• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori Hukum Benda 1. Definisi Benda

Dalam dokumen MUHAMAD IZAZI NURJAMAN TESIS (3) (Halaman 64-71)

Benda menurut hukum benda Indonesia dimaknai sebagai segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai objek hak milik, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Hal itu sebagaimana diatur dalam pasal 499 KUHPerdata bahwa benda merupakan setiap barang dan hak yang dapat dikuasai oleh hak milik. Hak merupakan bagian dari harta kekayaan. Karena harta kekayaan meliputi benda, hak dan hubungan hukum mengenai barang dan hak. Adapun kedudukan barang sifatnya berwujud, sedangkan hak sifatnya tidak berwujud.77

Menurut ilmu pengetahuan hukum, benda dapat dimaknai secara luas maupun sempit. Benda dalam arti luas dimaknai sebagai segala sesuatu yang dapat dimiliki seseorang. Definisi ini meliputi benda-benda yang dapat dilihat, seperti kendaraan, rumah, tanah dan sebagainya, dan benda-benda yang tidak dapat dilihat yaitu berbagai hak, seperti hak tagihan, hak cipta, dan lain-lain.78

Adapun benda dalam arti sempit dimaknai sebagai segala benda yang dapat di lihat. 79 Menurut Pasal 503 KUHPerdata, benda yang dimaksud terbagi menjadi dua

77 Yulia. Hukum Perdata. (Lhokseumawe: CV Biena Edukasi, 2015), 60.

78 Ishaq. Dasar-Dasar Ilmu Hukum. (Jakarta: Sinar Grafika, 2018), 88.

79 Yati Nurhayati. Pengantar Ilmu Hukum. (Bandung: Nusa Media, 2020), 36.

42

yaitu, Pertama benda yang sifatnya berwujud. Benda ini dibedakan atas benda bergerak dan benda tidak bergerak. Benda bergerak juga dibedakan atas benda bergerak karena sifatnya dan benda bergerak karena undang-undang. Sedangkan benda tidak bergerak dibedakan atas benda tidak bergerak karena sifatnya, benda tidak bergerak dan benda tidak bergerak karena ketentuan undang-undang. Kedua, benda yang sifatnya tidak berwujud. Benda ini tidak dapat dirasakan oleh panca indera saja (tidak dapat dilihat) dan kemudian benda ini dapat direalisasikan menjadi suatu kenyataan, seperti hak merk, hak paten dan hak cipta dan sebagainya.

2. Macam-Macam Benda

a. Berdasarkan Bentuknya, 80 benda ini terbagi menjadi dua, yaitu pertama, benda berwujud. Benda ini dimaknai sebagai benda yang dapat ditangkap oleh panca indera. Seperti, kendaraan, rumah, dan sebagainya. Kedua, benda tidak berwujud. Benda ini dimaknai sebagai benda yang tidak dapat dilihat oleh panca indera atau beberapa hak tertentu yang dapat dijadikan hak milik, seperti hak cipta, hak perutangan, dan sebagainya.

b. Berdasarkan perpindahannya,81 benda ini dibedakan menjadi dua, yaitu pertama, benda bergerak. Benda ini dimaknai sebagai benda yang memiliki sifat dapat dipindahkan. Benda ini terbagi menjadi dua, yaitu: 1). Benda bergerak karena sifatnya, yaitu benda yang dapat dipindahkan, seperti kendaraan. 2).

Benda bergerak karena undang-undang, seperti hak pakai hasil dan hak pakai

80 Neng Yani Nurhayani. Hukum Perdata… 173.

81 Yulia. Hukum Perdata…61.

atas benda-benda bergerak, hak penagihan dan sebagainya. Kedua, benda tidak bergerak. Benda ini dimaknai sebagai benda sebagai benda yang memiliki sifat tidak dapat dipindahkan. Benda ini terbagi menjadi tiga yaitu: 1). Benda tidak bergerak menurut sifatnya, seperti tanah dan sesuatu yang melekat di atasnya.

2). Benda tak bergerak menurut tujuannya, seperti mesin di pabrik. 3). Benda tidak bergerak menurut ketentuan undang-undang, hak memungut hasil benda tidak bergerak dan hak pakai atas benda tidak bergerak dan sebagainya.

c. Berdasarkan Pemakaiannya, benda ini dibedakan menjadi dua yaitu pertama, benda sekali pakai. Benda ini dimaknai sebagai benda yang apabila dipakai dapat memusnahkan wujudnya, seperti makanan, minuman, dan sebagainya.

