ANALISIS ASET TIDAK BERWUJUD SEBAGAI OBJEK AKAD PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI SYARIAH
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar pada Program Studi Magister Hukum Ekonomi Syariah Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Oleh:
Muhamad Izazi Nurjaman NIM: 2200110006
PROGRAM STUDI MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH
PASCASARJANA UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2022 M/1443 H
i
SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Muhamad Izazi Nurjaman
NIM : 2200110006
Tempat Tanggal Lahir : Majalengka, 27 Agustus 1997
Alamat : Jl. Sikalapa No. 36 Blok Minggu RT/RW 003/002 Desa Gunungwangi Kec. Argapura Kab. Majalengka Jawa Barat
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang saya susun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung seluruhnya merupakan hasil karya sendiri.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan tesis yang saya kutip dari hasil karya orang lain dituliskannya sumber secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Bila di kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian dari tesis ini bukan hasil karya sendiri atau ada plagiat dalam bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bandung, 19 Juli 2022 Penulis,
Muhamad Izazi Nurjaman
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
ANALISIS ASET TIDAK BERWUJUD SEBAGAI OBJEK AKAD PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI SYARIAH
Oleh:
Muhamad Izazi Nurjaman NIM: 2200110006
Menyetujui, Pembimbing I
Dr. Sofian Al-Hakim, M. Ag., CIELP.
NIP: 197407261997031001
Pembimbing II
Dr. Iwan Setiawan, S. Ag., M. Pd., M. E. Sy NIP: 197809112005011003
Mengetahui
Ketua Prodi Magister Hukum Ekonomi Syariah
Dr. Sofian Al-Hakim, M. Ag., CIELP.
NIP: 197407261997031001
iii
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISIS ASET TIDAK BERWUJUD SEBAGAI OBJEK AKAD PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI SYARIAH
Oleh:
Muhamad Izazi Nurjaman NIM: 2200110006 Lulus diuji pada: 19 Juli 2022
No Nama Penguji Tanda Tangan
1. Dr. Mohamad Sar’an, M.Ag., CIELP.
NIP: 196707202000031002
2.
Dr. Muhammad Hasanudin, M.Ag.
NIP: 197508312006041001
3.
Dr. Hj. Neni Nuraeni, M.Ag.
NIP: 196610171999032002
iv
ABSTRAK
Muhamad Izazi Nurjaman, Analisis Aset Tidak Berwujud Sebagai Objek Akad Perspektif Hukum Ekonomi Syariah
Penelitian ini dilatarbelakangi dengan ma’qu>d ‘alaih pada akad jual beli yang secara umum berupa aset berwujud. Begitupun dalam akad ija>rah ‘ala> al-a’ya>n yang berupa manfaat dari aset berwujud. Namun dalam perkembangan teknologi informasi yaitu metaverse, terdapat transaksi jual beli dan sewa menyewa tanah virtual dengan kripto sebagai aset digital berupa aset tidak berwujud (intangible assets). Oleh Karena itu, penelitian ini akan membahas tentang analisis aset tidak berwujud sebagai objek akad menurut perspektif hukum ekonomi syariah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis: (1) Kedudukan tahan virtual dalam klasifikasi hukum benda. (2) Kedudukan aset tidak berwujud sebagai objek akad jual beli dan sewa menyewa tanah virtual di metaverse. (3) Tinjauan hukum ekonomi syariah terhadap jual beli dan sewa menyewa tanah virtual di metaverse.
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini berpijak kepada konsep akad dan konsep hukum benda. Hal itu karena penelitian ini berkaitan dengan objek akad (ma’qu>d ‘alaih). Melalui dua konsep tersebut diharapkan memberikan kepastian hukum atas penggunaannya sebagai objek akad dalam suatu transaksi.
Metodologi penelitian ini berupa metode deskriptif analitis, dengan pendekatan yuridis normatif. Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi dan studi kepustakaan. Adapun teknik analisis data dilakukan melalui tahap reduksi data, sajian data dan menarik kesimpulan.
Hasil penelitian ini menemukan fakta bahwa (1) Kedudukan tanah virtual di metaverse dalam klasifikasi hukum benda termasuk Non-Fungible Token (NFT) sebagai bukti kepemilikan aset berupa kode unik dalam wujud metadata yang dapat dibaca oleh program komputer. Metadata tersebut merupakan bagian dari hak cipta yang termasuk benda bergerak tidak berwujud. (2) Aset tidak berwujud berdasarkan Fatwa MUI Nomor 1 Tahun 2005 tentang Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual dapat dijadikan sebagai objek akad, baik akad yang bersifat komersial (mu’a>wad}at) maupun yang bersifat sosial (tabarru’a>t), termasuk dalam transaksi jual beli dan sewa menyewa tanah virtual di metaverse. (3) Tinjauan hukum ekonomi syariah terhadap praktik jual beli dan sewa menyewa tanah virtual di metaverse boleh dilakukan, karena telah memenuhi syarat dan rukunnya. Transaksi yang dilakukan berupa transaksi antar aset tidak berwujud yaitu tanah virtual dan kripto yang berdasarkan Ijtima Ulama MUI tahun 2021 tentang hukum cryptocurrency, dapat disamakan dengan sil’ah atau barang. Adapun dalam transaksi tersebut, terdapat pengembangan objek akad ija>rah yang secara umum berupa manfaat dari aset berwujud, melainkan juga dapat berasal dari manfaat aset tidak berwujud dengan ketentuan bahwa aset tidak berwujud itu membutuhkan benda lain (benda berwujud) atau proses bagaimana benda itu memiliki manfaat sehingga tujuan akad dapat terpenuhi dan sesuai dengan prinsip mu’a>malah ma>liyyah.
Kata Kunci: Objek Akad, Tanah Virtual, Jual Beli, ijārah dan Metaverse
v
ABSTRACT
Muhamad Izazi Nurjaman, Analysis of Intangible Assets as Contract Objects According to the Perspective of Sharia Economic Law
This research is motivated by ma'qu>d 'alaih in the sale and purchase contract which is generally in the form of tangible assets. Like wise in the contract ijarah 'ala> al-a'ya>n in the form of benefits from tangible assets. However, in the development of information technology, namely the metaverse, there are buying and selling transactions and leasing virtual land with crypto as a digital asset in the form of intangible assets. Therefore, this study will discuss the analysis of intangible assets as contract objects according to the perspective of Islamic economic law.
The purpose of this study is to analyze: (1) The virtual resistance position in the legal classification of objects. (2) The position of the intangible asset as the object of the sale and purchase contract and virtual land lease in the metaverse. (3) A review of sharia economic law on buying and selling and leasing virtual land in the metaverse.
The framework of thought in this study rests on the concept of contract and the concept of object law. That's because this research is related to the object of the contract (ma'qu>d 'alaih). Through these two concepts, it is expected to provide legal certainty for its use as a contract object in a transaction.
The methodology of this research is descriptive analytical method, with a normative juridical approach. Data was collected through documentation studies and literature studies.
The data analysis technique was carried out through the stages of data reduction, presenting data and drawing conclusions.
The results of this study found the facts that (1) the position of virtual land in the metaverse in the legal classification of objects including Non-Fungible Token (NFT) as proof of asset ownership in the form of a unique code in the form of metadata that can be read by a computer program. The metadata is part of the copyright which includes intangible movable objects. (2) Intangible assets based on MUI Fatwa Number 1 of 2005 concerning Protection of Intellectual Property Rights can be used as contract objects, both commercial (mu'a>wad}at) and social (tabarru'a>t) contracts. included in the sale and purchase and lease transactions of virtual land in the metaverse. (3) A review of sharia economic law on the practice of buying and selling and leasing virtual land in the metaverse may be carried out, because it has fulfilled the requirements and pillars. Transactions carried out in the form of transactions between intangible assets, namely virtual land and crypto, based on the 2021 MUI Ulama Ijtima on cryptocurrency law, can be equated with sil'ah or goods. As for the transaction, there is the development of the object of the ija>rah contract which is generally in the form of benefits from tangible assets, but can also come from the benefits of intangible assets provided that the intangible asset requires another object (tangible object) or the process of how the object has ownership. benefits so that the purpose of the contract can be fulfilled and in accordance with the principle of mu'a>malah ma>liyyah.
