• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Pembelajaran di Era Pendidikan

N/A
N/A
DIDI RIYADI

Academic year: 2024

Membagikan " Model Pembelajaran di Era Pendidikan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

A. PENGERTIAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN

Dalam dunia pendidikan, belajar dan pembelajaran tidak hanya terjadi di sekolah saja, akan tetapi di tiga pusat yang dikenal dengan tri pusat pendidikan. Tri pusat pendidikan ini mencakup tempat-tempat di mana anak-anak mendapatkan pengajaran baik secara langsung maupun tidak langsung. Tri pusat pendidikan tersebut, ialah :

1. Keluarga (In-Formal), dalam lingkungan keluarga anak-anak belajar melalui interaksi dengan orang tua, saudara kandung, dan anggota keluarga lainnya. Meskipun pendidikan dalam lingkup keluarga tidak terstruktur seperti di sekolah, lingkungan keluarga memainkan peran penting dalam membentuk karakter dan pengetahuan anak-anak, karena dari keluarga mereka belajar untuk pertama kali.

2. Sekolah (Formal), dalam lingkungan sekolah yang menjadi tempat utama dimana anak- anak menerima pendidikan formal. Di sekolah, mereka belajar dari guru, mengikuti aturan sekolah, mengikuti kurikulum, dan berinteraksi dengan teman sebaya. Tujuan utama sekolah guna memberikan pengetahuan dan keterampilan yang lebih terstruktur.

3. Masyarakat (Non-Formal), dalam lingkup masyarakat pendidikan yang terjadi di luar lingkungan sekolah dan keluarga. Hal ini mencakup kegiatan seperti kursus, pelatihan, dan lokakarya. Contohnya adalah kursus olimpiade sains, pelatihan keterampilah dalam bidang seni menggambar, atau mengikuti kegiatan organisasi keagamaan atau hobi.

Dalam proses belajar, setiap siswa harus terlibat secara aktif guna mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini memerlukan bantuan dari guru sebagai pendidik yang memiliki peran penting untuk memotivasi dan mendorong agar siswa dalam berproses belajar terlibat secara totalitas. Guru harus menguasai baik materi maupun strategi dalam pembelajaran. Slameto (2003:

92-94) menyatakan bahwa guru dalam mengajar harus efektif baik untuk dirinya maupun untuk pembelajaran.

Dalam dunia pendidikan model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan suatu kegiatan. Menurut Good dan Travers (dalam Gafar, 2001:37), model adalah abstraksi dunia nyata atau representasi peristiwa kompleks atau sistem dalam bentuk naratif, matematis, grafis, atau lambang lain. Selain itu, model digunakan untuk berbagai tujuan, seperti menirukan, menunjukkan, menjelaskan, memperkirakan, atau memperkenalkan sesuatu. Briggs (1997) memberi batasan lebih lanjut tentang model pembelajaran sebagai seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses. Contonya dalam konteks pendidikan, model dapat digunakan untuk penilaian suatu kebutuhan, pemilihan media, dan evaluasi. Miarso (1987) mendifinisikan model adalah representasi suatu proses dalam bentuk grafis, dan/atau naratif dengan menunjukkan unsur-unsur utama serta strukturnya.

Model pembelajaran ialah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Hal ini memberikan gambaran yang sistematis untuk melaksanakan pembelajaran dan membantu siswa mencapai tujuan tertentu. Selain itu juga model sering disebut dengan desain yang dirancang sedemikian rupa untuk kemudian diterapkan dan dilaksanakan. Dalam konteks pendidikan, model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk pada tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Berikut adalah ciri khusus dari model pembelajaran :

1. Rasional Teoritik Logis, model pembelajaran yang disusun berdasarkan landasan pemikiran tentang bagaimana peserta didik akan belajar dan mencapai tujuan pembelajaran.

2. Tingkah Laku Pembelajaran, model pembelajaran memerlukan tingkah laku pembelajaran yang diperlukan agar dapat dilaksanakan dengan berhasil.

(2)

3. Lingkungan Belajar, model pembelajaran mempertimbangkan lingkungan belajar yang diperlukan dalam kelas agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Model pembelajaran juga dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membmbing pembelajaran di kelas atau yang lainnya. Para guru dapat memilih model pembelajaran dapat dijadikan model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.

Dalam dunia pendidikan, selain model pembelajaran yang bisa diterapkan dalam suatu pembelajaran di sekolah ada pula metode pembelajaran dan pendekatan pembelajaran.

1. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran adalah cara kerja yang sistematis untuk mencapai kondisi kelas yang kondusif dan mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Metode ini melibatkan langkah-langkah yang terstruktu untuk mengimplementasikan rencana pembelajaran yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun secara optimal. Contoh metode pembelajaran yaitu metode ceramah dimana pendidik akan memberikan informasi berupa ilmu pengetahuan kepada peserta didik yang mana jika menggunakan metode ceramah peserta didik akan mengikuti proses pembelajaran secara pasif karena dalam menyampaikan ilmu pengetahuan pendidik akan lebih banyak menyampaikan materi dan peserta didik diam mendengarkan.

2. Pendekatan Pembelajaran

Pendeketan Pembelajaran ialah kerangka konseptual yang digunakan untuk mengorganisir pengalaman belajar agar mencapat tujuan tertentu. Secara garis besar pendekatan pembelajaran terbagi menjadi dua jenis, yaitu :

• Pendekatan pembelajaran yang terpusat pada siswa, pada pendekatan ini fokusnya pada kebutuhan, minat, dan kemampuan siswa. Lalu guru akan berperan sebagai fasilitator dan mendukung siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

• Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru sebagai pemegang kontrol selama proses pembelajaran yang mengatur aspek organisasi, materi, dan waktu Model pembelajaran, metode pembelajaran, dan pendekatan pembelajaran adalah tiga konsep yang sering digunakan dalam dunia pendidikan. Meskipun ketiganya berhubungan dengan proses pembelajaran, akan tetapi ketiga konsep tersebut memiliki makna atau pengertian, sifat, tujuan, dan cara melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas yang berbeda-beda.

1. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual dan memiliki sifat yang lebih spesifik daripada menggunakan metode pembelajaran. Tujuan dari model pembelajaran adalah membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang lebih efektif, model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Contoh model pembelajaran yaitu model interaksi sosial, model pemrosesan informasi, model personal, dan model modifikasi karakter.

2. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran adalah teknik yang harus dikuasai oleh pendidik atau guru untuk menyajikan materi pelajaran kepada peserta didik di kelas dan memiliki sifat yang spesifik, dalam mencapai tujuan metode pembelajaran dalam melaksanakan proses pembelajaran yang memiliki dengan langkah-langkah konkret yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajan yang telah ditetapkan. Contoh metode pembelajaran yaitu menggunakan metode ceramah, tanya jawab, resitasi, latihan atau drill, diskusi, role playing, dll.

