• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA "

Copied!
197
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 22 Tahun 2006 menyatakan bahwa pembelajaran tematik pada hakikatnya adalah model kurikulum terpadu yang menggunakan tema untuk menghubungkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi siswa. Sebagaimana dikemukakan oleh Malawai I. 2017: 1) bahwa pembelajaran tematik adalah model pembelajaran yang menggunakan tema-tema dan menghubungkan beberapa mata pelajaran guna memberikan pengalaman kepada siswa. Sedangkan menurut Majid, pembelajaran tematik adalah suatu pendekatan proses pembelajaran yang dengan sengaja menghubungkan beberapa aspek baik dalam suatu mata pelajaran atau beberapa mata pelajaran.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah model pembelajaran yang menghubungkan beberapa mata pelajaran dan menggunakan tematik di dalamnya.

Masalah Penelitian

Persaingan dalam proses pembelajaran akan memunculkan upaya belajar yang serius dan akan memunculkan prinsip ingin berbuat yang terbaik bagi diri sendiri. Pemberian penghargaan merupakan salah satu cara yang efektif bagi siswa untuk meningkatkan semangat siswa dalam proses belajar mengajar. Peningkatan Hasil Belajar Matematika pada Materi Pecahan Sederhana Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Pada Siswa Kelas III SDN.

8 match dapat meningkatkan hasil belajar matematika mata pelajaran pecahan sederhana pada siswa SDN kelas III.

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

KAJIAN TEORI

Hakikat Matematika

Kemudian guru memberikan penjelasan kepada siswa yang belum hadir sebelumnya tentang pembuatan model pembelajaran kooperatif tipe matching. Untuk mengukur hasil belajar siswa pada siklus I materi pecahan, dilakukan tes terhadap siswa berupa ulangan harian. Guru memberikan waktu kepada siswa yang memegang kartu putih untuk memikirkan terlebih dahulu jawaban dari kartu yang diberikan.

Pada Siklus II jumlah siswa yang tuntas pada program sebanyak 34 siswa dan 4 siswa yang tidak tuntas.

Gambar 2. 2. Pecahan  3
Gambar 2. 2. Pecahan 3

Tujuan Pembelajaran Matematika di Ssekolah Dasar

Hasil Belajar

Hamalik menyatakan dalam Suharni bahwa hasil belajar merupakan bukti bahwa seseorang telah belajar, yaitu terjadi perubahan pada diri seseorang. Kemudian Eko Putro Widoyoko mengemukakan dalam Erawati D bahwa hasil kegiatan belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa yang bersifat non fisik, seperti perubahan sikap, pengetahuan dan keterampilan. Hasil belajar merupakan perubahan yang dilakukan siswa melalui proses belajar dan mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Perubahan pada aspek kognitif meliputi perubahan peningkatan pengetahuan siswa terhadap materi yang dipelajari, perubahan pada aspek afektif yaitu perubahan tingkah laku, dan perubahan pada aspek psikomotor yaitu perubahan.

Pembelajaran Kooperatif

Fungsi manajemen kooperatif adalah fungsi manajemen sebagai perencanaan yaitu dimana pembelajaran dilaksanakan menurut langkah-langkah perencanaan dan pembelajaran yang telah ditentukan, fungsi manajemen sebagai organisasi yaitu pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang sehingga proses pembelajaran berjalan dengan efisien dan fungsi manajemen sebagai pengendalian, bahwa pembelajaran kolaboratif memerlukan kriteria yang telah ditetapkan untuk kinerja pembelajaran berbasis tes dan non-tes. 2016: 156) Metode Make A Match merupakan salah satu jenis metode pembelajaran kolaboratif yang dikembangkan oleh Lorna Curran. Selain itu Suyatno dalam Supriatin Ade Ipin (2017: 2) mengungkapkan bahwa model make a match adalah model pembelajaran dimana guru menyiapkan kartu yang berisi pertanyaan atau soal dan menyiapkan kartu jawaban, kemudian siswa mencari pasangan kartu yang dapat diperolehnya. .

20 Model pembelajaran Make a match merupakan model pembelajaran dimana guru menyiapkan kartu yang berisi pertanyaan atau soal dan menyiapkan kartu jawaban, setelah itu siswa mencari pasangan kartu tersebut. Suyatno dalam Lagu Rahyuni ​​A.P, dkk.

