• Tidak ada hasil yang ditemukan

524575439 UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERTANYA PESERTA DIDIK MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PTK di kelas V SDN 1

N/A
N/A
Karya Wijaya - Karawang

Academic year: 2023

Membagikan "524575439 UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERTANYA PESERTA DIDIK MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PTK di kelas V SDN 1"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERTANYA PESERTA DIDIK MELALUI

MODEL DISCOVERY LEARNING

DALAM PEMBELAJARAN PENDIDKAN AGAMA ISLAM ( PTK di Kelas V SDN Tunggakjati VI Karawang )

LAPORAN PTK

Karya Ilmiah ini diajukan sebagai syarat untuk memenuhi tugas KKG BERMUTU Gugus SD Tunggakjati – Mekarjati Korwilcam Bidik

Karawang Barat

Disusun Oleh :

Karya Wijaya, S.Pd.I NUPTK : 7156760663200003

SD NEGERI TUNGGAKJATI VI

KORWILCAM BIDIK KARAWANG BARAT DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA

KABUPATEN KARAWANG TAHUN 2018 M / 1441 H

(2)
(3)
(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

LEMBAR BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah. ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 3

D. Rumusan Masalah ... 3

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Manfaat Penelitian ... 4

G. Sistematika Pembahasan. ... 4

BAB II. KAJIAN TEORETIK, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN ... 6

A. Kajian Teoretik ... 6

1. Keterampilan Bertanya ... 6

a. Pengertian Keterampilan Bertanya... 6

b. Fungsi Keterampilan Bertanya Dalam Pembelajaran ...8

c. Jenis-jenis Keterampilan Bertanya ... 9

d. Teknik-teknik Keterampilan Bertanya ...15

2. Model Discovery Learning ... 18

a. Pengertian Model Discovery Learning ... 18

b. Model Guided Discovery Learning dalam Pembelajaran ... 20

c. Langkah- langkah Operasional Implementasi Learning dalam Proses Pembelajaran ... 21

(5)

d. Penilaian Model Discovery Learning ... 23

3. Pendidikan Agama islam ... 23

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 23

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 25

c. Materi Pendidikan Agama Islam SD/MI ... 26

B. Tinjauan Pustaka Terdahulu ... 28

C. Kerangka Berpikir ... 29

D. Hipotesis Tindakan ... 30

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 31

A. Subyek dan Pendekatan Penelitian ... 31

B. Kancah Penelitian ... 31

1. Tempat Penelitian ... 31

2. Waktu Penelitia ... 31

C. Metode Penelitian ... 31

D. Indikator Kinerja ...32

E. Tahap Intervensi Tindakan ... 33

F. Data dan Sumber Data ... 34

G. Intrumen Pengumulan Data ... 34

H. Teknik Analisis Data ... 40

I. Prosedur Penelitian ... 40

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data Hasil Penelitian ... 41

1. Data Pra Siklus ... 41

2. Data Siklus 1 ... 43

3. Data Siklus 2 ... 50

B. Pembahasan Hasil Penelitian. ...56

BAB V. PENUTUP A.Simpulan ... 59

(6)

DAFTAR PUSTAKA ...iii LAMPIRAN-LAMPIRAN...

(7)
(8)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Titik Permulaan dalam proses belajar mengajar yang berhasil adalah membangkitkan minat dan kemampuan anak didik karena rangsangan bertanya, membawa kepada senangnya anak didik terhadap pelajaran, dan meningkatkan semangat mereka, serta meningkatkan kepentingan mata pelajaran bagi mereka disamping perasaan mereka, bahwa mereka mendapat manfaat dankebanggaan dari kegiatan yang dengan sungguh-sungguh.

Berdasarkankesimpulan hasil wawancara dan observasi awal yang dilakukan di Kelas V SDN Tunggakjati VI Kabupaten. Karawang pada kegiatan belajar mengajar menggunakan model pembelajaran konvensional dan kegiatan yang lebih berpusat pada guru. Selama proses pembelajaran hanya terdapat beberapa peserta didik yang mengajukan pertanyaan. Sebaliknya, bila guru memberikan kesempatan untuk bertanya, jarang sekali peserta didik yang memanfaatkan kesempatan tersebut. Hanya beberapa peserta didik mengajukan pertanyaan yang sifatnya menggali lebih dalam dari materi yang dijelaskan. Saat mereka bertanya juga tidak mengacungkan tangannya, volume suaranya lirih dan ada yang terlalu keras dengan intonasi yang kurang tepat. Susunan kalimat tanya yang digunakan banyak yang belum tepat, kadang bahasa Indonesia yang digunakan peserta didik belum baik dan benar.

(9)

2

Berdasarkan temuan tersebut menuntut diberikannya model pembelajaran yang aktif sehingga dapat meningkatkan keterampilan bertanya dan hasil belajar peserta didik . Model pembelajaran tersebut adalah model discovery learning.

Jamilah (2013:2) menjelaskan bahwa discovery learning adalah suatu metode pembelajaran yang membimbing peserta didik dalam menemukan hal-hal yang baru bagi peserta didik berupa konsep, teori, pola, rumus dan sejenisnya. Dengan kegiatan tersebut tentunya peserta didik perlu bertanya, untuk menemukan prinsip dan memecahkan suatu permasalahan. Sehingga dalam model discovery learning dapat mengembangkan keterampilan bertanya peserta didik dan pemerolehan pengetahuan peserta didik dapat meningkat.

Pendidikan Agama Islam adalah suatu pelajaran yang sangat penting dalam suatu sekolah. Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran yang biasa menjadi pemandu dalam upaya meningkatkan hasil belajar peserta didik pada suatu sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa mata pelajaran Pendidikan Agama Islam memiliki manfaat dalam mengembangkan sikap spiritual peserta didik, sehingga menjadikan Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran yangharus diperhitungkan keberadaannya.

Namun kenyataannya, banyak peserta didik sulit mempelajari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Setidaknya ini dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik masih memprihatinkan, sehingga belum sesuai dengan yang diharapkan.Salah satu pemicuhal tersebut adalah rendahnya tingkat kemapuan bertanya peserta didik. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan suatu penelitian dengan judul. “Upaya Meningkatkan Keterampilan

(10)

Bertanya Peserta didik Melalui Model Discovery Learning Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ( PTK di Kelas V SDN Tunggakjati VI Kabupaten. Karawang)”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah yang terjadi adalah sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran masih terpaku dengan metode ceramah.

2. Peserta didik pasif untuk bertanya pada saat berdiskusi didalam pembelajaran.

3. Rendahnya keterampilan bertanya peserta didik saat pembelajaran.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi masalah pada keterampilan bertanya peserta didik dengan penerapan model discovery learning, diantaranya:

1. Keterampilan bertanya yang dimaksud dalam penelitian bertanya peserta didik Kelas V SDN Tunggakjati VI Kabupaten. Karawang Proses pembelajaran pada penelitian ini menggunakan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan model discovery learning.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan model discovery learning dalam meningkatkan

(11)

4

keterampilan bertanya peserta didik pada materi Pendidikan Agama Islam Materi QS. At Tin Kelas V SDN Tunggakjati VI Kabupaten. Karawang?

2. Apakah penggunaan model discovery learning dalam pembelajarandapat meningkatkan keterampilan bertanya peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Materi QS. At Tin dan Mengenal Nama-nama Allah Kelas V SDN Tunggakjati VI Kabupaten. Karawang?

E. Cara Pemecahan Masalah

Metode pemecahan masalah yang akan digunakan dalam PTK ini adalah menggunakan model discovery learning. Dengan model pembelajaran ini diharapkan Keterampilan Bertanya peserta didik dalam pembelajaran PAI meningkat.

F. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan hakikat penelitian tindakan kelas yang bermaksud memperbaiki proses pembelajaran, maka yang akan dicapai melalui penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui seberapa besar penggunaan model discovery learning meningkatkan Keterampilan Bertanya peserta didik padamateri Pendidikan Agama Islam Materi QS. At Tin Mengenal Nama-nama Allah Kelas V SDN Tunggakjati VI Kabupaten. Karawang

2. Untuk mengetahui cara penerapan pembelajaran dengan model discovery learning dalam Keterampilan Bertanya peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Materi QS. At Tin Mengenal Nama-nama Allah Kelas V SDN Tunggakjati VI Kabupaten. Karawang

(12)

G. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini,dapat diperolehbeberapa manfaat yaitu : 1. Bagi peneliti :

Untuk mengetahui beberapa besar keberhasilan guru dalammengajarkan materi dengan menggunakan model discovery learnin

2. Bagi peserta didik :

Proses balajar mengajar Pendidikan Agama Islam (PAI) dapat menjadi menarik dan meyenangkan serta Keterampilan Bertanya peserta didik dapat meningkat.

3. Bagi lembaga :

Meningkatkan mutu sekolah melalui peningkatan Keterampilan Bertanya peserta didik yang tentunya dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).

(13)

6

BAB II

KAJIAN TEORETIK, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Teoretik

1. Keterampilan Bertanya

a. Pengertian Keterampilan Bertanya

Keterampilan bertanya merupakan ucapan atau pertanyaan yang dilontarkan yang menuntur respons atau jawaban.5 Keterampilan bertanya adalah kegiatan dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan peserta didik berpikir dan memperoleh pengetahuan yang lebih banyak.6

Aktifitas bertanya peserta didik diharapkan dapat membiasakan diriuntuk tampil lebih berani dengan pribadi yang percaya diri (confidence). Memupuk rasa percaya diri peserta didik butuh sebuah proses dan situasi yang benar-benar terkondisikan. Dengan aktifitas bertanya juga peserta didik diberikan ruang untuk berlatih menata kalimat dalam pertanyaan yang disampaikan.7

Pembelajaran akan sangat membosankan apabila guru hanya menjelaskan materi pelajaran tanpa diselingi dengan pertanyaan, baik hanya sekedar pertanyaan pancingan atau pertanyaan untuk mengajak peserta didik berpikir.

Selain itu, pembelajaran akan menjadi membosankan manakala selama berjam- jam guru menjelaskan materi tanpa diselingi dengan pertanyaan.

5 Mufarokah, Strategi Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Teras, 2009), h.153.

6 Samlawi dan Maftuh, Konsep Dasar IPS, (Bandung: Depdikbud, 1998), h. 25

7 Fauzan, Belajar dan Pembelajaran, (Ciputat: Gaung Persada (GP) Press). h. 138

(14)

Para ahli percaya pertanyaan yang baik, memiliki dampak positif terhadap peserta didik , diantaranya:

1) Dapat meningkatkan partisipasi peserta didik secara penuh dalam proses pembelajaran.

2) Dapat meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik , sebab berpikir itu sendiri pada hakikatnya bertanya.

Memusatkan peserta didik pada masalah yang sedang dibahas.8

Mengajukan pertanyaan merupakan salah satu metode sederhana yang cukup efektif dalam meningkatkan kemampuan berfikir peserta didik dan juga kualitas hasil belajar.9 Pertanyaan yang diajukan akan lebih baik jika menggunakan teknik bertanya yang efektif. Tujuan dari penggunaan teknik bertanya yang efektif adalah untuk meningkatkan partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran. Menurut Asril, bahwa bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenali. Respon yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai hal-hal seperti stimulasi efektif yang mendorongkan kemampuan berpikir.

Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk: (1) Menggali informasi tentang kemampuan peserta didik dalam penguasaan materi pelajaran, (2) Membangkitkan motivasi peserta didik untuk belajar,

8Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,(Jakarta: Prenada Media Group, 2008), cet. 3, h. 157

9Gandhi dkk, Kemampuan Bertanya Guru IPA Dalam Pengelolaan Pembelajaran,Pendidikan Sains, Vol. 4, tahun 2014, 2

10Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:Prenada Media Group, 2013), cet. 10, h. 266.

(15)

8 (3) Merangsang keingintahuan peserta didik terhadap sesuatu, (4) Memfokuskan peserta didik pada sesuatu yang diinginkan, (5) Membimbing peserta didik untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu.10

Maka dari itu, keterampilan bertanya adalah kegiatan untuk meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik dengan cara mengajukan pertanyaan yang menuntut respon atau jawaban agar memperoleh pengetahuan baru.

b. Fungsi Keterampilan Bertanya Dalam Pembelajaran

Fungsi keterampilan bertanya pada peserta didik dalam pembelajaran Pendidikan Agma Islam, yaitu:

1. Meningkatkan partisipasi peserta didik dalam kegiatan belajar-mengajar.

2. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu peserta didik terhadap suatu masalah yang sedang dihadapi atau dibicarakan.

3. Mengembangkan pola dan cara belajar aktif dari peserta didik sebab berfikiritu sendiri sesungguhnya adalah bertanya.

4. Menuntun proses berfikir peserta didik sebab pertanyaan yang baik akan membantu peserta didik agar dapat menentukan jawaban yang baik.

5. Memusatkan perhatian peserta didik terhadap masalah yang sedang dibahas.11 Berdasarkan beberapa poin di atas peneliti menyimpulkan bahwa fungsi dari keterampilan bertanya dalam pembelajaran Pendidikan Agma Islam

(16)

yaitu menjadikan peserta didik aktif berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar sehingga minat, rasa ingin tahu, dan proses berfikir peserta didik meningkat dan juga berkembang.

c. Jenis-jenis Keterampilan Bertanya

Keterampilan bertanya yang digunakan pada kegiatan belajar mengajar itu banyak jenisnya. Menurut sanjaya jenis pertanyaan yangdilihat dari maksudnya, pertanyaan terdiri dari:12

1) Pertanyaan permintaan, (compliance question), pertanyaan yang mengandung unsur suruhan dengan harapan agar peserta didik dapat mematuhi perintah yang diucapkan. Pertanyaan ini tidak mengharapkan tidak mengharapkan jawaban dari peserta didik , akan tetapi yang diharapkan adalah tindakan peserta didik .

2) Pertanyaan retoris (rhetorical question), jenis pertanyaan yang menghendaki jawaban dari peserta didik , akan tetapi kita sendiri yang menjawabnya.

3) Pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting question),pertanyaan yang ditujukan untuk menuntun proses berpikir peserta didik , dengan harapan peserta didik dapat memperbaiki atau menemukan jawaban yang lebih tepat dari jawaban sebelumnya.

11Lia Yuliana, Keterampilan Bertanya guru, Fondasia, No. 10, Vol. 10, tahun 2010, h.3.

12Sanjaya, loc. Cit.

(17)

10 4) Pertanyaan menggali (probing question), pertanyaan yang diarahkanuntuk mendorong peserta didik agar dapat menambah kualitas dan kuantitas jawaban. Jenis pertanyaan ini sangat penting untuk meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik .

Disamping itu, terdapat keterampilan bertanya dari tingkat rendah hingga tinggi berdasarkan tingkat kognitif menurut taksonomi Bloom: 13

1) Knowledge, requires that the student recognize or recall information.