(3)

3. Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan pembelajaran adalah suatu sudut pandang atau filosofi dalam menentukan kegiatan pembelajaran yang memiliki sifat umum. Pendekatan pembelajaran memberikan landasan berpikir tentang bagaimana proses pembelajaran dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan pembelajaran menggunakan pendekatan yaitu untuk memberikan kerangka umum dalam merancang dan melaksanakan kegiatan proses pembelajaran, contoh pendekatan pembelajaran hanya dua yaitu pendekatan yang berpusat pada peserta didik dan pendekatan yang berpusat pada pendidik.

Dengan memahami perbedaan antara ketiga konsep tersebut, maka pendidik dapat memilih strategi pembelajaran mana yang sesuai untuk mencapai sebuah tujuan pembelajaran secara efektif.

B. Tipologi Model Pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses kompleks di mana guru dan siswa saling berinteraksi untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam menghadapi keragaman gaya belajar dan kebutuhan siswa, berbagai model pembelajaran telah dikembangkan untuk memfasilitasi proses pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Salah satu cara untuk memahami variasi dalam model pembelajaran adalah melalui tipologi atau klasifikasi yang mengidentifikasi ciri-ciri khas dari setiap model1. Dalam tipologi model pembelajaran, terdapat beragam pendekatan yang dapat digunakan dalam mengajar, masing-masing dengan keunggulan dan kelemahannya sendiri.

Salah satu tipologi yang umum digunakan adalah pembagian antara model pembelajaran konvensional dan model pembelajaran inovatif. Model pembelajaran konvensional lebih sering berfokus pada pendekatan guru-berpusat di mana guru berperan sebagai penyampai informasi utama, sedangkan siswa berperan sebagai penerima. Contoh dari model ini adalah ceramah, diskusi kelompok kecil, dan tugas-tugas kelompok. Di sisi lain, model pembelajaran inovatif lebih menekankan pada peran aktif siswa dalam proses pembelajaran, seperti pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran berbasis masalah, dan pembelajaran kooperatif.

Selain itu, terdapat tipologi berdasarkan penekanan pada pembelajaran kognitif, afektif, atau psikomotorik. Model pembelajaran kognitif fokus pada pengembangan pemahaman dan penerapan konsep-konsep, sedangkan model pembelajaran afektif lebih memperhatikan aspek emosional, sikap, dan nilai siswa2. Di sisi lain, model pembelajaran psikomotorik menitikberatkan pada pengembangan keterampilan fisik dan motorik siswa. Contohnya termasuk pembelajaran berbasis simulasi atau pembelajaran berbasis latihan praktis.

Tipologi lain mengacu pada pendekatan yang digunakan dalam menyajikan materi pembelajaran. Model pembelajaran ekspositori cenderung mengandalkan penyajian langsung dari guru, sedangkan model pembelajaran inkuiri memberikan kesempatan bagi siswa untuk menemukan pengetahuan melalui eksplorasi dan penemuan sendiri3. Terdapat juga model pembelajaran kolaboratif yang menekankan kerjasama antara siswa dalam mencapai pemahaman bersama.

1 Ita Nuryana, Kohar Sulistyadi, and Wiedy Murtini, “PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN CONCEPT MAP TERHADAP PRESTASI BELAJAR DASAR AKUNTANSI KEUANGAN II BERDASARKAN TIPOLOGI BELAJAR,” n.d.

2 burhanuddin, “SOSIALISASI TIPOLOGI BAHAN AJAR BAHASA SUMBAWA BERDIMENSI BAGI GURU SD/SMP DI SUMBAWA,” n.d.

3 Cecep Wahyu Hoerudin, “IMPLEMENTASI MODEL TIPOLOGI INTERAKSI UNTUK MENINGKATKAN INTERAKSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS ONLINE,” Research and Development Journal of Education 8, no. 1 (April 1, 2022): 242, https://doi.org/10.30998/rdje.v8i1.12436.

(4)

Pentingnya inklusi dan diversitas juga tercermin dalam tipologi model pembelajaran. Model pembelajaran diferensiasi, misalnya, menyesuaikan pendekatan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan individual siswa, sementara model pembelajaran multibudaya memperhatikan perspektif dan konteks budaya dalam proses pembelajaran4. Adapun model pembelajaran inklusif mengintegrasikan siswa dengan kebutuhan khusus ke dalam lingkungan pembelajaran biasa.

Tipologi model pembelajaran juga dapat dilihat dari sudut pandang teknologi. Model pembelajaran tradisional dapat dimodernisasi dengan menggunakan teknologi dalam proses pembelajaran, seperti pembelajaran jarak jauh, e-Learning, atau pembelajaran berbasis game5. Model pembelajaran ini mecoba menjawab tantangan dari perkembangan teknologi dan menyediakan fleksibilitas bagi siswa dalam mengakses materi pembelajaran.

Tidak hanya itu, aspek ruang dan waktu juga dapat menjadi dasar untuk tipologi model pembelajaran. Model pembelajaran klasikal umumnya dilakukan di dalam kelas dengan jadwal yang terjadwal, sementara model pembelajaran informal dapat terjadi di luar kelas atau di luar jam pelajaran reguler. Contoh model pembelajaran informal termasuk pembelajaran melalui kunjungan lapangan atau pembelajaran melalui pengalaman langsung di luar ruangan.

Tipologi model pembelajaran juga menggunakan pendekatan teori pembelajaran yang mendasarinya. Misalnya, model pembelajaran behavioristik menekankan pada penguatan dan hukuman dalam membentuk perilaku, sedangkan model pembelajaran kognitif memfokuskan pada proses mental seperti pemrosesan informasi dan pembentukan konsep6. Selain itu, terdapat pula model pembelajaran konstruktivis yang menganggap pembelajaran sebagai proses konstruksi pengetahuan oleh siswa melalui pengalaman dan refleksi.

C. MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN IMPLEMENTASI KURIKULUM

Dalam pembahasan ini, akan dibahas model pembelajaran yaitu model pembelajaran pada kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, model pembelajaran pada kurikulum 2013 atau K-13, dan model pembelajaran pada kurikulum merdeka.

1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006

Secara umum pendekatan pembelajaran terdiri dari 4 macam sesuai dengan prinsip-prinsip KTSP dalam pelaksanaan pembelajaran, yaitu:

1) Pembelajaran Langsung

Pembelajaran langsung menurut Arends adalah Salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif atau pengetahuan tentang sesuatu dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah (Trianto, 2011). Pendekatan pembelajaran ini bertujuan mengembangkan penguasaan pengetahuan/ketrampilan melalui penyajian langsung oleh guru. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan langkah-langkah kegiatan guru sebagai berikut:

a. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa.

b. Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan.

c. Membimbing siswa berlatih menerapkan pengetahuan/ketrampilan.

d. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik.

e. Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan.

