M A K A L A H
MANFAAT MEMPELAJARI FILSAFAT
Disusun Oleh MUHAMMAD HUDAY
2401110141
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH ACEH 2025
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat itu adalah usaha memberi suatu konsep akliah tentang alam semesta serta tempat manusia di dalamnya. Suatu filsafat yang lengkap, mencakup suatu pandangan dunia atau konsep rasional tentang keseluruhan kosmos dan suatu pandangan hidup atau doktrin nilai-nilai, makna-makna dan tujuan hidup manusia.
Lapangan yang dijelajahi filsafat ternyata cukup luas, karena sasarannya mencari hakekat sesuatu dari segala realitas yang ada. Objek materia merupakan segala sesuatu yang menjadi problem filsafat atau yang dipermasalahkan oleh dan dalam filsafat. Material filsafat yang sangat luas itu meliputi segala pengetahuan manusia dan apa saja yang ingin diketahuinya karena filsafat itu berpangkal pada pikiran manusia secara radikal dan sistematik terhadap seluruh alam, maka materi filsafat juga termasuk alam dan pemikiran itu sendiri.
Meskipun kata filsafat merupakan bagian dari transmisi ilmu dari Yunani (Greek) yang menyebar ke berbagai pelosok dunia sejak dari 500 tahun Sebelum Masehi, akan tetapi berfilsafat bukanlah hak monopoli mereka saja. Orang India, Mesir, dan Irak justru telah mengembangkan suatu peradaban yang jauh lebih maju dan tinggi dari sebelum Yunani. Hal ini terlihat dari adanya pengaruh al-Hikmah Mesir Kuno terhadap dasar-dasar pemikiran Yunani. Umpamanya saja, Plato banyak sekali mengambil dasar hikmah Pendeta-Pendeta Mesir, demikian pula Aristoteles, sehingga ia mengatakan bahwa pendeta Mesir Purba adalah para filosuf pertama di dunia
Objek materia filsafat selalu berkembang sejalan dengan perkembangan pemikiran manusia, objek yang selama ini menjadi pembahasan agama, berkembang menjadi pembahasan filsafat, seperti adakah dan siapakah Tuhan itu ? apa dan siapa manusia ? apakah hakekat dari segala realitas, apakah arti dan substansinya? Bagaimana filsafat berada dan berguna? juga sudah menjadi objek kajian filsafat.
Objek formal filsafat adalah mencari keterangan yang membahas secara mendalam tentang segala objek material filsafat. Dengan demikian jelaslah bahwa objek filsafat itu
ada dua bentuk yakni materia dan forma. Objek materia meliputi hakekat Tuhan, alam dan manusia. Ataupun sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Sedangkan objek forma meliputi pencaharian keterangan secara radikal tentang objek materia filsafat yang ada. Hal inilah yang membedakan antara filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya. Pada objek materianya sama sedang objek formanya berbeda. Namun demikian, aspek materianya sedikit berbeda. Objek ilmu hanya manusia dan alam, sedang filsafat mencakup juga masalah Tuhan (metafisika).
Filsafat sering dipandang sebagai suatu ilmu yang sulit difahami. Hal ini dapat dimaklumi karena dari semua cabang ilmu pengetahuan, bidang filsafat adalah bidang yang paling sulit karena ia menggunakan terma yang abstrak. Meskipun demikian, ilmu filsafat adalah ilmu tentang kebijaksanaan. Dengan mempelajarinya manusia akan mampu menjalani kehidupan secara lebih terarah dan bermakna. Mengenal filsafat dengan karakteristiknya, mulai dari asal usul, definisi, objek, susunan, tujuan, fungsi dan kegunaanmya dapat membantu para pencintanya untuk memahami essensi kehidupan.
