• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cara Mencapai Tujuannya

N/A
N/A
Lord Ifan

Academic year: 2023

Membagikan " Cara Mencapai Tujuannya"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

NAMA : MUHAMMAD IFAN ARIEF K.

KELAS : KPI 1 C

NIM : (12305193120)

2. Pengertian.

a. Fenomena Dakwah.

Pada era saat ini dakwah banyak dilakukan seseorang da’i (pendakwah) dengan berbagai cara, hal ini erat kaitannya dengan banyaknya kebiasaan, sikap dan cara pandang umat yang biasa di sebut dengan mad’uw (sasaran dakwah). Dakwah sendiri bisa berupa ajakan dengan perbuatan, dengan tulisan maupun dengan ucapan. Pentingnya strategi dakwah merupakan sebuah hal yang layak mendapatkankan perhatian khusus untuk segera mencapai tujuan, sedangkan pentingnya tujuan adalah untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, karena berhasil tidaknya kegiatan dakwah secara efektif banyak ditentukan oleh strategi dakwah itu sendiri.1

b. Tinjauan Semantik Dakwah.

Dakwah menurut bahasa berasal dari bahasa arab, yaitu kata da’a, yad’uw, da’watan yang artinya menyeru, memanggil, mengajak dan melayani. Sedangkan dalam bentuk fi’il amr yaitu ud’u yang mempunyai arti ajaklah atau serulah. Dari segi istilah dakwah adalah mengajak kepada sesuatu dengan tujuan dan cara tertentu. Tujuan dakwah sendiri telah dipaparkan dalam Al-Quran surah Yusuf ayat 108 yaitu membuat orang-orang yakin akan kebenaran jalan Allah, sehingga dia menjadikannya sebagai jalan agama-nya. Tujuan dakwah terhadap masyarakat adalah terbinanya kehidupan yang rukun, aman dan damai, taat dalam melaksakan ajran agama. Lebih jauh lagi dalam interaksi sosial, diharapkan mampu memunculkan sikap saling menghargai dan menghormati satu sama lain baik sesame muslim maupun dengan pemeluk agama lainnya .

1Syamsuddin, Pengantar Sosiologi Dakwah (PT Kharisma Putra Utama: Jakarta, 2016), hlm. 148-149.

(2)

c. Definisi Dakwah Menurut Para Ahli.

Berikut adalah definisi dakwah penurut para Ahli, di antarnya:

1) Syekh Ali Mahfudz, mendorong manusia untuk melakukan kebaikan dan mengikuti petunjuk dan menyuruh mereka berbuat makruf dan mencegah dari perbuatan mungkar agar mereka memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.2

2) Menurut A. hasjmy, dakwah islamiyah yaitu mengajak orang lain untuk meyakini dan mengamalkan akidah dan syariat islam yang terlebih dahuku telah diyakini dan diamalkan oleh pendakwah itu sendiri.3

3) Menurut M. Arifin, dakwah adalah kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan maupun tingkah laku yang dilakukan secara sadar dan berencana terhadap individu maupun kelompok agar supaya timbul suatu pengertian, kesadaran terhadap ajaran agama sebagai pesan yang disampaikan tanpa adanya unsur paksaan.4

d. Istilah Yang Identik Dengan Dakwah: Tabligh, Nasihat, Tabsyir dan Tandzir, Khotbah, Washyiyah atau Taushiyah, Tarbiyah dan ta’lim.

1. Tabligh: kata tabligh memilki arti menyampaikan. Pada sisi lain, kata tablig merupakan satu dari sifat Nabi Muhammad Saw.5

2. Nashihat:. Kata nasihun mempunyai makna penasihat disebut satu kali dalam surat al-a’raf ayat 68 yang artinya “aku menyampaikan amanat- amanat tuhanku kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasihat yang terpercaya kepadamu.6

3. Tabsyir dan tandzir: kata tabsyir adalah memberikan uraian kepada orang lain yang isinya berupa berita-berita yang menggembirakan orang yang menerimanya. Kebalikan dari tabzir adalah tandzir yaitu menyampaikan uraian keaagamaan kepada orang lain yang isinya peringatan atau ancaman bagi orang yang melanggar perintah allah SWT.