2) Pembelajaran Kontekstual

4 Wasiah, “Tipologi Pembelajaran,” n.d.

5 M Wildan Yahya and Dan Munawar Rahmat, “MODEL PEMBELAJARAN TIPOLOGI MAZHAB (ISLAM-SUFI DAN ISLAM-SYARI’AT) DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI PERGURUAN TINGGI,” TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education 7, no. 1 (2020): 1–20, https://doi.org/10.17509/t.v7i1.

6 fathurrohman, “MODEL-MODEL PEMBELAJARAN,” n.d.

(5)

Menurut Nurhadi dalam bukunya disebutkan bahwa pendekatan kontekstual merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Pendekatan pembelajaran ini bertujuan mengkaitkan materi ajar dengan situasi dunia nyata yang dikenal siswa. Kegiatan pembelajaran melibatkan kegiatan-kegiatan guru sebagai berikut:

a. Kegiatan memfasilitasi

b. Kegiatan mendorong penyelidikan (inquiry) c. Kegiatan merangsang bertanya

d. Kegiatan membentuk komunitas belajar (Learning community) e. Kegiatan pemodelan

f. Kegiatan mendorong refleksi g. Kegiatan penilaian otentik.

3) Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah (problem-based Learning / PBL) adalah konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi peserta didik, dan memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata). Pendekatan pembelajaran ini memulai pembelajaran dengan pemecahan masalah yang penting dan cocok bagi siswa. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan langkah-langkah kegiatan guru sebagai berikut:

a. Persiapan: menyusun masalah yang akan dijadikan titik pangkal (starting point) pembelajaran.

b. Orientasi: menyajikan masalah di kelas dan Memberi kesempatan kepada siswa untuk memahami situasi atau maksud masalah.

c. Eksplorasi: memberi kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah dengan strategi yang diciptakan sendiri oleh siswa.

d. Negosiasi: mendorong para siswa untuk mengkomunikasikan dan mendiskusikan proses dan hasil pemecahan masalah, sehingga diperoleh gagasan-gagasan atau tindakan-tindakan yang dapat diterima kelas.

e. Integrasi: memandu siswa untuk merefleksikan proses pemecahan masalah, serta merumuskan hasil-hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan pemecahan masalah.

4) Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran Kooperatif (cooperative Learning) merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Depdiknas, 2003). Pendekatan pembelajaran ini memanfaatkan kelompok-kelompok kecil siswa yang bekerja bersama untuk mencapai sasaran belajar, dan memungkinkan siswa memaksimalkan proses belajar satu sama lain.

Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan teknik-teknik antara lain sebagai berikut:

a. Teknik Sebaran Prestasi (Student Teams-Achievement Division)

Siswa berkelompok mengerjakan soal latihan dalam lembar kerja. Tiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang, yang terdiri dari seorang berkemampuan rendah, seorang berkemampuan tinggi, dan sisanya berkemampuan sedang. Setelah semua kelompok selesai bekerja, guru memberi kunci jawaban soal dan meminta diminta memeriksa hasil kerja. Kemudian guru mengadakan ulangan/kuis.

b. Teknik Susun Gabung (Jigsaw): Dalam kelompok, tiap-tiap siswa mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan bagian itu kepada semua anggota kelompok. Kemudian guru mengadakan ulangan/kuis.

c. Teknik Penyelidikan Berkelompok (Group Investigation): Tiap-tiap kelompok mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan bagian itu kepada semua siswa di kelas.

(6)

d. Teknik Cari Pasangan: Tiap siswa di kelas memperoleh 1 lembar kartu. Tiap kartu berisi 1 bagian materi pelajaran. Kemudian mereka harus mencari siswa-siswa pemegang kartu yang isinya berkaitan dengan isi kartunya. Para siswa yang isi kartunya berkaitan lalu berkelompok dan mendiskusikan keseluruhan materi.

e. TeknikTukar Pasangan: Siswa berkelompok mengerjakan soal latihan dalam lembar kerja. Kemudian mereka berganti pasangan kelompok, dan mendiskusikan hasil kerja dari kelompok semula.

2. Kurikulum 2013

Salah satu prinsip pembelajaran Kurikulum 2013 adalah berpusat pada peserta didik.

Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk aktif mencari, mengolah, mengkontruksi dan menggunakan penetahuan(Hosnan, 2014). Maka, siswa seharusnya diberikan kesempatan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Guru dapat menggunakan model-model pembelajaran pada Kurikulum 2013 sebagai upaya untuk memberikan kesempatan siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Model pembelajaran yang diterapkan pada Kurikulum 2013 ada tiga, yaitu Discovery Learning, pembelajaran berbasis masalah, dan pembelajaran bebasis proyek. Berikut ini adalah penjelasan masing-masing model pembelajaran tersebut.

1) Discovery Learning

Penemuan atau Discovery merupakan model pembelajaran untuk mengembangkan siswa aktif dengan menemukan dan menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan bermakna dan tersimpan dalam memori jangka oanjang siswa. Metode Discovery Learning adalah model pembelajaran dimana siswa mencari tahu sendiri pengetahuan baru, agar pengetahuan yang diperoleh menjadi pengetahuan yang bermakna bagi siswa.

Siswa aktif dalam proses pembelajaran dengan menjawab serangkaian pertanyaan atau memecahkan masalah untuk mengenal suatu konsep atau keterampilan.

2) Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merancang peserta didik untuk belajar (Daryanto, 2014). Menurut Arend Model Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem- Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan diri siswa. menantang siswa untuk mencari solusi permasalahan yang ada di dunia nyata. Masalah yang diberikan digunakan untuk mengikat siswa agar memiliki rasa ingin tahu pada pembelajaran. Langkah-langkah PBL meliputi: orientasi siswa pada masalah; mengorganisasikan siswa untuk belajar;

membimbing penyelidikan yang dilakukan siswa baik individu maupun kelompok;

mengembangkan dan menyajikan hasil karya; menganalisis dan mengevaluasi proyek pemecahan masalah. Menurut Burden & Byrd, pembelajaran berbasis masalah terdiri dari 5 kegiatan, yaitu siswa dihadapkan pada masalah, mencari penyebab masalah, mencari solusi dari masalah, mengumpulkan data dan mencoba solusi, serta menganalisis data.