Akselerasi ilmu pengetahuan tidak terbendung, oleh karena itu fenomena yang terjadi adalah satu demi satu ilmu pengetahuan meninggalkan induknya (filsafat), akan tetapi setiap ilmu yang berkembang memiliki fisafatnya sendiri-sendiri. Filsafat agaknya tidak pernah stagnan, melainkan tetap berkembang dengan status baru, yaitu menjawab semua data tentang berbagai persoalan yang tidak dapat lagi dijawab oleh ilmu pengetahuan, karena berada di luar jangkauan pengetahuan biasa. Oleh sebab itulah maka filsafat merupakan muara pemecahan dari segala persoalan, yang dikupas tuntas hingga ke akar- akarnya.
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana filsafat itu berada dan berguna?
2. Faktor apa yang menyebabkan manusia mempelajari filsafat?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Manfaat mempelajari filsafat
Filsafat memberikan pelajaran tentang kehidupan memberikan pandangan tentang manusia dan hidupnya yang menerobos sampai inti sarinya, sehingga dengan lebih tegas dapat melihat baik keunggulannya. Dari pengetahuan ini dapat peroleh perhatian bagi sifat kepribadian yang orang merasa sendiri, dan hati terbuka membuat rahasia yang menjelma dalam setiap orang yang akhirnya berarti hati terbuka bagi sumber segala rahasia, yaitu Tuhan.
Ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan jalan riset, pengalaman dan percobaan sebagai batu ujiannya tetapi dalam pengambaraannya dalam mencari kebenaran itu menjumpai masalah yang terbentang luas yang tak terjangkau oleh aktivitas riset. Apabila telah menjumpai keadaan yang demikian itu maka berarti sudah menginjak lapangan pengetahuan lain yaitu telah bermuara kepada lapangan filsafat yang selanjutnya filsafat menghampiri kebenaran itu dengan akal budi manusia secara radikal, sistematis dan universal tanpa pertolongan kekuatan lain atau oleh wahyu Tuhan.
Filsafat mencoba memberikan jawaban atas segenap permasalahan yang dihadapi yang bersifat spekulatif, alternatif dan subjektif. Dalam aktivitas menekuni misi filsafat itu, maka filsafat juga mengalami nasib yang sama dengan ilmu-ilmu pengetahuan khusus.
Filsafat dihadapkan kepada permasalahan yang di luar kemampuan subjektif, spekulatif dan alternatifnya untuk dijawab dengan tuntas.
Filsafat dapat dipandang sebagai sumber segala kebenaran yang mengharapkan dari filsafat kebahagiaan yang tulen dan jawaban atas segala pertanyaan-pertanyaan. Akan tetapi ada pula yang menganggap bahwa filsafat tidak lain dari obrolan belaka, omong kosong yang sama sekali tak ada artinya bagi kehidupan sehari-hari. Yang meragukan banyak orang ialah banyaknya pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh para filosof, pendapat-pendapat dan aliran-aliran yang sering banyak bertentangan satu sama lain. Inilah sebabnya pengantar filsafat yang selalu melalui tinjauan sejarah, itu biasanya menimbulkan banyak salah paham dan mengecewakan.
Secara garis besar, pentingnya filsafat bagi manusia: Dari pelajaran filsafat diharapkan menjadi orang yang dapat berpikir mandiri Memberikan dasar-dasar pengetahuan, memberikan padangan yang sintesis pula sehingga seluruh pengetahuan merupakan kesatuan Hidup dipimpin oleh pengetahuan. Sebab itu mengetahui kebenaran- kebenaran yang mendasar berarti mengetahui dasar-dasar hidup sendiri
B. Tujuan mempelajari filsafat
Filsafat sebagai suatu usaha untuk memahami makna dan nilai alam semesta ini, memiliki suatu tujuan untuk mendapatkan pengertian dan kebijaksanaan (understanding and wisdom). Sebagaimana halnya dengan ilmu mempunyai tujuan deskripsi dan kontrol;
seni punya tujuan kreativitas (creativity), kesempurnaan (perfection), bentuk (form), keindahan (beauty), komunikasi (communication) dan ekspresi (expression).