2 Ali Mahfudzh, Hidayat Al-mursyidi (Al-Qahirah: Dar al-kitabah, 1959),hlm. 17.

3 A, Hasjmy, Dustur Dakwah Menurut Al-qur’an (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), hlm. 18.

4 M. Arifin, Psikologi Dakwah: Suatu Pengantar Studi (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 6.

5 Prof. Dr.H. Abdullah, M.Si., Ilmu Dakwah (Depok:PT RajaGrafindo,2018),hlm. 13.

6 Ibid..., hlm. 20.

(3)

4. Khotbah:. Khotbah adalah pidato yang disampaikan untuk ditunjukkan kepada pendengar mengenai pentingnya suatu pembahasan.7

5. Washyiyah atau taushiyah: tausiah biasanya merujuk kepada kegiatan siar agama (dakwah) yang disampaikan secara tidak resmi (informal).

6. Tarbiyah dan ta’lim: ta’lim adalah kegiatan pengajaran ilmu agama dari seseorang kepada sekumpulan khayalak pada suatu tempat tertentu.

Bentuknya yaitu seperti pengajian rutin. Tarbiyah adalah kegiatan pembinaan yang lebih khusus terhadap pribadi-pribadi muslim dalam berbagai aspeknya, oleh karena itu tarbiyah memberikan perhatian kepada semua aspek dari pesertanya.

3. Kajian Keilmuan Dakwah.

a. Saintifik Islam.

Islam adalah ajaran agama bukan ilmu pengetahuan. Untuk mencapai ajaran ini, hidayah menjadi faktor penentu. Hidayah tidak bisa dijangkau oleh akal, apalagi indra kita. Yang dapat dikembangkan dari islam agar menjadi sains adalah fenomena dan pengalaman keagamaan, "Religious Exsperience" bagi umat islam.

Fenomena keagamaan terbentuk dari pengalaman keagamaan baik individu maupun kelompok.

b. Objek Ilmu Dakwah.

Objek ilmu dakwah di bagi menjadi 2, yang pertama yaitu objek Materill dan Objek formal. Objek materill disini adalah al-qur’an dan sunnah. Islam sebagai agama samawi bersumber dari al-qur’an sebagai sumber utama dan hadist sebagai sumber kedua. Hamper semua ilmu keislaman objek materillnya al-qur’an, kemudian kajiannya dikembangkan sesuai dengan focus kajian masing-masing.

Fokus kajian disebut objek formal. Objek formal ilmu dakwah proses penyampaian dan menginternalisasikan pesan-pesan keagamaan pada seluruh perilaku manusia dalam interaksi religius masyarakat dimana manusia hidup. Dengan perkataan lain, objek formal ilmu dakwah itu adalah proses pengolahan, penyampaian dan

7 Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag. Ilmu Dakwah (Jakarta:Prenada Media Grup,2015),hlm.28.

(4)

penerimaan ajaran islam untuk mengubah perilaku individu, kelompok dan masyarakat sesuai dengan ajaran islam8.

c. Metode Ilmu Dakwah.

Metode adalah cara yang harus dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Dalam ilmu dakwah ada 2 metode, yang pertama adalah metode keilmuan dakwah dan metode penyampaian dakwah. Dalam metode keilmuaan dakwah di dalamnya terdapat pula metode analitis sistem dakwah yang tersusun secara baik dan mempunyai susunan tertentu. Metode historis yang identic dengan sejarah, Metode historis dalam konteks ilmu dakwah adalah melakukan pengkajian terhadap sejarah dakwah. selanjutnya merumuskan hal-hal yang subtansi tentang perjalanan dakwah.

Dengan demikian sejarah dakwah pada masa lalu akan mampu memberikan pelajaran yang dapat diambil, mengenai cara penyampaian dakwah dan juga masyarakat yang dihadapi, tentu akan memberi pengayaan informasi dalam merumuskan konsep dakwah yang baru. Mode reflektif merupakan proses verifikasi konsep dasar dakwah. Hasilnya boleh jadi memperkuat wawasan teori dan merevisi wawasan teori atau bahkan mengganti teori yang ada.

d. Signifikansi Ilmu Dakwah.

Intinya signifikansi ilmu dakwah erat kaitannya dengan paradigm masyarakat, pandangan masyarakat akan diarahkan kepada nilai-nilai positif yang berasal dari islam. Dalam hal ini, dakwah islam sangat diperlukan keberadaan bagi perkembangan masyarakat yang sedang berubah tata nilainya, agar mereka bisa mengenal dan berpikir bagaimana dapat bertindak dengan ajaran islam.

e. Ilmu – Ilmu Bantu Dalam Ilmu Dakwah.

