• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian, Manfaat, dan Hakikat Filsafat

N/A
N/A
Yusufa Aulia Azhar

Academic year: 2024

Membagikan " Pengertian, Manfaat, dan Hakikat Filsafat"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PENGERTIAN, MANFAAT & HAKIKAT FILSAFAT, SERTA SUMBER- SUMBER PENGETAHUAN

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Hukum Islam

Dosen Pengampu Mata Kuliah:

Dr. Hervin Yoki Pradikta, M.H.I.

Disusun Oleh:

Muhammad Zarkasi 2121010103 Nur Kholifah 2121010108 Arya Cahyo Disto 2021010178 M. Ferly Safel 2021010082 Yusufa Aulia Azhar 2121010129

Dwi Aris 2021010193

PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARIAH

UIN RADEN INTAN LAMPUNG TAHUN 2023/2024

(2)

i

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga dengan berkat karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah

“Pengertian, Manfaat & Hakikat Filsafat, Serta Sumber-Sumber Pengetahuan”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Filsafat Hukum Islam di Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung. Dan tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Hervin Yoki Pradikta, M.H.I. selaku dosen pengampu mata kuliah Filsafat Hukum Islam yang telah membimbing kami. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun kepada pembaca umumnya.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bandar Lampung, 6 Maret 2024

Penulis

(3)

ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penulisan ... 2

BAB II PEMBAHASAN ... 3

A. PENGERTIAN FILSAFAT ... 3

B. MANFAAT & HAKIKAT FILSAFAT ... 6

C. SUMBER PENGETAHUAN ... 9

BAB 3 PENUTUP ... 13

DAFTAR PUSTAKA ... 14

(4)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Latar belakang adalah bagian penting dari sebuah makalah karena memberikan konteks dan pemahaman yang lebih dalam tentang topik yang dibahas. Berikut adalah latar belakang yang mungkin cocok untuk makalah Anda:

Dalam era modern ini, pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat, sehingga mengubah paradigma manusia terhadap kehidupan dan eksistensinya. Namun, di balik kemajuan teknologi yang luar biasa ini, manusia masih tetap mempertanyakan makna dan hakikat kehidupan serta alam semesta ini. Pertanyaan-pertanyaan fundamental tentang keberadaan, tujuan hidup, dan hakikat realitas seringkali menjadi pusat perhatian manusia sepanjang sejarah.

Filsafat hadir sebagai sebuah disiplin ilmu yang memusatkan perhatiannya pada pertanyaan- pertanyaan mendasar tentang eksistensi, pengetahuan, nilai, dan etika. Dalam konteks ini, penting untuk memahami secara mendalam pengertian, manfaat, dan hakikat dari filsafat sebagai satu upaya manusia untuk memahami dirinya sendiri dan dunia di sekitarnya.

Dalam pengertian yang lebih spesifik, pengkajian mengenai filsafat memperkenalkan kepada kita konsep-konsep fundamental seperti logika, metafisika, etika, serta epistemologi. Melalui pemahaman atas konsep-konsep ini, manusia dapat merenungkan dan merangkai makna dari keberadaan dan pengalaman hidupnya.

Selain itu, pemahaman terhadap manfaat filsafat juga menjadi penting. Meskipun seringkali dianggap sebagai disiplin yang abstrak dan terpisah dari kehidupan sehari-hari, filsafat sebenarnya memiliki peran yang sangat relevan dalam pembentukan pemikiran kritis, refleksi moral, dan penguatan nilai-nilai kemanusiaan. Dengan memahami manfaat filsafat, kita dapat mengintegrasikan konsep-konsep filosofis ke dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menjadi manusia yang lebih sadar dan bertanggung jawab.

Tak kalah pentingnya adalah pemahaman mengenai sumber-sumber pengetahuan yang menjadi dasar bagi filsafat. Sebagai sebuah disiplin yang mencari kebenaran mutlak, filsafat perlu merenungkan asal usul dan validitas dari pengetahuan yang menjadi dasar argumentasinya. Dengan memahami sumber-sumber pengetahuan ini, kita dapat memahami

(5)

2

konteks dan landasan filosofis dari pemikiran-pemikiran yang dikembangkan dalam sejarah filsafat.