Keywords: Contract Object, Virtual Land, Sale and Purchase, Ija>rah and Metaverse
vi
ةرصتخم ةذبن
يداصتقلاا نوناقلا روظنم نم ةيدقاعت ضارغأك ةسوململا ريغ لوصلأا ليلحت ، نامجرون يزازع دمحم يعرشلا .ةسوملم لوصأ لكش يف ماع لكشب نوكي يذلاو ءارشلاو عيبلا دقع يف هيلع ضوقمب عوفدم ثحبلا اذه
لا لوصلأا نم عفانم لكش يف نايعلأا ىلع ةراجلإا دقع يف لثملابو ايجولونكت ريوطت يف ، كلذ عمو .ةسوملم
يف يمقر لصأك ريفشتلا عم ةيضارتفا ضرأ ريجأتو ءارشو عيب تلاماعم كانه ،سريفاتيم يأ ، تامولعملا اًقفو ةيدقاعت ضارغأك ةسوململا ريغ لوصلأا ليلحت ةساردلا هذه شقانتس ، كلذل .ةسوملم ريغ لوصأ لكش يملاسلإا يداصتقلاا نوناقلا روظنمل .
( :ليلحت وه ةساردلا هذه نم ضرغلا 1
( .ءايشلأل ينوناقلا فينصتلا يف ةيضارتفلاا ةمواقملا فقوم ) 2
)
سريفاتيم يف يضارتفلاا ضرلأا ريجأتو ءارشلاو عيبلا دقعل عوضومك سوململا ريغ لصلأا عضوم (3)
ةيضارتفلاا يضارلأا ريجأتو عيبو ءارش نأشب يعرشلا يداصتقلاا نوناقلل ةعجارم .سريفاتيم ةقطنم يف
طبترم ثحبلا اذه نلأ كلذ .ءيشلا نوناق موهفمو دقعلا موهفم ىلع ةساردلا هذه يف ركفلا راطإ دمتعي رصنعك همادختسلا ينوناقلا نيقيلا ريفوت عقوتملا نم ، نيموهفملا نيذه للاخ نم .)ءاعد >قم( دقعلا عوضومب
.ةلماعم يف دقع يفصولا جهنملا وه ثحبلا اذه جهنم تاسارد للاخ نم تانايبلا عمج مت .يرايعم ينوناق جهنمب ، يليلحتلا
صلاختساو تانايبلا ضرعو تانايبلا ليلقت لحارم للاخ تانايبلا ليلحت ةينقت ذيفنت مت .بدلأا تاساردو قيثوتلا .جئاتنلا ( قئاقحلا ةساردلا هذه جئاتن تدجو 1
ينصتلا يف سريفاتيم يف ةيضارتفلاا ضرلأا عقوم نأ ) تانئاكلل ينوناقلا ف
ةيفصولا تانايبلا لكش يف ديرف زمر لكش يف لوصلأا ةيكلم ىلع ليلدك تايرطفلل لباقلا ريغ زمرلا كلذ يف امب ءايشأ نمضتت يتلا رشنلا قوقح نم اًءزج ةيفصولا تانايبلا دعت .رتويبمك جمانرب ةطساوب اهتءارق نكمي يتلا ( .ةسوملم ريغ ةلوقنم 2
ا مادختسا نكمي ) ىوتف ىلإ ةدنتسملا ةسوململا ريغ لوصلأ
مقرMUI 1 ماعل 2005
ةيراجتلا ءاوس ، ةيدقاعت ضارغأك ةيركفلا ةيكلملا قوقح ةيامح نأشب تلاماعم يف ةجردملا ةيعامتجلاا دوقعلاو
سريفاتيم يف ةيضارتفلاا ضرلأل ريجأتلاو ءارشلاو عيبلا . (3)
يداصتقلاا نوناقلل ةعجارم ءارجإ نكمي
رشلا تفوتسا اهنلأ ، سريفاتيم ةقطنم يف ةيضارتفلاا يضارلأا ريجأتو ءارشو عيب ةسرامم نأشب يع ضرلأا يأ ، ةسوململا ريغ لوصلأا نيب تلاماعم لكش يف متت يتلا تلاماعملا .ناكرلأاو تابلطتملا
نوناق ىلع ًءانب ، ةرفشملا تلامعلاو ةيضارتفلاا 2021
MUI Ulama Ijtima معلا نوناق نأشب
ةرفشملا تلا
يذلاو ةراجلإا دقع عوضومل ريوطت كانهف ، ةلماعملل ةبسنلاب امأ .عئاضبلا وأ علسلل ةلداعم نوكت نأ نكمي ، ريغ لوصلأا دئاوف نم اًضيأ يتأي نأ نكمي نكلو ، ةسوململا لوصلأا نم دئاوف لكش يف ماع لكشب نوكي رخآ ا ًرصنع سوململا ريغ لصلأا بلطتي نأ طرشب ةسوململا دئاوف نئاكلل نوكي فيك ةيلمع وأ )اًسوملم اًنئاك(
.ةيلاملا ةلماعملا أدبمل اًقفوو دقعلا نم ضرغلا قيقحت نكمي ثيحب ةراجإ ، ءارشو عيب ، ةيضارتفا ضرأ ، دقعلا نئاك :ةيحاتفملا تاملكلا سريفاتيمو
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi dimaksudkan sebagai pengalih-hurufan dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Transliterasi Arab-Latin di sini ialah penyalinan huruf-huruf Arab dengan huruf-huruf Latin beserta perangkatnya.
A. Konsonan
Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf. Dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan huruf dan sebagian dilambangkan dengan tanda, dan sebagian lagi dilambangkan dengan huruf dan tanda sekaligus. Berikut ini daftar huruf Arab yang dimaksud dan transliterasinya dengan huruf latin:
Tabel 0.1: Tabel Transliterasi Konsonan
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
أ Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan
ب Ba B Be
ت Ta T Te
ث Ṡa ṡ es (dengan titik di atas)
ج Jim J Je
ح Ḥa ḥ ha (dengan titik di bawah)
خ Kha Kh ka dan ha
د Dal d De
ذ Żal ż Zet (dengan titik di atas)
ر Ra r er
viii
ز Zai z zet
س Sin s es
ش Syin sy es dan ye
ص Ṣad ṣ es (dengan titik di bawah)
ض Ḍad ḍ de (dengan titik di bawah)
ط Ṭa ṭ te (dengan titik di bawah)
ظ Ẓa ẓ zet (dengan titik di bawah)
ع `ain ` koma terbalik (di atas)
غ Gain g ge
ف Fa f ef
ق Qaf q ki
ك Kaf k ka
ل Lam l el
م Mim m em
ن Nun n en
و Wau w we
ه Ha h ha
ء Hamzah ‘ apostrof
ي Ya y ye
ix
B. Vokal
Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
1. Vokal Tunggal
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:
Tabel 0.2: Tabel Transliterasi Vokal Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
ﹷ Fathah a a
ﹻ Kasrah i i
ﹹ Dammah u u
2. Vokal Rangkap
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf sebagai berikut:
Tabel 0.3: Tabel Transliterasi Vokal Rangkap
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
.. َ.ْي Fathah dan ya ai a dan u
.. َ.ْو Fathah dan wau au a dan u
Contoh:
- ََبَتَك
kataba- ََلَعَ ف
fa`alax
- ََلِئُس
suila- ََفْيَك
kaifa- ََلْوَح
haulaC. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda sebagai berikut:
Tabel 0.4: Tabel Transliterasi Maddah
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
.. َ.ى.. َ.ا Fathah dan alif atau ya ā a dan garis di atas
.. ِ.ى Kasrah dan ya ī i dan garis di atas
.. ُ.و Dammah dan wau ū u dan garis di atas
Contoh:
-
ََلاَق
qāla-
ى ََمَر
ramā-
ََلْيِق
qīla-
َُلْوُقَ ي
yaqūluD. Ta’ Marbutah
Transliterasi untuk ta’ marbutah ada dua, yaitu:
1. Ta’ marbutah hidup
Ta’ marbutah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah, dan dammah, transliterasinya adalah “t”.
xi
2. Ta’ marbutah mati
Ta’ marbutah mati atau yang mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah
“h”.