Ilmu dakwah membutuhkan bantu dari ilmu-ilmu yang lain, bentuk kerja sama ilmu dakwah dengan ilmu lainya yaitu:

 Ilmu dakwah dan ilmu-ilmu agama islam.

Ilmu dakwah yang menerangkan seluk beluk penyampaian ajaran islam kepada orang lain yang memiliki kaitan sangat erat dengan ilmu agama islam seperti fiqih, tafsir, dll.

 Ilmu-ilmu dakwah dan ilmu-ilmu social politik.

8 Ibid., hlm.26.

(5)

ilmu social politik adalah ilmu-ilmu social yang dibicarakan sesuatu menurut apa adanya dan bukan membicarakan bagaimana suatu itu seharusnya, seperti ilmu-ilmu normative; sosiologi, antropologi, psikologi, dsb.

 Ilmu dakwah dan ilmu-ilmu normative.

Yang dimaksud ilmu normative adalah ilmu-ilmu tang membicarakan bagaimana sesuatu itu. Yang termasuk ilmu-ilmu normative, yaitu:

a) Ilmu penelitian / ilmu riset.

b) Ilmu logika.

c) Ilmu bimbingan dan penyuluhan.

d) Ilmu retorika.

e) Ilmu publistik dan komunikasi.

4. Sejarah Perkembangan Ilmu Dakwah.

a. Ilmu Balaghah

Balaghah biasanya dijelaskan sampainya ide dan pikiran yang ingin kita ungkapkan kepada lawan bicara dengan hasil pertimbangan kesesuaian makna-maknanya, dan situasi serta kondisi saat ungkapan itu terjadi. Dalam kajian sastra, menjadi sifat sebuah ungkapan dan penuturnya, maka lahir lah sebutan ungakapan sastra (kalam baligh) dan penutur sastra (mutakallim baligh). Ada 3 (tiga) cabang ilmu balaghah yaitu ilmu bayan, ilmu ma‟ani dan ilmu badi‟. Ketiga ilmu ini saling melengkapi. Ilmu bayan adala dasar atau kaidah yang menjelaskan keinginan tercapainya satu makna dengan macam-macam gaya bahasa. Ilmu ma‟ani adalah dasar-dasar dan kaidah yang menjelaskan pola kalimat berbahasa arab agar bisa di sesuaikan dengan kondisi dan situasi. Ilmu Badi‟ adalah ilmu yang mempelajari beberapa model keindahan stilistika, ornamen dalam kalimat yang akan membuat kalimat tersebut indah jika di tinjau dari kata dan maknanya.

b. Dinamika Wacana Dakwah.

Dakwah dapat pula dimaknai dengan upaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk terjadinya perubahan pikiran, keyakinan, sikap dan prilaku ke arah pikiran, keyakinan, sikap dan prilaku yang lebih Islami. Dengan kata lain, melalui kegiatan dakwah seseorang atau sekelompok orang akan berubah pikiran, keyakinan, sikap dan prilakunya ke arah yang lebih positif sesuai dengan ajaran yang ada dalam Islam.

(6)

Dinamika adalah sebuah keharusan dalam perjalanan dakwah. Dalam dakwah harus selalu ada dinamika, untuk menguatkan setiap aktivis akan hakikat amanah yang tengah diembannya. Bahwa perjalanan dakwah akan selalu bertemu dengan berbagai realitas yang tidak mesti sesuai keinginan dan harapan.

Dakwah juga harus berkembang sesuai dengan perubahan yang terjadi di masyarakat. Masyarakat selalu berubah, menghasilkan kebudayaan-kebudayaan baru sehingga merubah sistem-sistem yang ada di masyarakat. Seiring dengan perubahan yang terjadi di masyarakat juga memicu permasalahan yang berinovasi pula. Oleh karena itu, dakwah sebagai salah satu terobosan dalam menyelesaikan permasalahan umat juga harus berinovasi.

c. Perkembangan Dakwah Sebagai Ilmu.

Dalam melakukan dakwah menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu modal penting. Dengan ilmu pengetahuan, masyarakat Islam dapat berinteraksi dengan dunia global dan terlibat dalam proses demokratisasi.

Ilmu dakwah menurut Toha Yahya Umar adalah ilmu pengetahuan yang berisi cara- cara dan tuntunan bagaimana seharusnya menarik perhatian manusia untuk menganut,menyetujui, melaksanakan suatu ideologi, pendapat ataupun pekerjaan tertentu.

Pengertian ilmu terkadang sering salah faham dengan arti pengetahuan.