Dalam konteks globalisasi dan perkembangan teknologi informasi saat ini, pengetahuan tentang filsafat bukan hanya penting bagi para akademisi, tetapi juga untuk masyarakat luas.

Oleh karena itu, penelitian tentang pengertian, manfaat, dan hakikat filsafat, serta sumber- sumber pengetahuan yang melatari filosofi, menjadi relevan dan perlu untuk dieksplorasi lebih lanjut. Dengan demikian, makalah ini bertujuan untuk menjelaskan secara komprehensif konsep-konsep dasar filsafat serta relevansinya dalam konteks kehidupan manusia modern.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Filsafat?

2. Apa Saja Manfaat Dan Hakikat Filsafat?

3. Apa Saja Sumber-Sumber Pengetahuan?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui Definisi Filsafat

2. Mengetahui Manfaat Dan Hakikat Filsafat 3. Mengetahui Sumber-Sumber Pengetahuan

(6)

3 BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN FILSAFAT

Filsafat pada awalnya dikenal pada kisaran tahun 700 SM, di Yunani. Filsafat yang dalam bahasa Yunani disebut philoshopia, pada dasarnya terkonstruksi dari dua suku kata, philos atau philia dan sophos. Philos diartikan sebagai cinta persahabatan, sedangkan sophos berarti hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, dan inteligensia. Oleh karena itu, philosophia dapat diartikan sebagai cinta kebijaksanaan atau kebenaran.1

Pengistilahan philosophia sendiri untuk pertama kali dalam sejarah menjadi sesuatu yang diperdebatkan. Ada yang mengatakan bahwa philoshopi diperkenalkan pertama kali oleh Heraklitos (540480 SM). Ada pula yang menga takan bahwa Pythagoras lah yang pertama kali. Akan tetapi, terlepas dari perdebatan siapa yang pertama kali memperkenalkan nomenclature philosophia (filsafat), maka yang terpenting bahwa filsafat telah menjadi bagian dari peradaban dunia. Oleh karena itu, yang menarik dipertanyakan adalah apakah filsafat harus dideinisikan atau tidak?

Menurut Hatta,2 bahwa alangkah lebih baik untuk tidak memberikan pengertian tentang filsafat, biarlah orang tersebut mempelajari filsafat terlebih dahulu dan setelah orang tersebut mengerti, maka dengan sendirinya ia akan memberikan pengertian apa itu filsafat?

Sejalan pendapat Hatta , Langeveld mengatakan, bahwa setelah orang berfilsafat sendiri, barulah ia maklum apa itu filsafat, semakin lama ia berfilsafat akan semakin mengerti ia apa filsafat itu.

1. Pengertian Filsafat Secara Etimologi

Pada dasarnya jika kita cermati lebih lanjut kata filsafat berasal dari kata falsafah (bahasa Arab) dan piloshsophy (bahasa Inggris) berasal dari bahasa Yunani philoshophia terdiri dari dari dua kata “Philos” yang berarti cinta dan “Shopia” berarti kebijaksanaan. Berarti jika kedua kata tersebut disambungkan maka akan bermakna mencintai kebijaksanaan. Arti kebijaksanaan itu sendiri berarti pula kebenaran di dalam perbuatan. Jika orang beriman ia berinsip bahwa kebenaran yang mutlak itu hanya ada

1 Amsal Bakhtiar, 1997, Filsafat Agama, Jakarta: Logos, hlm. 7

2 Hatta, 1966, (Sumanto, 2019), Jakarta: Tinta Mas hlm. 3

(7)

4

pada Tuhan, dan manusia hanya bisa mencari kebenaran itu karena didorong oleh cintanya akan kebenaran tersebut. Filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan mengenai segala sesuatu dengan memandang sebab-sebab yang terdalam, tercapai dengan budi murni.

