• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tesis: MANAJEMEN KOMUNIKASI PEMERINTAH DALAM KEBIJAKAN TRANSPARANSI INFORMASI

N/A
N/A
BESTDAYA BengkelStudiBudaya

Academic year: 2023

Membagikan "Tesis: MANAJEMEN KOMUNIKASI PEMERINTAH DALAM KEBIJAKAN TRANSPARANSI INFORMASI"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hak atas kebebasan mengakses informasi publik merupakan hak asasi manusia yang dijamin baik dalam ketentuan internasional maupun nasional. Pada prinsipnya, jaminan hak atas kebebasan mengakses informasi publik merupakan salah satu cara dan strategi untuk mendorong pemerintahan terbuka.

Perumusan Masalah

Oleh karena itu, teori pemangku kepentingan sebenarnya melihat dunia luar dari sudut pandang manajemen (Gray, Kouhydan Lavers, 1995b). Untuk penelitian yang obyektif mengenai manajemen komunikasi pemerintahan terkait masalah akses informasi, akan dilakukan penelitian terhadap pemangku kepentingan di luar pemerintah, termasuk akademisi;

Rumusan penelitian

Dalam konteks komunikasi, kebijakan keterbukaan adalah metode pengelolaan dan evaluasi komunikasi yang dilakukan pemerintah untuk mengurangi resistensi terhadap penegakan keterbukaan oleh badan publik. Sebaliknya jika tidak dilakukan manajemen komunikasi yang baik, bukan tidak mungkin dampak dari proses komunikasi tersebut (khususnya komunikasi media massa) akan berdampak negatif.

Pertanyaan penelitian

Tujuan penelitian

Manfaat dan Signifikansi

  • Signifikansi Akademis
  • Signifikansi Praktis

Penerapan kebijakan transparansi melalui Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) memberikan dampak nyata bagi badan publik di Indonesia. Dokumen hasil penelusuran Badan Koordinasi Humas (Bakohumas) terkait pelaksanaan keterbukaan informasi di badan publik mengungkap hal tersebut. Akuntabilitas • Badan publik harus menetapkan PPID, menetapkan standar pelayanan informasi dan menetapkan informasi yang dikecualikan;

Kemauan politik dan pemahaman terhadap isi keterbukaan informasi dapat meningkatkan legitimasi masyarakat terhadap badan publik; Menurut pembicara 2 akuntabilitas “Badan publik mewujudkan implementasi kebijakan keterbukaan informasi dan mengkomunikasikannya secara efektif kepada masyarakat. Terakhir, teknik strategis bertujuan untuk mempersiapkan badan publik agar mampu mengelak dari pembentukan PPID sesuai dengan UU KIP.”

Akuntabilitas Perencanaan komunikasi mengenai akuntabilitas ditujukan kepada otoritas publik, dengan penekanan pada pelaksanaan keterbukaan informasi. Demi akuntabilitas, lembaga pemerintah merealisasikan penerapan kebijakan keterbukaan informasi dan mensosialisasikannya secara efektif kepada masyarakat. Sosialisasikan UU KIP kepada pimpinan badan publik di berbagai tingkatan yang berjumlah ribuan orang.

Terakhir, tujuan teknik strategis adalah untuk mempersiapkan otoritas publik agar terhindar dari pembentukan PPID sesuai UU KIP. Lalu hal mendesak apa saja yang harus disiapkan oleh otoritas publik terkait penerapan UU KIP?

Sitematika Penulisan

KERANGKA TEORI

Diskursus akan Keterbukaan Informasi

Komunikasi Pemerintah

Humas sebagai Fungsi Manajemen

Manajemen Komunikasi Pemerintah

Perhatian yang tinggi kepada pemangku kepentingan akan menghasilkan tingkat pengungkapan sosial yang tinggi dan kinerja sosial perusahaan yang tinggi. Kurangnya perhatian terhadap pemangku kepentingan akan mengakibatkan rendahnya tingkat pengungkapan sosial dan rendahnya kinerja sosial perusahaan.

Proses Manajemen Dalam Aktivitas Komunikasi

Dalam menentukan tujuan publik, James Grunig (1983:81) membaginya menjadi empat tujuan publik, yaitu Pertama, Publik Laten, yaitu pihak yang kurang peduli terhadap situasi yang timbul dalam organisasi. Menurut Cutlip, Pusat, Broom mengatakan setidaknya ada tiga faktor utama yang menjadi penghambat efektifitas komunikasi pemerintah dengan masyarakat, yakni kredibilitas komunikator, sikap apatis masyarakat, dan kurang harmonisnya lembaga pemerintah khususnya legislatif.