Pengetahuan adalah kesan yang terdapat di dalam pemikiran manusia sebagai hasil sentuhan dengan objek tertentu. Kesan itu kemudian diberi lambang dalam wujud kata atau lukisan dalam wujud untain kata-kata. Sedangkan “ilmu” adalah sejumlah pengetahuan yang tersusun secara sistematis, logis, hasil pemikiran manusia, objektif atau dapat diuji oleh siapapun.

5. Hakikat Dakwah.

a. sifat – sifat dasar dakwah.

Sifat-sifat dasar dakwah adalah : Dakwah bersifat persuasif, bukan koersif Berusaha mempengaruhi manusia untuk menjalankan agama sesuai dengan kesadaran dan kemauannya sendiri bukannya dengan jalan koersif/paksaan. Dakwah

(7)

ditujukan kepada pemeluk Islam terutama Non Islam. Berusaha menyebarkan dan meratakan rahmat Allah kepada seluruh penghuni alam raya. Oleh karena itu dakwah ditujukan baik kepada orang-orang yang sudah beragama Islam untuk meningkatkan kualitas imannya maupun kepada orang-orang Non Islam untuk menerima kebenaran Islam. Dakwah adalah anamnesis Berupaya mengembalikan manusia kepada sifat aslinya yang fitri (suci), yaitu sifat asal mula manusia sejak lahir yang menjadikannya secara kodrati menerima kebenaran. Dakwah adalah rationally necessary Suatu penyajian penilaian kritis bagi nilai-nilai kebenaran atau fakta tentang metafisik dan etik serta relevansinya bagi manusia.9

b. Fungsi Dakwah

Beberapa fungsi berdakwah, antara lain :

1. Memperluaskan ajaran islam yang dikenal dengan rahmatallilalamin.

2. Menjaga dan Melestarikan nilai-nilai Islam dari generasi ke generasi kaum muslimin, agar ajaran islam tetap dikenang.

3. Mencegah kemungkaran, dan mengeluarkan manusia dari kegelapan rohani.

4. Mengajak orang non-muslim untuk masuk Islam.

5. Menyerukan agar orang Islam menegakkan hukum Islam secara total.

6.Menegakkan kebenaran dan mencegah kemungkaran yang meliputi segala kemaksiatan baik yang dilakukan oleh pribadi maupun kelompok.

7. Membentuk individu dan masyarakat yang menjadikan Islam sebagai pegangan dan pandangan hidup di dalam kehidupannya.

c. Hidayah Dalam Sistem Dakwah

Hidayah dalam konteks dakwah makna pertama merupakan target utama.

Pendakwahnya memberikan pemahaman yang relefan dengan kondisi dan kebutuhan mitra dakwahnya.10 Pendekatan dakwah, baik tablig (penyiaran), tadzbir

9 Hasan Bisri, Ilmu Dakwah,(Surabaya:Fak. Dakwah IAIN Sunan Ampel,1998),hal.15-19 10 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), hlm. 121-123.

(8)

(pengorganisasian), tathwir (pengembangan), maupun irsyad (bimbingan), melalui pendekatan dakwah dan diologis dakwah antar budaya adalah solusi metodologis yang tepat dalam membangun dakwah yang lebih ramah dan mengena.11 Rasulullah SAW. terus berdakwah tanpa mengenal lelah tidak memerdulikan ejekan dan gangguan yang ditujukan kepadanya dan para sahabatnya yang lain. Bahkan beliau terus berusaha berjuang untuk menegakkan risalah Allah SWT. itu di tengah-tengah masyarakat.12

6. Fikih Dakwah.

a. Al-Qur’an dan Hadist sebagai sumber pesan dan hukum dakwah.

Sebagian ulama mengatakan bahwa Al-Qur’an merupakan kitab dakwah.

Menurut Sayyid Quthub (1906-1966) Al-Qur’an disebut kitab dakwah karena memiliki roh pembangkit, menjadi landasan pengontrol dalam melakukan aktivitas dakwah.13 Sedangkan M. Quraish Shihab mengatakan dalam Al-Qur’an banyak terdapat permasalahan dakwah yang di ungkapnya seperti dai, mad’uw, metode dan cara penyampaiannya.14 Pada sisi lain menurut A. Hasjmy bahwa dakwah harus mampu memberi pemahaman kepada umat manusia untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai jalan hidup mereka.15