Menurut catatan sejarah, kata Philosopia ini pertama kali digunakan oleh Pythagoras, seorang filosof Yunani yang hidup pada 582-496 sebelum Masehi. Cicero (106-43 SM), seorang penulis Romawi terkenal pada zaman-nya dan sebagian karyanya masih dibaca hingga saat ini, mencatat bahwa kata ‘filsafat’ dipakai Pythagoras sebagai reaksi terhadap kaum cendekiawan pada masanya yang menamakan dirinya ‘ahli pengetahuan.’ Pythagoras menyatakan bahwa pengetahuan itu begitu luas dan terus berkembang. Tiada seorangpun yang mungkin mencapai ujungnya. Jadi, jangan sombong menjuluki diri kita ‘ahli’ dan ‘menguasai’ ilmu pengetahuan. Bukan itu maksud kata kebijaksanaan. Kata Pythagoras, kita ini lebih cocok dikatakan sebagai pencari dan pencinta pengetahuan dan kebijaksanaan, yakni filosof. Pernyataan Pythagoras memang diabaikan dan diselewengkan oleh banyak pihak terutama oleh kaum ‘sophist’. Mereka seakan menjadi orang yang paling tahu dan bijaksana. Mereka mempergunakan kefasihan bahasa dan kelihaian bersilat lidah untuk meyakinkan masyarakat dan merebut pengaruh.

Pertanyaan pokok yang harus dicari jawabannya adalah apakah filsafat itu. Tentu Anda sendiri sering mendengar bahkan menggunakan kata filsafat. Perlu Anda ketahui bahwa telah banyak para ahli filsafat yang memberikan pengertian dan definisi tentang filsafat. Akan tetapi, terdapat keragaman dalam memberikan pengertian dan merumuskan definisi tersebut. Hal ini terjadi karena masing-masing ahli filsafat atau filsuf itu mempunyai konsep yang berbeda dengan filsuf yang lain dan memiliki dasar pemikiran dan pandangan yang berbeda pula. Anda perlu memahami perbedaan tersebut,dengan seksama untuk memperoleh wawasan pengetahuan yang luas dan mendalam. Perlu Anda ketahui bahwa kata filsafat berasal dari kata Yunani, yaitu philosophia, terdiri dari kata philos yang berarti cinta atau sahabat dan kata sophia yang berarti kebijaksanaan, kearifan atau pengetahuan. Jadi, philosophia berarti cinta pada kebijaksanaan atau cinta pada kebenaran, dalam hal ini kebenaran ilmu pengetahuan.

Memahami pengertian filsafat dengan cara memahami apa yang dilakukan oleh para filsuf itu. Anda tentu menyadari bahwa dalam kehidupan sehari-hari sering kali manusia mengalami hal-hal yang kurang dipahami sehingga menimbulkan pertanyaan dalam

(8)

5

dirinya dan menggugah rasa ingin tahunya. Banyak peristiwa yang terjadi dalam alam ini yang sangat menakjubkan, yang menimbulkan kekaguman, bahkan yang menakutkan. Bintang-bintang yang berkedip-kedip di malam hari, lautan biru yang senantiasa bergerak, bahkan gempa bumi. Anda ingat peristiwa Tsunami 2014 di Aceh dan di beberapa tempat yang menghancurkan bangunan-bangunan yang memakan banyak korban adalah beberapa contoh peristiwa alam yang dahsyat. Tentu saja peristiwa ini dapat menimbulkan pertanyaan apakah yang sebenarnya terjadi dan apakah yang menjadi asal dari segala yang ada dalam alam ini. Hal ini pulalah yang menjadi pertanyaan dan pemikiran bagi beberapa orang pada masa sekitar 600-200 tahun Sebelum Masehi (SM) di Yunani.

2. Pengertian Filsafat Secara Terminologi

Adapun definisi filsafat menurut filosof, yaitu :

a. Plato (427-348 SM) Mengatakan filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha mencapai kebenaran yang asli., karena kebenaran mutlak ditangan tuhan atau disingkat dengan pengetahuan tentang segala yang ada.

b. Aristoteles (384-322 SM) : Filsafat ialah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, sosial budaya Suraiyo, Filsafat Ilmu Perkembagannya di Indonesia Suatu Pengantar, (Jakarta: Bumi Aksara 2013), h.3 8 dan estetika atau menyelidiki sebab dan asas segala benda.

c. Cicerio (106—43 SM) Filsafat ialah induk dari segala ilmu pengetahuan, sesuatu yang diciptakan Tuhan.

