• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mata Kuliah filsafat

N/A
N/A
Cak RR

Academic year: 2025

Membagikan "Mata Kuliah filsafat"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Mata Kuliah : Filsafat ilmu

Dosen pengampu : Dr. Mat jalil.,M.Hum

Disusun oleh :

1. Muhammad Dicki Setiawan (2203012022) 2. Muhammad Wasil Abdul gani (2203012024) 3. Gista Septa Farindi (2203011045)

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI METRO

TAHUN AKADEMIK 2022/2023

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Yang Maha Esa yang telah memberikan kita kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita mampu menyusun makalah ini yang Insya Allah dapat memberikan manfaat.

Sholawat serta salam semoga teta dilim ahkan ke ada Baginda kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegela an hingga zaman terang benerang ini, tan a beliau dan tan a izin Allah SWT mungkin kita tidak mungkin akan mengetahui tentang banyak nya Ilmu pengetahuan baik bersifat umum maupun religi.

Kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Filsafat ilmu yang telah membimbing kami dalam menyusun makalah.

Dengan disusunnya makalah ini kami menyadari penyususunan masih jauh darikata sempurna, oleh karena itu kami harapkan rekan-rekan sekalian dapat memberikan kritikan serta masukan agara kedepannya kami dapat menyusun makalah lebih baik.

(4)

DAFTAR ISI

COVER ...

DAFTAR ISI...

BAB I ENDAHULUAN...

A. Latar Belakang...

B. Rumusan Masalah...

C. Tujuan...

BAB II

PEMBAHASAN...

A. Pengertian Aksiologi………

B. Nila Nilai (volue) sebagaintolakukur kebenaran (ilmiah)………..

C. Etik dan moral sebagai normative dalam penelitian penggalian,serta penerapan ilmu pengatahuan……….

BAB III PENUTU ...

A. Kesim pulan...

B. Saran...

DAFTAR PUSTAKA...

(5)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Bagi sebagian orang, studi tentang ilmu Filsafat atau Filsafat Ilmu dipandang sebagai sesuatu yang kurang menarik karena dianggap tidak memiliki hubungan yang bersifat korespondensi dengan kehidupan sosial. Studi Filsafat lebih banyak berorientasi pada asah nalar yang bersifat abstrak, sedangkan kehidupan sosial merupakan kenyataan-kenyataan hidup atau realitas faktual yang dialami dan dijalani oleh masyarakat. Pandangan-pandangan seumpama ini tidak jarang dapat melahirkan dua kutup gaya berfikir yang berbeda sehingga menimbulkan kesan bahwa antara studi filsafat dan studi-studi sosial lainnya berjalan dalam paradigma sendiri-sendiri.

khususnya bahasan tentang aksiologi, dengan kajian-kajian kongkrit yang terkait langsung dengan kehidupan sosial sehingga keduanya saling menyokong dan menguatkan.

Aksiologi merupakan salah satu bagian dari kajian filsafat ilmu yang membahas tentang kegunaan atau manfaat dari ilmu pengetahuan. Kajian terhadap ilmu pengetahuan telah menjadi bagian terpenting dari kehidupan sosial manusia. Maju mundurnya suatu bangsa atau masyarakat tertentu sangat dipengaruhi oleh sejauh mana bangsa atau masyarakat itu menguasi ilmu pengetahuan. Semakin sempurna ilmu pengetahuan yang dimiliki, maka semakin modern pula kehidupan masyarakat yang bersangkutan, baik modernisasi ekonomi, politik, agama, ilmu pengetahuan dan teknologi, maupun sosial budaya. Sebaliknya, rendahnya semangat mempelajari ilmu pengetahuan telah menjadi penyebab rendahnya kualitas masyarakat itu dan telah mendorong pula kehidupan mereka menjadi masyarakat yang miskin dan marginal. Karena itulah Islam mendorong umatnya untuk mencari ilmu pengetahuan secara sungguh-sungguh. Mengingat betapa pentingnya ilmu pengetahuan bagi kelangsungan hidup manusia, maka para filosuf terdahulu telah berupaya

