Supply Chain Management
Chapter VI
Habibi Firmansah, S.T., M.Si.
Chapter VI
Laudon, K. C., & Traver, C. G. (2021). E-commerce: business, technology, society (15th ed.).
Pearson.
6.1 Supply chain management
6.2 Tahapan dalam perancangan SCM 6.3 Perancangan SCM
6.4 Klasifikasi produk e-commerce
6.5 Distribusi dan layanan e-commerce
Supply Chain Management
6.1
Supply Chain Management
Informasi supply chain dapat diwujudkan dalam
bentuk e-Supply Chain Management (e-SCM). e-SCM
didefinisikan sebagai sebuah taktik dan strategi
yang diterapakan dalam teknologi internet sebagai
channel system yang menghubungkan semua
organisasi yang terlibat dalam supply chain untuk
meningkatkan pelayanan atau memberikan manfaat
kepada pelanggan
Pada era sekarang ini dimana pihak-pihak yang
terlibat dalam supply chain memiliki akses yang
memadai ke jaringan internet, maka penerapan e-
SCM menjadi mungkin untuk dilakukan dalam
rangka mengelola informasi yang terjadi.
Supply chain management adalah suatu pendekatan terpadu yang berorientasi pada proses untuk menyediakan, memproduksi, mengirim produk-produk dan jasa kepada konsumen. Keterpaduan supply chain management meliputi seluruh proses manajemen, material, informasi maupun aliran dana.
Tujuan dasar Supply Chain Management adalah untuk mengendalikan persediaan dengan manajemen arus material. Persediaan adalah jumlah material dari pemasok yang digunakan untuk memenuhi permintaan pelanggan atau mendukung proses produksi barang dan jasa
Manfaat penerapan e-SCM:
1) Mengurangi biaya transaksi sebesar 90%.
2) Menurunkan biaya pembelian barang dan pelayanan sebesar 2 sampai 6 persen.
3) Membantu mengurangi biaya dan memperbaiki performance dengan memperkuat kebijakan procurement dalam desain produk dan SCM.
4) Melalui perbaikan kualitas informasi, accessibility
dan waktu, e-SCM membantu perusahaan -
perusahaan dalam supply chain lebih transparan
untuk mencapai tujuan bersama (Long term
Partnership).
Tahapan dalam penerapan SCM 1) Energize the Organization,
2) Enterprise Vision,
3) Supply Chain Value Assessment, 4) Opportunity Identification,
5) Strategy Decision.
Tahapan dalam Peracangan SCM
6.2
Customer and
Service Management
Dibagi menjadi 3 fungsi, yaitu: pemasaran
(menciptakan merk suatu perusahaan,
mengidentifikasi konsumen, memilih produk dan
layanan apa yang akan ditawarkan, mendesain
promosi, mengiklankan, dan penentuan harga),
penjualan (produk dan layanan) dan layanan
(customer support)
Manufacturing and Supply Chain
Planning
Gambaran geografi dari sistem manufaktur,
peralatan komputer yang tersedia untuk
merespon kebutuhan akan operasi manufaktur
yang lebih efektif dan efisien, termasuk
didalamnya untuk pengadaan barang. Dibagi
menjadi 3 yaitu : 1) manufacturing planning, 2)
production process management, 3) plant
maintenance.
Supplier Relationship Management
Sesuai dengan perkembangan sebuah industri,
kebanyakan alasan gagalnya perluasan pasar
berbasis elektronik adalah pemasok tidak
memahami konsep e-market itu sendiri. Oleh
karena itu dibutuhkan perancangan supplier
relationship management yang dibagi menjadi 3 :
EBS backbone functions, service functions dan
processing.
Logistic resource management
Electronic logistic resource mangement (eLRM) adalah proses pada manufaktur, dan supplier yang menggerakkan produk dan layanannya kepada customer dengan menggunakan internet.
e-LRM memungkinkan proses supply chain dapat
membuat suatu keputusan yang tepat,
menyeimbangkan harga dan meningkatkan
efisiensi logistik dan hubungan kolaboratif yang
efektif antara semua saluran supply pertukaran
dengan partner. Terdiri dari warehouse dan
transportation management.
Architecting the e- SCM Environment
Untuk arsitektur pada e-SCM ada beberapa hal
yang perlu dituliskan untuk lebih memahami
arsitektur seperti apa yang akan digunakan pada
aplikasi e-SCM, yaitu : perangkat keras,
perangkat lunak, basis data dan jejaring.
Perancangan SCM
6.3
Developing the e-SCM Strategy
Constructing the Business Value Proposition, perancangan e-SCM dapat menciptakan perubahan, baik dalam produk maupun layanannya.
Defining The Value Portfolio, Untuk mendukung business value proposition secara efektif dibutuhkan pengembangan proses yang terstruktur, antara lain :
1) Biaya, manajemen biaya yang efektif karena dengan penggunaan e-SCM memungkinkan dokumen yang dibutuhkan untuk pemenuhan pesanan distributor dikirimkan secara elektronik.