d. Al- Farrabi (950 SM) Filsafat adalah pengetahuan tentang yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakikatnya yang sebenarnya.

e. Imannuel Kant (1724-1804) Filsafat adalah ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup didalamnya empat persoalan yaitu :

1) Apakah yang dapat kita ketahui ? (dijawab oleh metafisika), 2) Apakah yang boleh kita kerjakan ? (dijawab oleh agama), 3) Sampai dimanakah pengharapan kita ? (dijawab oleh etika),

4) Apakah yang dinamakan manusia? (dijawab oleh filsafat antropolog).

f. Rene Descrates (1590-1650) Filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan dimana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikan.

(9)

6

g. Hasbullah Bakry Memberi defenisi filsafat dengan “ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengn mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat pengetahuan tentang bagaimana hakekatnya sejauh yang dapat dicapai manusia”.

Beberapa pengertian dari para ahli filsafat mendefinisikan filsafat dari titik tolak,sudut pandangan yang berbeda sesuai dengan latar belakang dan merumuskan tentang filsafat secara berbeda-beda. Setiap sudut pandangan yang digunakan para filsuf tidaklah bertentangan satu sama lain melainkan mereka saling melengkapi kepentingannya masing-masing. Dengan perbedaan latar belakang yang mereka miliki.3

B. MANFAAT & HAKIKAT FILSAFAT

Menurut Harold H. Titus, filsafat adalah suatu usaha untuk memahami alam semesta, maknanya dan nilainya. Apabila tujuan ilmu adalah kontrol, dan tujuan seni adalah kreativitas, kesempurnaan bentuk keindahan komunikasi dan ekspresi, maka tujuan filsafat adalah [engertian dan kebijaksanaan (understanding and wisdom).

Dr. Oemar A. Hosein mengatakan: Ilmu memberi kepada kita pengetahuan, dan filsafat memberikan hikmah. Filsafat memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan kebenaran.

S. Takdir Alisyahbana menulis dalam bukunya: Pembimbing ke Filsafat Metafisika, filsafat itu dapat memberikan ketenangan pikiran-pikiran dan kematangan hati, sekalipun menghadapi maut. Dalam tujuannya yang tunggal (yaitu kebenaran) itulah letaknya kebesaran, kemuliaan, malahan kebangsawanan filsafat di antara kerja manusia yang lain.

Kebenaran dalam arti yang sedalam dalamnya dan seluas-luasnya baginya, itulah tujuan yang tertinggi dan satu-satunya. Bagi manusia, berfilsafat itu berarti mengatur hidupnya seinsaf-insafnya, senetral netralnya dengan perasaan tangung jawab, yakni tanggung jawab terhadap dasar hidup yang sedalam-dalamnya, baik Tuhan, alam atau pun kebenaran.

Radhakrishnan dalam bukunya, History of Philosophy menyebutkan: Tugas filsafat bukanlah sekedar mencerminkan semangat masa ketika kita hidupi, melainkan membimbingnya maju. Fungsi filsafat adalah kreatif, menerapkan nilai, menerapkan

3 Edi Sumanto, 2019, Filsafat Jilid 1, Bengkulu, Penerbit Vanda. hlm. 3-7

(10)

7

tujuan, menentukan arah dan menuntun pada jalan baru. Filsaafat hendaknya mengilhamkan keyakinan kepada kita untuk menopang dunia baru, mencetak manusia- manusia yang menjadikan penggolongan- penggolongan berdasarkan nation, ras, dan keyakinan keagamaan mengabdi kepada cinta mulia kemanusiaan. Filsafat tidak ada artinya sama sekali apabila tidak universal, baik dalam ruang lingkupnya maupun dalam semangatnya.

Berbeda dengan pendapat Soemadi Soejabrata, yaitu mempelajari filsafat adalah untuk mempertajam pikiran maka H. De Vos berpendapat bahwa filsafat tidak hanya cukup diketahui, tetapi harus dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Orang mengharapkan bahwa filsafat akan memberikan kepadanya dasar-dasar pengetahuan, yang dibutuhkan untuk hidup secara baik. Filsafat harus mengajar manusia, bagaimana ia harus hidup agar dapat menjadi manusia yang baik dan bahagia.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan filsafat adalah mencari hakikat kebenaran sesuatu, baikdalam logika (kebenaran berpikir), etika (berperilaku), maupun Metafisika (hakikat keaslian). Sekarang ada pertayaan: Apa manfaatnya kita mempelajari filsafat?