Kedudukan Al-Qur’an dalam konteks dakwah ada dua hal. Pertama, Al- Qur’an menjadi sumber, pedoman dan panduan dalam dai dalam segala hal aktivitas dakwahnya. Tidak boleh ada aktivitas dakwah yang menyimpang atau meyimpang dengan ketentuan Al-Qur’an. Kedua, dalam proses dakwah dai harus mampu membawa dan mendekatkan umat dengan Al-Qur’an sebab hakikat dakwah adalah mengajak umat islam untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai hudan atau petunjuk dalam kehidupan mereka. Al-Quran merupakan landasan utama bagi para pendakwah, karena ayat-ayat suci al-Qur’an merupakan penguat dari apa yang kita sampaikan. Selain itu, nilai-nilai yang

11 Syukriadi Sambas dan Acep Aripudin, Dakwaah Damai Pengantar Dakwah Budaya, (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 87.

12 Murodi, Dakwah Islam Dan Tantangan Masyarakat Quraisy Kajian Sejarah Dakwah Pada Masa Rasulullah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), hlm. 65.

13 Sayyid Quthub, Fikih Dakwah, (terj.) Suwandi Efendi (Jakarta: Pustaka Amani, 1986), hlm 11.

14 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-qur’an (Bandung: Mizan, 1992), hlm. 93.

15 A. Hasjmy, Dustur Dakwah Menurut Al-qur’an (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), hlm.1.

(9)

terdapat di dalam ayat suci al-Quran merupakan nilai yang tertinggi yang ditetapkan oleh Allah Swt. Seluruh ayat yang ada di dalam Al-Qur’an tidak ada yang dipermasalahkan akan kebenarannya, setiap ayat yang ada di dalam Al- Qur’an sejak zaman nabi sampai sekarang tidak ada yang merubahnya. Karena Allah sudah berjanji akan menjaga kesuciannya. Beragam ilmu dapat kita peroleh dari Al-Qur’an, karena di dalam al-Qur’an merupakan lautan ilmu bagi umat muslim. Oleh karena itu sangatlah penting bagi para pendakwah, untuk mempelajari Al-Qur’an sebelum kita menjadi pendakwah.Selain mempelajari Al-Qur’an kita harus memperhatikan hukum-hukum bacaan yang ada di dalam Al-Qur’an atau yang sering kita sebut dengan llmu tajwid.Oleh sebab itu sebagai seorang pendakwah kita harus benar-benar memahami sedetail mungkin tentang Al-Qur’an. Agar apa yang kita sampaikan dapat dipercaya akan kebenarannya.

b. Hukum Berdakwah.

Hukum berdakwah adalah wajib, berdasarkan firman Allah dalam QS.

An-Nahl Ayat 125:

ُمَلْعَأ َوُه َكّبَر ّنإإ ۚ ُنَس ْحَأ َيإه يإتّلاإب ْمُهْلإدا َجَو ۖ إةَنَس َحْلا إةَظإع ْوَمْلاَو إةَمْكإحْلاإب َكّبَر إليإبَس ٰىَلإإ ُعْدا َنيإدَتْهُمْلاإب ُمَلْعَأ َوُهَو ۖ إهإليإبَس ْنَع ّلَض ْنَمإب Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan- Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Kewajiban itu ditujukan kepada semua kaum muslimin secara keseluruhan, sesuai dengan kemampuan dan bidangnya masing-masing.”

dan QS. Ali Imran ayat 104.

ُُُمُُُه َُُكإُئ َُُُٰلُوُُأ َُُو ُۚ ُإُرَُُكُُْنُُُمُُْلُا ُإُن َُُع َُُن ُُْوَُُهُُْنَُُي َُُو ُإُفُو ُُُرُُْعَُُمُُْلُاُإُب َُُنُو ُُُرُُُمُْأَُُي َُُو ُإُرُُْي َُُخُُْلُا ُىَُُلإُإ َُُنُوُُُع ُُْدَُُي ٌُُةُُّمُُأ ُُْمُُُكُُْن ُإُم ُُْنُُُكَُُتُُْل َُُو

َُُنُو ُُُحُإُلُُْفُُُمُُْلُا Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”.

(10)

c. Fikih Dakwah Diantara Fikih Lain.