3) Pembelajaran Berbasis Proyek

Model Pembelajaran Bebasis proyek (Project Based Learning/ PjBL) adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media. PjBL merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan pengetahuan baru dari pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. Langkah- langkah pembelajaran dalam PjBL adalah penentuan proyek; perencanaan langkah- langkah penyelesaian proyek; penyusunan jadwal pelaksanaan proyek; penyelesaian proyek dengan monitoring danPembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang bimbingan guru; penyusunan laporan dan presentasi hasil proyek;

(7)

dan evaluasi proses serta hasil proyek. Kelebihan model pembelajaran ini adalah sebagai berikut (Warsono, 2013):

a. Siswa akan terbiasa mengkadapi masalah dan merasa tertantang menyelesaikan masalah, tidak hanya terkait denganpembelajaran, namun juga masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

b. Memupuk solidaritas sosial dengan terbiasa berdiskusi.

c. Mengakrabkan guru dan siswa.

3. Kurikulum Merdeka

Ada tiga pilihan Implementasi Kurikulum Merdeka atau IKM yang bisa diaplikasikan, yakni mandiri belajar, mandiri berubah, dan mandiri berbagi.

1) Mandiri Belajar

Pilihan mandiri belajar memberikan kebebasan kepada satuan pendidikan saat menerapkan kurikulum merdeka bebrapa bagian dan prinsip Kurikulum Merdeka, tanpa mengganti Kurikulum satuan pendidikan yang sedang diterapkan pada satuan pendidikan.

2) Mandiri Berubah

Mandiri berubah memberikan keleluasaan kepada satuan pendidikan saat menerapkan Kurikulum Merdeka dengan menggunakan perangkat ajar yang sudah disediakan pada satuan pendidikan.

3) Mandiri Berbagi

Pilihan mandiri berbagi akan memberikan keleluasaan pada satuan pendidikan dalam menerapkan Kurikulum Merdeka dengan mengembangkan sendiri berbagai perangkat ajar pada satuan pendidikan.

Adapun model-model pembelajaran pada kurikulum merdeka ini yaitu sebagai berikut:

1) Model Think, Pair, Share (TPS)

Model Think, Pair, Share menargetkan pada perkembangan interaksi siswa. Dengan demikian, semangat dan rasa keingintahuan peserta didik terhadap konten pembelajaran bertambah. Sintaks sederhana pada model TPS ini dimulai dari menyajikan konten materi secara klasik. Kemudian, guru akan memasangkan para peserta didik agar mereka bisa melakukan kerjasama (think-pair). Pada saat melakukan kerjasama, tentu akan ada banyak diskusi yang mereka lakukan. Setelah melakukan banyak diskusi, kemudian antar peseta didik dapat saling mendemonstrasikan hasil diskusi mereka.

2) Model Pembelajaran Jigsaw

Sintaks pembelajarannya sederhana yakni sang guru membentuk kelompok belajar yang terdiri dari beberapa peserta didik. Kemudian, setiap peserta didik pada kelompok tersebut akan memiliki tanggung jawab untuk bisa memahami secara keseluruhan materi yang akan didemonstrasikan di depan kelompok lain. Biasanya, guru akan memastikan terlebih dahulu pengelompokkan berdasar kemampuan di masing – masing sub bab terkait. Setelah pembagian kelompok tersebut, guru akan memberikan waktu untuk bisa mendiskusikan terkait pertanyaan – pertanyaan yang sudah disediakan oleh para guru.

Kemudian, setelah waktu yang diberikan guru sudah habis, maka kemudian sang guru meminta peserta didik untuk bersiap dalam mempresentasikan hasil diskusinya. Tujuan dari penerapan model belajar Jigsaw yakni agar para peserta didik dapat mendalami konten materi yang diberikan oleh guru secara sempurna. Kesempurnaan itu dapat terlihat melalui bagaimana sang peserta didik mencoba menjelaskan kepada teman – temannya terkait materi yang dibawakan.

3) Metode Pembelajaran Project Based Learning

Kemudian, metode lainnya yakni metode pembelajaran Project Based Learning (PBL).

PBL merupakan upaya pendekatan pembelajaran yang memberikan berbagai kesempatan siswa untuk dapat mengkaji dan mendalami ilmu pengetahuan yang sudah diajarkan sekaligus mengembangkan kemampuan melalui upaya problem solving dan investigasi.

Menurut J. Striver dan Brandon Goodman, keduanya memaknai bahwa PBL merupakan

(8)

upaya pendekatan pengajaran yang berlandaskan pada kegiatan belajar dan pemberian tugas nyata yang akan menjadi tantangan bagi siswa untuk bisa dipecahkan oleh para anggota kelompoknya (Goodman, 2010).

Sintaks model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) :

Tahapan atau Fase Aktivitas Guru

Fase 1 : menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memberikan motivasi belajar kepada peserta didik

Fase 2 : Think (Berfikir individu) Guru memberikan stimulus berupa pertanyaan kepada peserta didik agar di diskusikan dan membimbing mereka untuk berfikir secara mandiri

Fase 3 : Pair (mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar (berpasangan)

Guru membentuk kelompok belajar dengan memasangkan peserta didik dengan teman sebangkunya dan membimbing mereka untuk berdiskusi.

Fase 4 : Share membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok belajar yang telah berpasangan untuk mempresentasikan hasil kerjanya

Fase 5 : evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar peserta didik terkait materi yang telah dipelajarinya dengan memberikan kritik dan saran

Fase 6 : memberikan penghargaan Guru memberikan reward atau apresiasi atas hasil kerja peserta didik

Sintaks Model Pembelajaran Project Base Learning (PJBL) :

Tahapan atau langkah kerja Aktivitas Guru

Pertanyaan Mendasar Guru menyampaikan topik dan mengajukan pertanyaan bagaimana cara memecahkan masalah

Mendesain Perencanaan Produk Guru memastikan setiap peserta didik dalam kelompok memilih dan mengetahui prosedur pembuatan proyek/produk yang akan dihasilkan

Menyusun Jadwal Pembuatan Guru dan peserta didik membuat kesepakatan tentang jadwal pembuatan proyek (tahapan tahapan dan pengumpulan)

Memonitor Keaktifan dan Perkembangan Proyek

Guru memantau keaktifan peserta didik selama melaksanakan proyek, memantau realisasi perkembangan dan membimbing jika mengalami kesulitan

Menguji Hasil Guru berdiskusi tentang protipe proyek, memantau keterlibatan peserta didik, mengukur ketercapaian standar

Evaluasi dan Pengalaman Belajar Guru membimbing proses pemaparan proyek, menanggapi hasil, selanjutnya guru dan peserta didik merefleksi/kesimpulan

(9)

Sintaks Model Pembelajaran Problem Base Learning (PBL) :

Tahapan atau Langkah Kerja Aktivitas Guru

Orientasi Peserta Didik pada Masalah Guru menyampaikan masalah yang akan dipecahkan secara kelompok.

Masalah yang diangkat hendaknya kontekstual. Masalah bisa ditemukan sendiri oleh peserta didik melalui bahan bacaan atau lembar kegiatan.