Manfaat mempelajari filsafat ada bermacam-macam. Namun sekurang-kurangnya ada 4 macam faedah, yaitu :

a) Agar terlatih berpikir serius b) Agar mampu memahami filsafat c) Agar mungkin menjadi filsafat

d) Agar menjadi warga negara yang baik

Berfilsafat ialah berusaha menemukan kebenaran tentang segala sesuatu dengan menggunakan pemikiran secara serius. Kemampuan berpikir serius diperlukan oleh orang biasa, penting bagi orang-orang penting yang memegang posisi penting dalam membangun dunia. Plato menghendaki kepala negara seharusnya filosuf. Kemampuan berpikir serius itu, mendalam adalah salah satu cirinya, tidak akan dimiliki tanpa melalui latihan. Belajar filsafat merupakan salah satu bentuk latihan untuk memperoleh kemampuan memecahkan masalah secara serius, menemukan akar persoalan yang terdalam, menemukan sebab terakhir satu penampakkan.

(11)

8

Mengetahui isi filsafat tidak perlu bagi setiap orang. Akan tetapi orang-orang ingin berpartisipasi didalam membangun dunia perlu mengetahui ajaran-ajaran filsafat.

Mengapa? Sudah disebut sebelum ini, dunia dibentuk oleh dua kekuatan: agama dan filsafat. Jika kita tahu filsafatnya, kita akan tahu tentang manusianya. Yang dimiliki oleh manusia dan filsafat. Filsafat itu sendiri adalah bagian penting atau itu kebudayaan.

Dengan uraian diatas jelaslah bagi kita bahwa secara kongkrit manfaat mempelajari filsafat adalah :

1. Filsafat menolong mendidik, membangun diri kita sendiri dengan berpikir lebih mendalam, kita mengalami dan meyadari kerohanian kita. Rahasia hidup yang kita selidiki justru memaksa kita berpikir, untuk hidup dengan sesadar-sadarnya, dan memberikan isi kepada hidup kita sendiri.

2. Filsafat memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan memecahkan persoalan-persoalan dalam hidup sehari-hari. Orang yang hidup secara dangkal saja, tidak mudah melihat persoalan-persoalan, apalagi melihat pemecahannya. Dalam filsafat kita dilatih melihat dulu apa yang menjadi persoalan dan ini merupakan syarat mutlak untuk memecahkannya.

3. Filsafat memberikan pandangan yang luas, membandingkan akuisme dan aku- sentrisme (dalam segala hal hanya melihat dan mementingkan kepentingan dan kesenangan si aku)

4. Filsafat merupakan latihan untuk berpikir sendiri, hingga kita tak hanya ikut-ikutan saja, membuntut pada pandangan umum, percaya akan setiap semboyan dalam surat- surat kabar, tetapi secara kritis menyelidiki apa yang dikemukakan orang, mempunyai pendapat sendiri, berdiri sendiri, dengan cita-cita mencari kebenaran.

5. Filsafat memberikan dasar-dasar, baik untuk hidup kita sendiri (terutama dalam etika) maupun untuk ilmuilmu pengetahuan dan lainnya, seperti sosiologi, Ilmu jiwa, ilmu mendidik, dan sebagainya.

6. Filsafat mengajarkan kepada manusia bagaimana berpikir kritis, sistimatis, dan bijaksana dalam memaknai kehidupan sehari-hari untuk mencapai suatu tujuan hidup yaitu kebahagian.4

4 Dr. Hj. Muliati Sesady, M. Ag, Pengantar Filsafat (Yogyakarta: TrustMedia Publishing:2019), hal. 31-35. (Suaedi, 2016)

(12)

9 C. SUMBER PENGETAHUAN

Sumber dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai asal. Sebagai contoh sumber mata air, berarti asal dari air yang berada di mata air itu. Dengan demikian sumber ilmu pengetahuan adalah asal dari ilmu pengetahuan yang diperolah manusia. Jika membicarakan masalah asal, maka pengetahuan dan ilmu pengetahuan tidak dibedakan, karena dalam sumber pengetahuan terdapat sumber ilmu pengetahuan.

