مِكِاَألْا
4. Macam-Macam Akad Jual Beli
74
3.
Objek Barang yang dijual (mus|man) (Syuru>t} al- in’iqa>d dan Syuru.t} al- S}ih}ah)
Jual beli mut}laqah, muqayyad}ah dan sharf.
Jual beli barang najis dan jual beli borongan
(bai’juzaf).
Jual beli hasil pencurian, barang tidak bermanfaat, bai’al- ma’dum dan bai’ma’juz al-taslim.
Objek harga (s|aman) (Syuru>t} al- in’iqa>d dan
Syuru>t} al- S}ih}ah)
Cara Pembayaran harga
(tunai, tangguh/
angsuran, salam dan istishna’)
Bai’ dain bi al-dain (utang dengan utang)
Cara Penentuan harga
1.Musawamah/tawar menawar (lelang, tender) 2. Banderol 3.
Amanah (mura>bahah, tauliyah dan wadi’ah).
G}ara>r dan D}ara>r
(hewan dalam
kandungan, ijon, muha>qalah,
mukha>darah, muza>banah)
Majhul (bai’ata>ni fi baiah)
4. Tujuan jual beli (maud}u
al-bai’) (syuru>t} al-
luzu>m)
Jual beli riba, sedang ditawar orang, pada waktu jum’at, talakhi rukban dan hadi}r liba>d.
Tabel 5. Macam-Macam Jual Beli
Berdasarkan pemaparan tabel di atas, maka jual beli dapat diklasifikasikan, antara lain: Pertama, berdasarkan para pihak yang memiliki syarat terbentuknya akad syuru>t} al-in’iqa>d () dan syarat berlakunya akad (syuru>t} al-nafaz}).116 Maka macam- macam jual beli dapat diklasifikasikan antara lain:
116 Muhamad Izazi Nurjaman, Doli Witro dan Sofian Al-Hakim, Akad Murabahah di Lembaga Keuangan Syariah Perspektif Regulasi… 24-35.
(1) Jual beli orang dewasa (cakap sebagai ahliah akad) (disyariatkan).
(2) Jual beli anak kecil yang belum mumayyiz. Jumhur ulama menyatakan tidak sah (belum mumayyiz) kecuali terhadap sesuatu yang ringan dan sepele. Selain itu juga, jumhur ulama (selain ulama Syafi’iyyah) menyatakan sah jual beli anak kecil apabila diizinkan oleh walinya terhadap perkara yang besar dengan memperhatikan kemaslahatan.
(3) Jual beli orang buta. Jumhur ulama (selain ulama Syafi’iyah) menyatakan sah dengan syarat barang yang dibelinya dijelaskan sifat, kualitas dan kuantitasnya.
(4) Jual beli fud}uli yaitu jual beli milik seseorang yang dilakukan tanpa izin pemiliknya. menurut ulama Hanafiyyah dan Malikiyyah jual belinya ditangguhnya sampai ada izin pemiliknya. sedangkan menurut ulama Syafiiyyah dan Hanabilah jual belinya tidak sah. (Para ulama berbeda pendapat).
(5) Jual beli orang gila (mabuk, sakalor dan lainnya). Jumhur ulama menyatakan tidak sah.
(6) Jual beli najasy yaitu jual beli yang dilakukan dengan tujuan untuk mengecoh. Di mana seorang penjual memerintahkan orang lain untuk membeli barang dagangannya sendiri melalui manipulasi harga (ditambahkan harganya) seakan-akan barang tersebut laku dan dapat mempengaruhi orang lain untuk membeli barang tersebut. (Para ulama sepakat batalnya jual beli tersebut karena tidak memenuhi syarat terbentuknya akad jual beli).117
117 Hendi Suhendi. Fiqh Muamalah…82.
76
Kedua, berdasarkan pernyataan s}ig}a>t (ijab dan qabul) akad jual beli yang memiliki syarat terbentuknya akad (syuru>t} al-in’iqa>d) dan syarat berlakunya akad (syuru>t} al-nafaz}). Maka macam-macam jual beli dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
(1) Jual beli lisan yaitu jual beli yang ijab qabulnya dilakukan secara lisan, sebagaimana jual beli pada umumnya. (2) Jual beli dengan perantara yaitu jual beli yang ijab qabulnya dilakukan melalui perantara atau tidak berhadapan langsung dalam satu majelis. Seperti melalui perantara, baik melalui pesan surat cetak atau surat elektronikyang semakna dengan ijab qabul. (kedua jual beli tersebut termasuk jual beli masyru’).