Kalaulah ilmu dapat memberikan manusia pengetahuan, maka filsafat dapat memberikan hikmah sehingga memberikan kepuasan kepada manusia dengan pengetahuan yang teratur rapi dan benar. Plato sendiri merasakan berpikir itu suatu nikmat luar biasa, sehingga filsafat dinamakan dengan ”keinginan yang sangat berharga sebab tujuan tunggal filsafat adalah menemukan kebenaran. Disanalah terletak kebesaran. Kemuliaan dan ketinggian derajat filsafat.
Filsafat bukan sekedar pintu penjara tradisi yang penuh dengan mitos dan mite, melainkan juga membebaskan manusia dari keterkungkungan penjara itu. Filsafat membebaskan manusia dari ketidaktahuan dan kebodohannya. Demikian pula, filsafat membebaskan manusia dari belenggu cara berpikir yang mistis dan mitis itu. Lebih dari itu, filsafat membimbing manusia untuk berpikir secara logis dan sistematis, secara integral dan koheren, sehingga manusia menemukan kebenaran yang hakiki yang menjadi persoalan yang dihadapi semua manusia.
Manusia berusaha mengerti tentang arti hidup dan dirinya dengan segala masalah yang muncul dan yang dihadapi dengan filsafat. Di samping itu dengannya kita dapat memahami berbagai macam metode dan pendekatan yang diberikan bisa dengan rasio, rasa dan pengalaman keseharaian manusia, melalui rasa dengan tujuan untuk mencapai hidup yang lebiha baik. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa dengan belajar filsafat semakin menjadikan orang mampu untuk menangani berbagai pertanyaan mendasar manusia yang
tidak terletak dalam wewenang metodis ilmu-ilmu khusus. Filsafat membantu untuk mendalami berbagai pertanyaan asasi manusia tentang makna realitas dan lingkup tanggung jawabnya.
Menambah ilmu pengetahuan sehingga dapat membantu menyelesaikan masalah dengan bijaksana, membuat manusia lebih hidup lebih tanggap terhadap diri dan lingkungannya, membantu manusia untuk mengetahui mana yang pantas ditolak dan mana yang pantas disetujui. Memperoleh pengertian dan untuk menjelaskan gejala atau peristiwa alam dan sosial.
Dengan demikian tindakan orang yang berfilsafat sejatinya adalah selalu berpikir obyektif tidak penuh subyektif. Memiliki kemampuan untuk melihat suatu keterkaitan sesuatu dengan sebab akibat antara bentuk, isi dan materinya. Kemapuan itulah yang semestinya disinergikan dengan rasio manusia untuk melihat semua realitas yang pasti berpengaruh dalam kehidupan. Hingga dengan sendirinya bagian filsafat yang teoritis akan bermuara pada kehendak dan perbuatan yang praktis. Seseorang menginginkan pengertian agar dapat berbuat menurut pengetahuan yang peroleh itu. Perbedaan pendapat antara orang yang berfilsafat dan orang yang tidak berfilsafat boleh dikatakan terletak dalam sikap mereka terhadap hidup manusia.
Hidup meliputi segala sesuatu yang dialami dan dirasakan manusia dalam dirinya sendiri sekaligus yang dirasakan, dialami atau diderita pula oleh orang-orang lain. Filsafat mengajarkan manusia hidup lebih sadar dan insyaf, memberikan pandangan tentang manusia dan hidupnya yang menerobos sampai inti sarinya, sehingga dengan lebih tegas dapat melihat baik keunggulannya. Manusia memiliki dua dimensi pada dirinya, yaitu rohani dan jasmani yang merupakan suatu kesatuan yang utuh yang menjadi inti dasar manusia sebagai makhluk hidup. Maka unsur yang dijadikan obyek berpikirnya manusia adalah masalah jasmani dan rohani.
Agar memiliki kemampuan berpikir yang obyektif dengan melakukan latihan yang berkesinambungan memberikan kejelasan dalam memahami sesuatu secara sungguh- sungguh. Jika perlu dapat dipertahankan pula menyempurnakan arah manusia berpikir, hingga dapat bersikap kritis, melainkan mencari kebenaran dalam apa yang dikatakan orang baik dalam buku-buku maupun dalam media lain.