Materi Pecahan

Isant, Mr (2018) menjelaskan bahwa jika dua pecahan mempunyai pembilang yang sama, maka pecahan yang penyebutnya lebih besar mempunyai nilai pecahan yang lebih kecil dibandingkan dengan pecahan yang penyebutnya lebih kecil. Kusumawati Yun dan Ariguntar Panca menyimpulkan bahwa pecahan yang pembilangnya sama, maka semakin besar penyebutnya maka semakin kecil nilai pecahan tersebut. Dari gambar garis bilangan di atas terlihat bahwa pecahan-pecahan yang berbaris di bawah menunjukkan bahwa nilai-nilai dari bilangan-bilangan tersebut adalah sama.

33 menyatakan bahawa dalam mengurangkan pecahan dengan penyebut yang sama, ia adalah dengan mengurangkan hanya pengangka dan penyebutnya tetap sama.

Penelitian Yang Relevan

Peningkatan motivasi dan hasil belajar penjumlahan pecahan melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match pada siswa Kelas IV SDN Hariang Kecamatan Banua Lawas Kabupaten Tabalong. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan motivasi dan hasil belajar pada siswa Kelas IV SDN Hariang Kecamatan Banua Lawas Kabupaten Tabalong. Kesamaan penelitian Murdiani dengan penelitian yang diteliti meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Perbedaannya terletak pada materi dan topik penelitiannya.

Persamaan antara penelitian yang dilakukan oleh Astuti I Gusti Ayu Putu Sri dengan penelitian yang ingin diteliti adalah peningkatan hasil belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif make a match, yang membedakan adalah subjek dan tempat penelitian.

Kerangka Pikir

37 Dalam menjelaskan konsep materi pecahan sederhana, terdapat banyak model pembelajaran yang dapat digunakan, salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe match. Model pembelajaran kooperatif tipe make-a-match merupakan model pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan pemahaman siswa pada materi pecahan sederhana. Model pembelajaran ini berfungsi untuk meningkatkan pemahaman siswa pada materi pecahan sederhana karena siswa dapat terlibat langsung dalam proses pembelajaran.

Model pembelajaran ini dilakukan secara berulang-ulang sehingga dapat meningkatkan daya ingat siswa pada materi pecahan sederhana.

Gambar 2.19. Kerangka Pikir Rendahnya hasil belajar matematika siswa kelas III
Gambar 2.19. Kerangka Pikir Rendahnya hasil belajar matematika siswa kelas III

Hipotesis Tindakan

METODOLOGI PENELITIAN

  • Jenis Penelitian
  • Lokasi dan Subjek Penelitian
  • Faktor Yang Diselidiki
  • Prosedur Penelitian
  • Instrumen Penelitian
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Teknik Analisis Data
  • Indikator Keberhasilan

Hasil refleksi diambil dari hasil observasi dan hasil tes evaluasi siswa yang dilaksanakan pada siklus II. Persentase siswa yang tidak tuntas pada siklus I sebesar 57,9% dan pada siklus II turun menjadi 10,5%. Siswa yang dapat menemukan pasangan dari kartu yang diperoleh pada siklus I sebanyak 15% dan pada siklus II sebanyak 65%.

Siswa yang mampu menceritakan hasil percakapannya dengan pasangannya pada siklus I sebanyak 22% dan pada siklus II 32,4%.

Tabel 3. 1 Kategori Hasil Belajar
Tabel 3. 1 Kategori Hasil Belajar

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

  • Paparan Data Siklus I
  • Paparan Data Siklus II

Siswa yang menerima kartu berwarna merah muda tidak boleh menunjukkan kartu yang diterimanya sampai guru memberi isyarat. 56 siswa yang mendapat kartu putih terlebih dahulu harus memikirkan jawaban dari soal yang diberikan. Semua siswa yang mendapat kartu putih bergerak mencari jawaban pada kartu merah muda.

Ternyata banyak siswa yang membawa kartu soal dan kartu jawaban yang tidak cocok dengan pasangannya. Siswa yang menerima kartu berwarna merah muda tidak menunjukkan kartunya sampai guru memberi isyarat. Guru memberikan pencerahan kepada siswa semoga tidak ada lagi siswa yang malu jika mendapat pasangan laki-laki atau perempuan.

Guru memberikan waktu kepada siswa yang memegang kartu putih untuk memikirkan terlebih dahulu jawaban pertanyaannya. Pada siklus I jumlah siswa yang tuntas hanya 16 siswa dan yang tidak tuntas 22 siswa. Jumlah siswa yang hadir pada pertemuan ini sebanyak 37 siswa dan 1 siswa tidak hadir tanpa penjelasan.