Pertanyaan pengetahuan (knowledge question) ini untuk merangsang peserta didik dalam mengingat atau mencari tahu kembaliinformasi yang ada didalam ingatannya. Dengan demikian, pertanyaan ini sebatas mengetahui informasi yang dihafal atau diingat peserta didik .

Pertanyaan ini merupakan pertanyaan yang memiliki tingkat kesulitan paling rendah, karena hanya mengandalkan kemampuan mengingat fakta atau data.

Contoh: Kapan perang Diponegoro berlangsung? Sebutkan Ibu Kota Negara Malaysia?14

2) Comprehension, requires that the student think on a low level such thatthe knowledge can be reproduced or communicated without a verbatimrepetition.

Pertanyaan pemahaman (comprehension question), pertanyaan ini menimbulkan jawaban dengan cara mengemukakan pemahaman tentang sesuatu hal. Pertanyaan ini meminta peserta didik untuk merangkai informasi tertentu yang mempunyai ketertarikan, bahkan ada seperti hubungan sebab-akibat.

Pertanyaan pemahaman lebih sulit dibandingkan yang pertama, sebab pertanyaan ini tidak hanya sekedar mengharapkan peserta didik untuk

(18)

mengungkakan kembali apa yang dingatnya, akan tetapi pertanyaan yang mengharapkan kemampuan peserta didik untuk memperjelas gagasan.

Contoh: Bandingkan apa perbedaan antara Ihfa dan idghom yang?15

Pertanyaan yang mengkehendaki jawaban agar peserta didik dapat menerapkan pengetahuan yang telah dimilikinya. Contoh: kamu telah beajar bagaimana cara menghitung luas sebuah bidang, sekarang kamu hitung berapa luas kelas tempat belajar kita ini.16

3) Analysis, requires that the student solve a problem through thesystematic examination of facts or information.

Pertanyaan analisis (Analysis question), yaitu pertanyaan yang membutuhkan jawaban dengan cara mengidentifikasi, mencari bukti dengan menarik kesimpulan. Pada pertanyaan ini peserta didik diminta untuk mengidentifikasi masalah, membuktikan dan menarik kesimpulan.

Pertanyaan yang mengkehendaki agar peserta didik dapat menguraikansuatu konsep tertentu. Contoh: Coba uraikan dengan jelas apa fungsi jantung?17

4) Synthesis, requires the student to find a solution to a problem throughthe use of original, creative thinking.

13Karron G. Lewis, Developing Questioning Skills, Center for teaching effectiveness, Sec.5, page.4.

14Sanjaya, ibid.

(19)

12 Pertanyaan sintesis (synthesis question), pertanyaan yang membutuhkan jawaban berdasarkan pemikiran mendalam seorang peserta didik sehingga menghasilkan gagasan tertentu.

Pertanyaan agar peserta didik dapat membuat semacam ringkasan melalui bagan dari suatu kajian materi pembelajaran. Contoh: Kita telah mempelajari tentang raja-raja yang pernah berkuasa di Majapahit. Sekarang

coba buat bagan tentang silsilah tersebut.18

5) Evaluation, requires that the student make an assessment of good or notso good, according to some standards.

Pertanyaan evaluasi (evaluation question), pertanyaan yang membutuhkan jawaban dengan cara menilai atau berpendapat sesuai dengan pandangan masing-masing.

Pertanyaan yang mengehendaki jawaban dengan cara memberikan penilaian atau pendapatnya terhadap suatu isu. Contoh: Bagaimana pendapatmu tentang pelaksanaan program Keluarga Berencana?19

Keterampilan bertanya di atas berdasarkan tingkat koognitif menurut taksonomi Bloom telah digunakan hampir setengah abad dalam dunia pendidikan. Namun pada akhirnya keterampilan bertanya ini mengalami perubahan pada tingkat kelima dan keenam yang direvisioleh Anderson dan Krathwol

16Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Prenada MediaGroup, 2013), cet. 10, h. 267.

(20)

mempelajari tentang raja-raja yang pernah berkuasa di Majapahit. Sekarang coba buat bagan tentang silsilah tersebut.18

6) Evaluation, requires that the student make an assessment of good or notso good, according to some standards.

Pertanyaan evaluasi (evaluation question), pertanyaan yang membutuhkan jawaban dengan cara menilai atau berpendapat sesuai dengan pandangan masing-masing.

Pertanyaan yang mengehendaki jawaban dengan cara memberikan penilaian atau pendapatnya terhadap suatu isu. Contoh: Bagaimana pendapatmu tentang pelaksanaan program Keluarga Berencana?19

Keterampilan bertanya di atas berdasarkan tingkat koognitif menurut taksonomi Bloom telah digunakan hampir setengah abad dalam dunia pendidikan. Namun pada akhirnya keterampilan bertanya ini mengalami perubahan pada tingkat kelima dan keenam yang direvisioleh Anderson dan Krathwol

Sehingga keterampilan bertanya yang telah direvisi oleh Anderson dan Karthwol yakni adanya perubahan dari pertanyaan sintesis (synthesis question) menjadi pertanyaan mengevaluasi (evaluation question), dan pertanyaan evaluasi (evaluation question) menjadi pertanyaan mencipta (creation question).

a) Evaluation, requires that the student make an assessment of good ornot so good, according to some standards.

Pertanyaan evaluasi (evaluation question), pertanyaan yang membutuhkan

(21)

14 jawaban dengan cara menilai atau berpendapat sesuai dengan pandangan masing- masing.

Pertanyaan yang mengehendaki jawaban dengan cara memberikan penilaian atau pendapatnya terhadap suatu isu. Contoh: Bagaimana pendapatmu tentang pelaksanaan program Keluarga Berencana?20

b) Creation, putting elements together to form a novel, coherent wholeor make an original product.21

Pertanyaan mencipta (creation question), pertanyaan yangmeletakkan unsur-unsur secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan mengarahkan peserta didik menghasilkan suatuproduk baru.22

Pertanyaan ini dibuat agar peserta didik dapat melaksanakan dan menghasilkan karya yang dapat dibuat oleh semua peserta didik . Contoh:

Buatlah langkah-langkah pelaksnaan solusi terhadap permasalahan lingkungan disekolah!

Berdasarkan jenis-jenis keterampilan bertanya di atas, yang sesuai dengan peserta didik kelas V pada pembelajaran Pendidikan Agma Islam ialah jenis keterampilan bertanya Bloom yang sudah direvisi oleh Anderson karena keterampilan bertanya tersebut selaras dengan materi pembelajaran.

19Sanjaya, op.cit., h. 158-160.

(22)

d. Teknik-teknik Keterampilan Bertanya

Sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu teknik-teknik untuk bertanya sebelum bertanya agar kita paham bagaimana cara bertanya yang baik. Beberapa saran dalam teknik bertanya atau menerima jawaban dari pertanyaan yang kita ajukan dijelaskan berikut ini.

Teknik bertanya menurut sanjaya, yaitu:

1) Tunjukkan keantusiasan dan kehangatan

Menunjukkan cara guru mengekspresikan pertanyaan atau menjawab pertanyaan menggunakan bahasa yang tidak terkesan memojokkan peserta didik , mimik atau wajah yang hangat tidak terkesan tegang tetapi akrab dan bersahabat, tidak mencibir atau memelototi peserta didik .

2) Berikan waktu secukupnya kepada peserta didik untuk berpikir

Guru perlu memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk menemukan jawaban yang tepat. Guru harus menghindari untuk menjawab sendiri pertanyaan yang diajukan. Biarkan peserta didik mencari, menduga, dan bereksplorasi untuk menemukan jawaban sesuai dengan kemampuannya.