BAB III PEMBAHASAN
A. Bagaimana filsafat itu berada
Filsafat adalah salah satu bentuk refleksi manusia yang paling mendalam dan paling tua dalam sejarah peradaban. Ia tidak hanya menjadi sebuah disiplin akademis, tetapi juga jalan untuk memahami keberadaan, realitas, dan makna hidup manusia. Namun, pertanyaan tentang "bagaimana filsafat itu berada" adalah pertanyaan yang fundamental dan menuntut penjelasan dari berbagai sudut pandang. Untuk menjawabnya, kita perlu menelusuri akar kata, sejarah perkembangan filsafat, fungsi, dan relevansinya dalam kehidupan manusia.
Filsafat berada karena ia adalah bagian integral dari keberadaan manusia. Ia muncul dari keingintahuan, refleksi, dan kebutuhan untuk memahami dunia. Filsafat ada dalam setiap aspek kehidupan manusia, baik secara teoritis maupun praktis. Sebagai disiplin yang terus berkembang, filsafat tidak hanya menjawab pertanyaan, tetapi juga menciptakan pertanyaan baru. Dengan demikian, filsafat akan selalu berada, selama manusia tetap berpikir, bertanya, dan mencari kebijaksanaan.
Secara etimologis, kata "filsafat" berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu philos yang berarti cinta, dan sophia yang berarti kebijaksanaan. Dengan demikian, filsafat dapat diartikan sebagai "cinta kebijaksanaan." Tetapi, makna ini tidak hanya merujuk pada cinta dalam arti emosional, melainkan sebuah kecenderungan intelektual untuk mencari pengetahuan, kebenaran, dan pemahaman mendalam. Berada dalam konteks filsafat adalah soal bagaimana sesuatu itu hadir dan bermakna. Ketika kita berbicara tentang "bagaimana filsafat itu berada," kita sesungguhnya bertanya bagaimana filsafat mengambil peran dalam menjelaskan keberadaan manusia, dunia, dan hubungan antara keduanya.
Filsafat berada karena manusia adalah makhluk reflektif. Tidak seperti hewan yang bertindak berdasarkan insting, manusia memiliki kemampuan untuk bertanya tentang dirinya sendiri dan dunia di sekitarnya. Pertanyaan seperti "Mengapa kita ada?" atau "Apa tujuan dari kehidupan?" adalah dasar dari filsafat. Filsafat lahir dari rasa heran (thaumazein ), seperti yang dijelaskan oleh Aristoteles. Dalam tradisi filsafat Barat, filsafat berada
sebagai upaya untuk menjelaskan dunia. Para filsuf seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles mendasarkan filsafat mereka pada pengamatan dan penalaran. Socrates, misalnya, menggunakan metode dialog untuk mengeksplorasi konsep-konsep moral dan etika, sedangkan Plato berusaha memahami realitas melalui teori dunia ide.
Di sisi lain, Aristoteles mengembangkan sistem logika yang menjadi dasar bagi banyak pemikiran filsafat modern. Namun, filsafat tidak hanya terbatas pada refleksi teoritis. Ia juga merupakan alat untuk memahami dan mengkritisi realitas sosial, budaya, dan politik. Dalam konteks ini, filsafat berada sebagai panduan untuk tindakan dan keputusan manusia.
Ontologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang "berada" atau keberadaan.
Dalam diskursus filsafat, keberadaan filsafat tidak dapat dilepaskan dari eksistensi manusia itu sendiri. Martin Heidegger, seorang filsuf Jerman, dalam karya utamanya Being and Time (1927), menyatakan bahwa filsafat adalah tentang memahami keberadaan (Being).
Menurut Heidegger, keberadaan manusia adalah sebuah proses yang terus berkembang, dan filsafat adalah sarana untuk memahami proses tersebut. Heidegger juga memperkenalkan konsep "Dasein," yang berarti "ada-di-dunia." Dalam pandangan Heidegger, manusia adalah makhluk yang sadar akan keberadaannya, dan kesadaran inilah yang memungkinkan filsafat untuk berada. Dengan kata lain, filsafat ada karena manusia mampu merenungkan keberadaannya.