Mengorganisasikan Peserta Didik Untuk Belajar

Guru memastikan setiap anggota memahami tugas masing masing.

Membimbing Penyelidikan Individu maupun Kelompok

Guru memantau keterlibatan peserta didik dalam pengumpulan data/ bahan selama proses penyelidikan.

Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya

Guru memantau diskusi dan membimbing pembuatan laporan sehingga karya setiap kelompok siap untuk dipresentasikan

Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah

Guru membimbing presentasi dan mendorong kelompok memberikan penghargaan serta masukan kepada kelompok lain. Guru bersama peserta didik menyimpulkan materi

Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw :

Tahapan atau Langkah Kerja Aktivitas Guru

Tahap 1 :

Menyampaikan Tujuan dan Memotivasi Peserta Didik

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pembelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi belajar peserta didik

Tahap 2 :

Menyajikan Informasi

Guru menyajikan informasi atau materi kepada peserta didik dengan jelas demonstrasi atau melalui bahan bacaan

Tahap 3 :

Mengorganisasikan Peserta Didik ke dalam Kelompok Kelompok Belajar

Guru menjelaskan kepada peserta didik bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efesien

Tahap 4 :

Membimbing Kelompok Bekerja dan Belajar

Guru membimbing kelompok kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Tahap 5 : Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Tahap 6 :

Memberikan Penghargaan

Guru mencari cara cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

(10)

D. Model pembelajaran inkuiri (Inquiry Based Learning) dalam implementasi kurikulum 2013

Penelitian yang dilakukan oleh Risqiyanto & syaiful, 2019 menyimpulkan : di samping memiliki tugas untuk mengajar para guru juga dituntut mampu mengimplementasikan kurikulum yang tepat salah satunya yaitu kurikulum 2013. Dalam pelaksanaannya kurikulum 2013 menekankan pada proses penilaian (kognitif, afektif, dan psikomotorik) dan mempersiapkan kompetensi lulusan yang mampu bersaing menghadapi tantangan global. Pola pembelajaran kurikulum 2013 bersifat student centered yaitu pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, jadi pembelajaran ini memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dan minat bakatnya, melalui strategi pembelajaran inkuiri tersebut pada kurikulum 2013 memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk belajar, sehingga proses pembelajaran berjalan dengan optimal dan tujuan pendidikan bisa terealisasikan dengan baik.

Model pembelajaran yang dirancang membawa peserta didik dalam proses penelitian melalui penyelidikan dan penjelasan dalam setting waktu yang singkat (Joice&Wells, 2003).

Model pembelajaran Inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu secara sistematis kritis dan logis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri temuannya.

Sintak/tahap model inkuiri meliputi:

1) Orientasi masalah;

2) Pengumpulan data dan verifikasi;

3) Pengumpulan data melalui eksperimen;

4) Pengorganisasian dan formulasi eksplanasi, dan 5) Analisis proses inkuiri.

Setiap model pembelajaran memiliki tujuan masing-masing. Adapun tujuan model pembelajaran inkuiri yaitu: Pertama, menjadikan peserta didik lebih mampu mengembangkan sikap. Kedua, mengasah kemampuan berpikir dari peserta didik sehingga mampu berpikir lebih kritis, aktif dan memiliki nalar yang tinggi. Ketiga, membuat peserta didik mempunyai motivasi yang tinggi untuk mengikuti kegiatan belajar (Sariah, 2017).

Menurut Solichin (2017) dalam penelitiannya yang membahas model pembelajaran PAI, ada beberapa prinsip dalam pembelajaran berbasis inkuiri. Prinsip-prinsip yang digunakan pada pembelajaran ini adalah; Pertama, prinsip untuk memberikan kemajuan intelektual kepada peserta didik. Kedua, prinsip yang mengajak peserta didik untuk melakukan interaksi. Ketiga, prinsip yang mengarahkan peserta didik untuk aktif bertanya sehingga pembelajaran tidak pasif.

Keempat, prinsip yang mengajarkan peserta didik terbuka dalam pemikiran sehingga tidak mengalami kejumudan. Selain itu, prinsip-prinsip lainnya dalam pembelajaran inkuiri berupa orientasi dari pembelajaran inkuiri mengarahkan pada perkembangan intelektual, adanya proses interaksi yang mendalam antara peserta didik dengan pendidik, berorientasi pada prinsip untuk bertanya dan berpikir.

Selaras dengan pendapat tersebut, Budiman and Munfarid (2017) dalam penelitiannya yang membahas mengenai penerapan pembelajaran inkuiri terdapat beberapa proses yang harus dilakukan yaitu: (1) Pendidik mengajukan atau melontarkan sebuah pertanyaan yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Pertanyaan tersebut bisa berupa fenomena yang terjadi misalkan kasus- kasus agama dalam Indonesia dan berkaitan erat dengan materi. (2) Peserta didik membuat rumusan masalah yang telah diajukan oleh pendidik. (3) Membuat sebuah dugaan sementara atau hipotesis. (4) Mengumpulkan informasi–informasi.

(11)

Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa pendidikan Islam itu sendiri suatu ilmu yang harus dimiliki oleh peserta didik sebagai seorang muslim. Pendidikan Islam memberikan nilai-nilai rohani kepada peserta didik untuk memahami Islam dengan baik dan berorientasi kepada nilai- nilai moral. Selajan dengan pendapat Harahap and Siregar (2017) dalam penelitian yang telah mereka lakukan memberikan sebuah padangan bahwa pendidikan Islam bukan hanya tentang materi–materi saja. Akan tetapi, pendidikan Islam adalah ilmu yang wajib didapatkan oleh peserta didik dalam rangka hifz an-nafs.

Menurut Hidayah & Mudrikah (2020) pendidikan agama Islam adalah proses transfer pengetahuan atau ilmu kepada peserta didik agar mereka mampu mengembangkan potensinya sebagai pegangan untuk mengendalikan diri, dan memiliki akhlak yang mulia. Sementara untuk pengertian singkatnya pendidikan agama Islam adalah pemberian pengetahuan kepada peserta didik untuk mengajarkan nilai-nilai Islam agar mereka lebih dekat dengan Allah. yang valid untuk menjawab persoalan tersebut. (5) Membuat analisa dan menyimpulkan dengan tepat.