Dalam Islam ada yang namanya fiqh hukum dan ada fiqh dakwah, dan pendekatan keduanya berbeda antara satu dengan yang lainnya. Adapun fiqh hukum itu hanya ada hitam-putih dan jelas, bila terkait hukum benda maka hukumnya halal atau haram, bila terkait amal perbuatan maka hukumnya ada 5 (ahkamu-khamsah) yaitu wajib-sunnah-mubah-makruh-haram. Berbeda dengan Fiqh dakwah lebih fleksibel karena mengajak manusia menuju kebaikan, dan sebagaiman yang kita pahami, dakwah itu memerlukan proses dan waktu yang tidak singkat. Keduanya, baik pendekatan fiqh maupun pendekatan dakwah tetap harus dilandaskan pada dalil Islam yang disepakati oleh para ulama, yaitu Al- Qur‟an, As-Sunnah, Ijma Sahabat dan Qiyas.

Pendekatan secara dakwah ini intinya menguatkan, memotivasi dan memberikan harapan agar pelaku maksiat tak lari dari pendakwah, mau terus belajar agar pemahamannya meningkat, dan bila pemahamannya sudah meningkat ,insyaAllah kemaksiatannya akan ditinggalkan.

d. Problematika Fikih Dakwah.

Sejumlah problem, permasalahan,tantangan yang ada, yang dihadapi oleh paradai(pendakwahIslam), yang menjadi hambatan - hambatan serius dijalan dakwah, sehingga diperlukan kesabaran, keteguhan, dan keistiqomahan dalam menghadapinya. Problematika dakwah dibagi menjadi dua,yakni:

1. Problematika dakwah internal adalah permasalahan-permasalahan, dan hambatan-hambatan dakwah yang berasal dari lingkup internal kaum muslimin sendiri. Salah Niat dan Tidak Ikhlas Dalam menyebarkan dakwah Islam, sifat keikhlasan ini sangat fundamental dan menentukan keberhasilan dakwah, sebab dakwah yang disampaikan melalui hati yang ikhlas akan diterima pula oleh hati yang ikhlas, tetapi jika dakwah sudah dimotivasi oleh kepentingan-kepentingan lain, atau ambisi pribadi, maka dakwah tidak akan mencapai sasarannya. Hati yang tidak ikhlas akan melahirkan sikap lemah semangat jika harapan-harapan juru dakwah tidak tercapai, sifat ini disebut futhûr (kejenuhan) atau akan

(11)

melahirkan sikap over- acting juru dakwah manakala didepan matan ya menunggu keuntungan materi dan popularitas. Hilangnya Keteladanan.

2. Problematika dakwah eksternal yakni problem-problem, hambatan-hambatan, dan tantangan- tantangan dakwah yang bersumber dan berasal dari berbagai kalangan dan pihak ummat manusia diluar lingkup kaum muslimin.

Makar Musuh Islam Berupa makar yang terus-menerus dan bertubi-tubi dari musuh-musuh Islam dan kaum muslimin

“Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalastipudaya”. (QS.Al-Anfal:30).

e. Kaidah – Kaidah Fikih Dakwah.

1. Mengaitkan akar permasalahan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat.

Seorang da‟I seharusnya berupaya menangani sebuah permasalahan dari akarnya, tanpa mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari masyarakat,

2. Memilah informasi sehingga menemukan masalah syang valid, seeorang da‟i tidak diperkenankan menerima begitu saja informasi yang beredar di masyarakat dari berbagai media massa. Akan tetapi dia harus melakukan cek dan ricek terlebih dahulu kepada sumber yang betul-betul dapat dipercaya.Baru kemudian menentukan sikap yang tepat.

3. Memilih solusi terbaik dalam menyelesaikan masalah antara diam atau melakukan reaksi. Karena tidak semua permasalahan harus diselesaikan dengan melakukan sebuah reaksi.Banyak diantara permasalah justeru akan lebih cepat selesai dengan cara diam.

4. Menghindari pemerataan (ta‟mim), baik dalam mengungkapkan pujian atau pun celaan.

f. Prinsip – Prinsip Dakwah.

(12)

Menurut Effendy prinsip-prinsip dakwah terbagi menjadi 7, yakni : Berdakwah itu harus dimulai keadan diri sendiri (ibda’ binafsik) dan kemudian menjadikan keluarganya sebagai contoh bagi masyarakat (QS. 66:6)

1. Secara mental, Da’i harus siap menjadi pewaris para nabi, yakni mewarisi kejuangan yang beresiko. Semua Nabi juga harus mengalami kesulitan ketika berdakwah kepada kaum-nya meski sudah dilengkapi dengan mu’jizat.16

2. Da’i harus menyadari bahwa masyarakat membutuh waktu untuk dapat memahami pesan dakwah, oleh karena itu dakwah pun harus memerhatikan tahapan- tahapan , sebagaimana dahulu Nabi Muhammad harus melaluitahapan periode mekah dan periode madinah.

