• Tidak ada hasil yang ditemukan

Material Polimer A N A L I S I S T G D A N S A P

N/A
N/A
Zaka Qurba Toibin Sudibyo

Academic year: 2024

Membagikan "Material Polimer A N A L I S I S T G D A N S A P"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MATERIAL POLIMER

A N A L I S I S T G D A N S A P

(2)

OUR TEAM

Angelin Maysel Kezia 06221007

Bernadus Wisnu 06221069 Zaka Fadlola Q 06221018

Nur Sepliana Harfika 06221024 Alfito Rafly Hidayat 06221013

Selvina Ika Sari 06221058

(3)

OUTLINE

Pengertian Tg

Kesimpulan

Langkah Kerja Study Case

Pengertian SAP

Hasil

(4)

PENGERTIAN TG

Transition glass temperature atau suhu transisi gelas yang sering disebut TG merupakan suhu dimana polimer berubah dari keadaan keras (glassy) menjadi lunak (rubbery).

Polymer Tg

PET 69-85° C

PP -20° C

(5)

LANGKAH KERJA PROSES PEMANASAN

PET

PP

Persiapan bahan PP Pengukuran suhu awal

Hasil

Pemanasan di oven suhu 70°C, waktu 10 menit

Meletakkan PP pada aluminium foil

Persiapan bahan PET Pengukuran suhu awal Meletakkan PET pada

aluminium foil Hasil

(6)

LANGKAH KERJA PROSES PENDINGINAN

PET

PP

Persiapan bahan PP Pengukuran suhu awal Pengukuran suhu akhir Hasil Persiapan bahan PET Pengukuran suhu awal Pengukuran suhu akhir Hasil

(7)

Keadaan awal

Temperatur e Awal

Temperatu re Akhir

Keadaan Akhir

PET :

Elastis 26.3° C -5° C Semi

elastis

PP : Kaku 25.9° C -7° C kaku

Keadaan awal

Temperat ure Awal

Temperat ure Akhir

Keadaan Akhir

PET :

Elastis 26.3° C 70° C  Semakin

elastis

PP : Kaku 25.9° C 70° C semi kaku

Tabel 1. Pemanasan PET dan PP

Pada tabel diatas PET mengalami perubahan signifikan karena pemanasannya sudah mencapai Tg.

PP tidak mengalami banyak perubaan karena sifatnya yang tahan terhadap suhu tinggi, dan juga belum mencapai dari suhu Tm PP (160° C).

PET tidak mengalami perubahan signifikan, dikarenakan material ini memiliki sifat termostabil.

PP tidak mengalami perubaan, karena apabila pendinginan tidak menyentuh Tg maka tidak terjadi perubahan.

HASIL PERCOBAAN

Tabel 2. Pendinginan PET dan PP

(8)

GRAFIK PERBANDINGAN

Gambar 1. Pemanasan dan

Pendinginan PET Gambar 2. Pemanasan dan

Pendinginan PP Gambar 3. Grafik Tg pada

polimer

(9)

PENGERTIAN SAP

Super absorbent polymer (SAP) adalah

polimer berbentuk hidrogel (tidak larut

dalam air) yang mempunyai struktur

network dan bersifat hidrofilik.

(10)

LANGKAH KERJA PENYERAPAN SAP

PET

menyiapkan aquades Menuangkan larutan Menimbang SAP

Menimbang gula garam

Menuangkan SAP pada larutan

Penyaringan gel Menimbang massa gel

Memanaskan SAP suhu 100°C, 30 menit Menimbang massa

setelah pemanasan

(11)

Massa Awal SAP

sebelum perendaman

(gr)

Massa Awal Larutan (gr)

Massa Akhir Larutan (ml)

Waktu Perend

aman

Massa Akhir SAP (gr)

air garam air+ air+gula

2,5 300 0 01:34 308

2,5 648 215,38 02:10 116

2,5 480 0 01:50 300

HASIL PERCOBAAN

Tabel. Hasil Percobaan penyerapan SAP pada air, larutan garam dan larutan gula

Paling Cepat Menyerap : Air

Densitasnya rendah (1 g/cm3)

Adanya kehadiran gugus fungsi yang bersifat water-solubilizing (larut dalam air), Terdapat perbedaan tekanan osmotik antara air dan SAP

Untuk mengetahui kapasitas absorpsi

(penyerapan) SAP adalah sebagai berikut :

(12)

MEKANISME SWELLING SAP

Gambar 1. Ikatan hidrofilik dan

crosslink pada SAP Gambar 2. Interaksi COO- pada molekul

air pada proses hidrasi SAP

(13)

HASIL PERCOBAAN

Penyerapan pada larutan garam

Densitasnya tinggi (2,16 g/cm3)

terdapat beda tekanan osmosis pada hidrogel dalam larutan garam (NaCl) menjadi sangat rendah karena adanya ion-ion Na+ dan Cl-

Penambahan garam (NaCl) menyebabkan gugus- gugus hidrofilik dalam struktur polimer mengalami disosiasi dan mengakibatkan ion-ion dengan molekul kecil terperangkap

Semakin sedikit gugus hidrofilik semakin kecil pula konsentrasi air dalam polimer

Untuk mengetahui kapasitas absorpsi (penyerapan) SAP adalah sebagai berikut :

Densitasnya lumayan rendah (1,6 g/cm3)

Penambahan gula menjadikan air lebih pekat.

Semakin banyak kadar gula dalam cairan, maka kemampuan penyerapan SAP semakin berkurang

Semakin encer cairan, maka semakin cepat pula cairan terserap dalam selaput semipermeabel pada SAP

Penyerapan pada larutan gula

Untuk mengetahui kapasitas absorpsi

(penyerapan) SAP adalah sebagai

berikut :

(14)

APAKAH SAP BISA DIGUNAKAN BERULANG??