2) Layanan, melalui penerapan e-SCM, para distributor dapat melakukan proses pemesanan dengan mudah dan cepat secara online.
3) Kualitas, perusahaan selalu menjaga kualitas produk melalui pengendalian kualitas bahan baku maupun pengendalian terhadap proses produksi yang berjalan.
4) Rancangan, rancangan produk yang selalu
berkembang.
Structuring The Scope Of Collaboration, dimensi kolaborasi, dimensi vertikal (membantu input dan output) yaitu melibatkan supplier sebagai pemasok dan transportasi untuk mendistribusi barang ke konsumen. Dimensi horizontal (meningkatkan portfolio perusahaan).
melibatkan transportir untuk mencapai ketepatan
waktu pengiriman. Intensitas kolaborasi bersifat
information,sharing, karena masing-masing pihak
dapat memberikan informasi yang dibutuhkan.
Ensuring Effective Resource Management,
Memastikan seluruh bagian perusahaan mengerti
dan mendukung penerapan e-SCM, penggunaan
teknologi informasi dalam hal pengolahan aset
serta manajemen bahan baku, perlengkapan
serta peralatan yang dibutuhkan dalam menjamin
kelancaran proses.
Customer and service management
CRM and Internet Sales, beberapa fungsi yang
tersedia: 1) Online Order Processing
memungkinkan konsumen untuk melakukan
pemesanan secara online melalui form yang ada
di aplikasi web. 2) Lead Capture, ada basis data
yang berisi pencatatan pembelian konsumen
yang dapat digunakan oleh marketing untuk
melakukan follow up. 3) Literature fulfillment,
menyediakan brosur atau katalog di web berisi
keterangan produk yang dapat diunduh
Manufacturing and Supply Chain planning
1) Manufacturing Planning melibatkan advanced production and scheduling system. Sistem eSCM dapat menyediakan data dan informasi akurat.
2) Production and Process Management, sistem eSCM yang diterapkan memberikan informasi kepada PPIC mengenai status produksi tiap product requirement.
3) Product Design and Engineering, pengembangan dan inovasi rancangan produk.
4) Plant Maintenance and Quality Management, pemeliharaan mesin-mesin pabrik secara manual oleh bagian produksi.
Supplier Relationship Management
Perusahaan membentuk beberapa fungsi yang penting dalam kegiatan pembelian (bahan baku) ke pemasok :
a) EBS Backbone Functions: historis pembelian, status transaksi, perencanaan PO, laporan transaksi
b) e-SRM Services Functions: pencarian segmen pemasok, pencarian produk
c) e-SRM Processing: pembuatan PO, historis
pasokan
Logistic Resources Management
Penerapan e-SCM memungkinkan untuk menyediakan status pesanan kepada pelanggan dan menyediakan pelaporan yang efektif. Manajemen sumber daya logistik memiliki fungsi, antara lain:
Warehouse management : Pengaturan dan optimisasi persediaan bahan baku yang ada, memberikan peringatan kepada bagian PPIC untuk melakukan pembelian apabila terdapat bahan baku yang mencapai jumlah stok minimal Transportation management : Pengiriman bahan baku dari pemasok ke bagian gudang , pengiriman ini bisa dilakukan oleh pemasok itu sendiri dimana pemasok akan mengirimkan surat jalan secara elektronik kepada perusahaa
Klasifikasi Produk e- commerce
6.4
Aliran supply
Aliran dalam supply chain management terbagi dalam tiga aliran utama yaitu :
1. Aliran produk berisi aliran barang dari supplier ke konsumen Aliran informasi berisi pengiriman pesanan dan peninjauan status pengiriman
2. Aliran keuangan (financial) terdiri dari batas kredit, pembayaran dan jadwal pembayaran, ketepatan pengiriman dan identitas pemilik
Distribusi Produk dan Layanan e-
commerce
6.5
Perusahaan E-commerce >
Pembeli
Perkembangan teknologi mendorong perubahan pada aktivitas perusahaan. Jika dulu suatu perusahaan sebatas memproduksi barang, maka kini mereka juga bisa melakukan aktivitas multi aspek. Salah satunya yakni menunaikan proses distribusi secara mandiri.
Barang-barang yang telah mereka produksi dapat langsung dikirim ke pembeli menggunakan tim pengiriman sendiri. Perusahaan yang memiliki alur distribusi mandiri biasanya juga menerapkan konsep satu pintu dalam layanan belanja online.
Maksud satu pintu ini yakni menjadikan halaman situs perusahaannya sebagai platform memajang produk sekaligus tempat transaksi langsung yang didukung jasa pengiriman. Jadi begitu pembeli menyelesaikan transaksinya, barang yang dipesan akan langsung dikemas dan diproses tim pengiriman ke alamat tujuan. Perusahaan berjenis Business to Consumer (B2C) seperti Sephora, Brodo, dan Alfacart kerap menggunakan alur distribusi langsung ini.