Menurut Anggriani (2019) dalam penelitian di Bengkulu membahas mengenai pembelajaran inkuiri memiliki tujuan yang penting untuk peserta didik. Ada beberapa kelebihan dari pembelajaran inukiri, meliputi membantu peserta didik untuk lebih siap dan tanggap terhadap materi pembelajaran, memberikan gairah kepada peserta didik dalam proses belajar karena dorongan motivasi, memberikan sebuah peluang (opportunity) bagi peserta didik untuk meningkatkan level kognitif mereka. Secara praktisnya dapat diambil lima poin tentang kelebihan pembelajaran inkuiri yaitu menggunakan pengetahuan yang relevan, siswa dapat memandang subtansi materi, memotivasi peserta didik, mempererat hubungan pendidik dan peserta didik, dan memberikan transfer of knowledge dengan kualitas unggul. Untuk kekurangan dari pembelajaran inkuiri sendiri yaitu membutuhkan pendidik yang memiliki intelektual yang mumpuni, peserta didik juga harus dituntut untuk mengubah gaya belajar yang cenderung pasif menjadi lebih aktif, dan guru harus mampu mengolah manajemen waktu.

Hakikat Pendidikan Agama Islam

Menurut Ramayulis (2015) dalam filsafat pendidikan Islam pada lampiran UU Nomor 22 Tahun 2006 yang di dalamnya terkandung kurikulum pendidikan agama Islam dengan tujuan untuk menghasilkan output manusia yang memiliki kesempurnaan iman, akhlak, takwa serta berkontribusi dalam membangun sebuah peradaban. Kemudian, karakteristik dari materi dalam pendidikan agama Islam adalah: (1) Pelajaran yang dikembangkan dari ajaran- ajaran agama Islam. (2) PAI sejatinya adalah pelajaran yang penting dan terikat dengan subtansi mata pelajaran lain secara tidak langsung. (3) PAI memiliki tujuan menghasilkan peserta didik memiliki karakter yang Islam dan menjunjung tinggi adab. (4) Pelajaran yang sesuai dengan tuntunan dari Al- Qur’an dan Al-Hadis.

E. Model pembelajaran Discovery (Discovery Learning) berdasarkan implementasi kurikulum 2013

Discovery Learning merupakan salah satu model instruksional kognitif dari Jerome Brunner yang sangat berpengaruh. Menurut Brunner, Discovery Learning sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang baik.

Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya akan menghasilkan pengetahuan yang bermakna.8 Penemuan adalah di mana dalam proses belajar mengajar guru memungkinkan siswa untuk menemukan informasi mereka sendiri yang biasanya diberitahukan secara tradisional. Dengan demikian model pembelajaran penemuan dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menemukan konsep dan prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Discovery Learning memiliki prinsip yang sama dengan inkuiri dan pemecahan masalah.

Discovery ialah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental yang dimaksud antara lain: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-

(12)

golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya.

Dengan teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan intruksi. Dengan demikian pembelajaran Discovery ialah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri.

Model pembelajaran penyingkapan (Discovery Learning) adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip.

Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan Discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilatingconcepts and principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219). Sebagai contoh Mengutip dari artikel sumsel.kemenag.go.id MAN Muara Enim tahun pelajaran 2015/2016 untuk kelas X telah menggunakan kurikulum 2013, pembelajaran fisika di X IIS.2 jadi semakin menyenangkan dengan menggunakan model Discovery Learning, Jum’at (25/9)

Pada Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik dimana saat proses pembelajaran terjadi langkah-langkahnya mengamati, menanya, mengasosiasi, menganalisis dan mengkomunikasikan. Yuniarti guru fisika mengatakan “Di kelas X IIS.2” pelajaran fisika termasuk pelajaran lintas minat, jadi pembelajaraan harus didesain semenarik mungkin agar siswa termotivasi untuk belajar”.

Dengan menerapkan kurikulum 2013, siswa yang lebih aktif dalam pembelajaran dengan berdiskusi untuk memecahkan masalah yang diberikan guru. “pertama kami mengamati suatu kejadian, lalu kami diskusikan dengan dengan teman satu kelompok, pelajaran fisika jadi lebih menyenangkan” ujar validio salah seorang siswa kelas X IIS.2. (Yunie)

Salah satu metode belajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju adalah metode discovery. Hal ini disebabkan karena metode ini: (1) merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif; (2) dengan menemukan dan menyelidiki sendiri konsep yang dipelajari, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan dan tidak mudah dilupakan siswa.

Menurut Bell sebagaimana yang dikutip oleh M. Hosnan15 mengemukakan beberapa tujuan spesifik dari pembelajaran penemuan, yakni sebagai berikut:

a. Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Kenyataan menunjukan bahwa partisipasi banyak siswa dalam pembelajaran meningkat ketika penemuan digunakan.

b. Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola dalam situasi konkrit maupun abstrak, juga siswa banyak meramalkan (extrapolate) informasi tambahan yang diberikan.

c. Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan.

d. Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan menggunakan ide-ide orang lain.

F. Hasil Penelitian Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)

Model pembelajaran ini, cocok dan dapat digunakan untuk pembelajaran dalam bidang Pendidikan Agama Islam. Karena model ini menggiring para peserta didik untuk bernalar kritis, serta meningkatkan keterampilan tertentu untuk memecahkan suatu permasalahan ataupun

(13)

mendapat pengetahuan baru. Yang dimana, kerap sekali ditemukan permasalahan yang baru selaras dengan perubahan zaman yang terus berkembang. Secara realitanya, Pendidikan agama islam saat ini jika ditinjau dari sisi praktek, bisa dikatakan masih memelihara dan melestarikan warisan pembelajarn yang lama dan tidak memiliki banyak perubahan, ataupun bernalar kritis dan inovatif terhadap isu-isu yang bermunculan.

Berdasarkan hasil penelitian Implementasi model pembelajaran Project Based Learning pada mata Pelajaran Pendidikan Aagama Islam di SMP Negeri 7 Kota Tangerang, memberikan dukungan bahwa model pembelajaran ini dapat membantu para peserta didik dalam meningkatkan hasil belajar mereka. Ditinjau dari hasil persentase belajar peserta didik ketika belum menggunakan model PjBL dimana jumalh tiap kelasnya 36 siswa, menghasilkan sekitar 60% peserta didik yang mencapai ketetuntasan belajar. Sedangkan, setelah menggunakan model pembelajaran PjBL, hasilnya terdapat sekitar 85% dari jumalh perserta didik yang berhasil untuk mencapai ketuntasan belajar. Sehingga, setiap kelas memiliki rata-rata sekitar 85% peningkatan dalam ketuntasan belajar. (Wahyuni & Fitriana, 2021)

Menurut hasil penelitian yang dilakukan disebuah instansi lembaga Pendidikan, yaitu SMA Negeri 1 Benai Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi. Disebutkan bahwa, model pembelajaran Project ini memberikan bukti yang signifikan, dengan menunjukkan 5%

kesesuaian terhadap hipotesis yang ada. Yang mana hipotesis tersebut ialah, adanya pengaruh positif yang dihasilkan saat model pembelajaran Project Based Learning ini dilaksanakan, sehingga dapat memberikan peningkatan terhadap minat belajar peserta didik. (Hanun et al., 2023)

G. Hasil Penelitian Model Pembelajaran Problem Based Learning

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan disekolah SMP Negeri 1 Kadipaten, bahwa model pembelajaran problem based Learning ini memberikan dampak yang signifikan dan sesuai dengan hipotesis analisis sebelumnya. Yang Dimana, model pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI. Model pembelajaran ini, cocok sekali dengan mata Pelajaran PAI, karena hasil belajarnya sudah mencakup dalam ranah kognitif, emosisonal, maupun psikomotorik. Dikarenakan, model ini memerlukan adanya suatu permasalahan yang perlu dikaji sehingga peserta didik diharuskan untuk memiliki inisiatif yang tinggi, kemampuan dala analisis, serta rasa ingin tahu terhadap materi yang akan dipelajari, guna memberikan saran dan Solusi terhadap permasalahan yang ada.(Nasir et al., 2023).