3. Da’i juga harus menyelami alam pikiran masyarakat sehingga kebenaran Islamdapat bisa disampaikan dengan menggunakan logika masyarakat, sebagaimana pesan Rasul.

4. Dalam menghapapi kesulitan, Da’i harus bersabar, jangan bersedih atas kekafiran masyarakat dan jangan sesak nafas terhadap tipu daya mereka (QS. 16:

127).

5. Citra postif dakwah akan melancarkan konmunikasi dakwah, sebaliknya citra buruk akan membuat semua aktivitas dakwah menjadi kontraproduksi. Citra positif bisa dibangun dengan kesungguhan dan konsistensi dalam waktu lama, tetapi citra buruk dapat terbangun seketika hanya oleh satu kesalahan fatal.

6. Da’i harus memperhatikan tertib urutan pusat perhatian dakwah, yaitu prioritas pertama berdakwah sehubungan dengan hal-hal yang bersifat universal, yakni al khair (kebijakan), yad’una ila al-khair, baru kepada amr maruf dan baru kemudian nahi munkar (QS. 3: 104).

7. Paradigma Sistem Dakwah.

a. Teori Sistem Dakwah

16http://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21415302022.pdfDiakses Kamis, 3/10/2019. Jam 13.00 WIB

(13)

Sistem yaitu kelompok unsur-unsur yang saling berhubungan kemudian membentuk satu kesatuan. Sistem di bagi menjadi dua bagian yaitu:

1. Suprasistem, yaitu sistem yang lebih kompleks atau lebih besar yang terdiri dari banyak komponen.

2. Subsistem, yaitu sistem yang kebih kecil yang mungkin merupakan bagian dari sistem. Sistem dakwah terbentuk dari beberapa subsistem yang merupakan komponen-komponen yang lebih kecil yang merupakan bagian dari dakwah.Beberapa subsistemyang menjadi komponen-komponen dari dakwah tersebut adalah unsur-unsur dakwah itu sendiri:

1. Da’ I (subyek dakwah) 2. Mad‟u (mitra dakwah) 3. Maddah (materi dakwah) 4. Wasilah (media)

5. Metode (thariqah) 6. Atsar (efek dakwah) b. Teori Proses Dakwah.

Proses adalah rentetan kejadian atau peristiwa yang berlangsung secara bertahap.Disini dapat diketahui bahwa dakwah dan tabligh berbeda. Pengajian rutin oeriodik, dengan sasaran yang sama kita namakan dakwah tetapi pengajian hanya yang kita sebut tablig, setiap tahapan proses melalui perjalanan masukan ( input ), konversi ( perubahan ), keluaran ( output ), dampak ( impact ), dan umpan balik ( feedback ). Ada pula yang cukup dengan input, konversi, dan output saja pergerakan ini tidak berhenti tetapi berhenti sebentar pada titik tujuan tahapan.

9. Pendakwah.

a. Kualifikasi Pendakwah.

(14)

Da’i biasa disebut orang yang melakukan dakwah. Dalam ilmu komunikasi pendakwah komunikator yaitu orang menyampaikan pesan komunikasi kepada orang lain. Karena dakwah bisa melalui tulisan, lisan, perbuatan maka penulis keislaman, penceramah islam, mubaligh, guru mengaji pengelolah panti asuhan islam dan sejenisnya termasuk pendakwah.

Syarat pendakwah:

1. Penguasaan Ilmu Agama.

Tugas seorang da’i termasuk tugas berat, tetapi sangatlah mulia. Karena ia mengajak, membimbing dan membina umat agar beriman dan menata hidupnya sesuai dengan tuntunan islam secara totalitas yang berpedoman kepada Al-qur’an dan sunnah. Untuk itu seorang da’i harus menguasai ilmu keislaman secara luas dan mendalam baik menyangkut fikih, tauhid, syariat, hokum dan akhlak. Semakin luas dan dalam pengetahuan yang dimiliki oleh dai maka semakin banyak pula yang dapat diberikannya kepada umat.