(3) Jual beli dengan perbuatan (mua’t}ah) yaitu jual beli yang dilakukan tanpa adanya ijab qabul namun para pihak sepakat mengenai barang dan harga.118(4) Jual beli bersyarat yaitu jual beli yang ijab qabulnya dikaitkan dengan syarat yang berhubungan atau tidak berhubungan dengan akad jual beli bahkan dilarang oleh agama. Jual beli yang dikaitkan dengan syarat yang masih berhubungan dengan jual beli, terdiri dari:
Pertama, jual beli innah yaitu jual beli yang dilakukan dengan kesepakatan harga tertentu yang dilakukan secara tunai dengan syarat pembeli akan menjualnya kembali kepada penjual dengan harga yang lebih tinggi dan pembayaran dilakukan secara tidak tunai. Kedua, jual beli tawaruq yaitu jual beli seperti jual beli innah
118 Akhmad Farroh Hasan. Fiqh Muamalah dari Klasik hingga Kontemporer (Teori dan Praktik) … 37.
yang membedakan adalah pihak pembeli pada jual beli kedua bukan penjual melainkan pihak ketiga. Ketiga, jual beli wafa> yaitu jual beli yang disertai dengan janji untuk membelinya kembali pada masa yang akan datang. Keempat, jual beli tawaruk yaitu jual beli yang disertai dengan harapan untuk membeli kembali barang yang dijualnya itu. Hukum jual beli tersebut para ulama berbeda pendapat. Adapun berkaitan dengan jual beli bersyarat yang tidak berkaitan dengan jual beli bahkan dilarang agama, para ulama sepakat bahwa jual beli tersebut tidak sah. (Termasuk jual beli yang masih diperdebatkan para ulama).119
(5) Jual beli mulāmasah yaitu jual beli yang ijab qabulnya dilakukan dengan cara sentuh menyentuh. (6) Jual beli munābad}ah/h}as}ah yaitu jual beli yang ijab qabulnya dilakukan dengan cara lempar melempar. (Poin 5 dan 6 termasuk jual beli g}air masyru’ karena mengandung g}ara>r dari segi ijab qabul).
Ketiga, berdasarkan objek akadnya (ma’qu>d ‘alaih) yang memiliki syarat terbentuknya akad (syuru>t} in’iqa>d) dan syarat sahnya akad (syuru>t} s}ih}ah). Maka macam-macam jual beli dapat diklasifikasikan berdasarkan objek akad barang yang dijual (mus|man) dan berdasarkan harganya (s|aman). Berdasarkan objek akad barang yang dijual (muśman), jual beli diklasifikasikan antara lain:
(1) Jual beli mut}laqah yaitu jual beli yang berupa pertukaran barang dengan uang. (2) Jual beli muqayyad}ah yaitu jual beli yang berupa pertukaran barang dengan barang. (3) Jual beli sharf yaitu jual beli yang berupa pertukaran uang
119 Jaih Mubarok dan Hasanudin. Fikih Mu’amalah Maliyyah: Akad Jual Beli…. 185 dan 239.
78
dengan uang. (Ketiga jual beli tersebut termasuk jenis jual beli berdasarkan wujud objek/instrumen pembayaran harganya dan termasuk jual beli masyru’).120
(4) Jual beli barang najis. (5) Jual beli hasil pencurian. (6) Jual beli barang yang tidak bermanfaat. (7) Jual beli al-ma’du>m yaitu jual beli yang dilakukan terhadap barang yang tidak ada atau tidak dapat dihadirkan ketika akad. (8) Jual beli ma’juz al-taslim yaitu jual beli yang dilakukan terhadap barang yang tidak bisa diserahterimakan. (Kelima jual beli tersebut termasuk jual beli ghair masyru’ karena tidak memenuhi syarat sahnya).
(9) Jual beli borongan (bai’Juzaf) yaitu jual beli yang dilakukan tanpa takaran dan timbangan melainkan dilakukan dengan cara di kira-kira atau ditaksir setelah kedua belah pihak dapat melihat barang yang diperjualbelikan. (Adapun berkaitan dengan jual beli ini, para ulama berbeda pendapat).