1. Filsafat sebagai sistem pengetahuan
Selain sebagai refleksi eksistensial, filsafat juga berada sebagai sistem pengetahuan yang terorganisir. Salah satu cara filsafat itu berada adalah melalui hubungannya dengan ilmu pengetahuan. Filsafat adalah ibu dari semua ilmu, karena ia memberikan kerangka epistemologis untuk memahami metode ilmiah. Sebelum ilmu pengetahuan berdiri sendiri sebagai disiplin, filsafat telah membahas tentang alam, manusia, dan fenomena di sekitarnya. Namun, dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, filsafat beradaptasi dan menjadi lebih kritis. Ia mempertanyakan asumsi- asumsi dasar ilmu pengetahuan dan membantu manusia memahami implikasi etis dan filosofis dari penemuan ilmiah.
Sejak zaman kuno hingga modern, filsafat telah menjadi kerangka untuk memahami berbagai aspek kehidupan, mulai dari metafisika, epistemologi, etika,
hingga estetika. Filsafat tidak hanya berada di ruang akademik, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Ketika seseorang bertanya tentang makna hidup, keadilan, atau kebahagiaan, ia sedang berfilsafat. Filsafat berada dalam percakapan, diskusi, dan refleksi pribadi. Misalnya, ketika seseorang merenungkan apakah keputusan yang diambil adalah keputusan yang benar, ia sedang menggunakan filsafat etika. Ketika seseorang mencoba memahami mengapa sesuatu terjadi, ia sedang berfilsafat tentang kausalitas.
a. Metafisika
Metafisika adalah cabang filsafat yang membahas tentang hakikat realitas.
Ia bertanya, "Apa yang benar-benar ada?" dan "Apa sifat dasar dari keberadaan?"
Dalam konteks ini, filsafat berada sebagai usaha untuk menjelaskan realitas di luar dunia fisik.
b. Epistimologi
Epistemologi adalah studi tentang pengetahuan. Ia berusaha menjawab pertanyaan seperti "Bagaimana kita tahu apa yang kita tahu?" atau "Apa yang membuat sesuatu itu benar?" Filsafat berada dalam epistemologi melalui eksplorasi cara-cara manusia memperoleh dan memvalidasi pengetahuan.
c. Etika
Dalam etika, filsafat berada sebagai panduan untuk menentukan apa yang benar dan salah, baik dan buruk. Filsafat etika membahas tentang nilai-nilai yang mendasari tindakan manusia.
d. Estetika
Filsafat juga berada dalam estetika, yaitu studi tentang keindahan dan seni.
Estetika mempertanyakan apa yang membuat sesuatu itu indah dan bagaimana pengalaman keindahan memengaruhi manusia.
2. Filsafat dalam konteks sejarah
Filsafat tidak hanya berada dalam ruang teori, tetapi juga dalam sejarah dan budaya. Misalnya, filsafat Yunani Kuno muncul sebagai respons terhadap keingintahuan tentang alam semesta. Pada abad pertengahan, filsafat berada dalam kerangka teologi, di mana pemikiran filosofis digunakan untuk memahami iman dan wahyu.
Di era modern, filsafat berada sebagai alat untuk memahami perubahan sosial dan politik. Para filsuf seperti Immanuel Kant, Karl Marx, dan Friedrich Nietzsche memberikan kontribusi besar dalam menjelaskan dinamika masyarakat modern. Kant, misalnya, memperkenalkan konsep tentang kebebasan moral, sementara Marx menjelaskan bagaimana struktur ekonomi memengaruhi kehidupan manusia.
Di era modern, filsafat berada sebagai alat untuk menghadapi tantangan baru.
