbentuk akibat perdarahan di bawah kulit yang pembuluh darahnya rusak akibat RA.

8. Syndrome felty (Radang limpa)

Radang limpa dapat menyebabkan penurunan sel darah putih sehingga meningkatkan resiko terkena infeksi.

9. Sindrom sjogren

Sindrom ini merupakan kelainan autoimun dimana sel imun akan menyerang dan menghancurkan kelenjar eksokrin yang bertugas untuk memproduksi air mata dan air liur, akibatnya mata dan mulut menjadi kering. Gejala tersebut bisa menimbulkan penyakit mata skleritis.

10.Nekrosis

Peradangan pada pembuluh darah (vaskulitis) dapat membatasi suplai darah ke jaringan sekitarnya sehingga dapat menyebabkan kematian jaringan yang disebut nekrosis.

H. Pemeriksaan Diagnostik 1. Pencitraan

a. Rontgen dengan sinar XMembantu sebagai tes awal dan berguna dalam tahap selanjutnya untuk memantau bagaimana penyakit berkembang.

b. USG (Ultrasonography)

c. MRI (Magnetic Resonance Imaging) 2. Pemeriksaan Imunologi

Tes ini memeriksa antibodi tertentu termasuk Anti-Cyclic Antibody Citrullinated Peptida (ACPA), faktor rheumatoid (RF), dan Antibody Antinuclear (ANA) yang ada pada sebagian besar penderita RA. RF yang tinggi dapat menunjukkan bentuk yang lebih agresif dari penyakit.

(19)

3. Pemeriksaan Darah Kecepatan Sedimentasi

a. ESR (Erythrocyte Sedimentation Rate)Tingkat sedimentasi eritrosit mengukur seberapa cepat sel-sel darah merah jatuh ke dasar tabung reaksi. Biasanya semakin tinggi sedimentasi, semakin banyak peradangan yang terjadi di dalam tubuh.

b. CRP (C-Reaktif Protein)CRP adalah suatu protein yang dihasilkan oleh hati terutama saat terjadi infeksi atau inflamasi di dalam tubuh. Jika CRP tinggi, menunjukkan tingkat peradangan tinggi juga.

4. Arthrocentesis (Aspirasi Cairan Sinovial)

Sebuah prosedur aspirasi sendi yang dilakukan untuk mendapatkan cairan sendi untuk diuji di laboratorium yang kemudian dianalisis untuk mendeteksi penyebab pembengkakan sendi. Mengambil cairan sendi juga dapat membantu meringankan sendi.

I. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan medik pada pasien RA diantaranya :

1. Istirahat : karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat

2. Latihan fisik : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang, ini bertujuan untuk mempertahankan fungsi sendi pasien. Seperti berjalan, senam, berenang, bersepeda, dilakukan 3-4 kali seminggu, lamanya 20-40 menit, disesuaikan dengan kemampuan fisik dan keadaan penyakitnya.

3. Olahraga : Yoga, pilates, aerobic, tai chi.

4. Termoterapi

Termoterapi adalah penggunaan panas untuk meringankan penyakit, yang mencakup pemanasan dengan cahaya (sinar inframerah) atau alat pemanas konduktif

(20)

seperti : bantalan pemanas, botol air panas, krim atau lotion pemanas, terapi mandi, mandi parafin, dan sauna.

5. Pemberian Obat-obatan :

a. Anti Inflamasi non steroid (NSAID) contoh : aspirin yang diberikan pada dosis yang telah ditentukan.

b. Obat-obat untuk Reumatoid Artitis :

‐ Acetyl salicylic acid, Cholyn salicylate (Analgetik, Antipyretik, Anty Inflamatory)

‐ Indomethacin/Indocin(Analgetik, Anti Inflamatori)

‐ Ibufropen/motrin (Analgetik, Anti Inflamatori)

‐ Tolmetin sodium/Tolectin(Analgetik Anti Inflamatori)

‐ Naproxsen/naprosin (Analgetik, Anti Inflamatori)

‐ Sulindac/Clinoril (Analgetik, Anti Inflamatori)

‐ Piroxicam/Feldene (Analgetik, Anti Inflamatori)

6. Pembedahan menjadi pilihan apabila pemberian obat-obatan tidak berhasil mencegah dan memperlambat kerusakan sendi. Pembedahan dapat mengembalikan fungsi dari sendi anda yang telah rusak. Prosedur yang dapat dilakukan adalah artroplasti, perbaikan tendon, sinovektomi.