H. Hasil Penelitian Model Pembelajaran Jigsaw

Menurut hasil penelitian, model pembelajaran ini memberikan hasil sesuai dengan hipotesis penelitian sebelumnya. Dimana, model pembelajaran jigsaw menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan model tersebut dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata Pelajaran umum maupun pada mata Pelajaran PAI. Dari penelitian yang dilakukan disekolah SMAN 1 Mojo Kediri, menghasilkan nilai rata-rata pencapaian hasil belajar sekitar 82,32% pada siklus I dan meningkat hingga 100% pada siklus II. (Jamalah, 2023)

Dari hasil penelitian dan analisis yang dilakukan penulis, bahwa model pembelajaran jigsaw ini dapat mengembangkan potensi peserta didik baik secara kelompok maupun individidual.

Model ini sangat cocok dan eektif dilakukan saat proses pembelajaran, karena peserta didik dalam hal ini lebih aktif dan komunikatif yang akhirnya memberikan dampak positif tersendiri pada pembelajaran PAI. Dengan model pembelajaran jigsaw, peserta didik tidak hanya berfokus dalam materi ataupun tema yang sedang dipelajari, tetapi juga disertai dengan membangun kebersamaan dan kekompakan antara satu dengan lainnya. (Yomita et al., 2019)

(14)

I. Hasil Penelitian Model Pembelajaran Think Pair Share (Tps)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan disekolah SMP Negeri 1 Padangsidimpuan, penulis menyatakan bahwa model pembelajaran Think Pair Share (TPS) ini cocok digunakan saat proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam berlangsung. Ini dikarenakan, metode ini dapat memberikan dan meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam proses belajarnya pada mata Pelajaran PAI. Persentase yang dikeluarkan saat setelah penelitian dilakukan sekitar 50% pada siklus I dan 93,33% pada siklus II, hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian sebelumnya.

Dimana, model pembelajaran ini dapat memberikan peningkatan terhadap motivasi belajar siswa dan hasil belajar siswa pada mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam. (Fatmawati & Agustini, n.d.)

Model Pembelajaran Think Pair Share ini, ternyata cocok untuk digunakan saat proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam berlangsung. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, bahwa model ini memiliki peran penting dalam peningkatan prestasi belajar siswa dalam bidang Pendidikan Agama Islam. Sebagaimana penelitian yang telah dilakukannya di SDN 001 Pasir Kelampaian, bahwa sebelum model ini diterapkan hasil nilai rata-rata siswa sekitar 78,83% dari 30 siswa. Sedangkan, setelah penerapan model pembelajaran Think Pair Share nilai rata-rata siswa naik hingga 81,36 dari 30 siswa. Sehingga, penelitian ini memiliki kesinambungan dengan hipotesis penelitian yang sebelumnya bahwa model pembelajaran ini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam Bidang Pendidikan Agama Islam (Sulaiman, 2023).

Soal

1. Apa yang dimaksud dengan tri pusat pendidikan dalam dunia pendidikan? Jelaskan!

2. Apa fungsi sintaks di dalam model pembelajaran?

3. Bagaimana cara mengatasi kelemahan dari model pembelajaran Discovery Learning?

4. Bagaimana peran siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri?

5. Apa perbedaan utama antara model pembelajaran konvensional dan model pembelajaran inovatif?

6. Mengapa inklusi dan diversitas penting dalam tipologi model pembelajaran?

(15)

REFERENSI

[1] P. Andini, B. Trisno, and H. Triyani, “IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) PADA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 1 TANJUNG MUTIARA,” ADIBA: JOURNAL OF EDUCATION, vol. 4, no. 1, pp. 57–64, 2024.

[2] A. Azis and R. Satria, “Implementasi Model Pembelajaran Problem Based Learning dalam Pembelajaran PAI di SD Pembangunan Laboratorium UNP,” AS-SABIQUN, vol.

4, no. 3, pp. 471–483, Jul. 2022, doi: 10.36088/assabiqun.v4i3.1907.

[3] T. M. Nasir, I. Irawan, R. S. Karimah, and W. N. Robaeah, “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam di SMPN 1 Kadipaten,” MANAZHIM, vol. 5, no. 1, pp. 261–277, Feb. 2023, doi: 10.36088/manazhim.v5i1.2903.

[4] Sulaiman, “Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Think Pair-Share untuk Meningkatkan,” Jurnal Pendidikan Tambusai, vol. 7, no. 1, pp. 1253–1260, 2023.

[5] Mulyono, Sunhaji, and Wahab, “Implementasi Strategi Pembelajaran Koorperatif Think Pair Share (TPS) pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam,” JURNAL KEPENDIDIKAN, vol. 9, no. 2, pp. 325–335, 2021, doi:

https://doi.org/10.24090/jk.v9i2.6876.

[6] R. Fatmawati and R. Agustini, “Meningkatkan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Melalui Model Kooperatif Tipe Think Pair Share,” 2023.

[7] A. Anjani, G. H. Syapitri, and R. I. Lutfia, “ANALISIS METODE PEMBELAJARAN

DI SEKOLAH DASAR,” 2020. [Online]. Available:

https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/fondatia

[8] Fathurrohman, “model-model-pembelajaran (1),” 2006.

[9] M. W. Yahya and D. M. Rahmat, “MODEL PEMBELAJARAN TIPOLOGI MAZHAB (ISLAM-SUFI DAN ISLAM-SYARI’AT) DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI PERGURUAN TINGGI,” TARBAWY: Indonesian Journal of Islamic Education, vol. 7, no. 1, pp. 1–20, 2020, doi: 10.17509/t.v7i1.

[10] Burhanuddin et al., “SOSIALISASI TIPOLOGI BAHAN AJAR BAHASA SUMBAWA BERDIMENSI KEBHINEKATUNGGALIKAAN BAGI GURU SD/SMP DI SUMBAWA,” Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat, vol. 6, no. 1, pp. 41–48, 2023, doi: http://dx.doi.org/10.29303/jppm.v5i3.4572.