membangun pola pikir yang logis dan sistematis berkenaan dengan kajian terhadap ilmu pengetahuan. Kajian ini telah mendorong lahirnya filsafat ilmu, yaitu suatu cabang ilmu pengetahuan yang membahas ilmu itu sendiri.Menurut Prof Agus Sholahuddin, filsafat ilmu membahas tentang ilmu pengetahuan dan

perkembangannya dari masa ke masa, baik bersifat teoritis, praktis, nilai maupun kebijaksanaan. Agaknya, atas dasar inilah maka kemudian lahirlah berbagai cabang ilmu pengetahuan, tidak terkecuali dalam bidang ilmu sosial dengan berbagai cabang ilmu yang dimilikinya. Secara umum para ahli filsafat sepakat mengelompokkan studi filsafat ilmu pengetahuan itu menjadi 3 (tiga) aspek utama, yaitu aspek Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi. Ontologi lebih memfokuskan pembahasannya di sekitar hakikat dari suatu ilmu pengetahuan, epistemologi menekankan pentingnya cara atau metodologi ilmu pengetahuan dan aksiologi lebih banyak membahas tentang aspek manfaat atau nilai guna dari ilmu itu sendiri. Meskipun demikian, dalam kesempatan ini hanya menelaah satu aspek saja dari tiga aspek kajian filsafat ilmu,

(6)

yaitu aksiologi yang berkenaan dengan kemanfaatan ilmu pengetahuan, khususnya bagi kehidupan sosial, yang meliputi arti ilmu pengetahuan, ukuran atau kriteria ilmu yang bermanfaat dan nilai praktis manfaat ilmu bagi kehidupan sosial.

A. Rumusan masalah

1. Apa penegrtian Aksiologis?

2. Apa saja nilai nilai (volue) sebagai tolak ukur kebeneran (ilmiah),Apa yang di maksud dengan etik dan moral sebagai normatif dalam penelitian dan penggalian serta penerapan ilmu pengatahuan?

B. Tujuan pembahasan

1. Untuk memahami apa aitu Aksiologis

2. Untuk memahami apa aitu nila nilai (volue) sebagai tolak ukur kebenaran (ilmiah),etik dan moral sebagai normative dalam penelitian dan

penggalian serta penerapan ilmu pengatahuan

(7)

BAB 2

PEMBAHASAN A. AKSIOLOGI

Aksiologi adalah salah satu cabang studi ilmu filsafat yang

mempertimbangkan hakikat nilai dan benda-benda apa saja yang memiliki nilai.

Secara luas, para aksiolog mementingkan segala bentuk nilai, termasuk nilai estetika, nilai etika, dan nilai epistemik.

Dalam arti sempit, para aksiolog prihatin dengan apa yang secara intrinsik berharga atau bernilai (apa yang diinginkan demi kepentingannya sendiri).

Semua masalah aksiologis selalu terkait dengan asumsi ontologis dan

epistemologis. Sehubungan dengan teori komunikasi manusia, setiap peneliti membuat keputusan dalam proses teoretis yang mencerminkan posisi

aksiologisnya. Keputusan aksiologis memandu semua aspek penelitian, termasuk pemilihan topik dan pendekatan yang dilakukan seseorang terhadap metode penelitian sosial yang dilakukan.

Aksiologi adalah istilah kata yang berasal dari bahasa Yunani axios “nilai”

logos “ilmu”, yang dalam teoritis nilai adalah studi filosofis tentang kebaikan, atau nilai, dalam arti terluas dari istilah-istilah ini. Gerakan aksiologis muncul dari metode fenomenologi.

PENGERTIAN AKSIOLOGI MENURUT PARA AHLI Adapun definisi aksiologi menurut para ahli, antra lain:

1. Kattsoff (2004), Pengertian aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelediki hakekat nilai yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan.

2. Wibisono (dalam Surajiyo, 2009), Makna aksiologi adalah nilai-nilai sebagai tolak ukur kebenaran, etika serta moral sebagai dasar normative penelitian dan juga penggalian, dan juga penerapan ilmu.