Transparansi Dalam Kepemerintahan

Rawlins (2008), dalam komunikasi organisasi modern, pemangku kepentingan meminta organisasi bersikap transparan dalam memberikan informasi secara jujur ​​dan akurat, tidak sekadar mengungkapkannya, namun juga berkomitmen untuk mencapainya. Menurut Heise, pemangku kepentingan harus memperoleh informasi publik yang sah, positif, dan negatif dengan tetap mengedepankan keakuratan, ketepatan waktu, keseimbangan, dan ketegasan.

Evaluasi Program Komunikasi

Pertama, evaluasi formatif, evaluasi ini biasanya dilakukan pada awal dan selama proses kampanye untuk melihat kelebihan dan kekurangan strategi serta komponen kampanye yang ada di dalamnya. Mengacu pada tabel di atas, penelitian ini melakukan evaluasi proses inisiasi dan komunikasi untuk melihat kelebihan dan kekurangan komponen strategi dan kampanye didalamnya.

Kerangka Penelitian

METODE PENELITIAN

Pendekatan Kualitatif

Dalam kasus tertentu, perbedaan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif mungkin hanya sekedar perbedaan penggunaan metode dan data yang digunakan, atau perbedaan tingkat penelitian (eksploratif, deskriptif, dan interpretatif). Penelitian kualitatif positivis meliputi langkah-langkah penelitian yang dapat dirinci sebagai berikut: pemilihan masalah, studi pendahuluan, perumusan masalah, perumusan hipotesis, pemilihan pendekatan, penentuan variabel, perakitan instrumen, pengumpulan data, analisis data, penarikan kesimpulan dan penulisan laporan. Kirk dan Miller dalam Moleong (1999:3) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam ilmu-ilmu sosial yang pada dasarnya didasarkan pada pengamatan terhadap orang-orang di suatu wilayah dan menghubungkan orang-orang tersebut dalam bahasa dan terminologinya.

Menurut Creswell (2003:1), penelitian kualitatif adalah suatu proses penyelidikan untuk memahami masalah sosial atau permasalahan kemanusiaan berdasarkan penciptaan gambaran holistik yang utuh, dibentuk dengan kata-kata, laporan rinci tentang pandangan informan dan disusun dalam suasana yang alami. Penelitian kualitatif mempunyai beberapa ciri yang membedakannya dengan pendekatan lain, yaitu: latar belakang keilmuan dengan keutuhan dan keterlibatan konteks, manusia sebagai instrumen, meningkatkan kepekaan, analisis induktif, analisis deskriptif, lebih mengutamakan hasil daripada proses, ada batasan yang telah ditentukan, perencanaan ini bersifat sementara dan hasilnya dinegosiasikan bersama. Kami memutuskan untuk melakukan penelitian kualitatif karena peneliti yakin belum mempunyai informasi yang memadai mengenai subjek yang diteliti yaitu manajemen komunikasi pemerintah dalam kebijakan transparansi informasi.

Hal ini sejalan dengan pandangan Creswell (2003:9), untuk penelitian kualitatif masalah penelitian perlu dieksplorasi karena hanya sedikit informasi yang tersedia mengenai topik tersebut.

Studi Kasus

Alasan pemilihan pendekatan kualitatif adalah objek penelitian yang dibahas harus ditelaah secara mendalam sehingga mampu memberikan jawaban yang diinginkan terhadap permasalahan penelitian. Studi kasus dapat digunakan dalam tiga aliran berbeda, yaitu studi positivis, interpretatif, dan kritis (Myers 2009). Menurut Yin (2003:12), studi kasus diartikan sebagai penelitian ilmiah yang menyelidiki suatu fenomena kontemporer dalam konteks kehidupan, terutama ketika batasan antara fenomena dan konteks tersebut tidak jelas.

Penelitian studi kasus adalah strategi penelitian yang terdiri dari metode komprehensif—termasuk logika desain, teknik pengumpulan data, dan pendekatan khusus dalam analisis data. Dengan kata lain, studi kasus bukan sekedar taktik pengumpulan data atau sekedar bentuk desain, melainkan strategi penelitian yang komprehensif (Stoeker dalam Yin, 2003: 13). Studi kasus dimaksudkan sebagai suatu pendekatan yang memusatkan perhatian secara intensif dan rinci terhadap suatu kasus (Surachman, 1982: 143).

Namun Vredenbergt (1987:38) dan Ary berpendapat bahwa hakikat studi kasus adalah pendekatan yang bertujuan menjaga keutuhan subjek, artinya data yang dikumpulkan dalam konteks studi kasus diperiksa sebagai satu kesatuan yang utuh. yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan mendalam tentang subjek, yang berarti studi kasus harus bercirikan penelitian eksploratif dan deskriptif.