1. Rasionalisme

Paham rasionalisme ini beranggapan bahwa sumber pengetahuan manusia adalah rasio. Jadi, dalam proses perkembangan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia harus dimulai dari rasio. Tanpa rasio, mustahil manusia dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Rasio itu adalah berpikir. Oleh karena itu, berpikir inilah yang kemudian membentuk pengetahuan. Manusia yang berpikirlah yang akan memperoleh pengetahuan. Semakin banyak manusia itu berpikir maka semakin banyak pula pengetahuan yang didapat. Berdasarkan pengetahuanlah manusia berbuat dan menentukan tindakannya sehingga nanti ada perbedaan perilaku, perbuatan, dan tindakan manusia sesuai dengan perbedaan pengetahuan yang didapat tadi. Tokoh- tokohnya ialah Rene Descartes, Spinoza, leibzniz, dan Wolff, meskipun pada hakikatnya akar pemikiran mereka dapat ditemukan pada pemikiran para filsuf klasik misalnya Plato, Aristoteles, dan lainnya.

Namun demikian, rasio juga tidak bisa berdiri sendiri. Ia juga butuh dunia nyata sehingga proses pemerolehan pengetahuan ini ialah rasio yang bersentuhan dengan dunia nyata di dalam berbagai pengalaman empirisnya. Dengan demikian, seperti yang telah disinggung sebelumnya kualitas pengetahuan manusia ditentukan seberapa banyak rasionya bekerja. Semakin sering rasio bekerja dan bersentuhan dengan realitas sekitar maka semakin dekat pula manusia itu kepada kesempurnaan.

Prof. Dr. Muhmidayeli, M.Ag menulis dalam bukunya Filsafat Pendidikan yaitu

“Kualitas rasio manusia ini bergantung pada penyediaan kondisi yang memungkinkan berkembangnya rasio ke arah yang memadai untuk menelaah berbagai permasalahan kehidupan menuju penyempurnaan dan kemajuan”. Dalam hal ini, penulis memahami yang dimaksud penyedian kondisi tersebut ialah menciptakan sebuah lingkungan

(13)

10

positif yang memungkinkan manusia terangsang untuk berpikir dan menelaah berbagai masalah yang nantinya memungkinkan ia menuju penyempunaan dan kemajuan diri.

Karena pengembangan rasionalitas manusia sangat bergantung pada pendayagunaan maksimal unsur rohaniah individu yang sangat bergantung pada proses psikologis yang lebih mendalam sebagai proses mental. Oleh karena itu, untuk mengembangkan sumber daya manusia menurut aliran rasionalisme ialah dengan pendekatan mental disiplin, yaitu dengan melatih pola dan sistematika berpikir seseorang melalui tata logika yang tersistematisasi sedemikian rupa sehingga ia mampu menghubungkan berbagai data dan fakta yang ada dalam keseluruhan realitas melalui uji tata pikir logis-sistematis menuju pengambilan kesimpulan yang baik pula.

2. Empirisme

Secara epistimologi, istilah empirisme barasal dari kata Yunani yaitu emperia yang artinya pengalaman. Tokoh-tokohnya yaitu Thomas Hobbes, Jhon Locke, Berkeley, dan yang terpenting adalah David Hume.

Berbeda dengan rasionalisme yang memberikan kedudukan bagi rasio sebagai sumber pengetahuan, empirisme memilih pengalaman sebagai sumber utama pengenalan, baik pengalaman lahiriah maupun pengalaman batiniah. Thomas Hobbes menganggap bahwa pengalaman indrawi sebagai permulaan segala pengenalan.

Pengenalan intelektual tidak lain dari semacam perhitungan (kalkulus), yaitu penggabungan data-data indrawi yang sama dengan cara yang berlainan. Dunia dan materi adalah objek pengenalan yang merupakan sistem materi dan merupakan suatu proses yang berlangsung tanpa hentinya atas dasar hukum mekanisme. Atas pandangan ini, ajaran Hobbes merupakan sistem materialistis pertama dalam sejarah filsafat modern.