Jenis Larutan

Massa awal

SAP waktu PemanasanSuhu Massa akhir SAP

Penyusutan

air 308 gram 30 menit 100° C 304,85 gram 3,15 gram

garam 116 gram 30 menit 100° C 111,67 gram 4,33 gram

gula 300 gram 30 menit 100° C 296,44 gram 3,56 gram

SAP tidak dapat digunakan kembali, karena kapasitas penyusutan larutan ketika dipanaskan

rata-rata 3.68 gram, sehingga perlu adanya metode lain seperti penambahan NaCl 5 gr pada

SAP dapat menbgurangi kadar air didalamnya sebesar 50%.

(15)

KESIMPULAN

01

Pada percobaan penyerapan SAP menggunakan 3 larutan (air, garam dan gula) dengan massa yang sama (2,5 gram), yang paling cepat menyerap adalah larutan air yakni 1 : 34 detik dengan kapasitas absorpsi 12,22%, yang kedua adalah gula yakni 1 : 50 detik dengan kapasitas absorpsi 11,9%, yang terakhir adalah garam yakni 2 : 10 detik dengan kapasitas absorpsi 4,54%. Pada percobaan pemanasan SAP untuk pengujian apakah bisa digunakan kembali atau tidak, ternyata tidak dapat digunakan karena sudah mengalami penyerapan maksimum dan pada saat dipanaskan larutan yang ada pada SAP belum sepenuhnya menguap.

Pada praktikum Transition glass ini menggunakan 2 jenis polimer yaitu PET (1) dan PP (5) yang memiliki transition glass (Tg) yang berbeda, untuk PET 69-85° C dan untuk PP -20° C Berdasarkan grafik, PET dan PP mempunya titik kaku yang berbeda, yang dimana pada suhu ruang seharusnya PET bersifat elastis dan apabila suhunya semakin tinggi sekitar 69-85° maka PET semakin kaku.

Sedangkan PP apabila diletakkan pada suhu ruang seharusnya bersifat elastis, namun apabila didinginkan dengan suhu -20°C akan semakin kaku

02

(16)

R E F E R E N C E S T G

Aryanti, F. I. (2021). Pembuatan Komposit Polimer Polipropilena/Talk/Masterbatch Hitam Pada Cover Tail. Politeknik STMI Jakarta, Jakarta Pusat, 10510, Indonesia.

Demirel, B., Yaras, A., & Elcicek, H. (2011). Crystallization Behavior of PET Materials. Erciyes University Faculty of Engineering, Department of Materials Science and Engineering, Kayseri.

Rudend, A. J., & Hermana, J. (2020). Kajian Pembakaran Sampah Plastik Jenis Polipropilena (PP) Menggunakan Insinerator. Departemen Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).

Toledo, M. (2018). Analisis Termal dalam Praktek – Polimer. Switzerland.

Wamser, C. C. (1999). Polimer. Universitas Negeri Portland.

Zeus Industrial. (2005). Low Temperature Properties of Polymers .

TECHNICAL WHITEPAPER, 1-6.

(17)

R E F E R E N C E S S A P

Abidin, A. Z., Susanto, G., Sastra, N.M.T., & Puspasari, T. (2012). Sintesis dan Karakterisasi Polimer Superabsorben Dari Akrilamida. Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung Jalan Ganesha 10, Bandung 40132, 11, 87-93.

Alfianto, E., Nor, F. J., & Suprijadi. (2013). Pengaruh Kadar Gula dalam Larutan terhadap Daya Serap Super Absorbent Polymer. Prosiding Seminar Kontribusi Fisika Bandung, Indonesia, 145 Astrin, N., Anah, L., & Haryono, A. (2016). Pengaruh Metilen Bisakrilamid (MBA) pada Pembuatan Superabsorben Hidrogel Berbasis Selulosa Terhadap Sifat Penyerapan Air. Pusat Penelitian Kimia-LIPI, Bandung, Indonesia, 38.

Basuki, A., & Ma’ruf, H. M. (2018). Sintesa dan Karakterisasi Superabsorben Polimer dari Pati dan Asam Akrilat. Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Guswand, M. (2016). Super Absorbent Polymer. Universitas Islam Indonesia.

Maitra, J., & Shukla, V. K. (2014). Cross-linking in Hydrogels - A Review. Gautam Buddha University, Greater Noida, Gautam Budh Nagar-201312 (U.P), India, 25-31.

Nailah, F. (2020). Studi Pelepasan Air yang Terserap Super Absorbent Polimer dalam Popok Bayi Sekali Pakai. Departemen Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil, Perencanaan Dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

(18)

THANK YOU

B Y : K E L O M P O K 2 A

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Informasi titik kritikal salinitas berdasarkan daya berkecambah kultivar Eiffel dan Tidore adalah NaCl 0,6 % dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan invigorasi benih dengan

menyerahkan hard copy Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Dana Program Penelitan Dosen Tingkat Jurusan yang dijilid rapi dan diserahkan kepada LPPM mengirimkan

Sedangkan menurut Charlie ST12 sebagai pencipta lagu tersebut mengunggapkan, video klip tersebut dibuat bukan untuk menginspirasi masyarakat melakukan tindakan yang mengandung

Penurunan tekanan vakum menyebabkan laju alir massa steam yang masuk ke kondensor lebih banyak, sehingga laju alir massa steam hasil ekstraksi dari Low Pressure Turbine ke Feed

[r]

[r]