3. Kalau pada kata terakhir dengan ta’ marbutah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta’
marbutah itu ditransliterasikan dengan “h”.
Contoh:
-
َِلاَفْط ََل اَُةَضْؤَر
raudah al-atfāl/raudahtul atfāl-
َُةَرَّوَ نُمْلاَُةَنْ يِدَمْلا
al-madīnah al-munawwarah/al-madīnatul munawwarah-
َْةَحْلَط
talhahE. Syaddah (Tasydid)
Syaddah atau tasydid yang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda, tanda syaddah atau tanda tasydid, ditransliterasikan dengan huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah itu.
Contoh:
-
ََلَّزَ ن
nazzala-
َرِبلا
al-birrxii
KATA PENGANTAR Alhamdulillah,
Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya, membimbing dan memberikan kemudahan dan kelancaran kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
Shalawat beserta salam semoga tercurah limpahkan kepada junjunan alam, yakni Baginda Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, para tabi’innya dan semoga kepada kita selaku umatnya.
Penyusunan tesis ini dapat penulis selesaikan sesuai dengan harapan.
Tentunya penyelesaiannya merupakan berkat dan kehendak Allah SWT. Adapun tujuan penyusunan tesis ini adalah untuk memenuhi syarat ketentuan kelulusan dalam rangka memperoleh gelar Magister pada Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Dengan rahmat dan izin Allah SWT, Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Analisis Aset Tidak Berwujud Sebagai Objek Akad Perspektif Hukum Ekonomi Syariah”. Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan tesis ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, dari lubuk hati yang paling dalam, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada:
1. Allah SWT yang selalu memberikan kemudahan dan kelancaran, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
xiii
2. Kedua orang tua tercinta, Bapak Suhaemi dan Ibu Rumaenah beserta keluarga besar. Mereka adalah panutan, tauladan, simbol kebanggaan dan keberhasilan penulis dalam memberikan semangat moril dan materil serta dorongan doa yang tiada henti bagi penulis. Tak lupa kepada adik tercinta Muhammad Fahri Pirmansyah.
3. Bapak Prof. Dr. H. Mahmud, M. Si sebagai Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
4. Bapak Prof. Dr. H. Supiana, M. Ag sebagai Direktur Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
5. Bapak Dr. Sofian Al-Hakim, M. Ag dan Bapak Dr. Mohammad Sar’an, M.
Ag Sebagai Ketua Prodi dan Sekretaris Prodi Hukum Ekonomi Syariah Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
6. Bapak Dr. Sofian Al-Hakim, M. Ag sebagai Dosen Pembimbing I dan Bapak Dr. Iwan Setiawan, S. Ag., M. Pd., M. E. Sy Sebagai Dosen Pembimbing II yang telah sabar meluangkan kesempatan dan waktunya untuk membimbing penulis dalam memberikan saran dan masukannya yang membangun serta sangat berarti bagi penulis dalam menyelesaikan penyusunan tesis ini.
7. Aldi Ismail Fahmi, S. Sos selaku kakak patriot desa yang dengan tidak sengaja memberikan informasi yang sangat berharga bagi penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
xiv
8. Lukman Hakim, S. Hum selaku rekan seperjuangan yang selalu membantu penulis dalam menerjemahkan data sekunder untuk menyelesaikan tugas tesis ini.
9. Bapak Ir. H. Muhammad Amin selaku Pimpinan Pondok Pesantren Mahasiswa Manhajuth Thullab yang selalu memberikan doa dan motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
10. Kang Yudi Khoeri Abdillah, S. H., M. H. selaku Staf Prodi Hukum Ekonomi Syariah Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung sekaligus putra seperjuangan dari Kabupaten Majalengka yang selalu memberikan arahan, informasi serta gagasan yang membangun bagi penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
11. Rekan-rekan seperjuangan Reguler A yang selalu bersatu dalam kebersamaan sehingga membuat penulis semangat dalam menyelesaikan tesis ini.
12. Rekan-rekan Barisan Alumni MTs PUI Maja (BRAMZA SQUAD), Alumni MA Daarul Uluum PUI Majalengka (MADU SQUAD), Alumni HES UIN Sunan Gunung Djati Bandung (MUAMALAH SQUAD), Alumni Keluarga Besar Manhajuth Thullab (KBMT SQUAD), Mountain Ranger Club (MRC SQUAD), Beach Boy Organization (BBO SQUAD), dan Komunitas Eksplore Majalengka (KEM SQUAD) yang selalu membawa penulis berpetualang dikala penulis lelah dan penat dalam
xv
menyelesaikan tesis ini. Sehingga dengan berpetualang, penulis mendapatkan semangat, gagasan dan ide untuk menyelesaikan tesis ini.
13. Kepada semua pihak yang telah membantu dan berkontribusi atas kelancaran penelitian dan penyusunan tesis ini.
Maka dari itu, semoga sekecil apapun yang ada dalam substansi tesis ini diharapkan mampu menjadi secercah ilmu pengetahuan, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi semua pembaca tesis ini. Penulis menyadari dalam penyusunan tesis ini masih banyak kekurangan, baik dari segi substansi maupun teknik penulisannya.
Oleh karenanya, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tesis ini guna memperbaikinya di kemudian hari. Akhir kata, penulis menyerahkan urusan ini kepada Allah SWT, kepada-Nyalah penulis menggantungkan segala harapan. Aamiin.