Prinsip-prinsip dan metode empirisme pertama kali diterapkan oleh Jhon Locke.

Penerapan tersebut terhadap masalah-masalah pengetahuan dan pengenalan. Langkah yang utama adalah Locke berusaha menggabungkan teori emperisme seperti yang telah diajarkan Bacon dan Hobbes dengan ajaran rasionalisme Descartes. Penggabungan ini justru menguntungkan empirisme. Ia menentang teori rasionalisme mengenai ide-ide dan asas-asas pertama yang dipandang sebagai bawaan manusia. Menurutnya, segala pengetahuan datang dari pengalaman dan tidak lebih dari itu dan akal manusia adalah

(14)

11

pasif pada saat pengetahuan itu didapat. Akal tidak bisa memperoleh pengetahuan dari dirinya sendiri. Akal tidak lain hanyalah seperti kertas putih yang kosong, ia hanyalah menerima segala sesuatu yang datang dari pengalaman. Locke tidak membedakan antara pengetahuan indrawi dan pengetahuan akali, satu-satunya objek pengetahuan adalah ide-ide yang timbul karena adanya pengalaman lahiriah dan karena pengalaman batiniah. Pengalaman lahiriah berkaitan dengan hal-hal yang berada di luar kita.

Sementara pengalahan batiniah berkaitan dengan halhal yang ada dalam diri/psikis manusia itu sendiri.

Dr. Mulyadi Kartanegara mendefinisikan sumber pengetahuan adalah alat atau sesuatu dari mana manusia bisa memperoleh informasi tentang objek ilmu yang berbeda-beda sifat dasarnya. Karena sumber pengetahuan adalah alat maka Ia menyebut indra, akal, dan hati sebagai sumber pengetahuan.

Amsal Bakhtiar berpendapat tidak jauh berbeda. Menurutnya, sumber pengetahuan merupakan alat untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Dengan istilah yang berbeda, Ia menyebutkan empat macam sumber pengetahuan, yaitu emperisme, rasionalisme, intuisi, dan wahyu. Begitu juga dengan Jujun Surya Sumantri, Ia menyebutkan empat sumber pengetahuan tersebut.

Sementara John Hospers dalam bukunya yang berjudul An Intruction to Filosofical Analysis, sebagaimana yang dikutip oleh Surajiyo menyebutkan beberapa alat untuk memperoleh pengetahuan, antara lain pengalaman indra, nalar, otoritas, intuisi, wahyu, dan keyakinan.

Sumber ilmu pengetahuan secara detail dikemukakan oleh John Hospers dalam Kebung seperti berikut.

1. Pengalaman indrawi atau sense-experince, ilmu pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman manusia dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan pemanfaatan alat indra manusia. Ilmu pengetahuan yang berdasarkan pada fakta-fakta indrawi manusia.

2. Penalaran atau reasoning. Ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui proses penalaran manusia menggunakan akal. Penalaran bekerja dengan cara mempertentangkan pernyataan yang ada dengan pernyataan baru. Kebenaran dari hasil kontradiksi keduanya merupakan ilmu pengetahuan baru.

(15)

12

3. Otoritas atau authority. Ilmu pengetahuan yang lahir dari sebuah kewibawaan kekuasaan yang diakui oleh anggota kelompoknya. Ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan kebenarannya ini tidak perlu diuji lagi.

4. Intuisi atau instuition. Ilmu pengetahuan yang lahir dari sebuah perenungan manusia yang memiliki kemampuan khusus yang berhubungan dengan kejiwaannya. Ilmu pengetahuan yang bersumber dari intuisi tidak dapat dibuktikan secara nyata merta melainkan melalui proses yang panjang dan tentu dengan memanfaatkan intuisi manusia.

5. Wahyu atau revelation. Ilmu pengetahuan yang bersumber dari wahyu Ilahi melalui para nabi dan utusan-Nya demi kepentingan umat. Dasar penerimaan kebenarannya adalah kepercayaan terhadap sumber wahyu itu sendiri. Dari kepercayaan ini munculah apa yang disebut dengan keyakinan.