3) Atur lalu lintas bertanya jawab

Guru harus mengatur proses tanya jawab agar peserta didik tidak bertanya atau menjawab secara bersama-sama.

21David R Karthwol, A revision of Bloom’s Taxonomy: An Overview, Theory Into Practice, 2002, P. 215.

22Imam & Anggarini, Taksonomi Bloom–Revisi Ranah Kognitif: Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Penilaian, 2004, h. 107.

(23)

16 Setelah pertanyan diberikan kepada seluruh kelas, aturlah siapa yang pantas memberikan jawaban dan yang lain menyimak jawaban serta memberikan komentar.

4) Hindari pertanyaan ganda

Pertanyaan ganda akan membingungkan peserta didik dan mengganggu proses berpikir peserta didik karena tidak fokus terhadap arah pertanyaan yang diajukan.

Teknik keterampilan bertanya dalam kegiatan pembelajaran dikelas menurut Mansur, ialah:

1) Pertanyaan diajukan untuk seluruh kelas

Hal ini dimaksudkan agar pertanyaan yang diberikan oleh guru dapat membuat semua peserta didik ikut berfikir menjawab atau memecahkan jawaban.

2) Jawaban hendaknya oleh perorangan, bukan seluruh kelas

Peserta didik menjawab pertanyaan dengan cara ditunjuk oleh guru sebagai jawaban individu atau sebagai wakil kelompok.

3) Usahakan pertanyaan diajukan secara merata

Maksudnya ialah setelah guru mengajukan pertanyaan ke seluruh kelasyang ditunjuk untuk menjawab penyebaran secara merata. Sehingga, setiap peserta didik merasa siap untuk menjawab pertanyaan

4) Berikan dorongan kepada peserta didik yang lemah dan pemalu untuk menjawab

Disini guru bertindak tidak membedakan antara peserta didik , tetapi memerhatikan semua peserta didik untuk diajak terlibat dalam proses belajar yang aktif.

5) Perhatian guru kepada seluruh kelas

Hendaknya guru memerhatikan seluruh kelas walaupun konsentrasinya kepada jawaban peserta didik .

(24)

6) Berikan dorongan kepada peserta didik yang lemah dan pemalu untuk menjawab

Disini guru bertindak tidak membedakan antara peserta didik , tetapi memerhatikan semua peserta didik untuk diajak terlibat dalam proses belajar yang aktif.

7) Perhatian guru kepada seluruh kelas

Hendaknya guru memerhatikan seluruh kelas walaupun konsentrasinya kepada jawaban peserta didik . Jadi, sementara peserta didik menjawab yang lain masih dalam jangkauan perhatian guru.

8) Waktu tunggu untuk memberi kesempatan berfikir

Waktu tunggu ini memberi kesempatan befikir dan menyusun kalimat jawaban dengan baik. Durasi waktu tunggu disesuaikan dengan tingkat pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

9) Waktu tunggu setelah peserta didik menjawab

Hal ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan peserta didik lain untuk menanggapi jawaban temannya, sebelum guru memberi penguatan atau mengklarifikasi jawaban peserta didik dan melanjutkan pelajaran.

Berdasarkan beberapa teknik di atas, peneliti menyimpulkan bahwadalam pembelajaran hendaknya guru mengetahui hal-hal tertentu didalam mengajukan suatu pertanyaan agar secara langsung berlaku komunikasi segitiga yakni komunikasi antara guru dengan peserta didik dan peserta didik dengan peserta didik yang mencerminkan keaktifan peserta didik dan guru

(25)

18 2. Model Discovery Learning

a. Pengertian Model Discovery Learning

Model discovery learning adalah didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat Bruner, bahwa“discovery Learning can be defined as the learning that takes place when the student is not represented with subject matter in the final form, but rather is required to organize it him self”. Ide dasar Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwaanak harus berperan aktif dalam belajar dikelas.24

Model pemecahan masalah merupakan model yang bertujuan untukmelatih peserta didik agar memiliki kemampuan dalam menemukan solusi yang diperlukan untuk mengatasi masalah. Dalam menerapkan model ini, guru atau instruktur perlu memastikan bahwa peserta didik telah memiliki pemahaman yang baik tentang materi pelajaran dan keterampilan yang diperlukan untuk digunakan dalam mengatasi masalah.25

Dalam mengaplikasikan model discovery learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar peserta didik sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin merubah merubah kegiatan belajar yang teacher oriented menjadi student oriented.

24Dindin Ridwanudin, Bahasa Indonesia, (Jakarta: UIN Press, 2015), h. 81.

25Benny A. Pribadi, Model Assure Untuk Mendesain Pembelajaran Sukses, (Jakarta: PT.

(26)

.

Dalam model discovery learning bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, peserta didik dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan,menganalisis, engintegrasikan, mengorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan.27 Salahsatu sumber belajar di discovery learning penggunaan media yang berbentuk LKPD (Lembar Kegiatan Peserta Didik ) yang dapat membantu peserta didik mempermudah emahamannya terhadap materi pelajaran yang didapat. Oleh karena itu, model pembelajaran discovery learning menjadi alternative untuk meningkatan hasil beajar peserta didik . Melalui model pembelajaran discovery learningdiharapkan dapat memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mencerna materi atau bahan ajar dengan sedikit bantuan dari pendidik.28

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Discovery Learning adalah model pembelajaran yang dimana peserta didik mencari jawaban sendiri dari bahan ajar yang diberikan agar melatih kemandirian peserta didik dalam proses pembelajaran dengan sedikit bantuan guru sehingga tidak hanya bergantung pada materi yang diberikan.

28Yatti Sugiarti, Moodel Pembelajaran Discovey Learnng Menggunakan LKS Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik Kelas X di SMKN 1 Kunnga, No.3, Desember 2014, h.

29.

(27)

20 b. Model Discovery Learning Dalam Pembelajaran

Sebagai model pembelajaran, model discovery learning mempunyai konsep sendiri yang membedakan dengan model lainnya. Konsep belajar model ini merupakan serangkaian aturan ataupun prinsip dalam pembelajaran yang meliputi tujuan belajar, peran guru dan lain sebagainya. Beberapa konsep belajar discovery learning:

1) Tujuan pembelajaran discovery learning

Menurut Bell dalam buku Didin Ridwanudin beberapa tujuan spesifik dari pembelajaran dengan penemuan, yakni sebagai berikut:

a) Dalam penemuan peserta didik memiliki kesempatan untuk terlibatsecara aktif dalam pembelajaran. Kenyataan menunjukkan bahwa partisipasi banyak peserta didik dalam pembelajaran meningkat ketika penemuan digunakan.

b) Melalui pembelajaran dengan penemuan, peserta didik belajar menemukan pola dalam situasi kongkret maupun abstrak, juga peserta didik banyak meramalkan (explorate) informasi tambahan yang diberikan.

c) Peserta didik juga belajar merumuskan strategi tanggung jawab yang tidak rancu dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan.

d) Pembelajaran dengan penemuan membantu peserta didik membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi,serta mendengar dan menggunakan ide-ide orang lain.

(28)

e) Terdapat bebrapa fakta yang menunjukkan bahwa keterampilan- keterampilan, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih bermakna.

f) Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktivtas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru.29 Tujuan model discovery learning dapat disimpulkan yaitu membuat peserta didik memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran, membentuk cara kerja yang efektif, serta dapat diaplikasikan dengan situasi belajar yang baru dan bermakna.

c. Langkah-langkah Operasional Implementasi dalam Proses Pembelajaran Menurut Syah dalam buku Dindin Ridwanudin (2015) mengaplikasikan discovery learning di kelas, ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum sebagai berikut.

1) Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)

Pertama-tama pada tahap ini peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan tanda tanya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu, guru dapat memulai kegiatan proses belajar mengajar dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.

2) Problem Statement (Pernyataan/Identifikasi Masalah

Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutnya adalah guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidenfitikasi sebanyak mungkin

(29)

22 agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirmusukan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah). Permasalahan yang dipilih selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau hipotesis, yakni pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan. Memberikan kesempatan peserta didik untuk mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna dalam membangun peserta didik agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu masalah. jawaban/penyelesaian yang perlu mendapat pembuktiana secara logis.

3) Verification (Pembuktian)

Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan data hasil processing. Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan baik dan kreatif jika guru kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan suatu konsep, teori, atau aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.

Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.

30 Dindin Ridwanudin, Bahasa Indonesia, (Jakarta:UIN Press, 2015), h. 155

(30)

4) Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)

Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlakuuntuk semua kejadian

atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi.

Setelah menarik kesimpulan peserta didik harus memerhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas maknadan kaidah atau prinsi-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.30

d. Penilaian pada Model Discovery Learning

Dalam model Pembelajaran discovery learning, penilaian dapat dilakukan dengan mengguakan tesmaupunnontes penilaian yang digunakan dapat berupa penilaian kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil kerja peserta didik . Jika bentuk penilaiannya berupa penilaian kognitif, maka dapat menggunakan tes tertulis. Jika bentuk penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap, atau penilaian hasilkerja peserta didik dapat menggunakan nontes.

3. Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Istilah pendidikan dalam bahasa Arab kata yang paling sering digunakan salah satunya yaitu al-tarbiyah. Kata tarbiyah berasal dari kata rabba-yarubbu- tarbiyatan yangberarti “memelihara, mengasuh, mendidik.”31

Menurut Abuddin Nata dalam bukunya, tarbiyah diartikan sebagai suatu

(31)

24 proses untuk menumbuhkan dan mengembangka n potensi yang dimiliki oleh peserta didik, sehingga potensi tersebut dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, melalui cara memeliha ra, mengasuh, merawat, memperbaiki, dan mengaturnya berdasarkan perencanaan, sistematis, dan berkelanjutan atau continue.32

Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.33

Maka, pendidikan dapat diartikan sebagai salah satu usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh tiap-tiap peserta didik secara sistematis dan terencana agar tercapai tujuan pendidikan yang diinginkan.

Kata Islam secara bahasa berasal dari kata aslama-yuslimu- islaman, yang berarti ketundukan, perdamaian dan tunduk kepada kehendak Allah.34

Dalam konteks pendidikan, yang dimaksud dengan islam yaitu ajaran yang diwahyukan oleh Allah SWT untuk umat manusia yang ajarannya disampaikan melalui Rasulullah SAW.35

Maka, Islam berarti agama yang mengajarkan para pemeluknya atau yang disebut umat muslim untuk menyebarkan perdamaian, keamanan, dan keselamatan untuk diri sendiri, sesama manusia, dan kepada lingkungan sekitarnya.

31 A. W. Munawir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka Progressif, 2002) Cet. 25, Ed. 2, h.

32 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Predanamedia Group, 2016)

33 Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang SISDIKNAS (Jakarta: Sinar Grafika, 2016), cet.

(32)

Pendidikan Agama Islam merupakan usaha memberikan imbingan dan asuhan kepada anak didik dengan tujuan agar anak didik dapat mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam serta menjadikan ajaran Islam sebagai tuntunan hidup kebahagiaan di dunia dan di akhirat.36

Menurut Direktorat Pembinaan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum Negeri (Ditbinpaisun) yang dikutip oleh Zakiyah Daradjat, Pendidikan agama Islam adalah:

suatu usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan dapat memahami apa yang terkandung di dalam Islam secara keseluruha n, menghayati makna dan maksud serta tujuannya dan pada akhirnya dapat mengamalkannya serta menjadikan ajaran- ajaran agama Islam yang telah dianutnya itu sebagai pandanganhidupnya sehingga dapat mendatangkan keselamatan dunia dan akhirat kelak.37

Jadi, Pendidikan Agama Islam merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik melalui cara yang sistematis dan terencana agar mengenal, memiliki, menghayati, sampai mengimani ajaran agama Islam sebagai tuntunan yang dapat digunakan dalam kehiduapan sehari- hari sehingga dapat mendatangkan keselamatan dunia dan akhirat

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Adanya proses pendidikan merupakan salah satu upaya perubahan dan perkembangan pengetahuan dalam diri manusia.38

Pembelajaran dan pendidikan Islam secara keseluruha n, bertujuan untuk membentuk kepribadian seseorang menjadi insan kamil yang berarti “manusia yang memiliki keutuhan rohani dan jasmani, dapat hidup dan berkembang secara

38 Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga,

(33)

26 wajar dan normal karena takwanya kepada Allah SWT".39

Pendidikan agama Islam diharapkan dapat menciptaka n manusia yang memiliki keutuhan dimulai dari pengetahuan hingga pengamalan nilai- nilai ajaran Islam baik itu kaitannya dalam berhubungan dengan Allah dan dengan manusia sesamanya. Sehingga tercipta kerukunan antar umat manusia dan tercapai kebahagian kehidupan di akhirat nanti.

Tujuan pendidikan agama Islam tentunya sangat luas jika diliha t dari berbagai aspek. Salah satu tujuan pendidikan agama Islam pada tingkat mata pelajaran yaitu tercapainya pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran Islam sesuai dengan bidang-bidang tertentu.40

Pada tingkat mata pelajaran berarti tujuan pendidikan agama Islam lebih fokus dan terinci sesuai dengan bidangnya. Misalnya dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islampada materi ketentuan makanan dan minuman yang halal dan haram maka tujuan yang diharapkan yaitu seorang peserta didik dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam tentang mengonsumsi makanan dan minuman yang halal.

c. Materi Pendidikan Agama Islam Tingkat SD

Materi pembelajaran merupakan salah satu komponen dari proses belajar mengajar. Tanpa adanya materi pembelajaran, maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai dengan baik.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud)

39 Zakiyah Daradjat, op. cit., h. 29.

40 Abuddin Nata, op. cit., h. 65

(34)

Nomor 24 Tahun 2016 tentang kompetensi inti dan kompetensi dasar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SD, materi pendidikan agama islam kelas V yaitu terdiri dari 14 materi pembahasan.41

Pada Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas V SD Kurikulum 2013, yang ditulis oleh Drs. Multahim, dkk., terdapat 10 BAB pembahasan, diantaranya yaitu:

Tabel 2.1 Materi PAI Kelas V SD45

No. BAB Materi

1. Bab 1 Mari Belajar al-Qur’an Surah at-Tin

2. Bab 2 Mengenal Nama Allah dan Kitab-Kitab-Nya

3. Bab 3 Cita-citaku Menjadi Anak yang Sālih 4. Bab 4 Bulan Ramadan yang Indah

5. Bab 5 Rasul Allah Idolaku

6. Bab 6 Mari Belajar al-Qur’an Surah al-Mā’ūn 7. Bab 7 Mari Mengenal Rasul-Rasul Allah 8. Bab 8 Mari Hidup Sederhana dan Ikhlas

9. Bab 9 Indahnya Salat Tarwih dan Tadarus al-Qur’an 10. Bab 10 Kisah Keteladanan Luqman

41 Lampiran Permendikbud No. 24 Tahun 2016 Tentang KI KD SD/MI

45 Nurlailah, dkk., Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas V SD (Jakarta:Yrama Widya, 2016)

(35)

28

Berdasarkan keterangan di atas, maka materi yang menjadi fokus penelitian ini dala tentang mari mengenam Al Quran Surah At Tin, yang dipelajari pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas V semester 1

B. Tinjauan Pustaka terdahulu

1. Meiria Sylvi Astuti (2015) dalam jurnalnya yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Bertanya dan Hasil Belajar Peserta didik Kelas 2 SDN Slungkep 03 menggunakan model Discovery Learning”. Peningkatan keterampilan bertanya peserta didik siklus I dari kategori sedang menjadi kategori tinggi diakhir siklus II sebesar 19,22%. Ketuntasan hasil belajar peserta didik mampu mencapai kategori tinggi rata-rata sebesar 18,19%- 33,33%.