Bandung, 19 Juli 2022
xvi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN. ... i
LEMBAR PERSETUJUAN. ... ii
LEMBAR PENGESAHAN. ... iii
ABSTRAK. ... iv
PEDOMAN TRANSLITERASI. ... vii
KATA PENGANTAR. ... xii
DAFTAR ISI. ... xvi
DAFTAR TABEL. ... xx
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. ... 1
B. Rumusan Masalah. ... 11
C. Tujuan Masalah. ... 12
D. Manfaat Hasil Penelitian... 13
E. Kerangka Pemikiran. ... 14
F. Hasil Penelitian Terdahulu. ... 22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Akad ... 28
1. Definisi Akad. ... 28
xvii
2. Macam-Macam Akad... 29
3. Unsur Terbentuknya Akad ... 35
4. Tujuan Akad dan Akibat Hukum ... 40
B. Teori Hukum Benda ... 41
1. Definisi Hukum Benda ... 41
2. Macam-Macam Benda ... 42
3. Cara Memperoleh Hak Kebendaan ... 44
4. Hak Kebendaan Menurut KUHPerdata ... 46
C. Konsep Bisnis dalam Ajaran Islam... 48
1. Kedudukan Bisnis dalam Ajaran Islam ... 48
2. Bisnis Masyru’ dan G}air Masyru’ ... 52
D. Konsep Harta Sebagai Objek Akad ... 55
1. Definisi Harta ... 55
2. Kedudukan dan Fungsi Harta... 56
3. Cara Memperoleh Harta ... 58
4. Macam-Macam Harta dan Implikasi Hukumnya ... 59
5. Manfaat Sebagai Harta ... 62
6. Kedudukan Harta Sebagai Objek Akad ... 64
E. Konsep Akad Jual Beli ... 65
1. Definisi Akad Jual Beli ... 65
2. Dasar Hukum Akad Jual Beli ... 67
xviii
3. Rukun dan Syarat Akad Jual Beli ... 69
4. Macam-Macam Akad Jual Beli ... 73
5. Harta yang Dipertukarkan dalam Akad Jual Beli ... 81
F. Konsep Akad Ijārah ... 83
1. Definisi Akad Ijārah ... 83
2. Dasar Hukum Akad Ijārah... 84
3. Ijārah Bagian dari Akad Pertukaran. ... 86
4. Rukun dan Syarat Akad Ijārah... 88
5. Macam-Macam Akad Ijārah ... 91
6. Objek Akad Ijārah ... 92
7. Pembatalan dan Berakhirnya Akad Ijārah ... 97
8. Kaidah Fiqh Muamalah Tentang Objek ijārah Barang ... 98
9. Implementasi Akad Ijārah dalam Bisnis Ekonomi Syariah ... 102
G. Konsep Operasional Metaverse dan Perangkat Pendukungnya. ... 103
1. Metaverse dan Sistem Operasionalnya. ... 103
2. Kedudukan Blockchain dan Fungsinya. ... 105
3. Tanah Virtual Sebagai Aset Digital. ... 107
4. Cryptocurrency Sebagai Komoditas. ... 111
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Langkah-Langkah Penelitian ... 115
1. Metodologi dan Pendekatan Penelitian ... 115
xix
2. Jenis Data ... 116
3. Sumber Data... 117
4. Teknik Pengumpulan Data ... 118
a. Studi Kepustakaan ... 118
b. Studi Dokumentasi ... 119
5. Teknik Analisis Data... 119
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Metaverse dan Transaksi yang Terjadi di dalamnya ... 121
1. Sejarah Perkembangan Metaverse. ... 121
2. Transaksi Jual Beli dan Sewa Menyewa Tanah Virtual di Metaverse… 124
B. Kedudukan Tanah Virtual di Metaverse dalam Klasifikasi Hukum Benda. 129
C. Kedudukan Aset Tidak Berwujud Sebagai Objek Akad Transaksi Jual Beli dan Sewa Menyewa Tanah Virtual di Metaverse. ... 135
D. Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Transaksi Jual Beli dan Sewa Menyewa Tanah Virtual di Metaverse. ... 145
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 159
B. Saran ... 162
DAFTAR PUSTAKA. ... 165 LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xx
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kerangka Pemikiran. ... 21 Tabel 2 Perbedaan Penelitian Terdahulu... 26 Tabel 3 Syarat dan Rukun Akad ... 36 Tabel 4 Syarat dan Rukun Jual Beli ... 70 Tabel 5 Macam-Macam Jual Beli ... 73 Tabel 6 Syarat dan Rukun Ijārah ... 80 Tabel 7 Kedudukan Tanah Virtual. ... 133 Tabel 8 Tanah Virtual dan Crypto Sebagai Objek Akad. ... 144 Tabel 9 Syarat dan Rukun Jual Beli Tanah Virtual... 147 Tabel 10 Syarat dan Rukun Sewa Menyewa Tanah Virtual. ... 152
1
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Akad atau perjanjian memiliki kedudukan sentral dalam lalu lintas perekonomian di antara manusia (muamalah). Karena dengan akad akan menggambarkan posisi hak dan kewajiban para pihak dan bagaimana merealisasikan objek perjanjian yang menjadi tujuan para pihak bertransaksi. Akad dibuat dan disepakati untuk dilaksanakan bukan untuk dilanggar bahkan diabaikan. Karena akad memiliki sifat mengikat bagi para pihak yang melakukan perjanjian.1 Sehingga akad merupakan komitmen bersama yang dijadikan rujukan dasar, ketika terjadi sengketa di antara keduanya. Dengan kata lain, akad sebagai undang-undang yang memberikan kepastian hukum bagi kedua belah pihak.2
Pertukaran merupakan bagian dari jenis akad mu’a>wad}at (tujuan komersial) yang memberikan kepastian pembayaran, baik dari segi jumlah maupun dari segi waktunya atau disebut sebagai akad natural certainty contracts.3 Dalam akad ini, para pihak saling menukarkan sesuatu, baik mempertukarkan antara barang dengan
1 Muhammad Abdul Wahab. Teori Akad dalam Fiqih Muamalah. (Jakarta: Rumah Fiqih Publishing, 2019), 13.
2 Jaih Mubarak dan Hasanudin. Fikih Mu’amalah Maliyyah: Prinsip-Prinsip Perjanjian.
(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2017), 47.
3 Awang Darmawan Putra dan Rina Desiana, “Pertukaran dan Percampuran dalam Ekonomi Islam,” Muamalatuna: Jurnal Hukum Ekonomi Syariah, V 12 (1) (2020), 124-140.
barang, maupun barang dengan manfaat. Adapun yang termasuk kategori akad ini adalah akad jual beli, sewa menyewa/upah mengupah (ija>rah) dan akad ju’a>lah.4
Aktivitas jual beli dan sewa menyewa merupakan bentuk transaksi yang dilakukan masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Jual beli dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup manusia atas kepemilikan benda/barang secara sempurna. Sedangkan sewa menyewa dilakukan sebagai salah satu alternatif masyarakat terhadap kepemilikan suatu benda/barang yang tidak disertai dengan kemampuan untuk memilikinya secara penuh. Maka dengan sewa menyewa, masyarakat yang memiliki kondisi seperti itu dapat menikmati manfaat dari benda/barang dengan membayar harga sewa dalam jangka waktu yang disepakati.
Jual beli merupakan pertukaran harta dengan harta. Harta yang dipertukarkan adalah barang yang dijual (mus|man) dan harga (s|aman). Sedangkan sewa menyewa merupakan salah satu makna dari akad ija>rah yang objeknya berupa manfaat dari suatu benda. Manfaat tersebut dipertukarkan dengan harga sewa, sehingga ija>rah juga dimaknai sebagai jual beli manfaat.5 Dengan kata lain, ija>rah dengan makna sewa menyewa merupakan pertukaran antara manfa’ah dengan ujrah. Jumhur ulama berpendapat bahwa akad jual beli6 dan akad ija>rah.7 sah dilakukan, karena memiliki
4 Muhamad Izazi Nurjaman, Doli Witro dan Sofian Al-Hakim, “Akad Murabahah di Lembaga Keuangan Syariah Perspektif Regulasi,” Al-Qisthu: Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Hukum, V 19 (1) (2021), 24-35.
5 Hendi Suhendi. Fiqh Muamalah. (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2016), 115.
6 Rizki Abdurrahman. Pengantar Fiqih Muamalah. (Bandung: Insan Rabbani, 2018), 39.
7 Rachmat Syafe’i. Fiqih Muamalah. (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001), 97.
3
manfaat bagi kehidupan manusia. Namun pada praktiknya, dalam melakukan kedua akad tersebut harus memperhatikan kaidah-kaidah atau prinsip-prinsip yang menjadi pondasi utama dalam bermuamalah, yaitu transaksi yang dilakukan tidak boleh bertentangan dengan syariah. Selain itu juga, hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan kedua akad tersebut adalah harus memenuhi syarat dan rukunnya.
Secara umum, rukun jual beli8 dan ija>rah terdiri dari: Pertama, para pihak (al- muta’a>qidain) yaitu penjual dan pembeli bagi akad jual beli dan pemberi sewa dan penerima sewa bagi akad ija>rah. Kedua, objek akad (al-ma’qu>d ‘alaih) yaitu barang (mus|man) dan harga (s|aman) bagi akad jual beli dan mah}a>l al-manfa’ah/tempat terjadinya manfaat), manfa’ah (manfaat barang atau jasa seseorang) dan ujrah (imbalan atas jasa) bagi akad ija>rah. Ketiga, ijab dan qabul (S}ig}at) yaitu pernyataan penawaran dan penerimaan jual beli dan sewa menyewa. Adapun berkaitan dengan al-ma’qu>d ‘alaih pada akad ija>rah, jumhur ulama tidak menyatakan bahwa barang yang disewa atau tenaga kerja yang menjual jasanya (ma’qu>d ‘alaih) termasuk dalam rukun ija>rah.9 Namun, kedudukan ma’qu>d ‘alaih yang dapat dipergunakan manfaatnya menjadi salah satu unsur yang harus ada dalam akad ija>rah.10 Karena mustahil ada manfa’ah kalau tidak ada sesuatu yang dapat menimbulkan manfa’ah itu sendiri.