[11] I. Nuryana, K. Sulistyadi, and W. Murtini, “PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN CONCEPT MAP TERHADAP PRESTASI BELAJAR DASAR AKUNTANSI KEUANGAN II BERDASARKAN TIPOLOGI BELAJAR,” Jurnal Pendidikan Insan Mandiri, vol. 2, no. 1, pp. 42–52, 2013.

[12] A. Rahman Tibahary Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Dampal selatan Jl Husain Laewang No, S. Dampal Selatan, and S. Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Dampal selatan Jl Husain Laewang No, “MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF Muliana,” 2018.

[13] J. Mirdad, “MODEL-MODEL PEMBELAJARAN (EMPAT RUMPUN MODEL PEMBELAJARAN),” Jurnal Pendidikan dan Sosial Islam, vol. 2, no. 1, pp. 14–23, 2020.

(16)

[14] K. A. Hermawati, “Implementasi Model Inkuiri dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti: Analisis pada Materi Pembelajaran Toleransi,” Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah, vol. 6, no. 1, pp. 56–72, Jun. 2021, doi: 10.25299/al-thariqah.

2021.vol6(1).6159.

[15] R. Festiawan, “Belajar dan Pendekatan Pembelajaran.”

[16] N. Farida, “PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS DISCOVERY LEARNING DI MAN 1 LAMPUNG TIMUR,” 2020.

[17] E. Wahyuni and Fitriana, “IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING (PjBL) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMP NEGERI 7 KOTA TANGERANG,” Tadarus Tarbawy, vol. 3, no. 1, pp. 320–327, 2021.

[18] C. W. Hoerudin, “IMPLEMENTASI MODEL TIPOLOGI INTERAKSI UNTUK MENINGKATKAN INTERAKSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS ONLINE,” Research and Development Journal of Education, vol. 8, no. 1, p. 242, Apr. 2022, doi: 10.30998/rdje.v8i1.12436.

[19] R. Yulianti, Sarmidin, and Alhairi, “PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING TERHADAP PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI-BP DI KELAS XI MIPA 2SMAN 1 BENAI KECAMATAN BENAI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI,”

JOM FTK UNIKS, vol. 3, no. 2, pp. 249–257, 2023.

[20] E. Risma Junita, A. Karolina, and M. Idris, “IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING (PJBL) DALAM MEMBENTUK SIKAP SOSIAL PESERTA DIDIK PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD NEGERI 02 REJANG LEBONG,” Jurnal Literasiologi, vol. 9, no. 4, pp. 43–60, 2023, doi:

10.47783/literasiologi.v9i3.

[21] H. Yuniarti and E. Widyanti, “PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI,” Jurnal Ilmu Pendidikan, vol. 17, no. 01, 2023.

[22] Y. Afrina and B. Trisno, “IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS X DI SMA N 2 LUBUK SIKAPING,” ADIBA: JOURNAL OF EDUCATION, vol. 4, no. 1, pp. 112–120, 2024.

[23] Jamalah, “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN PAI,”

Jurnal Inovasi Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran, vol. 3, no. 4, pp. 249–255, 20223.

[24] Hasriadi, Strategi Pembelajaran. 2022.

(17)

Kunci Jawaban

1. Apa yang dimaksud dengan tri pusat pendidikan dalam dunia pendidikan? Jelaskan!

Keluarga (In-Formal), dalam lingkungan keluarga anak-anak belajar melalui interaksi dengan orang tua, saudara kandung, dan anggota keluarga lainnya.

Sekolah (Formal), dalam lingkungan sekolah yang menjadi tempat utama dimana anak-anak menerima pendidikan formal.

Masyarakat (Non-Formal), dalam lingkup masyarakat pendidikan yang terjadi di luar lingkungan sekolah dan keluarga.

2. Apa fungsi sintaks di dalam model pembelajaran?

Sintaks berfungsi sebagai panduan umum seorang guru ketika melaksanakan kegiatan pembelajaran, sintaks berisi tentang langkah langkah atau alur pembelajaran yang dilakukan guru yang bertujuan agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan secara efektif.

3. Bagaimana cara mengatasi kelemahan dari model pembelajaran Discovery Learning?

Adapun solusi dalam mengatasi kekurangan model Discovery Learning menurut Westwood (dalam Sani, 2014:98) yaitu:

• Proses belajar dibuat secara terstruktur dengan hati-hati,

• Siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan awal untuk belajar,

• Guru memberikan dukungan yang dibutuhkan siswa untuk melakukan penyelidikan 4. Bagaimana peran siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan strategi

pembelajaran inkuiri?

Pembelajaran Inkuiri menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran siswa dalam pembelajaran ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar.

5. Apa perbedaan utama antara model pembelajaran konvensional dan model pembelajaran inovatif?

Perbedaan utama antara model pembelajaran konvensional dan model pembelajaran inovatif terletak pada peran siswa dalam proses pembelajaran. Model konvensional cenderung guru-berpusat dengan siswa sebagai penerima informasi, sementara model inovatif menekankan peran aktif siswa dalam pembelajaran.

6. Mengapa inklusi dan diversitas penting dalam tipologi model pembelajaran?

Inklusi dan diversitas penting dalam tipologi model pembelajaran karena mereka mencerminkan kebutuhan untuk menyediakan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan individual siswa dan memperhatikan perspektif serta konteks budaya dalam proses pembelajaran.

Referensi

Dokumen terkait

Jadi dapat disimpulkan, bahwa model lingkungan pembelajaran yang inklusif tersebut dapat memotivasi guru, pengelolah/Kepala sekolah, anak, keluarga dan masyarakat untuk

(2) Mendapatkan masukan dari stakeholders terhadap prototype model pembelajaran matematika dengan pendekatan pendidikan karakter di Sekolah Dasar; (3) Menemukan model pembelajaran

Sedangkan pendidikan itu sendiri tidak hanya dapat dilakukan di lingkungan keluarga saja, melainkan di tiga lingkungan pendidikan yaitu; lingkungan pendidikan keluarga

Dokumen ini membahas tentang peran video pembelajaran Bapak Ibu dalam pendidikan dan masukan dari praktisi bidang pendidikan tentang perangkat pembelajaran yang umum digunakan di bidang

Dokumen ini membahas tentang Gerakan Pramuka yang merupakan proses pendidikan diluar sekolah dan keluarga yang dilakukan melalui berbagai kegiatan menarik di alam

Dokumen ini membahas tentang berbagai model dan strategi pembelajaran inovatif yang dapat digunakan dalam proses

Makalah ini membahas model pembelajaran menulis Bahasa Indonesia untuk siswa Sekolah

Dokumen ini membahas pengertian model evaluasi CIPP dan perbedaan antara menilai dan mengevaluasi dalam dunia