3. Jujun S. suriasumantri, Arti aksiologi adalah teori nilai yang berhubungan dengan kegunaan dari pengetahuan yang di peroleh.

ASPEK ASIOLOGI

Aspek aksiologis dari filsafat mengkaji tentang hal-hal yang berkaitan dengan nilai dan moral dalam kehidupan manusia. Aksiologis memunculkan dua cabang filsafat yang membahas tentang aspek kualitas hidup manusia, yakni etika dan stetika.

(8)

1. Etika

Etika sosial atau filsafat moral adalah cabang filsafat yang “melibatkan

sistematisasi, mempertahankan, dan merekomendasikan konsep perilaku benar dan salah”. Bidang etika, bersama dengan estetika, menyangkut masalah nilai, dan karenanya terdiri dari cabang filsafat yang disebut aksiologi.

Etika berusaha menyelesaikan pertanyaan tentang moralitas manusia dengan mendefinisikan konsep-konsep seperti baik dan jahat, benar dan salah, kebajikan dan keburukan, keadilan dan kejahatan. Sebagai bidang kajian intelektual, filsafat moral berkaitan dengan bidang psikologi moral, etika deskriptif, dan teori nilai.

Tiga bidang dalam setudi utama dalam etika yang di akui saat ini adalah:

1) Meta-etika, tentang makna teoritis dan acuan proposisi moral, dan bagaimana nilai kebenarannya (jika ada) dapat ditentukan

2) Etika normatif, tentang cara praktis untuk menentukan suatu tindakan moral

3) Etika terapan, tentang apa yang wajib dilakukan seseorang dalam situasi tertentu atau wilayah tindakan tertentu

2. Estetika

Nilai estetika adalah cabang filsafat yang berhubungan dengan sifat keindahan dan rasa, serta filsafat seni (wilayah filsafatnya sendiri yang keluar dari estetika).

Ini menguji nilai-nilai subjektif dan sensori-emosional, atau kadang-kadang disebut penilaian sentimen dan rasa.

Estetika meliputi sumber alami dan buatan yang berasal dari pengalaman dan penilaian estetika. Mempertimbangkan apa yang terjadi dalam pikiran kita ketika kita terlibat dengan objek atau lingkungan estetika seperti dalam melihat seni visual, mendengarkan musik, membaca puisi, mengalami permainan, menjelajahi alam, dan sebagainya.

Filsafat seni secara khusus mempelajari bagaimana seniman membayangkan, menciptakan, dan menampilkan karya seni, serta bagaimana orang menggunakan, menikmati, dan mengkritik seni mereka. Penjelasan ini berkaitan dengan

bagaimana perasaan seseorang tentang seni secara umum, mengapa mereka menyukai beberapa karya seni dan bukan yang lain, dan bagaimana seni dapat memengaruhi suasana hati atau bahkan keyakinan kita.

(9)

BAGIAN BAGIAN AKSIOLOGI DAN FUNGSI AKSIOLOGI

Bramel berpendapat bahwa aksiologi bisa di bagi dalam tiga bagian,yaitu:

1. Moral conduct, yaitu tindakan moral, bidang yang satu ini melahirkan disiplin khusus, yang kita kenal dengan istilah etika.

2. Esthetic expression, yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini menimbulkan atau melahirkan suatu keindahan.

3. Sosio-political life, yaitu kehidupan social politik, yang akan melahirkan atau memunculkan filsafst sosio-politik.

FUNGSI AKSIOLOGI

Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa, aksiologi merupakan bidang filsafat yang mengkaji masalah nilai terutama dalam etika dan estetika. Filsafat ini memberitahu kita tentang yang baik dan yang jahat.

Aksiologi adalah ilmu tentang nilai. Penjelasan ini membahas nilai dari sudut pandang filosofis. Aksiologi, terutama, menentukan baik dan buruk bagi individu dan bangsa. Itu menetapkan standar baik dan buruk. Semua kehidupan sosial kita sebagian besar bertumpu pada cabang filsafat ini.