8 Ahmad Sarwat. Fiqh Jual Beli. (Jakarta: Rumah Fiqih Publishing, 2018), 10-11.
9 Jaih Mubarok dan Hasanudin. Fikih Muamalah Maliyah Akad Ijārah dan ju’alah. (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2017), 12-13.
10 Akhmad Farroh Hasan. Fiqh Muamalah dari Klasik Hingga Kontemporer. (Malang: UIN- Maliki Press, 2018), 51.
Adapun yang menjadi perhatian adalah seiring perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat, jual beli mengalami perkembangan yang signifikan.
Hadirnya E-commerce dan marketplace memudahkan manusia melakukan transaksi jual beli, kapan dan di mana saja tanpa adanya batasan waktu dan tempat. Peristiwa transaksi itu disebut dengan transaksi jual beli online. Orang dapat melakukan transaksi, setelah melihat gambar, kriteria, ukuran, warna dan spesifikasi barang yang ditampilkan. Kemudian membayar harga, baik dilakukan di awal melalui transfer atau bersamaan dengan datangnya barang (cash on delivery/COD) yang akan diantarkan penjual melalui jasa ekspedisi atau bahkan melalui cicilan dengan jangka waktu yang disepakati. Sehingga para pihak dalam jual beli tersebut tidak saling mengenal dan bertatap muka dalam satu majelis melainkan disambungkan oleh jaringan internet.11 Transaksi online melalui E-commerce merupakan salah satu bagian dari perkembangan industri 4.0. Walaupun E-commerce berdiri sebelum industri 4.0, namun memiliki hubungan dan kesinambungan dengan industri 4.0, yaitu industri 4.0 memfokuskan pada perkembangan industri manufaktur terotomatis cerdas dalam berbagai sektor. Salah satu sektor tersebut adalah E-commerce itu sendiri yang memfasilitasi transaksi bisnis melalui jaringan internet.12 Transaksi melalui E- commerce penentuan hukumnya didasarkan kepada praktik akad jual beli yang dilakukan. Sehingga peran E-commerce hanya sebatas media penawaran barang yang
11 Trisna Taufik Darmawansyah dan Miko Polindi, “Akad As-Salam dalam Sistem Jual beli Online,” Jurnal Aghnya Stiesnu Bengkulu, V 3 (1) (2020): 20-39.
12 Decky Hendarsyah, “E-Commerce di Era Industri 4.0 dan Society 5.0,” Iqtishaduna: Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita, V 8 (2) (2019): 171-184.
5
memfasilitasi konsumen untuk memiliki barang secara mudah dan efisien.13 Dengan kata lain, transaksi dilakukan atas barang yang dijual dengan harga yang ditentukan berdasarkan metode pembayarannya. Artinya, transaksi tersebut sama halnya dengan jual beli pada umumnya yaitu objek akadnya berupa barang berwujud atau aset berwujud (tangible assets) dengan harga dalam bentuk uang, baik uang secara fisik maupun uang elektronik.
Selain perkembangan E-commerce dan Marketplace, perkembangan teknologi informasi yang sedang hangat diperbincangkan hari ini adalah metaverse.
Metaverse sendiri mulai menjadi perbincangan dunia, ketika CEO Facebook Mark Zuckerberg mengubah nama perusahaannya dari Facebook menjadi Meta yang merupakan kependekan nama dari “Metaverse”. Mark berfokus untuk menciptakan dunia virtual yang menggabungkan teknologi Virtual Reality (VR) dengan Augmented Reality (VR) melalui metaverse.14
Metaverse merupakan suatu teknologi Augmented Reality (AR) yang memfasilitasi setiap individu dapat melakukan interaksi dengan individu lainnya secara virtual.15 Artinya, metaverse merupakan sebuah simulasi interaksi manusia di dunia nyata yang diimplementasikan di dunia maya melalui jaringan internet.
Sehingga pengguna dapat membuat replika dirinya dalam bentuk avatar 3D sesuai
13 Muhamad Izazi Nurjaman, dkk, “Jual Beli Online dan Penentuan Hukum yang Terjadi didalamnya,” Al-Qanun: Jurnal Pemikiran dan Pembaharuan Hukum Islam, V 24 (2) (2021): 340- 364.
14 https://infokomputer.grid.id/read/123157001/diprediksi-jadi-masa-depan-ekonomi-digital- apa-itu-metaverse?page=all (Diakses Pada Tanggal 13 April 2022 Pukul 10: 55 WIB)
15 https://tekno.kompas.com/read/2022/02/15/10310027/apa-itu-metaverse-dan-apa-saja-yang- bisa-dilakukan-?page=all (Diakses Pada Tanggal 13 April 2022 Pukul 10:08 WIB)
dengan keinginannya. Avatar inilah yang mewakili pengguna untuk berinteraksi dengan pengguna lainnya melalui avatar 3D juga. Interaksi yang dapat dilakukan antar pengguna dalam bentuk avatar tersebut adalah berbagai kegiatan virtual seperti berkumpul atau mengadakan rapat kerja, bekerja, bermain, mengadakan berbagai kegiatan, mengikuti konser musik, berbelanja online bahkan bertransaksi properti digital berupa jual beli dan sewa menyewa tanah virtual.16
Berkaitan dengan jual beli dan sewa menyewa tanah virtual, seperti yang dilansir dari Sindonews.com (12/12/2021) seorang Rapper Snoop Dogg menciptakan metaverse dengan nama Snoop verse, dan seorang penggemarnya telah membeli properti berupa tanah virtual dengan harga Rp 6,5 Miliar.17 Selain itu juga, Metaverse Group, sebuah anak perusahaan Kanada Tokens.com telah membeli real estate virtual di Metaverse Decentraland dengan harga Rp 34,8 Miliar yang dipergunakan untuk mendukung ekspansi perusahaan mereka dalam dunia digital khususnya bidang fashion.18 Pembelian real estate virtual tersebut menggunakan mata uang cryptocurrency MANA (Mata uang kripto Metaverse Decentraland). Bahkan Republic Realm sebuah perusahaan yang mengembangkan real estate di metaverse telah membeli tanah virtual di Metaverse The Sandbox dengan harga Rp 61,7 Miliar
16https://lifestyle.kontan.co.id/news/apa-itu-metaverse-begini-cara-kerjanya-1?page=all (Diakses Pada Tanggal 13 April 2022 Pukul 11:01 WIB)
17 https://tekno.sindonews.com/read/626293/207/rapper-snoop-dogg-bikin-snoopverse-fans- rela-beli-properti-virtual-rp65-miliar-1639318334 (Diakses Pada Tanggal 13 April 2022 Pukul 11:29 WIB)
18 https://id.berita.yahoo.com/perusahaan-metaverse-kanada-beli-sebidang-071526987.html?
(Diakses Pada Tanggal 13 April 2022 Pukul 11:36 WIB)
7
dalam mata uang kripto SAND.19 Tujuan dari Republic Realm membeli tanah virtual tersebut adalah untuk menyewakan kembali kepada pengecer yang melakukan kegiatan usaha dalam bidang fashion bahkan menyewakan 100 villa di pulau pribadi kepada para wisatawan.
Adapun baru-baru ini, pada tanggal 31 Maret 2022 Situs Shib.io resmi meluncurkan proyek Metaverse Shiba Inu dengan menyediakan 100.959 plot atau kapling tanah virtual yang dapat dibeli menggunakan mata uang kripto ethereum (ETH). Keuntungan yang didapat pembeli tanah virtual di metaverse ini adalah pembeli akan mendapatkan penghasilan pasif dan hadiah.20 Sedangkan di Indonesia sendiri, sebagaimana dilansir dari Liputan6.com (1/04/2022) bahwa Raffi Ahmad resmi meluncurkan proyek metaverse dengan nama RansVerse yang diambil dari nama perusahaan miliknya yaitu Rans Entertainment. Peluncuran proyek metaverse ini akan menyediakan 24.000 plot tanah virtual yang dapat diperjualbelikan bukan hanya oleh orang Indonesia sendiri melainkan oleh seluruh orang di mancanegara.21 Adapun mata uang yang dapat digunakan untuk membeli tanah virtual tersebut adalah mata uang kripto RANS.