Berdasarkan objek jual beli berupa harga (śaman), jual beli dapat diklasifikasikan, antara lain: Pertama, Berdasarkan cara pembayaran harga, terdiri dari: (1) Jual beli tunai (bai’ al-naqd) yaitu jual beli yang penyerahan muśman dan śamannya dilakukan pada waktu akad. (2) Jual beli tangguh (bai’ al- mu’ajjal/nas}i’ah) atau jual beli angsuran (bai’ al-taqsit}) yaitu jual beli yang penyerahan mus|man dan s|amannya dilakukan pada masa yang akan datang. (3) Jual beli salam yaitu jual beli yang penyerahan mus|mannya pada masa yang akan datang sedangkan s|amannya dilakukan pada waktu akad atau jual beli istishna’ yaitu sama
120 Jaih Mubarok dan Hasanudin. Fikih Mu’amalah Maliyyah Akad Jual Beli…107.
seperti jual beli salam, yang membedakan adalah terdapat pada kesediaan barangnya. (4) Jual beli tanggungan dengan tanggungan (bai’ dain bi dain) yaitu jual beli yang penyerahan mus|man dan s|amannya sama-sama dilakukan pada masa yang akan datang.121
Kedua, berdasarkan cara penentuan harganya, terdiri dari: (1) Jual beli bargainal/tawar menawar (bai’ musawwamah) yaitu jual beli yang penentuan harganya dilakukan melalui proses tawar menawar dan penjual tidak memberitahukan modal barang dan keuntungan yang diperoleh. Jual beli ini terdiri dari: a). Jual beli pada umumnya. b) jual beli lelang (bai’muzayyadah) yaitu jual beli yang penentuan harganya ditentukan sepihak. Di mana penjualan dilakukan setelah adanya penawaran yang paling tinggi. c). Jual beli tender (bai’ muna>qas}ah) yaitu jual beli yang penentuan harganya didasarkan pada penawaran yang paling rendah. (2) Jual beli banderol (bai’ bit}aqat al-si’r) yaitu jual beli yang penentuan harganya dilakukan oleh sepihak dan tidak bisa ditawar. (3) Jual beli amanah (bai’
al-‘amanah) yaitu jual beli yang dilakukan dengan cara penjual memberitahukan modal dan keuntungan yang diperoleh. Jual beli ini terdiri dari: a) Jual beli mura>bahah yaitu jual beli dengan modal dan keuntungan yang diketahui. b). Jual beli tauliyah yaitu jual beli dengan modal dan keuntungan yang sama atau jual beli tanpa adanya keuntungan dan kerugian. c). Jual beli wadi}>’ah yaitu jual beli dengan modal dan kerugian yang diketahui.122
121 Jaih Mubarok dan Hasanudin. Fikih Mu’amalah Maliyyah: Akad Jual Beli…114-115.
122 Jaih Mubarok dan Hasanudin. Fikih Mu’amalah Maliyyah: Akad Jual Beli… 126-132.
80
Macam-macam jual beli di atas, sah atau tidaknya didasarkan kepada terpenuhi atau tidaknya syarat terbentuknya akad (syuru>t} in’iqa>d). Adapun untuk syarat sahnya akad (syuru>t} s}ih}ah) terdapat klasifikasi jual beli yang tidak sahatau tidak disyariatkan (bai’ g}air masyru’ antara lain: Pertama, Jual beli g}ara>r yaitu jual beli yang menimbulkan ketidakjelasan dalam barang yang dijual dan menimbulkan terjadinya penipuan bahkan kerugian (d}ara>r). Yang termasuk jual beli ini yaitu: (1) Jual beli binatang yang masih dalam kandungan. (2) Jual beli ijon yaitu jual beli tanaman yang belum pantas dipanen. (3) Jual beli muha>qalah yaitu jual beli tanaman yang masih di sawah atau di ladang. (4) Jual beli mukha>darah yaitu jual beli buah- buahan yang masih hijau. (5) Jual beli muza>banah yaitu jual beli buah yang basah dengan buah yang kering. Kedua, Jual beli majhu>l yaitu jual beli yang tidak dipastikan dengan jelas. Yang termasuk jual beli ini adalah dua jual beli dalam satu jual beli (baiata>ni fi bai’ah).
Keempat, berdasarkan tujuan akad yang memiliki syarat kelaziman (syuru>t{ al- luzu>m). Maka jual beli dapat diklasifikasikan, antara lain: (1) Jual beli riba. (2) Jual beli pada waktu jum’at. (3) Jual beli sperma hewan. (4) Jual beli dari orang yang masih dalam proses tawar menawar. (5) Jual beli h}ad}i>r liba>d yaitu jual beli yang dilakukan dengan cara orang kota datang ke desa dan membeli barang dari petani yang tidak mengetahui harga. (6) Jual beli talaqqi ruqban yaitu jual beli yang dilakukan dengan cara mencegat petani yang akan menjual hasil taninya ke pasar.