B. NILAI NILAI (VALUE) AKSIOLOGI SEBAGAI TOLAK UKUR ILMIAH,ETIK DAN MORAL SEBAGAI NORMATIF DALAM PENELITIAN DAN PENERAPAN ILMU PENGATAHUAN.

a) Nilai nilai aksiologi sebagai tolak ukur ilmiah

Dalam pembahasan aksiologi, nilai menjadi fokus utama. Nilai dipahami sebagai pandangan, cita-cita, adat, kebiasaan, dan lain-lain yang menimbulkan tanggapan emosional pada seseorang atau masyarakat tertentu. Dalam filsafat, nilai akan berkaitan dengan logika, etika, estetika.Logika akan menjawab tentang persoalan nilai kebenaran sehingga denganlogika akan diperoleh sebuah

keruntutan. Etika akan berbicara mengenainilai kebenaran, yaitu antara yang pantas dan tidak pantas, antara yang baik dan tidak baik. Adapun estitika akan mengupas tentan nilai keindahan atau kejelekan. Estetika biasanya erat berkaitan dengan karyaseni.

Sebuah nilai bisa juga bersifat subjektif dan objektif akan

sangat bergantung pada perasaan dan intelektualitas yang hasilnya akanmengarah pada perasaan suka atau tidak suka, senang atau tidak senang.Nilai akan subjektif bila subjek sangat berperan dalam segala hal.

  Sementara nilai objektif, jika ia tidak bergantung pada subjek ataukesadaran yang menilai. Seorang ilmuwan diharapkan tidak mempunyai

(10)

kecenderungan memiliki nilai subjektif, tetapi lebih pada nilai ‘objektif’

sebab nilai ini tidak dapat dipertanggungjawabkan secara sosial. Nilai initidak semata-mata bergantung pada pendapat individu, tetapi lebih padaobjektivitas fakta.

Menghadapi hal yang demikian, ilmu pengetahuan yang padaesensinya mempelajari alam sebagaimana adanya, mulai dipertanyakanuntuk apa sebenarnya ilmu itu harus dipergunakan? Dihadapkan denganmasalah moral dalam menghadapi ekses ilmu dan teknologi yang bersifatmerusak ini, para ilmuwan terbagi kedalam golongan pendapat yaitu golongan pertama yang menginginkan bahwa ilmu harus bersifat netralterhadap nilai-nilai baik itu secara ontologis maupun aksiologi. Sebaliknya,golongan kedua bahwa netralisasi terhadap nilai-nilai hanyalah terbataspada metafisis keilmuwan sedangkan dalam penggunaanyailmu berlandaskan pada moral.

Golongan kedua mendasarkan pendapatnyapada beberapa hal yakni Ilmu secara faktual telah dipergunakan secaradestruktif oleh manusia yang telah dibuktikan dengan adanya dua perangdunia yang mempergunakan teknologi- teknologi keilmuwan.

  Ilmu telah berkembang pesat dan makin eksetoris sehingga ilmuwan telah mengetahui apa yang mungkin terjadi apabila adanyapenyalahgunaan. Ilmu dapat mengubah manusia dan kemanusiaan yangpaling hakiki seperti pada kasus revolusi genetika dan teknik perubahansosial. Berkenaan dengan nilai guna ilmu, tak dapat dibantah lagi bahwailmu itu sangat bermanfaat bagi seluruh umat manusia. Dengan ilmuseseorang dapat mengubah wajah dunia. Berkaitan dengan hal ini,menurut Francis Bacon seperti yang dikutip oleh Jujun S. Suriasumatri yaitu bahwa “pengetahuan adalah kekuasaan” apakah kekuasaan itu

 merupakan berkat atau justru malapetaka bagi umat manusia. Kalaupunterjadi malapetaka yang disebabkan oleh ilmu, kita tidak bisa mengatakan bahwa itu merupakan kesalahan ilmu karena ilmu itu sendiri merupakanalat bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan hidupnya. Lagi pula ilmumemiliki sifat netral, ilmu tidak mengenal baik ataupun buruk melainkan bergantung

pada pemilik dalam menggunakannya.

b) Etik dan moral sebagai normatif dalam penelitian dan penggalian serta penerapan ilmu pengatahuan.