Dunia saat ini menghadapi berbagai isu global, seperti perubahan iklim, ketimpangan sosial, dan kemajuan teknologi. Filsafat membantu manusia merenungkan implikasi dari perkembangan ini dan mencari solusi yang berlandaskan pada nilai-nilai kemanusiaan. Misalnya, filsafat teknologi membantu manusia memahami dampak etis dari kecerdasan buatan dan robotika. Filsafat lingkungan berusaha menjelaskan hubungan antara manusia dan alam, serta mencari cara untuk menciptakan harmoni.
B. Mengapa adanya filsafat
Filsafat adalah refleksi mendalam manusia terhadap keberadaan, pengetahuan, nilai- nilai, dan realitas. Namun, muncul pertanyaan fundamental: mengapa filsafat itu ada?
Untuk memahami alasan keberadaan filsafat, kita perlu menelusuri akar dari kebutuhan manusia akan refleksi mendalam ini. Filsafat tidak hadir begitu saja tanpa sebab. Ia adalah produk dari sifat dasar manusia yang selalu ingin tahu, meragukan, dan mencari makna.
Filsafat ada karena manusia adalah makhluk yang bertanya. Ketika seseorang merenungkan mengapa dirinya ada, apa tujuan hidup, atau mengapa dunia bekerja sebagaimana adanya, ia sedang menjalani aktivitas filosofis. Aristoteles dalam
*Metaphysics* mengatakan, "Semua manusia secara alami mendambakan pengetahuan."
Keingintahuan ini adalah dorongan pertama yang membawa manusia pada filsafat.
Manusia memiliki kemampuan unik untuk tidak hanya menerima kenyataan, tetapi juga mempertanyakan dan mencoba memahaminya. Misalnya, mengapa matahari terbit dan tenggelam? Mengapa manusia menderita? Pertanyaan seperti ini tidak hanya bersifat praktis tetapi juga eksistensial, menyentuh inti dari apa artinya menjadi manusia. Dalam konteks ini, filsafat ada sebagai jawaban terhadap kebutuhan manusia untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mendalam tersebut.
Filsafat juga ada karena manusia adalah makhluk yang meragukan. Descartes, filsuf modern yang terkenal dengan ungkapan “Cogito, ergo sum” (Aku berpikir, maka aku ada), menjadikan keraguan sebagai titik awal filsafatnya. Ia menyatakan bahwa keraguan adalah langkah pertama menuju pengetahuan sejati. Keraguan membuat manusia tidak hanya menerima hal-hal apa adanya tetapi juga menguji kebenaran dari apa yang diyakini.
Misalnya, seseorang mungkin meragukan keberadaan Tuhan, makna keadilan, atau realitas dunia fisik. Dalam meragukan hal-hal ini, manusia terdorong untuk mencari argumen yang mendukung atau menolak asumsi-asumsi tersebut. Dengan demikian, filsafat ada sebagai medium untuk mengatasi keraguan dan menemukan landasan yang kokoh bagi keyakinan.
Alasan lain mengapa filsafat ada adalah karena manusia membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang realitas. Realitas adalah sesuatu yang kompleks dan seringkali tidak dapat dipahami sepenuhnya melalui pengalaman sehari-hari atau ilmu pengetahuan saja. Dalam filsafat, manusia berusaha memahami realitas pada tingkat yang lebih mendalam. Contohnya adalah pertanyaan metafisika tentang apa yang benar-benar ada (being). Apakah realitas terbatas pada hal-hal fisik, atau ada dimensi spiritual? Dalam hal ini, filsafat ada untuk membantu manusia menjelajahi dimensi-dimensi realitas yang tidak dapat disentuh oleh metode empiris.
Manusia adalah makhluk yang selalu mencari kebenaran. Namun, kebenaran tidak selalu mudah ditemukan, dan seringkali ada berbagai perspektif tentang apa yang benar.
Filsafat ada untuk membantu manusia mengeksplorasi berbagai cara untuk memahami dan mendefinisikan kebenaran. Epistemologi, cabang filsafat yang membahas tentang pengetahuan, adalah contoh bagaimana filsafat ada untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana manusia mengetahui sesuatu. Apakah kebenaran bersifat absolut atau relatif?