2. Pratikno, H. (2020). Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta didik Menggunakan Metode discovery learning dalam Pembelajaran Matematika Ditinjau dari Self Concept Peserta didik pada Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel. PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika 3. Penelitian tentang pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap

pembentukan akhlak peserta didik pernah diteliti oleh Siti Nurjanah tahun 2014 dengan judul Pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap Pembentukan

Akhlak Peserta didik di SDIT Yasir Cipondoh Kota Tangerang dengan subyek penelitiannya berjumlah 30 orang. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan cara uji korelasi. Data dikumpulkan melalui wawancara dan angket. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengajaran Pendidikan

(36)

.

Agama Islam di SD IT Yasir, mengetahui kualitas akhlak anak- anak yang belajar di SD IT Yasir, serta mengetahui pengaruh pendidikan Agama Islam peserta didik SD IT Yasir terhadap akhlak peserta didik .

B. Kerangka Berpikir

Proses belajar mengajar akan berhasil jika guru dan peserta didik saling berintegrasi dengan baik. Penguasaan guru terhadap materi pembelajaran yang akan disampaikan dan pengelolaan kelas yang baik merupakan salah satufaktor pendukung keberhasilan proses belajar mengajar dikelas. Dengan demikian guru mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan sehingga menumbuhkan keaktifan peserta didik pada pembelajaran untuk bertanya.

Ada beberapa macam model pembelajaran yang harus dikuasai oleh guru dalam mengajarkan peserta didik , salah satunya adalah model pembelajaran discovery learning. Pembelajaran discovery learning ini dapat membut peserta didik menjadi aktif dan mandiri dalam pembelajaran serta memudahkan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran.

Berdasarkan kajian teoritis serta mengkaji laporan dari hasil penelitian sebelumnya, maka dalam penelitian ini perlu mengajukan kerangka pemikiran sebagai berikut :

(37)

30 C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut “Dengan menerapkan model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan keterampilan bertanya peserta didik pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi QS. At Tin kelas V di SDN Tunggakjati Kabupaten.

Karawang”.

(38)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas V SDN Tunggakjati VI , Kecamatan Karawang Barat Kabupatenupaten Karawang dengan jumlah 3O anak, yangterdiri dari 14 anak laki-laki dan 16 anak perempuan.

B. Kancah Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Tunggakjati VI , Kecamatan KarawangBarat Kabupatenupaten Karawang , Propinsi Jawa Barat 2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan September dan Oktober 2019 C. Metode Penelitian dan Desain Siklus Penelitian

Metode yang digunakan pada penilitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas berkaitan erat dengan persoalan praktik pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh guru. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki atau meningkatkan praktik- praktik pembelajaran di kelas secara lebih professional. PTK berupaya meningkatkan dan mengembangkan profesionalisme guru dalam menunaikan tugasnya.43

43Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), h. 199.

(39)

32 Tujuan penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action research (CAR) adalah meningkatkan dan memerbaiki praktik pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru. W.R.Borg menyebutkan bahwa tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah pegembangan keterampilan guru berdasarkan persoalan-persoalan pembelajaran yang dihadapi guru di kelasnya, dan bukan bertujuan untuk pencapaian pengetahuan umum dalam bidang pendidikan.44 Diantara model PTK yang mudah untuk dilakukan adalah PTK model siklus.

Model ini dikenalkan oleh Kemmis dan McTaggart dari Deakin, University, Australia. Model ini terdiri atas empat komponen berikut.45

1. Rencana: rencana tindakan apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan, atau mengubah perilaku dan sikap sebagai solusi.

2. Tindakan: apa yang dilakukan guru atau peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan, atau perubahan yang diinginkan.

3. Observasi: mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap peserta didik .

Refleksi: peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil atau dampak tindakan dari berbagai kriteria. Berdasarkan hasil refleksi,peneliti (guru) dapat melakukan revisi perbaikan terhadap rencana awal

D. Indikator Kinerja/Hasil Tindakan yang Diharapkan

Hasil intervensi tindakan yang diharapkan pada penelitian ini adalah semua peserta didik mampu mencapai 75% pada keterampilan bertanya peserta didik dengan menerapkan model discovery learning pada pembelajaran

(40)

Pendidikan Agama Islam E. Tahap Intervensi Tindakan

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk meningkatan keterampilan bertanya peserta didik pada pembelajaran Pendidik Agama Islam . Adapun tahap intervensi tindakan adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan

Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang menerapkan metode pembelajaran discovery learning, menyiapkan lembar kerja peserta didik (LKPD), menyiapkan instrument tes, lembar observasi, catatan lapangan, menyiapkan media yang akan digunakan, menyusun kelompok belajar peserta didik dan menyiapkan dokumentasi.

2. Tindakan

Melakukan langkah-langkah sesuai rencana pembelajaran yang telah disusun, melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan tahapan metode pembelajaran discovery learning.

3. Pengamatan

Mengumpulkan data penelitian, melakukakn diskusi dengan guru kelas yang bersangkutan untuk membahas tentang kelemahan atau kekurangan proses pembelajaran yang telah dilakukan.

4. Refleksi

Menganalisis data yang diperoleh untuk memperbaiki dan menyempurnakan tindakan pada siklus selanjutnya, menganalisis kelemahan

(41)

34 dan kelebihan dari proses pembelajaran yang berlangsung dan mempertimbangkan langkah selanjutnya, penyusunan laporan penelitian.

F. Data dan Sumber Data

Data dan sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini diperoleh baik dari peserta didik maupun guru kelas V. Data yang akan dianalisis diambil dari data observasi keterampilan bertanya peserta didik . Data saat proses pembelajaran berlangsung diambil dari lembar observasi, nilai hasil belajar peserta didik , dan catatan lapangan.

G. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 2. Lembar observasi

Lembar observasi merupakan daftar serangkaian kegiatan yang terdapat di dalam penelitian dan sebagai objek yang akan diamati seorang peneliti.

Lembar observasi mencakup beberapa aspek yang menjadi focus peneliti untuk diamati secara mendalam guna mengetahui keberhasilan penelitian. Jadi dalam penelitian ini peneliti menggunakan lembar observasi untuk mengetahui keterampilan bertanya anak kelas V SDN Tunggakjati VI Kabupaten.

Karawang melalui pembelajaran model discovery learning

(42)

Tabel. 3.1 Lembar Keterampilan Bertanya Dalam Proses Pembelajaran PAI Melalui Model Discovery Learning

No.

Dimensi Keterampilan

Bertanya

Indikator Jumlah

Nomor 1. Pertanyaan

pengetahuan

1. Mengajukan pertanyaan

bersifat data 1

2. Mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan informasi yang dihafal

1

2. Pertanyaan pemahaman

1. Mengungkapkan

pertanyaan yang dapat memperjelas gagasan

1

2. Membuat pertanyaan dengan informasi yang dimiliki.

1

3 Pertanyaan aplikatif

1. Mengajukan pertanyaan yang membuat jawaban dengan cara menerapkan

konsep.