Sambil memikirkan siswa, guru memberi isyarat kepada siswa yang memegang kartu berwarna merah muda untuk menunjukkan kartu yang dipegangnya. Kemudian guru meminta siswa yang memegang kartu berwarna putih untuk bergerak mencari jawaban dari kartu yang diberikan dan siswa yang diberi kartu berwarna merah muda diminta diam di tempatnya. Banyak siswa yang mengacungkan tangan dan berlomba-lomba menjadi yang pertama membagikan kartu yang didapatnya.

Untuk jawaban siswa pada mata pelajaran matematika aspek negatif digunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match yaitu persentase rata-rata jawaban siswa yang menjawab “ya”.

Tabel 4.1. Nilai Statistik Siklus I
Tabel 4.1. Nilai Statistik Siklus I

Pembahasan

Siswa yang berada pada kategori baik mengalami peningkatan sebesar 52,63% pada siklus I, yaitu 10,52% pada siklus II, meningkat menjadi 63,15%. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada Siklus I dan Siklus II Grafik di atas menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar siswa pada Siklus I dan Siklus II mengalami peningkatan. Jumlah siswa pada siklus I meningkat, pada siklus I sebesar 88% dan pada siklus II sebesar 99%.

Siswa yang bertanya kepada guru tentang materi yang kurang jelas pada saat pembelajaran pada siklus I sebanyak 16% dan pada siklus II sebanyak 20%. Siswa yang mampu berdiskusi dan berkolaborasi dengan pasangannya pada siklus I sebanyak 21% dan pada siklus II sebanyak 29%. Siswa melakukan aktivitas lain selama pembelajaran berlangsung pada siklus I sebesar 54,4% dan pada siklus II sebesar 22%.

Pada siswa yang mampu berbicara dan berinteraksi dengan pasangannya terjadi peningkatan sebesar 21% yaitu sebesar 8% pada siklus I. Rata-rata persentase sikap dan aktivitas positif siswa meningkat pada I. dan II. Sedangkan sikap dan aktivitas negatif siswa mengalami penurunan yaitu pada I.49% dan II. 22%.

Berdasarkan pembahasan dan peningkatan pola grafik dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa pada Siklus I dan Siklus II. Hasil belajar matematika siswa pada pecahan sederhana pada Siklus I mengalami peningkatan yang signifikan pada Siklus II.

Grafik 4.2. Persentase Hasil Belajar Siswa siklus I dan II
Grafik 4.2. Persentase Hasil Belajar Siswa siklus I dan II

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan hasil belajar matematika pecahan sederhana pada siswa kelas III SDN. Pada siklus I terdapat 16 siswa yang tuntas dan mencapai KKM atau sekitar 42,1%, sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan yaitu 34 siswa atau sekitar 89,5% dari jumlah siswa. Untuk siswa yang tidak tuntas dan tidak tuntas KKM pada siklus I berjumlah 22 siswa atau sekitar 75,9%, sedangkan pada siklus II turun menjadi 4 siswa atau sekitar 10,5% dari jumlah siswa yang mempunyai nilai rata-rata. meningkat pada siklus I yaitu 67,63 sedangkan pada siklus II naik menjadi 83,42.

Terjadi perubahan sikap dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran, terbukti dengan adanya peningkatan positif jumlah siswa yang diperoleh dari hasil observasi. Respon siswa terhadap tipe pembelajaran kooperatif sebesar 95,7% pada aspek pembelajaran positif dan 92,62% pada aspek pembelajaran negatif.

Saran

Guru memberikan waktu beberapa menit kepada siswa yang mempunyai kartu soal berwarna putih untuk memikirkan jawaban atas pertanyaan tersebut. Guru meminta siswa yang mempunyai kartu berwarna merah muda untuk membuka kartu yang telah diberikan dan menunjukkannya kepada temannya. Guru meminta siswa yang mempunyai kartu berwarna putih untuk mencari jawaban dari siswa yang mempunyai kartu berwarna merah muda.

Guru meminta siswa yang memegang kartu berwarna merah muda untuk membuka kartu yang telah diberikan dan menunjukkannya kepada temannya.

Gambar

Gambar 2. 3. Bilangan Pecahan
Gambar 2. 2. Pecahan  3
Gambar 2.4 Mengurutkan Pecahan Pembilang Sama
Gambar  2.5  diatas  menunjukkan  bahwa  yang  perlu  diperhatikan  pada  pecahan  yang  berpenyebut  sama  hanyalah  pembilangnya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penggunaan sistem informasi akuntansi