Apakah kebenaran hanya didasarkan pada pengalaman, atau ada kebenaran yang bersifat universal? Pertanyaan-pertanyaan ini hanya dapat dijawab melalui refleksi filosofis.
Filsafat ada karena manusia tidak hanya bertanya tentang apa yang ada, tetapi juga tentang apa yang seharusnya ada. Pertanyaan tentang nilai-nilai moral, keadilan, dan kebahagiaan adalah inti dari etika, salah satu cabang filsafat yang paling penting. Manusia sering dihadapkan pada dilema moral, seperti apakah sesuatu itu baik atau buruk, adil atau tidak adil. Dalam konteks ini, filsafat menjadi alat untuk mengeksplorasi dan merumuskan prinsip-prinsip yang dapat memandu tindakan manusia. Misalnya, para filsuf seperti
Immanuel Kant dan John Stuart Mill mencoba memberikan kerangka kerja untuk memahami moralitas berdasarkan akal dan konsekuensi. Dengan kata lain, filsafat ada karena manusia membutuhkan panduan dalam menghadapi kompleksitas kehidupan moral dan sosial.
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, filsafat berasal dari kata Yunani philosophia, yang berarti cinta kebijaksanaan. Filsafat ada karena manusia tidak hanya mencari pengetahuan, tetapi juga kebijaksanaan. Kebijaksanaan berbeda dengan pengetahuan.
Pengetahuan adalah tentang fakta, sementara kebijaksanaan adalah tentang bagaimana menggunakan fakta tersebut dengan cara yang benar dan bermakna. Dalam konteks ini, filsafat ada sebagai alat untuk membantu manusia menjadi lebih bijaksana dalam menjalani kehidupan.
Misalnya, filsafat sering mengeksplorasi pertanyaan tentang bagaimana manusia dapat hidup dengan baik. Apa arti kebahagiaan? Bagaimana seseorang bisa mencapai kehidupan yang bermakna? Pertanyaan-pertanyaan ini menunjukkan bahwa filsafat ada untuk membantu manusia mencapai kebijaksanaan yang lebih tinggi. Filsafat juga ada sebagai alat untuk mengkritisi dan membebaskan manusia dari belenggu dogma, penindasan, dan ketidaktahuan. Dalam sejarahnya, filsafat sering digunakan untuk mempertanyakan otoritas, tradisi, dan norma-norma yang dianggap tidak adil atau tidak rasional.
Contohnya adalah filsafat kritis dari Karl Marx, yang mengeksplorasi bagaimana struktur ekonomi dan politik dapat menciptakan ketidakadilan sosial. Melalui filsafat, manusia dapat memahami sistem-sistem yang mengontrol kehidupan mereka dan mencari cara untuk mengubahnya. Dengan kata lain, filsafat ada untuk membantu manusia mengidentifikasi dan mengatasi struktur-struktur yang menghambat kebebasan mereka.
Salah satu alasan penting mengapa filsafat ada adalah karena ia menjadi dasar bagi ilmu pengetahuan. Sebelum ada disiplin ilmu yang terpisah seperti fisika, biologi, atau psikologi, semua bentuk pengetahuan berada dalam domain filsafat. Filsafat adalah tempat di mana metode ilmiah, logika, dan prinsip-prinsip dasar pengetahuan pertama kali dirumuskan. Bahkan saat ini, filsafat tetap relevan dalam membantu ilmu pengetahuan menjawab pertanyaan-pertanyaan fundamental yang tidak dapat dijawab melalui
eksperimen semata, seperti "Apa itu kebenaran ilmiah?" atau "Apa batas dari metode ilmiah?"
Filsafat juga ada karena manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan dialog dan diskusi untuk memahami dunia. Banyak masalah dalam kehidupan manusia tidak dapat diselesaikan sendirian, tetapi membutuhkan kolaborasi dan pertukaran ide. Filsafat menyediakan kerangka untuk dialog yang rasional dan konstruktif. Melalui debat filosofis, manusia dapat mengeksplorasi berbagai sudut pandang dan menemukan solusi yang lebih baik untuk masalah-masalah kompleks.