Dari awal perkembangan ilmu selalu dikaitkan dengan masalahmoral.

Copernicus (1473-1543) yang menyatakan bumi berputarmengelilingi matahari, yang kemudian diperkuat oleh Galileo (1564- 1642)yang menyatakan bumi bukan merupakan pusat tata surya yang akhirnyaharus berakhir di pengadilan inkuisisi.

Kondisi ini selama 2 abadmempengaruhi proses perkembangan berpikir di Eropa.

Moral reasoning adalah proses dengan mana tingkah laku manusia, institusi atau kebijakandinilai apakah sesuai atau menyalahi standar moral. Kriterianya:

Logis, bukti nyata yang digunakan untuk mendukung penilaian

(11)

haruslah tepat,konsisten dengan lainnya.Moralitas sebagai persoalan penting dalam aksiologi sering jugadipahami sebagai etika. Dalam bahasa Inggris etika disebut ethic (singular)yang berarti a system of moral principles or rules of behavior atau suatu sistem,prinsip moral, aturan atau cara berperilaku. Akan tetapi, terkadang ethics (dengan tambahan huruf s) dapat berarti singular. Jika ini yang dimaksud maka ethics berarti the branch of philosophy that deals with moral principles ,suatu cabang filsafat yang memberikan batasan prinsip-prinsip moral. Jika ethics dengan maksud plural (jamak) berarti moral principles that govern or influence a person’s behavi or . prinsip-prinsip moral yang dipengaruhi oleh perilaku pribadi.Dalam bahasa Yunani Kuno, etika berarti ethos , yang apabila dalam bentuk tunggal mempunyai arti tempat tinggal yang biasa, padang rumput,kandang, adat, akhlak, watak perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam bentuk jamak (ta etha) artinya adalah adat kebiasaan. Jadi, jika kita membatasi diripada asal-usul kata ini, maka “etika” berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Arti inilah yang menjadi latar belakang bagi terbentuknya istilah “etika” yang oleh Aristoteles (384- 322SM.) sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Etika secara lebihdetail merupakan ilmu yang membahas tentang moralitas atau tentang manusia sejauh berkaitan dengan moralitas.

Hubungan antara ilmu dengan moral oleh Jujun S. dikaji secara hati-hati dengan mempertimbangkan tiga dimensi filosofis ilmu. Pandangan Jujun S mengenai hal tersebut adalah sebagai berikut:

 

1. Untuk mendapatkan pengertian yang benar mengenai kaitan antara ilmu dan moral maka pembahasan masalah ini harus didekati dari segi-segi yang lebih terperinci yaitu segi ontologi, epistemologi, dan aksiologi.

2. Menafsirkan hakikat ilmu dan moral sebaiknya memperhitungkan faktor sejarah, baik sejarah perkembangan ilmu itu sendiri, maupun penggunaan ilmu dalam lingkup perjalanan sejarah kemanusiaan.

3. Secara ontologis dalam pemilihan wujud yang akan dijadikan objek penelaahannya (objek ontologis/objek formal) ilmu dibimbing oleh kaidah moral yang berazaskan tidak mengubah kodrat manusia, tidak

merendahkan martabat manusia, dan tidak mencampuri masalah kehidupan.

4. Secara epistemologis, upaya ilmiah tercermin dalam metoda keilmuwan yang berporoskan proses logiko-hipotetiko-verifikatif dengan kaidahmoral yang berazaskan menemukan kebenaran, yang dilakukan denganpenuh kejujuran, tanpa kepentingan langsung tertentu dan berdasarkan kekuatan argumentasi an sich.

5. Secara aksiologis ilmu harus digunakan dan dimanfaatkan untuk kemaslahatan manusia dengan jalan meningkatkan taraf hidupnya dan dengan memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, dan keseimbangan/kelestarian alam. Upaya ilmiah ini dilakukan dengan penggunaan dan pemanfaatan pengetahuan ilmiah secara komunal universal.