Kedua, benda yang dapat dipakai berkali-kali dan tidak memusnahkan wujudnya, seperti kendaraan dan sebagainya.

d. Berdasarkan pembagiannya, benda ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu pertama, benda yang dapat dibagi. Benda ini dimaknai sebagai benda yang dapat dibagi-bagi menjadi bagian- bagian serta tidak mengakibatkan hilangnya hakikat dari wujud benda tersebut, seperti beras, gula dan sebagainya. Kedua, benda yang tidak dapat dibagi. Benda ini dimaknai sebagai benda yang apabila dibagi mengakibatkan hilangnya hakikat atau wujudnya, seperti uang.

e. Berdasarkan Dapat atau Tidaknya dijadikan Objek Perdagangan,82 benda ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu pertama, benda yang dapat

82 Roswita Sitompul. Hukum Perdata Indonesia. (Jakarta: Pustaka Bangsa Press, 2006), 61.

44

diperdagangkan. Benda ini dimaknai sebagai benda yang dapat dijadikan sebagai objek perjanjian. Kedua, benda yang tidak dapat diperdagangkan.

Benda ini dimaknai sebagai benda yang tidak dapat dijadikan sebagai objek suatu perjanjian. Contoh, benda benda untuk kepentingan umum.

f. Berdasarkan Bukti Kepemilikannya, benda ini dibedakan menjadi dua yaitu pertama, benda terdaftar. Benda ini dimaknai sebagai benda yang memiliki bukti kepemilikan atas benda tersebut, seperti tanah, kendaraan dan sebagainya.

Kedua, benda yang belum terdaftar. Benda ini dimaknai sebagai benda yang tidak memiliki bukti kepemilikan, sehingga sulit untuk mengetahui pemilik yang sah atas benda tersebut, seperti alat-alat rumah tangga dan sebagainya.

3. Cara Memperoleh Hak Kebendaan

Berkaitan dengan cara memperoleh hak kebendaan menurut KUHPerdata terdiri dari, antara lain:

a. Pengakuan. Hak kebendaan yang diperoleh dari proses menemukan atau mencari benda yang bersifat umum. Benda yang tidak ada pemiliknya kemudian ditemukan dan diakui oleh orang yang menemukannya sebagai miliknya. Orang yang mengakui tersebut memperoleh hak milik atas benda tersebut. Seperti, menangkap ikan di sungai atau laut, mengumpulkan pasir di sungai dan sebagainya.

b. Penemuan. Hak kebendaan yang diperoleh dari proses menemukan barang orang lain tanpa diketahui pemiliknya. Benda milik orang lain yang lepas dari penguasaannya, misalnya, karena jatuh di jalan atau hilang akibat banjir

kemudian ditemukan oleh seseorang, sedangkan dia tidak mengetahui siapa pemiliknya. Penemu benda tersebut dianggap sebagai pemilik karena dia menguasai benda itu (Pasal 1977 ayat (1) KUHPerdata). Dia mempunyai hak menguasai (bezit) atas benda itu dan bezit tersebut dianggap sebagai eigendom.

c. Penyerahan. Hak kebendaan diperoleh karena penyerahan berdasar pada atas hak tertentu, misalnya, jual-beli, hibah, dan pewarisan. Karena ada penyerahan itu, hak kebendaan atas benda berpindah kepada pihak penerima hak.

d. Daluwarsa. Hak kebendaan diperoleh karena daluwarsa (lampau waktu).

Daluarsa benda bergerak dan tidak bergerak tidak sama. Setiap orang yang menguasai benda bergerak, misalnya, karena penemuan di jalan, hak milik diperoleh setelah lampau waktu 3 (tiga) tahun sejak dia menguasai benda bergerak itu (Pasal 1977 ayat (2) KUHPerdata). Untuk benda tidak bergerak, daluarsa adalah 20 tahun dalam hal ada alas hak dan 30 tahun dalam hal tidak ada alas hak. Setelah lampau waktu 20 tahun atau 30 tahun itu, orang yang menguasai benda tidak bergerak tersebut memperoleh hak milik (Pasal 1996 KUHPerdata).

e. Pewarisan. Hak kebendaan diperoleh karena pewarisan menurut hukum waris yang berlaku. Ada tiga macam hukum waris, yaitu hukum waris adat, hukum waris Islam, dan hukum waris KUHPerdata. Pewarisan dinyatakan terbuka bagi ahli waris untuk memperoleh hak waris sejak almarhum pemilik harta warisan itu meninggal dunia.