Metode Pengumpulan Data

Informan Penelitian

Teknik Analisa Data

Kredibilitas Penelitian

Batasan Penelitian

ANALISIS DAN INTERPRETASI

Analisa Situasi

  • Tugas, Pokok, Fungsi Kementerian Komunikasi dan
  • Pemahaman Institusi Akan Transparansi Informasi
  • Analisis Indikator Transparansi
  • Analisis Organisasional Badan Publik
  • Analisis Publik

Perencanaan Komunikasi

  • Perencanaan Komunikasi Dalam Transparansi
  • Perencanaan Target Publik
  • Strategi Komunikasi Kebijakan Transparansi
  • Perencanaan Media
  • Jadwal dan Anggaran
  • Antisipasi Kendala

Perencanaan dalam mengkomunikasikan indikator transparansi tidaklah mudah, Kementerian Komunikasi dan Informatika memperkirakan akan menghadapi hambatan, terutama inisiasi keterbukaan informasi oleh badan publik. Pada dimensi partisipasi, menurut Narasumber 2, perencanaan komunikasi ditujukan kepada dua pihak, baik badan publik maupun masyarakat itu sendiri. Terkait dengan dimensi akuntabilitas, perencanaan komunikasi ditujukan kepada badan publik yang menerapkan kebijakan keterbukaan sebagai indikator tanggung jawab tata kelola pemerintahan yang baik.

Namun pemerintah lebih menekankan pada tujuan publik bagi badan publik negara, oleh karena itu menurut narasumber 2 harus “Badan publik harus mengedepankan sosialisasi UU KIP agar mereka bersiap, khususnya pembuatan standar pelayanan informasi, penunjukan PPID dan penetapan informasi yang dikecualikan. Jika hanya badan publik yang diberitahu tetapi masyarakat tidak, maka undang-undang ini tidak akan berjalan. Jika itu terjadi, maka kegiatan sosialisasi undang-undang KIP akan menjadi destruktif ketika badan publik tidak melakukan hal tersebut. peraturan, sumber daya manusia, dan infrastruktur yang telah disiapkan.

Badan publik memerlukan informasi teknis untuk dapat melaksanakan UU KIP dan memenuhi hak konstitusional masyarakat atas informasi.

Aksi dan Komunikasi

  • Implementasi Periode 2006-2007
  • Implementasi Periode 2008-2010
    • Sosialisasi UU KIP
    • Sosialisasi Kepada Pejabat Kehumasan
    • Kemitraan Strategis Media Massa
  • Implementasi Periode 2011- Awal 2012
  • Kendala Implementasi Komunikasi

Pejabat humas di pemerintahan tetap menjadi penopang utama Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk berperan sebagai agen perubahan di instansinya dalam hal implementasi UU KIP. Sosialisasi UU KIP periode ketiga ini sendiri menjadi tantangan bagi Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk menunjukkan keberhasilan program komunikasinya. Hal ini menunjukkan belum semua pimpinan badan publik di Indonesia menyadari perlunya pembentukan PPID sebagai konsekuensi penerapan UU KIP.

Sangat wajar jika tingkat kesadaran pimpinan badan publik terhadap akibat hukum UU KIP tidak merata.” Kondisi ini mendorong Kementerian Komunikasi dan Informatika sebagai lead sector dalam UU KIP untuk melakukan upaya bersama. survei deskriptif untuk mengidentifikasi hambatan pembentukan PPID. Kenyataan ini secara implisit menunjukkan bahwa tidak semua badan publik mempunyai kesiapan internal dalam melaksanakan UU KIP karena itikad baik dan kepentingan politik pemimpinnya.

Waktu pelaksanaan dan besaran anggaran yang terserap pada kegiatan sosialisasi UU KIP periode kedua dapat dilihat pada tabel berikut.

Evaluasi Komunikasi

  • Pemohon Informasi Masih Eksklusif
  • Pembentukan PPID Minim
  • Klaim Atas Hasil Nyata
  • Keluaran Komunikasi

Data Kementerian Komunikasi dan Informatika Januari 2012 menunjukkan belum semua badan publik setingkat kementerian telah mengembangkan PPID. Sedangkan data perbandingan jumlah badan publik dan persentase pembentukan PPID dapat dilihat pada tabel berikut. Sekadar informasi, keberadaan UU KIP merupakan lompatan besar dalam transparansi informasi bagi otoritas publik setelah melalui proses negosiasi yang panjang di Indonesia.