Filsafat ada karena manusia adalah makhluk yang sadar akan keterbatasan dan kefanaan mereka. Kesadaran ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan mendalam tentang makna hidup dan kematian. Misalnya, filsuf eksistensialis seperti Søren Kierkegaard dan Jean-Paul Sartre mengeksplorasi bagaimana manusia dapat menemukan makna dalam kehidupan yang seringkali tampak absurd atau tanpa tujuan. Dalam hal ini, filsafat ada untuk membantu manusia menghadapi realitas eksistensial mereka dengan keberanian dan kreativitas.
Dalam kegiatan ini manusia akan berusaha untuk mencapai kearifan dan kebaikan.
Kearifan merupakan buah yang dihasilkan filsafat dari usaha mencapai hubungan- hubungan antara berbagai pengetahuan, dan menentukan implikasinya baik secara yang tersurat maupun yang tersirat dalam kehidupan. Berfilsafat berarti berpikir, tetapi tidak semua berpikir dapat dikategorikan berfilsafat.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Filsafat ada karena manusia adalah makhluk yang berpikir, meragukan, bertanya, dan mencari makna. Ia tidak hanya muncul sebagai bentuk refleksi teoritis, tetapi juga sebagai jawaban terhadap kebutuhan praktis manusia untuk memahami dunia dan menjalani kehidupan yang bermakna. Dalam berbagai dimensinya—ontologis, epistemologis, etis, dan estetis—filsafat selalu hadir sebagai alat untuk menjelajahi realitas, mencari kebenaran, dan menciptakan kebijaksanaan. Ia adalah bagian tak terpisahkan dari keberadaan manusia, dan selama manusia tetap berpikir, bertanya, dan mencari, filsafat akan terus ada..
Ada beberapa poin penting tentang pentingnya filsafat bagi manusia yaitu: Dengan belajar filsafat diharapkan akan dapat menambah ilmu pengetahuan, karena dengan bertambahnya ilmu akan bertambah pula cakrawala pemikiran dan pegangan yang semakin luas Dasar semua tindakan. Sesungguhnya filsafat di dalamnya memuat ide-ide yang akan membawa manusia ke arah kemampuan untuk merentang kesadarannya dalam segala tindakannya sehingga manusia akan dapat lebih hidup, lebih tanggap terhadap diri dan lingkungan, lebih sadar terhadap diri dan lingkungan.
B. Saran
Diperlukan suatu ilmu yang sifatnya memberikan pengarahan. Dengan ilmu tersebut, manusia akan dibekali suatu kebijaksanaan yang di dalamnya memuat nilai-nilai kehidupan yang sangat diperlukan oleh umat manusia. Oleh sebab itu, diharapkan filsafat mampu memberi manusia suatu integrasi dalam membantu mendekatkan manusia pada nilai-nilai kehidupan untuk mengenai mana yang pantas ditolak, mana yang pantas disetujui, mana yang pantas diambil, sehinga dapat memberikan makna kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
Fatimah, Irma, Filsafat Islam; Kajian Ontologis, Epistemologi, Aksiologis, Historis, Prospektif Yogyakarta: Lembaga Studi Filsafat Islam, 2020.
Feibleman, James K., Understanding Philosophy: A Popular History of Ideas, London: Billing &
Sons Ltd., 2016.
Gazalba, Sidi, Sistematika Filsafat, Jakarta: Bulan Bintang, 2011.
Harold H. Titus, Living Issues in Philosophy,Introductory Text Book, New York:2009.
M. Taufik Mandailing, Mengenal Filsafat Lebih Dekat, Yogyakarta:Lembaga Studi Filsafat Islam , 2013.
M. Sidi Ritaudin, “Mengenal Filsafat dan Karakteristiknya”, Kalam: Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam, Vol. 9, No. 1, 2015.
Madjid Fakhry, Madjid, Sejarah Filsafat Islam, terj. Mulyadhi Kartanegara, Jakarta: Pustaka Jaya, 2016.