(21)

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.

b. Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi synovial

 Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)

 Catat bila ada krepitasi

 Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan

c. Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral

 Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang

 Ukur kekuatan otot

d. Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya e. Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari

2. Riwayat Psikososial

(22)

Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi pad pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karena ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien.

Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya (misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.

Pengkajian 11 Pola Gordon

1. Pola Persepsi Kesehatan- Pemeliharaan Kesehatan a. Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi?

b. Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya?

c. Riwayat keluarga dengan RA

d. Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun e. Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll 2. Pola Nutrisi Metabolik

a. Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan yang banyak mengandung pospor(zat kapur), vitamin dan protein)

b. Riwayat gangguan metabolic 3. Pola Eliminasi

(23)

a. Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?

4. Pola Aktivitas dan Latihan

a. Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah saki b. Jenis aktivitas yang dilakukan

c. Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas d. Tidak mampu melakukan aktifitas berat 5. Pola Istirahat dan Tidur

a. Apakah ada gangguan tidur?

b. Kebiasaan tidur sehari

c. Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur d. Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?

6. Pola Persepsi Kognitif

a. Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?

7. Pola Persepsi dan Konsep Diri

a. Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku sendi)?

b. Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya?

8. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama a. Bagaimana hubungan dengan keluarga?

b. Apakah ada perubahan peran pada klien?

9. Pola Reproduksi Seksualitas a. Adakah gangguan seksualitas?

(24)

10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress

a. Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?

11. Pola Sistem Kepercayaan a. Agama yang dianut?

b. Adakah gangguan beribadah?

c. Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya kepada Tuhan

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut b/d agen cedera biologis

2. Gangguan mobilitas fisik b/d deformitas skeletal 3. Gangguan citra tubuh b/d perubahan penampilan tubuh 4. Resiko cedera b/d hilangnya kekuatan otot, nyeri 5. Defisit perawatan diri b/d kerusakan musculoskeletal C. Intervensi Keperawatan

No

. Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi

1. Nyeri akut b/d agen

cedera biologis NOC : - Pain level - Pain control - Comfort level Kriteria hasil :

- Mampu mengontrol nyeri - Mampu mengenali nyeri

Mandiri :

- Kaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,

durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi

- Observai reaksi nonverbal dari

(25)

- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

ketidaknyamanan - Kontrol lingkungan

yang dapat

mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,

pencahayaan dan kebisingan

- Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan

- Monitor TD, nadi, suhu, RR sebelum, selama, dan setelah aktivitas

Kolaborasi :

‐ Kolaborasi dengan

dokter dalam

pemberian analgesik 2. Hambatan mobilitas

fisik b/d deformitas skeletal

NOC :

‐ Joint movement : Active

‐ Mobility level

‐ Self care : ADLs

‐ Transfer performance

Mandiri :

- Monitoring vital sign

sebelum/sesudah latihan dan lihat respon klien saat latihan

(26)

Kriteria Hasil

‐ Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas

‐ Aktivitas fisik klien meningkat

‐ Memverbalisasikan

perasaan dalam

meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah

- Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan - Kaji kemampuan

klien dalam

mobilisasi

- Latih klienn dalam pemenuhan

kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan - Berikan alat bantu

jika klien

memerlukan

Kolaborasi :

‐ Kolaborasi dengan fisioterapi dalam penanganan traksi

yang boleh

digerakkan dan yang belum boleh digerakkan

‐ Berikan matras busa/pengubah

(27)

tekanan

‐ Berikan obat-obatan sesuai indikasi (steroid)

3. Gangguan citra tubuh b/d perubahan

penampilan tubuh

NOC :

- Body image - Self esteem Kriteria hasil :

- Body image positif

- Mampu

mengidentifikasi kekuatan personal - Mempertahankan

interaksi sosial

Mandiri :

- Kaji secara verbal dan non verbal

respon klien

terhadap tubuhnya - Monitor frekuensi

mengkritik dirinya - Jelaskan tentang

pengobatan, perawatan,

kemajuan dan

prognosis penyakit - Respon non verbal

terhadap persepsi perubahan pada tubuh

- Mengungkapkan persepsi yang mencerminkan perubahan individu dalam penampilan

(28)