Melihat berbagai isu tersebut, setiap orang atau badan hukum dapat membuat metaverse sendiri dengan menyediakan lahan berupa tanah virtual untuk
19 https://dailyspin.id/tech/penjualan-properti-metaverse-termahal-di-dunia-tanah-virtual-ini- terjual-untuk-rp-617-miliar/ (Diakses Pada Tanggal 13 April 2022 Pukul 11:49 WIB)
20 https://www.liputan6.com/kripto/read/4929651/shiba-inu-umumkan-proyek-metaverse- seperti-apa (Diakses Pada Tanggal 13 April 2022 Pukul 11:36 WIB)
21 https://www.liputan6.com/kripto/read/4929578/metaverse-raffi-ahmad-ransverse-resmi- meluncur (Diakses Pada Tanggal 13 April 2022 Pukul 12: 19)
diperjualbelikan atau disewakan. Adapun alat transaksi pembelian dan penyewaan lahan virtual tersebut menggunakan mata uang kripto sesuai dengan yang ditentukan pemilik metaverse tersebut. Sehingga seseorang yang ingin membeli atau menyewa tanah virtual tersebut harus menukarkan uangnya terlebih dahulu menjadi uang kripto. Adapun apabila melihat kedudukan metaverse sebagai realisasi digital yang menggabungkan aspek kegiatan media sosial, game online, Augmented Reality (AR), Virtual Reality (VR) dan cryptocurrency sebagai media pembayaran transaksi secara virtual.22 Maka metaverse berkedudukan sebagai platform atau perangkat lunak berupa software yang memungkinkan orang untuk memiliki aset berupa tanah virtual.
Karena apabila melihat dari konsep AR sebagai teknologi yang menggabungkan benda maya dua atau tiga dimensi dalam sebuah lingkungan yang memproyeksikan benda maya menjadi nyata.23 Sedangkan AR merupakan bagian dari VR sebagai teknologi yang membuat para pengguna mampu berinteraksi satu sama lain dengan suatu lingkungan yang disimulasikan oleh komputer.24 Sehingga untuk mengakses semua fungsi yang ada dalam platform metaverse memerlukan perangkat keras (hardware) seperti seperangkat komputer dan yang setara dengan itu (ponsel pintar), headset realitas virtual, kacamata augmented reality dan perangkat yang lainnya.
22 Ii Sopandi dan Deffy Susanti, “Menganalisis Informasi Metaverse pada Game Online Roblox Secara Garis Besar,” Jurnal Petisi, V 3 (1) (2022): 1-4.
23 Ilmawan Mustaqim, “Pemanfaatan Augmented Reality Sebagai Media Pembelajaran,” Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, V 13 (2) (2016): 175-183.
24 Yohana Desi Permatasari. Implementasi Virtual Reality Untuk Visualisasi Penggunaan Ruang Baca Teknik Informatika (Rbtc) Berbasis Web Dengan Menggunakan Webvr. (Skripsi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 2017), 8.
9
Dengan demikian, transaksi tanah virtual tersebut, baik dijadikan sebagai objek jual beli atau objek sewa menyewa mengindikasikan sebagai transaksi barang atau aset tidak berwujud (intangible assets). Dalam hal ini yang menjadi barang yang dijual (mus|man) adalah lahan tanah virtual dan yang menjadi harga (s|aman) adalah mata uang kripto atau yang menjadi mah}a>l al-manfa’ah adalah manfaat dari barang/benda atau aset tidak berwujud (intangible assets) berupa manfaat tanah virtual sedangkan yang menjadi ujrah berupa uang kripto yang bentuknya juga sama- sama tidak berwujud.
Adapun yang menjadi persoalan adalah secara umum yang menjadi objek akad pada akad jual beli adalah pertukaran antara barang/aset berwujud (tangible assets). Sehingga barang yang dijual (mus|man) dan harga (s|aman) sama-sama bentuknya berupa barang atau aset berwujud (tangible assets). Walaupun dalam Pasal 58 KHES menyatakan bahwa yang menjadi objek jual beli dapat berupa benda berwujud atau benda tidak berwujud.25 Namun objek jual beli terdiri dari barang yang dijual atau dalam bahasa fatwa DSN-MUI disebut mus|man mabi>’ dan harga (s|aman).26 Secara umum uang merupakan s|aman, barang yang akan dijual adalah mus|man. Adapun apabila transaksi tidak menggunakan uang, maka mus|man adalah barang yang akan dijual atau dipertukarkan sedangkan penukarnya adalah s|aman/
harga.27
25 Pasal 58 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah
26 Fatwa DSN-MUI Nomor 110 Tahun 2017 Tentang Akad Jual Beli
27 Rachmat Syafe’I. Fiqih Muamalah… 87.
Sedangkan definisi uang menurut Pasal 1 (2) UU Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang adalah sebagai alat pembayaran yang sah. Dalam Pasal 2 (1) nya dinyatakan bahwa alat pembayaran yang sah di Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Rupiah. Sedangkan yang menjadi harga (s|aman) dalam transaksi jual beli tanah virtual adalah dalam bentuk mata uang kripto. Menurut Ijtima Ulama Komisi Fatwa MUI menyatakan bahwa penggunaan cryptocurrency sebagai mata uang hukumnya haram karena mengandung unsur g}ara>r dan d}ara>r serta bertentangan dengan peraturan perundang-undangan (UU Mata Uang).
Selain itu juga, secara umum yang menjadi objek akad sewa menyewa adalah berupa manfaat dari benda atau aset berwujud (tangible assets) yaitu barang atau benda yang disewakan harus dapat dimanfaatkan dan diserahterimakan serta harus disyariatkan berupa barang yang kekal ‘ain (zat)-nya.28 Sebagaimana dalam fatwa DSN/MUI Nomor 112 tahun 2017 tentang akad Ija>rah yang menyatakan bahwa mah}a>l al-manfa’ah merupakan barang yang dapat dimanfaatkan dengan penggunaan sesuai ketentuan syariah dan dapat diserahterimakan pada saat akad atau kecuali dalam hal lain.29 Lantas yang menjadi ma’qu>d ‘alaih dalam praktik penyewaan tersebut adalah manfaat tanah virtual. Sedangkan tanah virtual merupakan aset digital yang dapat diakses dengan mengunjungi platform metaverse sebagai software atau perangkat lunak. Sedangkan untuk mengakses perangkat lunak membutuhkan media perangkat keras atau hardware. Tanpa hardware pembantu, metaverse dan aset digital yang ada
28 Sohari Sahrani dan Ru’fah Abdullah. Fikih Muamalah. (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), 170.
29 DSN-MUI. Fatwa DSN/MUI Nomor 112 tahun 2017 tentang Akad Ijārah
11
di dalamnya tidak dapat diakses dan dimanfaatkan. Dengan kata lain, sewa menyewa tanah virtual merupakan sewa menyewa atas manfaat barang atau aset tidak berwujud (intangible assets).
Pemaparan konsep transaksi jual beli dan sewa menyewa tanah virtual di atas menunjukkan sebuah konsep baru terhadap ma’qu>d ‘alaih/objek akad dari kedua akad tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa ulama fiqh mengemas konsep jual beli dan sewa menyewa dalam kerangka formalitas hukum. Sisi zahir lebih dominan dibanding sisi batin. Kedua akad tersebut dikemas menjadi akad, dirumuskan dalam tatanan syarat, rukun, sah, batal, hak dan kewajiban. Dengan demikian, terdapat kesenjangan antara konsep jual beli dan sewa menyewa dengan praktik di lapangan. Khususnya pada objek akadnya yang secara umum berupa barang atau aset berwujud (tangible assets) dan manfaat dari barang tersebut menjadi barang atau aset tidak berwujud (intangible assets) dan manfaat dari barang atau aset tersebut. Oleh karenanya, penelitian ini akan mengupas tuntas mengenai analisis aset tidak berwujud (intangible assets) sebagai objek akad dalam pandangan hukum ekonomi syariah.