6. Keyakinan atau faith Ilmu pengetahuan yang bersumber dari sebuah keyakinan yang kuat. Keyakinan yang telah berakar dalam diri manusia atas kebenaran wahyu Ilahi dan pembawa berita Wahyu Ilahi tersebut. Ilmu pengetahuan ini tidak perlu diuji kebenarannya. Penganutnya akan serta merta mempercayainya sebagai sebuah keharusan.5

5 Suaedi, Pengantar Filsafat Ilmu (Bogor: PT Penerbit IPB Press:2016), hal. 7-13.

(16)

13 BAB 3 PENUTUP

Setelah menjelajahi pengertian, manfaat, dan hakikat filsafat, serta mengidentifikasi sumber-sumber pengetahuan yang melatari disiplin ini, dapat ditarik beberapa kesimpulan penting:

Pertama, filsafat merupakan upaya manusia untuk memahami eksistensi, pengetahuan, nilai, dan etika secara mendalam. Sebagai disiplin yang melibatkan pemikiran kritis dan refleksi filosofis, filsafat memberikan kontribusi penting dalam pembentukan perspektif hidup yang lebih menyeluruh dan bermakna.

Kedua, manfaat filsafat sangatlah beragam dan meresap ke dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan merangsang pemikiran kritis, membuka ruang refleksi moral, dan memperkuat nilai-nilai kemanusiaan, filsafat membantu individu untuk menjadi lebih sadar, bertanggung jawab, dan bijaksana dalam menghadapi tantangan kehidupan.

Ketiga, penting untuk mengakui sumber-sumber pengetahuan yang melatari filsafat, termasuk pengamatan empiris, rasionalitas, intuisi, dan warisan budaya. Dengan memahami asal-usul dan validitas sumber-sumber pengetahuan ini, kita dapat menilai argumentasi filosofis dengan lebih tepat dan kritis.

Kesimpulannya, filsafat bukanlah sekadar sekumpulan konsep-konsep abstrak yang terpisah dari realitas kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, filsafat merupakan instrumen yang kuat untuk membimbing kita dalam menjelajahi makna eksistensi dan menjalani kehidupan dengan penuh kesadaran dan kebijaksanaan. Dengan terus mengembangkan pemahaman dan penerapan konsep-konsep filsafat dalam kehidupan sehari-hari, manusia dapat memperkaya dan memperkukuh martabat kemanusiaannya serta menjadikan dunia ini tempat yang lebih baik untuk ditinggali oleh semua makhluk.

(17)

14

DAFTAR PUSTAKA Bagus, L. (2005). Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Bakhtiar, A. (1997). Filsafat Agama. Jakarta: Logos.

Dr. Hj. Muliati Sesady, M. A. (2019). Pengantar Filsafat. Yogyakarta: TrustMedia Publishing.

Hatta. (1996). Alam Pikiran Yunani. Jakarta: Tinta Mas.

Mudhafar, A. (1996). Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.

Suaedi. (2016). Pengantar Filsafat Ilmu. Bogor: IPB Press.

Sumanto, E. (2019). Filsafat Jilid 1. Bengkulu: Penerbit Vanda.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini berarti aksiologi adalah bidang ilmu filsafat yang membahas tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri, dan mempelajari hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata filsafat menunjukkan pengertian yang dimaksud, yaitu pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang

yang mana beliau menjelaskan definisi dari tiap hubungan bagan sebagai berikut : Filsafat adalah ilmu pengetahuan alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang

makalah tentang filsafat hukum yang menjelaskan arti dari

Pengertian Matematika dan Filsafat Menurut bahasa kata “matematika” berasal dari kata “mathema” dalam bahasa Yunani yang diartikan sebagai “sains, ilmu pengetahuan, atau belajar

Filsafat ilmu bermanfaat untuk menjelaskan keberadaan manusia di dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan alat untuk membuat hidup menjadi lebih baik 9..

Manfaat Mempelajari Filsafat adalah untuk memahami konsep rasional tentang alam semesta dan tempat manusia di

FILSAFAT MANUSIA Filsafat manusia menjelaskan hakikat dan eksistensi manusia, reflektif dalam permenungan atas sesuatu yang sifatnya adi-inderawi dan melampui evidensi empiris ;