Perusahaan E-commerce >
Perusahaan Ekspedisi >
Pembeli
Tidak semua perusahaan e-commerce mampu membina tim distribusi sendiri. Terlebih, geografis pasar Indonesia begitu luas untuk dijangkau. Karenanya, masih banyak perusahaan yang hanya berfokus untuk pengadaan dan penjual produk dari situs mereka sendiri.
Calon pembeli tetap bisa memilih produk dan melakukan transaksi di situs perusahaan terkait. Tapi begitu pembayaran telah dilunasi, produk yang dipilih pembeli akan diantar perusahaan e- commerce ke perusahaan ekspedisi eksternal.
Ketika sampai di perusahaan ekspedisi, tim pengiriman terlebih dulu mendata dan menyortir alamat barang sebelum diantar ke pembeli.
Terkadang proses ini memakan waktu lebih lama jika kuantitas barang yang masuk ke gudang perusahaan ekspedisi membludak. Dalam beberapa kondisi, perusahaan ekspedisi dapat pula menjemput barang pesanan langsung dari warehouse perusahaan e-commerce. Perusahaan B2C seperti Bukupedia dan Alfacart kerap mengandalkan alur distribusi ini untuk pengiriman produk ke pembeli.
Penjual Online > Perusahaan Ekspedisi > Pembeli
Jumlah pedagang online di Indonesia semakin subur seiring bertambah populernya platform e-commerce dan e-marketplace. Dengan adanya platform itu, kini para penjual tidak perlu lagi bergantung dengan keberadaan gudang atau toko fisik untuk menyimpan barang jualan. Mereka dapat berjualan di manapun berada. Para pedagang cukup mengiklankan barang di platform terkait.
Begitu ada pembeli yang membeli barang, pedagang di platform e-commerce/emarketplace akan mengemas barang itu untuk kemudian diantar ke perusahaan ekspedisi eksternal. Ada banyak perusahaan ekspedisi yang diberdayakan pedagang online. Mulai dari pemain ekspedisi lama seperti JNE, TIKI, POS Indonesia, hingga penyedia layanan pengiriman berbasis aplikasi seperti Go-Send dan Grab Express. Pembeli juga dapat memilih sendiri perusahaan ekspedisi yang tertera di etalase toko online terkait.
Alur distribusi seperti ini dapat ditemukan di platform e- commerce dan e-marketplace seperti Tokopedia, Bukalapak, Shopee, Lazada, Sorabel, Elevenia, dan Maskoolin yang mewadahi pedagang-pedagang online skala kecil dan menengah.
Penjual Online > Perusahaan E-commerce > Pembeli
Di samping menyediakan wadah berjualan, sejumlah perusahaan e-commerce juga menawarkan slot warehouse mereka pada pedagang online sebagai tempat penyimpanan sementara barang yang akan dijual. Selain berguna sebagai tempat penyimpanan sementara, keberadaan warehouse yang dikelola langsung perusahaan e-commerce dapat memudahkan pedagang dalam mengurus aspek pengiriman barang.
Dengan kata lain, pedagang menyerahkan inventarisnya ke perusahaan e-commerce untuk menangani setiap pengiriman dengan maksimal. Mulai dari pengemasan barang, pendataan alamat, hingga pengiriman ke alamat pembeli. Perusahaan e- commerce B2C seperti Blibli, Zalora, JD.id, Orami menjadikan alur ini sebagai rantai distribusi utama mereka. Perusahaan yang menggabungkan konsep B2C dan C2C seperti Lazada juga menggunakan alur ini sebagai salah satu opsi pengiriman barang ke pembeli.
Penjual Online > Perusahaan E-
commerce > Perusahaan Ekspedisi >
Pembeli
Alur terakhir ini juga menyertakan slot warehouse sebagai tempat penyimpanan barang. Hanya saja, perusahaan e-commerce yang menggunakan alur ini umumnya tidak punya tim kurir sendiri. Karenanya, mereka memanfaatkan perusahaan ekspedisi eksternal untuk memproses pengiriman barang ke pembeli.
Ketika pembeli menyelesaikan transaksinya dengan penjual online yang ada di platform e-commerce terkait, barang yang dipesan akan dikemas di warehouse perusahaan e-commerce itu. Setelah dianggap memenuhi prosedur pengemasan, barang itu akan diambil/dikirim ke perusahaan ekspedisi eksternal. Di perusahaan ekspedisi, barang itu kembali diproses dan disortir berdasarkan daerah tujuan. Setelah semuanya selesai, barang akan mulai didistribusikan ke alamat pembeli.
Sejumlah perusahaan C2C seperti JakMall, Tees.id, Otten Coffee menggunakan alur ini untuk mengirim barang.
Perusahaan B2C seperti Matahari.com juga menyertakan alur ini dalam pendistribusian produk- produknya.
Thanks!
Do you have any questions?
[email protected] +6285157388968
Ig : @mashab_adv YT : Petani Lintas Zaman