B. Rumusan Masalah
Secara umum yang menjadi ma’qu>d ‘alaih/objek akad dalam akad jual beli adalah berupa barang/aset berwujud (tangible assets). Begitupun dalam akad sewa menyewa yang menjadi ma’qu>d ‘alaih/objek akadnya berupa manfa’ah dari mah}a>l al- manfa’ah barang atau aset berwujud (tangible assets). Namun seiring perkembangan teknologi informasi, khususnya metaverse yang sedang hangat diperbincangkan,
mampu memfasilitasi orang untuk melakukan interaksi virtual secara nyata. Salah satunya adalah transaksi jual beli dan sewa menyewa tanah virtual, yaitu sebuah aset digital yang dikembangkan dalam metaverse. Aset tersebut dapat dimiliki dengan membeli atau menyewanya menggunakan uang kripto. Hal itu menunjukkan bahwa antara barang yang dijual (mus|man) dan harga (s|aman) berupa aset tidak berwujud (intangible assets). Selain itu juga, manfaat barang yang disewa berasal dari mah}a>l al-manfa’ah barang atau aset tidak berwujud (intangible assets) begitupun ujrah-nya.
Maka dari itu, dari rumusan masalah di atas dapat diturunkan beberapa pertanyaan masalah antara lain:
1. Bagaimana kedudukan tanah virtual di metaverse dalam klasifikasi hukum benda?
2. Bagaimana kedudukan aset tidak berwujud yang dijadikan objek akad pada transaksi jual beli dan sewa menyewa tanah virtual di metaverse?
3. Bagaimana tinjauan hukum ekonomi syariah terhadap kedudukan transaksi jual beli dan sewa menyewa tanah virtual di metaverse?
C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin penulis capai pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk menganalisis kedudukan tanah virtual di metaverse dalam klasifikasi hukum benda.
13
2. Untuk menganalisis kedudukan aset tidak berwujud sebagai objek akad pada transaksi jual beli dan sewa menyewa tanah virtual di metaverse.
3. Untuk menganalisis pandangan hukum ekonomi syariah terhadap kedudukan kedudukan transaksi jual beli dan sewa menyewa tanah virtual di metaverse.
D. Manfaat Hasil Penelitian 1. Kegunaan Teoritis
a. Memberikan sumbangsih pemikiran tentang perkembangan hukum ekonomi syariah, khususnya analisis aset tidak berwujud (intangible assets) sebagai objek akad menurut perspektif hukum ekonomi syariah terhadap transaksi jual beli dan sewa menyewa tanah virtual di meraverse serta dapat menambah reverensi kepustakaan.
b. Menambah khazanah keilmuan di bidang hukum ekonomi syariah serta memberikan kontribusi terhadap pengembangan hukum ekonomi syariah bagi akademisi dan praktisi sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan penjelasan mengenai analisis aset tidak berwujud (intangible assets) sebagai objek akad menurut perspektif hukum ekonomi syariah terhadap transaksi jual beli dan sewa menyewa tanah virtual di metaverse bagi masyarakat.
2. Kegunaan Praktis
a. Mengimplementasikan teori-teori hukum ekonomi syariah pada realitas di masyarakat.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua kalangan dan menjadi bahan pertimbangan peneliti selanjutnya atau bagi pihak yang berkepentingan untuk lebih memperdalam objek penelitian ini
E. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini mencoba memaparkan kedudukan suatu objek akad pertukaran, terkhusus pada akad jual beli dan sewa menyewa barang. Kedua akad tersebut secara umum mempertukarkan aset berwujud dalam bentuk barang yang akan dijual (mus|man) atau manfaat barang tersebut untuk disewakan dengan harga jual (s|aman) atau harga sewa (ujrah). Adapun pertukaran itu terjadi juga antara aset berwujud (tangible assets) dengan aset tidak berwujud (intangible assets) berupa uang elektronik yang dikembangkan seiring perkembangan teknologi informasi lembaga keuangan. Maka sesuai Fatwa DSN-MUI Nomor 116 Tahun 2017 tentang uang elektronik syariah yaitu penerbitannya harus mendapat izin dari otoritas yang bertanggungjawab menyelenggarakan atau menyediakan layanan uang elektronik sesuai dengan peraturan perundang-undangan.30
Sedangkan titik persoalannya adalah terkait perkembangan metaverse yang memfasilitasi pertukaran kepemilikan aset digital, baik melalui akad jual beli dan sewa menyewa aset berupa tanah virtual menggunakan uang kripto. Tanah virtual sendiri merupakan aset tidak berwujud (intangible assets) yang dapat diakses melalui platform metaverse dengan bantuan perangkat keras (hardware) pembantu. Adapun
30 Fatwa DSN-MUI Nomor 116 Tahun 2017 Tentang Uang Elektronik Syariah
15
untuk uang kripto sendiri selain sebagai aset tidak berwujud (intangible assets) juga kedudukan penggunaannya masih diperselisihkan. Sebagaimana dijelaskan di pendahuluan bahwa Ijtima Ulama Komisi Fatwa MUI mengharamkan kedudukannya sebagai mata uang. Hal itu disebabkan adanya unsur g}ara>r dan d}ara>r serta bertentangan dengan peraturan perundang-undangan (UU Mata Uang).
Maka untuk menjawab kedudukan objek akad tersebut terdapat teori yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
1. Teori Akad
Teori akad selalu menempati posisi yang paling utama dalam mengkaji hukum ekonomi syariah. Hal itu disebabkan untuk memperoleh suatu maksud dari sebuah transaksi yang dilakukan tentunya berkaitan dengan harta atau manfaat suatu benda secara sah menurut ketentuan syariah.31Akad sendiri bermakna perjanjian. Berasal dari kata al-‘aqd yaitu saling mengikat satu sama lain. Dalam hukum positif akad juga bermakna perjanjian.32 Karena dalam KUHPerdata dikatakan bahwa untuk sahnya suatu perjanjian dibutuhkan empat unsur yaitu: Adanya kesepakatan bagi mereka yang mengikatkan dirinya, cakap hukum untuk membuat suatu kontrak perjanjian, suatu hal tertentu dan suatu sebab yang halal.33
Adapun makna akad menurut istilah adalah pertemuan antara ijab dan qabul sebagai pernyataan kehendak di antara dua pihak atau lebih yang akan melahirkan
31 Ma’ruf Amin, Fatwa dalam Sistem Hukum Islam. Cet.3 (Jakarta: eLSAS Jakarta, 2011), 238.
32 Abdul Rahman Ghazaly, Ghufron Ihsan dan Sapiudin Shidiq. Fiqh Muamalat. (Jakarta:
Prenada Media Group, 2018), 51.