Akibat minimnya respon badan publik negara, kini banyak terjadi perselisihan tanpa disadari oleh badan publik. Tanggung jawab pembentukan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) masih minim, dari total 687 badan publik, baru 18,7% yang melaksanakannya. Perkiraan jumlah badan publik yang menetapkan informasi yang dikecualikan jauh lebih kecil jika mengacu pada Anda.

Budaya kerahasiaan Evaluasi terhadap indikator keterbukaan badan publik masih rendah jika mengacu pada indikator partisipasi dan akuntabilitas.

Bahasan atau Diskusi

  • Model Faktor Terkait Organisasi
  • Model Faktor Terkait Komunikasi

Otoritas publik masih mengeluhkan belum maksimalnya tugas pokok dan fungsinya karena harus menghadapi konsekuensi hukum atas keterbukaan informasi publik. Keterbukaan informasi berarti kita dapat memastikan akuntabilitas atau tanggung jawab badan publik atas apa yang mereka lakukan, apa yang mereka lakukan. Otoritas publik harus memprioritaskan sosialisasi UU KIP dengan mempersiapkan diri, khususnya dengan membuat standar layanan informasi, menunjuk PPID dan menetapkan informasi yang dikecualikan.

Jika hanya badan publik saja yang diberitahu, namun masyarakat tidak diberitahu, maka undang-undang ini tidak akan berfungsi. Dimana terdapat ketidakseragaman materi informasi yang dikecualikan padahal pemohon informasi menyampaikan subjek yang sama kepada Badan Publik. PPID juga memberikan jaminan kepastian hukum ketika terjadi perselisihan informasi antara Badan Publik dan pemohon informasi.

Banyak masyarakat yang salah paham mengenai undang-undang KIP dan perselisihan informasi, namun banyak juga instansi pemerintah yang alergi terhadap interogasi.

KESIMPULAN DAN SARAN 107

Saran

Dalam bentuk transparansi artinya ada informasi yang diketahui masyarakat, misalnya informasi tentang badan publik adalah informasi yang sesuai dengan tugas dan fungsinya. PPID mendorong kesiapan instansi pemerintah agar pengelolaan informasi benar dan tersedia dengan baik. Namun ada dua hal yang badan publik belum siap dan masyarakat belum menyadarinya.

Namun permasalahan akan muncul, yaitu jika undang-undang tersebut diterapkan maka instansi pemerintah tidak siap, akan ada permintaan informasi, dan kemudian akan terjadi sengketa informasi. Dari segi legalitas, sebagian besar badan publik tidak dapat menjamin akses informasi dalam bentuk peraturan lembaga. Hal yang paling mendesak untuk dipersiapkan oleh instansi pemerintah adalah pembentukan petugas PPID, penetapan informasi yang dikecualikan, dan penetapan standar pelayanan informasi.

Absennya PPID di sebagian besar badan publik menunjukkan bahwa pengurus badan publik tidak menganggap penting pembentukannya. Secara sederhana dapat dijelaskan: UU KIP mengatur bahwa masyarakat berhak memperoleh informasi yang bersifat publik dari suatu badan publik, dan badan publik wajib menyampaikan dan menyebarkannya. Seseorang adalah orang perseorangan, sekelompok orang, badan hukum, atau badan publik dalam pengertian Undang-undang ini.

Referensi

Dokumen terkait

: Peranan Badan Informasi dan Komunikasi Pemerintah Sumatera Utara Dalam Penyebarluasan Informasi Kepada Masyarakat, 2002... : Peranan Badan Informasi dan Komunikasi

Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT, TRANSPARANSI KEBIJAKAN PUBLIK, AKUNTABILITAS PUBLIK DAN

Tesis dengan judul “ Manajemen Pemberdayaan Pengawas Dalam Rangka Menunjang Kebijakan Pemerintah Tentang Otonomi Bidang Pendidikan Di Kabupaten Kebumen “ ini disusun untuk

Pengaruh Pelaksanaan Kebijakan Keterbukaan Informasi Publik Terhadap Manajemen Pelayanan Informasi Untuk Mewujudkan Efektivitas Jaringan Komunikasi dan Akses Informasi Masyarakat

Untuk membahas dan mengkaji topik dalam penelitian digunakan konsep, teori dan paradigma yang menyangkut tentang transparansi informasi yang berkaitan dengan kebebasan

lain. Transparansi pemerintah menjadi tuntunan di tengah wabah yang menyerang sistem inti pernapasan manusia ini. Kebijakan pemerintah dalam upaya menanggulangi COVID-19

Abdullah Abdurrosid, NIM: 1808205053, “PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH DALAM MEWUJUDKAN TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PEMERINTAH

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Persepsi Pemerintah Kota Jambi terhadap Partisipasi Masyarakat dan Transparansi Kebijakan Publik dalam Penyusunan Anggaran