46

f. Penciptaan. Hak kebendaan yang diperoleh dengan cara membuat atau menciptakan benda baru. Seperti, membangun rumah atau hak cipta atas penemuan.

g. Ikutan atau turunan. Hak kebendaan diperoleh dari proses pengembangbiakan benda. Seperti tumbuhan di atas tanah yang berbuah, ternak yang dihasilkan dari proses perkembangbiakan induknya dan sebagainya.

4. Hak Kebendaan Menurut KUHPerdata

Hak kebendaan menurut sistem KUHPerdata merupakan hak yang melekat atas suatu benda. Hak kebendaan itu memiliki beberapa karakteristik (ciri-ciri khas) yang membedakannya dengan hak yang lain, antara lain: pertama, hak kebendaan bersifat mutlak. Artinya dikuasai dengan bebas dan dipertahankan terhadap siapa pun.

Contohnya, hak milik, hak cipta, dan hak paten.

Kedua, hak yang mengikuti benda dalam tangan siapa pun benda itu berada.

Contohnya, hak sewa, hak pungut hasil, dan hak pakai. Ketiga, hak yang terjadi lebih dulu tingkatnya lebih tinggi. Contohnya, pada sebuah rumah melekat hak tanggungan, kemudian melekat pula hak tanggungan berikutnya, kedudukan hak tanggungan pertama lebih tinggi dari pada hak tanggungan kedua. Maksudnya dalam hal penyelesaian utang, hak tanggungan pertama diselesaikan lebih dulu dari pada hak tanggungan kedua, ketiga, dan seterusnya.

Keempat, hak benda dengan penyelesaian lebih diutamakan. Contohnya, hak tanggungan atas sebuah rumah. Jika pemilik rumah pailit, hak tanggungan memperoleh prioritas penyelesaian tanpa memperhatikan pengaruh pailit tersebut.

Kelima, Hak gugat dapat dilakukan terhadap siapa pun yang mengganggu kenikmatan benda dan hak atas benda itu. Keenam, Pemindahan hak kebendaan dapat dilakukan kepada siapa pun.

Hak-hak kebendaan yang masih tersisa dalam Buku II KUHPerdata adalah hak- hak kebendaan yang bukan mengenai tanah, air, dan segala kekayaan alam yang terkandung di dalam tanah dan air itu ditambah dengan hak hipotek. Hak-hak kebendaan tersebut diklasifikasikan sebagai hak kebendan yang memberi kenikmatan dan hak kebendaan yang memberi jaminan, yaitu:

a. Hak kebendaan yang memberi kenikmatan (genoot srecth), hak ini dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu: pertama, memberi kenikmatan atas benda milik sendiri. Misalnya, hak milik atas benda bergerak atau benda yang bukan tanah dan hak penguasaan (bezit) atas benda bergerak. Kedua, memberi kenikmatan atas benda milik orang lain Misalnya, bezit atas benda bergerak atau benda bukan tanah, hak pungut hasil atas benda bergerak atau benda bukan tanah, hak pakai dan mendiami atas benda bukan tanah, dan hak pakai atas benda bergerak.

b. Hak kebendaan yang memberi jaminan (zakelijke zekerheidsrecht), hak ini dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu pertama, gadai yang jaminannya adalah benda bergerak. Kedua, hipotek yang jaminannya adalah benda tidak bergerak.

Hak jaminan ini terjadi karena hubungan hukum utang-piutang antara debitor dan kreditor. Hak jaminan ini (gadai, hipotek) termasuk hak jaminan khusus, yaitu mengenai benda tertentu saja.

48

C. Konsep Bisnis dalam Ajaran Islam

Dalam dokumen MUHAMAD IZAZI NURJAMAN TESIS (3) (Halaman 64-71)