(12)

Ternyata keterkaitan ilmu dengan sistem nilai khususnya moral tidak cukup bila hanya dibahas dari tinjauan aksiologi semata. Tinjauan

ontologis dan epistemologi diperlukan juga karena azas moral juga mewarnai perilaku ilmuwan dalam pemilihan objek telaah ilmu maupundalam menemukan kebenaran ilmiah.

BAB 3 PENUTUP

Aksiologi ilmu terdiri dari nilai-nilai yang bersifat normatif dalampemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimanadijumpai dalam

kehidupan, yang menjelajahi berbagai kawasan, sepertikawasan sosial, kawasan simbolik atau pun fisik material. Lebih dari itunilai-nilai juga ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai suatu conditio sine quanon yang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam melakukanpenelitian maupun di dalam menerapkan ilmu. Jadi, aksiologi adalah teoritentang nilai.

DAFTAR FUSTAKA

Abadi, T. W. (2016, Maret). Aksiologi: Antara Etika, Moral dan Estetika.

 Kanal (Jurnal Ilmu Komunikasi), 4 (2), 187-204. Retrieved From fromhttp://ojs.umsida.ac.id/index.php/kanal

Azwar, W., & Muliono. (2020). Filsafat Ilmu: Cara Mudah Memahami Filsafat Ilmu.

  Jakarta: Prenada Media.

Bahrum. (2013). Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi.Sulesana, 35-45.

Bakhtiar, A. (2012).Filsafat Ilmu.Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Bertens, K. (2013).Etika (Revisi ed.). Yogyakarta: Kanisius.

Hakim, A. A., &Sabeni,B.A.(2018).Filsafat Umum dari Metologi sampaiTeofilosofi.

Bandung: Pustaka Setia.

(13)

id.wikipedia.org. (2020, April 27).Aksiologi . Retrieved April 27, 2020, from Wikipedia Ensiklopedia Bebas

https://id.wikipedia.org/wiki/Aksiologi kbbi

web.id. (2020, April 27).aksiologi . Retrieved April 27, 2020, from Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kamus

VersiOnline/Daring:https://kbbi.web.id/aksiologi

Sanprayogi, M., & Chaer, M. T. (2017, Juli). Aksiologi Filsafat Ilmu dalamPengembangan Keilmuan Al Murabbi, 4 (1), 105-120.

Suaedi. (2016).Pengantar Filsafat Ilmu.Bogor: IPB Press.

Surajiyo. (2014). Ilmu Filsafat Suatu Pengantar.Bandung: Bumi Aksara.

(14)

BAB

Referensi

Dokumen terkait

(3) masalah manusia, yang belum atau tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa..

Mata kuliah ini membahas konsep-konsep dasar filsafat (pengertian, objek, ciri, cabang dan aliran filsafat) dan filsafat ilmu, landasan filsafati ilmu, metode ilmiah,

Pertama, kajian ini membahas filsafat, baik dari segi teori maupun praksis, sebagai landasan untuk berpikir secara mendasar, meto- dis dan kritis, sekaligus sebagai pemicu

Asumsi dasar kedua dari lahirnya filsafat pendidikan adalah bahwa ilmu pendidikan merupakan ilmu pengetahuan praktis, artinya bahwa tugas budaya dari pada

Filsafat ilmu diartikan sebagai suatu cabang ilmu dari filsafat yaitu merupakan kajian yang sistematis tentang ilmu terutama pada konsep, metode, pandangan atau

Dalam ilmu filsafat, dikenal ada tiga aspek yang menjadi penyangga filsafat, yakni ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Secara singkat ontologi dapat diartikan sebagai

Jadi, Filsafat Ilmu Pengetahuan merupakan cabang filsafat yang mempelajari teori pembagian ilmu, metode yang digunakan dalam ilmu, tentang dasar kepastian dan

Makalah ini membahas sejarah perkembangan pemikiran filsafat Yunani dan pengaruhnya terhadap perkembangan filsafat Islam, serta dampaknya terhadap peradaban dan ilmu