33 Pasal 1320 KUH Perdata
suatu akibat hukum dari objeknya.34 Maksud dari berpengaruh kepada objek perikatan adalah akad akan menimbulkan suatu pemindahan kepemilikan dari satu pihak kepada pihak lain, baik kepemilikan harta secara penuh maupun kepemilikan manfaatnya saja. Selain itu juga, setiap akad yang dilakukan memiliki kriteria syarat dan rukunnya. Karena tanpa syarat dan rukun tersebut sebuah akad tidak dapat terpenuhi dengan baik. Ibaratnya sebuah bangunan, akad ini adalah pondasinya yang akan membuat bangunan di atasnya dapat kokoh berdiri. Rukun akad terdiri dari:35
a. Para pihak yang melakukan akad (‘aqidain).
b. Pernyataan kesepakatan di antara kedua belah pihak (ijab qabul).
c. Objek akad (ma’qu>d ‘alaih).
d. Maksud atau tujuan akad (maud}u’ al-‘aqd)
Adapun akad yang dimaksud pada penelitian ini adalah akad berdasarkan tujuannya yaitu khusus akad mu’a>wad}at dengan kategori akad pertukaran. Akad ini merupakan suatu akad yang dilakukan oleh pihak tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan (tijari/bisnis).36 Dalam hal ini adalah akad jual beli dan akad sewa menyewa barang (ija>rah ‘ala> al-a’ya>n) yaitu jual beli dan sewa menyewa tanah virtual di metaverse. Sehingga akad yang dilakukan termasuk akad yang menimbulkan perbuatan hukum, khususnya perbuatan hukum bersegi dua, yaitu perbuatan yang akibat hukumnya dikehendaki oleh para pihak yang berakad. Maka
34 Syamsul Anwar. Hukum Perjanjian Syariah. (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007), 68.
35 Rizki Abdurahman. Pengantar Fiqih Muamalah… 33-34.
36Jaih Mubarok dan Hasanudin. Fikih Muamalah Maliyah Prinsip-Prinsip Perjanjian…17.
17
dalam akad/perjanjian terdapat beberapa teori mengenai kesepakatan yang substansinya sesuai atau tidak sesuai dengan kehendak pelakunya. Teori tersebut adalah:37
a. Teori kehendak merupakan sebuah teori yang memberikan gambaran bahwa terjadi atau tidaknya suatu kesepakatan tergantung kepada kehendak para pihak yang berakad.
b. Teori pernyataan merupakan sebuah teori yang memberikan gambaran bahwa terjadi atau tidaknya suatu kesepakatan akad tergantung kepada pernyataan para pihak, apabila terjadi perbedaan antara kehendak dengan pernyataan maka perjanjian tetap terjadi berdasarkan pernyataan.
c. Teori kepercayaan merupakan sebuah teori yang memberikan gambaran bahwa terjadi atau tidaknya suatu perjanjian tergantung kepada kepercayaan/amanah di antara para pihak.
2. Teori Hukum Benda
Hukum benda menjadi salah satu teori yang digunakan dalam penelitian tesis ini. Hukum benda sendiri memiliki makna keseluruhan aturan hukum yang mengatur hubungan peristiwa hukum antara sesama subjek hukum yang berkaitan dengan benda beserta hak-hak yang melekat di dalamnya. Benda sendiri diartikan sebagai segala barang atau hak yang dapat dimiliki dan bernilai ekonomis.38 Hal
37 Jaih Mubarok dan Hasanudin. Fikih Muamalah Maliyah Prinsip-Prinsip Perjanjian…40-41.
38 Marwan Mas. Pengantar Ilmu Hukum. (Bogor: Ghalia Indonesia, 2015), 26.
itu sesuai dengan pasal 499 KUH Perdata yang menyatakan bahwa benda merupakan semua barang dan hak yang dapat dikuasai oleh hak milik. 39
Benda atau barang memiliki kedudukan sebagai objek dalam suatu hubungan hukum. Karena benda atau barang merupakan sesuatu yang dapat dibebani hak sedangkan yang dapat memiliki sesuatu hak terhadap benda atau barang disebut dengan subjek hukum.40 Sehingga hubungan antara subjek hukum yang saling memenuhi kewajiban berkaitan dengan kebendaan atau hak kekayaan disebut dengan perikatan.41
Selain undang-undang, sumber perikatan juga berasal dari perjanjian.
Perjanjian dalam hukum perikatan Islam dinamakan dengan akad. Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa akad merupakan pertalian antara ijab dan qabul di antara para pihak yang akan melahirkan akibat hukum dari objeknya. Objek dari akad adalah berupa harta. Harta merupakan sesuatu yang memiliki nilai. Menurut jumhur ulama, harta tidak hanya berupa benda atau barang melainkan juga manfaat dari suatu benda tersebut. Sehingga kedudukan benda atau barang merupakan objek hukum yang sangat berkaitan dengan perikatan ataupun perjanjian. Karena apabila tidak ada objek hukum dalam suatu perikatan atau perjanjian mustahil akad dapat dilakukan dengan terlaksananya para pihak memenuhi akibat hukum dari objek hukum tersebut, yaitu pemenuhan hak dan kewajiban di antara keduanya.42
39 Pasal 499 KUH Perdata.
40 Neng Yani Nurhayani. Hukum Perdata. (Bandung: CV Pustaka Setia, 2015), 165.
41 Nanda Amalia. Hukum Perikatan. (Lhokseumawe: Unimal Press, 2013), 1.
42 Syamsul Anwar. Hukum Perjanjian Syariah …190.
19
Adapun benda atau barang yang merupakan harta sebagai objek akad (ma’qu>d
‘alaih) dapat diketahui dengan menelaah klasifikasi dari benda atau barang itu sendiri. Pengklasifikasian benda tersebut dapat dibedakan menjadi beberapa bagian, antara lain43:
a. Benda berwujud dan benda tidak berwujud b. Benda bergerak dan benda tidak bergerak.
c. Benda sekali pakai dan benda tahan lama d. Benda sudah ada dan benda akan ada
e. Benda yang dapat dibagi dan benda tidak dapat dibagi f. Benda terdaftar dan benda tidak terdaftar
Pengklasifikasian dan penelaahan terhadap benda, secara tidak langsung akan mengetahui kedudukan objek akad yang menjadi salah satu masalah pokok dalam penelitian tesis ini. Karena objek suatu akad bukan hanya berupa benda itu sendiri melainkan juga manfaat benda, jasa atau pekerjaan serta sesuatu yang lain yang tidak bertentangan dengan syariah. Sehingga hal itu semakna dengan kedudukan harta bukan hanya sebatas berupa benda melainkan hak yang melekat pada benda itu sendiri dapat menjadi objek dalam akad atau perjanjian. Maka untuk menelaah jauh lebih dalam, terdapat asas-asas hukum yang melekat pada suatu benda, antara lain44:
43 Neng Yani Nurhayani. Hukum Perdata…173-176.
44 Neng Yani Nurhayani. Hukum Perdata…172-173.
a. Asas tertutup, merupakan asas tidak dapat dibuatnya hak kebendaan baru apabila telah disebut secara limitatif dalam undang-undang.
b. Asas absolut, merupakan asas terhadap hak kebendaan yang dapat dipertahankan oleh pemiliknya sehingga orang lain harus menghormati atas hak kepemilikan tersebut.
c. Asas dapat diserahkan, merupakan asas kepemilikan benda dapat mengandung wewenang untuk menyerahkan kepemilikan benda tersebut.
d. Asas mengikuti, merupakan asas suatu hak kebendaan mengikuti kepemilikan benda tersebut berada.
e. Asas publisitas, merupakan asas terdaftarnya suatu benda menunjukkan bukti sebuah kepemilikan.
f. Asas totalitas, merupakan asas hak kepemilikan suatu benda dapat diletakan secara totalitas atau secara keseluruhan dan tidak pada bagian-bagian dari benda tersebut.
21
Berdasarkan uraian tersebut, kerangka pemikiran dalam objek penelitian tesis ini dapat digambarkan sebagai berikut:
g.
h.
i.
Muśman Śaman Ujrah Manfa’ah
AB (Barang)
AB (Uang)
AB (Uang)
AB (Manfa’ah
AB) AB
(Barang)
ATB (Uang Elektronik)
ATB (Uang Elektronik)
AB (Manfa’ah
AB)
j.
k.
l.
m.
n.
Tabel 1 Kerangka Berpikir Akad Pertukaran
Jual Beli Ju’a>lah Sewa Menyewa
ATB (Tanah Virtual) +
ATB (Kripto) (Metaverse)
1). Teori Akad
2). Teori Hukum Benda Izin Otoritas
Objek Akad
Keterangan:
AB: Aset Berwujud ATB: Aset Tidak Berwujud
Mutsman: Barang yang dijual
Śaman: Harga
Manfa’ah: Manfaat AB