Kolaborasi :

‐ Rujuk pada

konseling psikiatri,

mis: perawat

spesialis psikiatri, psikolog

‐ Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis; anti ansietas dan obat-obatan peningkat alam perasaan

4. Resiko cedera b/d hilangnya kekuatan otot, nyeri

NOC :

‐ Risk control Kriteria hasil :

‐ Klien terbebas dari cedera

‐ Klien mampu menjelaskan

cara/metode untuk

mencegah injury/cedera

‐ Klien mampu menjelaskan faktor resiko dari lingkungan/perilaku

personal

Mandiri :

‐ Sediakan

lingkungan yang aman untuk klien

‐ Identifikasi kebutuhan

keamanan klien sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif klien dan riwayat penyakit terdahulu klien

‐ Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih

‐ Membatasi

(29)

pengunjung

‐ Mengontrol

lingkungan dari kebisingan

‐ Memindahkan barang-barang yang dapat

membahayakan

Kolaborasi :

Kolaborasi dengan petugas kesehatan untuk meningkatkan keamanan lingkungan 5. Defisit perawatan diri

b/d kerusakan musculoskeletal

Kriteris Hasil :

‐ Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan individual

‐ Mendemonstrasikan

perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri

‐ Mengidentifikasi sumber- sumber pribadi/ komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri

Mandiri :

‐ Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan/ eksaserbasi

penyakit dan

potensial perubahan yang sekarang diantisipasi

‐ Pertahankan

mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan

‐ Kaji hambatan

terhadap partisipasi dalam perawatan diri

‐ Identifikasi

/rencana untuk

(30)

modifikasi lingkungan Kolaborasi :

‐ Konsul dengan ahli terapi okupasi

‐ Atur evaluasi

kesehatan di rumah sebelum

pemulangan dengan evaluasi setelahnya

‐ Atur konsul dengan lembaga lainnya, mis : pelayanan perawatan rumah, ahli nutrisi

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Rheumatoid arthritis (RA) adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi pada sendi yang terutama mengenai mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan.

Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor : mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC dan faktor rematoid, gangguan

(31)

Metabolisme, genetik, faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial)

B. Saran

Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis juga membuka kesempatan bagi kritik dan saran yang membangun dan mengembangkan makalah ini. Karena pada hakikatnya ilmu pengetahuan akan terus menerus berkembang sesuai dengan perkembangan jaman.

DAFTAR PUSTAKA

Hollmann DB. Arthritis & musculoskeletal disorders. In: Tierney LM, McPhee, Papadakis MA (Eds): Current Medical Diagnosis & Treatment, 34 th ed., Appleton & Lange, International Edition, Connecticut 2005, 729-32.

(32)

NANDA NIC-NOC. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis.

Yogyakarta:MediAction

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.

Jakarta:EGC. 2002.

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum klien rheumatoid arthritis mengalami gangguan tidur karena beberapa kondisi fisik dan kondisi lingkungan yang dialaminya. Kondisi ini berdampak terhadap

In children, this chronic disease is called as juvenile rheumatoid arthritis, and it also causes inflamed and stiff

Tinjauan klinis penyakit rheumatoid arthritis akan dibahas lebih lengkap dalam artikel bulletin RASIONAL yang ditulis oleh dr.. Ketut Martiana,

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kualitas tidur dengan gangguan tidur pada klien dengan rheumatoid arthritis di Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat dengan

Tujuan utama dari program pengobatan pada reumatoid artritis adalah untuk menghilangkan nyeri dan peradangan, mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal dari

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul : EFEKTIVITAS KOMPRES JAHE MERAH TERHADAP PENURUNAN NYERI SENDI PADA LANSIA PENDERITA RHEUMATOID

Dengan pemeriksaan RF pada penderita tersangka Rheumatoid arthritis dapat digunakan untuk membantu diagnosa Rheumatoid arthritis.Perumusan masalahnya apakah

40 2 www.smj.org.sa Subclinical coronary artery disease in recent-onset of rheumatoid arthritis To the Editor Patients with chronic inflammatory diseases such as rheumatoid