1

2. Membuat pertanyaan yang

bersifat penerapan dengan 1 pengetahuan yang

dimilikinya

4 Pertanyaan 1. Mengajukan pertanyaan

yang bersifat konsep. 1

(43)

36 analisis 2. Mengungkapkan pertanyaan

yang membuatjawaban bersifat kompleks.

1

5 Pertanyaan evaluatif

1. Mengajukan pertanyaan

yang bersifat argumen. 1

2. Mengajukan pertanyaan yang membuat jawaban sesuai

dengan pandangannya.

1

6 Pertanyaan mencipta

1. Mengajukan pertanyaan yang membuat suatu cerita/tulisan dari sumber

yang dibaca

1

2. Mengajukan pertanyaan yang membuat suatu benda dari bahan yang

tersedia

1

P = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛g 𝑑i𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑥 100%

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠i𝑚𝑎𝑙

Tabel. 3.2 Lembar Aktivitas Peserta didik Dalam Proses Pembelajaran PAI Melalui Model Discovery Learning

No Aspek yang di observasi Jumlah

Nomor 1. Memiliki kondisi sudah siap belajar. 1

(44)

2. Menyimak saat guru menyampaikan tujuan

pembelajaran.

1

3. Memahami langkah-langkah pembelajaran. 1 4. Mengamati dan konsentrasi saat

pengamatan disekitar sekolah. (Stimulation)

1

5. Menemukan Bacaan bacaan Mad pada ayat ayat QS. At Tin

sekolah. (Stimulation)

1

6. Menyimpulkan makna ayat QS. At Tin (Problem

Statement)

1

7. Membuat kelompok yang terdiri dari 4-5 orang.

(Data Collection)

1

8. Berdiskusi dengan teman kelompok. (Data Collection)

1 9. Menuliskan hasil diskusi. (Data Processing) 1 10. Menjelaskan hasil diskusi. (Data Processing) 1 11. Mendengarkan penjelasan materi yang

disampaikan guru. (Verification)

1

12. Mengumpulkan hasil diskusi. (Verification) 1 13. Membuat contoh materi yang

dipelajari..

(Verification)

1

14. Bertanya terhadap hal yang belum dipahami kepada

guru. (Generalization)

1

15. Menyimpulkan materi pada hari ini.

(Generalization)

1

16. Mengerjakan tugas yang diberikan. 1

P = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛g 𝑑i𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑥 100%

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠i𝑚𝑎𝑙

(45)

38

Tabel. 3.3 Lembar Aktivitas Guru Dalam Proses Pembelajaran PAI Melalui Model Discovery Learning

No Aspek yang di observasi Jumlah

Nomor 1. Mengkondisikan peserta didik sebelum belajar. 1

2. Melakukan presensi. 1

3. Menyampaikan tujuan pembelajaran. 1

4. Menjelaskan langkah pembelajaran. 1

5. Meminta peserta didik untuk melakukan pengamatan

disekitar sekolah. (Stimulation) 1

6. Meminta peserta didik untuk menemukan Huruf yang dibaca

mad dlm QS.Attin. (Stimulation) 1

7. Mempersilahkan peserta didik untuk menyimpulkan makna QS.Attin. (Problem

Statement)

1 8. Mengarahkan peserta didik untuk membuat kelompok

yang terdiri dari 4-5 orang. (Data Collection) 1 9. Meminta peserta didik untuk berdiskusi dengan teman

kelompoknya. (Data Collection) 1

10. Mempersilahkan peserta didik untuk berdiskusi tentang

Hukum2 Tajwid ayat2 QS. At Tin. (DataProcessing) 1 11. Meminta peserta didik untuk menuliskan dan

menjelaskan hasil diskusinya. (Data Processing) 1 12 Mengkonfirmasi Processing) hasil diskusi peserta

didik .

1 13. Menjelaskan jenis-jenis Makna QS. At Tin (Verification)

1

(46)

15. Mempersilahkan peserta didik untuk memberikan Bacaan

Mad dalam QS. At Tin (Verification) 1

16. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya jika masih ada materi yang belum

dipahami. (Generalization)

1 17. Meminta peserta didik untuk menyimpulkan materi pada

hari ini (Generalization) 1

18. Memberikan penugasan. 1

19. Melakukan penilaian dan evaluasi. 1

P = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛g 𝑑i𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑥 100%

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠i𝑚𝑎𝑙

3. Dokumentasi, teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang sekolah, biodata peserta didik , dan hasil belajar selama proses pembelajaran berlangsung. Foto ini berfungsi untuk merekam kegiatan dan partisipasi anak ketika proses pembelajaran berlangsung.

A. Teknik Pengumpulan Data

Cara untuk mengumpulkan data ada bermacam-macam, seperti mengadakan wawancara, menggunakan angket, melakukan observasi, dan pengambilan dokumentasi serta mengadakan penelitian kepustakaan. Namun teknik pengumpulan data yang peneliti lakukan yaitu pengumpulan data berupa lembar observasi, catatan lapangan, dan dokumentasi

(47)

40

H. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul maka dilakukan teknik analisis data, peneliti memberi uraian mengenai hasil penelitian. Menganalisis data merupakan suatu cara yang digunakan peneliti untuk menguraikan data yang diperoleh agar dapat dipahami bukan hanya oleh orang yang meneliti tetapi juga orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian. Data yang didapat berupa lembarobservasi, kegiatan peserta didik dan guru pada proses pembelajaran. Kegiatan ini meliputi kegiatan pemilihan hal-hal pokok sesuai dengan fokus penelitian, sehingga diperoleh data untuk memberikan informasi dalam pengolahan data selanjutnya terhadap seluruh data yang telah diperoleh akan direfleksikan dan dievaluasi untuk merancang tindakan perbaikan pada siklus berikutnya.

I. Prosedur Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang memiliki tahapan-tahapan pada setiap siklusnya. Adapun siklus penelitian yang akan dirancang dan direncanakan dalam 2 siklus. Apabila pada siklus pertama ada kekurangan atau tidak berhasil, maka pelaksanaan siklus dua ditujukan untuk perbaikan proses dan hasil pembelajaran. Namun, apabila pada siklus pertama proses pembelajaran dan penelitian yang dilakukan sudah berhasil maka pelaksanaan siklus kedua ditujukan untuk peningkatan proses dan hasil pembelajaran.

Penelitian ini berakhir, apabila peneliti menyadari bahwa penelitian ini telah berhasil menguji penerapan pembelajaran model Discovery Learning padapembelajaran tematik dalam meningkatkan keterampilan bertanya peserta didikkelas V SDN Tunggakjati VI Karawang..

(48)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data Hasil Penelitian 1. Data Pra Siklus

Sebelum melaksanakan penelitian pada siklus I, terlebih dahulu peneliti mencari data awal nilai keterampilan bertanya pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Peserta Didik kelas V SDN Tunggakjati VI Kabupatenupaten Karawang,. Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan keterampilan bertanya pada peserta didik kelas V. Peneliti terlebih dahulu melakukan tindakan awal, yaitu melakukan observasi keterampilan bertanya peserta didik tanpa menerapkan Model discovery learning . Penelitian tahap awal dilaksanakan pada hari Selasa, 3 Agustus 2019.

Penelitian tahap awal dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data yang nantinya digunakan sebagai pembanding data penelitian yang diperoleh sesudah penerapan model discovery learning .

Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam , guru cenderung ceramah dan menulis latihan soal di papan tulis kemudian peserta didik disuruh mencatat, menghafal danmengerjakan. Guru juga jarang menggunakan metode pembelajaran dalam menyampaikan pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

Tentu saja, banyak peserta didik yang merasa kesulitan karena peserta didik masih berada ditahap operasional konkret yang tidak bisa lepas dari dunia nyata. Guru juga masih berperan sebagai aktor pembelajaran dan kurang

(49)

42

Data Peningkatan Keterampilan Bertanya Siswa Dalam Pembelajaran PAI

80 60 40 20 0

Pra Sikulus Siklus 1 Siklus 2

Data Peningkatan Keterampilan Bertanya Siswa

melibatkan peserta didik dalam pembelajaran sehingga banyak peserta didik yang asyik bermain sendiri saat pembelajaran. Berdasarkan data awal yang diperoleh, diketahui keterampilan bertanya peserta didik masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari tes keterampilan bertanya yang dilakukan di kelas V . Tes pratindakan diikuti seluruh peserta didik kelas V yang berjumlah 10 peserta didik. Belajar peserta didik dikatakan berhasil apabila menunjukkan kategori baik dalam setiap proses kegiatan belajar mengajar. Hasil observasi keterampilanbertanya peserta didik selama proses kegiatan belajar mengajar pada Pra Siklus belum seluruhnya hanya mencapai 60% belum seluruhnya mencapai 75% pada indikator keterampilan bertanya peserta didik ,

Untuk mendapatkan Peningkatan keterampilan bertanya peserta didik maka peneliti melakukan dua siklus penelitian tindakan dalam kelas dengan menggunakan lembar observasi kegiatan guru dan peserta didik . Dua kali tindakan penelitian ini dilakukan karena pada pra siklus penelitian belum didapatkan hasil yang memuaskan, sehingga dilakukan tindakan penelitian kembali dengan kegiatan

(50)

pembelajaran yang disebut sebagai siklus I yang apabila masih diperlukan hasil peningkatan maka penelitian melanjurkan langkah tindakan pada sikulus berikutnya yaitu siklus ke II.

2. Data dan Tindakan Siklus I

a. Tahap Perencanaan 1

Pada tahap perencanaan ini dimulai dengan mengidentifikasi permasalahan yang terdapat di sekolah. Hasil dari observasi yang dilakukan sebelumnya pada peserta didik kelas V ini memiliki permasalahan pada keterampilan bertanya yang masih rendah. Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti merancang pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan bertanya peserta didik . Peneliti bersama guru kelas mengadakan diskusi untuk menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran mulai dari menentukan tema dan subtema yang akan diajarkan kepada peserta didik .

Pada tahap perencanaan Siklus I peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model discovery learning. Peneliti menyiapkan instrumen penelitian, di antaranya lembar observasi kegiatan pembelajaran guru, lembar observasi kegiatan pembelajaran peserta didik , dan lembar observasi keterampilan bertanya peserta didik . Pada siklus I dilaksanakan dalam 1 kali

Pertemuan yang berlangsung 2x35 menit dengan mempelajari Pendidikan Agama Islam Tema QS. At Tin . Rangkaian kegiatan yang direncanakan dalam perencanaan ini terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Rencana Pelaksanaan

(51)

44

Pembelajaran (RPP) yang disusun ini merujuk pada sistematika yang di buat oleh Permendikbud no. 22 tahun 2016. Penelitian dilaksanakan di kelas V yang berjumlah 30 peserta didik yang terdiri dari 14 laki-laki dan 16 perempuan.

a. Tahap Pelaksanaan 1

Pelaksanaan siklus I ini terdiri dari 1 kali pertemuan dengan durasi 2x35 menit disetiap pertemuan. Pada tahap ini guru berusaha menerapkan kegiatan penerapan model discovery learning dalam RPP. Adapun uraian proses pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut:

1) Pertemuan ke-1 (Selasa, 10 Agustus 2019 )

Pada pertemuan pertama ini peneliti mulai menerapkan model discovery learning. Adapun muatan pembelajaran pada Kegiatan Pembelajaran 1 yaitu Pendidikan Agama Islam Ayat2 QS. At Tin. Pembelajaran dimulai dengan mengucapkan salam dan berdo’a sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT. Peneliti melakukan presensi dan menyampaikan tema dan subtema yang akan dipelajari. Peneliti kemudian meminta peserta didik untuk melakukan pengamatan disekitar sekolah. Kegiatan tersebut merupakan langkah awal dalam pelaksanaan model discovery learning, yaitu tahap simulation.

Peneliti kemudian melanjutkan kegiatan pembelajaran dengan mengkonfirmasi hasil diskusi peserta didik dan menjelaskan Hukum-hukum bacaan tajwid yang terdapat di dalam QS. At Atin . Tahap ini disebut dengan tahap verification. Selanjutnya, peneliti meminta peserta didik untuk memberikan contoh sumber-sumber energi pada kertas yang telah diberikan,

(52)

menyimpulkan materi pembelajaran, serta memberikan pekerjaan rumah kepada peserta didik yaitu melakukan wawancara kepada orang sekitar tentang sumber daya alam. Hal ini merupakan tahap terakhir pada model discovery learning yaitu tahap generalization.

Setelah semua tahapan dilakukan, peneliti memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai hal yang belum dipahami dan melakukan evaluasi.

Pada pertemuan pertama ini, kegiatan pembelajaran menggunakan model discovery leaning sudah terlaksana. Peserta didik terlihat antusias dan berperan aktif dalam pembelajaran. Namun,ada beberapa peserta didik yang belum terlihat aktif melibatkan diri dalam kegiatan bertanya. Selain itu, masih beberapa peserta didik yang belum aktif bertanya.

c. Tahap Pengamatan 1

1) Lembar Observasi Guru

Obervasi dilakukan oleh observer (guru kelas) yang mencatat seluruh aktivitas guru selama proses pembelajaran dengan menerapkan model discovery learning pada pembelajaran tematik. Hasil observasi dari tindakan pertama, kedua dan ketiga terhadap guru sesuai dengan perancanaan dapat dilihat pada tabel berikut:

Gambar

Tabel          2.1  Materi PAI Kelas V SD 45
Tabel 4.1  Hasil Obervasi  Aktivitas Guru Siklus I
Tabel 4.1 Hasil Obervasi Aktivitas Guru Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Penanaman Karakter Kejujuran Peserta Didik Di SMP Negeri 11 Yogyakarta. Maka peneliti dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut:..

Bagaimanakah aktivitas belajar siswa kelas V semester 2 SDN Tanjungpura II Kecamatan Karawang Barat Kabupaten Karawang pada saat pembelajaran bahasa Indonesia pokok

Skripsi ini membahas tentang Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Self Concept Peserta Didik pada SDN 278 Belawa Kecamatan Belawa Kabupaten Wajo, yang

Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Penanaman Karakter Kejujuran Peserta Didik Di SMP Negeri 11 Yogyakarta. Maka peneliti dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut:.. Upaya

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) sangat efektif dalam upaya pengembangan sikap spiritual peserta didik di SDN 12 Palu, karena setiap ajaran agama yang

27 Adapun data primer dalam penelitian ini yaitu Guru Pendidikan Agama Islam dan siswa di SDN 3 Adipuro yang berkaitan dengan peran guru menanamkan nilai-nilai

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti mengenai analisis evaluasi kinerja penyuluh agama Islam pada Kantor Urusan Agama Kecamatan Keritang Kabupaten

Kesimpulan Dari seluruh kegiatan Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas V SDN Maliku Baru 6 Kecamatan Maliku Kabupaten Pulang Pisau, dengan menggunakan model cooperative