2. Penguasaan Mitra Ilmu Dakwah.

Dai haruslah memiliki berbagai ilmu pengetahuan lainnya, terutama ilmu yang digolongkan oleh mitra dakwah seperti ilmu psikologi, komunikasi, sosiologi, logika dan retorika. Semakin banyak pengetahuan para dai semakin mudah baginya untuk mengadakan pendekatan kepada sasaran media dakwahnya. Bila cara dan pendekatan yang tepat dapat dilakukan, yaitu berbicara sesuai dengan intelektual masing-masing mad’uw dan sesuai dengan kerangka pengetahuan dan pengalaman mereka, tentu pesan yang disampaikan kepada mad’uw akan mudah dicerna oleh mereka.

3. Berakhlak Mulia dan Keteladanan.17 b. Potret Dakwah Pada Masa Nabi.

Beberapa dakwah para Nabi isi atau tujuan yang utama adalah tentang Tauhid.

Tauhid dapat diartikan beribadah semata-mata kepada Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Berikut para nabi yang mengutamakan tauhid di dalam dakwahnya yakni: Nabi Nuh A.S (QS. Al a’raaf ayat 59), Nabi Hud A.S (Q.S Al a’raaf ayat 65). Nabi Sholih A.S (Q.S Al a’raaf ayat 73). Nabi Syu’aib

17 Prof. Dr.H. Abdullah, M.Si.,Ilmu Dakwah(Depok:PT Raja Grafindo,2018),hlm. 90.

(15)

A.S (Q.S Al a’raaf ayat 85). Nabi Ibrahim A.S (Q.S Al Mumtahanah ayat 4). Dakwah segenap para rasul (Q.S An-nahl ayat 36).

c. Kemuliaan Pendakwah.

Sangat jelas sekali bahwa tugas yang dibawa oleh da’I adalah yang mulia.

Sebab, topik dakwahnya adalah menuntun ke jalan Allah SWT, mengupayakan untuk sampai kepada keridhaan Allah SWT, surga-Nya, serta selamat dari murka- Nya dan kemarahan-Nya. Allah SWT telah menjanjikan pahala dan keutamaan yang banyak kepada para da’I yang niat karena ALLAH SWT, berupa kemenangan di dunia dan keberuntungan di akhirat Nabi SAW mendo’akan secara khusus orang yang menyampaikan risalah beliau. Ini adalah kemuliaan tersendiri bagi para dai sebagai penyampai agama Allah SAW kepada manusia. Allah SWT dan para malaikat serta makhluk yang ada di langit dan di bumi akan bershalawat kepada para dai, pendidik umat. Para da’i ilallah adalah orang-orang yang mendapatkan kebahagiaan dan keberuntungan Karena yang dilakukan oleh para dai begitu luhur dan mulia apabila dibarengi keikhlasan dan kejujuran, mereka berhak mendapatkan kemuliaan dari Allah subhanahu wa ta’ala berupa pengukuhan bahwa tidak ada ucapan yang lebih baik daripada ucapan mereka.18 d. Problematika Seputar Pendakwah.

Perbedaan pendapat tentang boleh atau tidaknya perempuan yang berdakwah di depan umum masih muncul di kalangan para ulama. Sebagian dari mereka memperbolehkan dan sebagian yang lain melarangnya. Di antara alasan para ulama melarang perempuan berdakwah ialah terkait dengan batasan aurat perempuan di luar ibadah apalagi ketika berkomunikasi dengan lawan jenis yang bukan mahramnya, apakah suara perempuan itu aurat atau tidak, hal itu masih diperdebatkan. Juga keluarnya perempuan yang dianggap menimbulkan fitnah, hal itu juga belum dirumuskan pasti di mana batasannya, dll.

Jika kita melihat fakta sejarah, tentunya banyak pendakwah yang berasal dari kalangan perempuan, salah satunya istri Nabi, yakni Aisyah r.a. tidak

18 https://asysyariah.com/kedudukan-dan-kemuliaan-seorang-dai/ diakses Rabu 16/10/19 pukul 18.30 WIB.

(16)

sedikit tabi’in yang berguru kepadanya.19 Itu semua menandakan bahwa keberadaan perempuan pendakwah juga diakui dalam Islam.

Pendakwah anak anak juga banyak kita jumpai pendakwah mimbar yang, bahkan anak usia Taman Kanak-kanak. Mereka diminta berceramah di depan orang-orang dewasa. Hal yang dipermasalahkan dari anak-anak sebagai pendakwah adalah belum adanya beban tanggung jawab (taklif). Selain itu, kematangan berpikir dan kedewasaan bersikap serta bertindak pada umumnya belum terjadi pada anak-anak.pengetahuan dan pengalamannya juga masih terbatas.di samping itu, kewibawaan anak-anak dimata orang dewasa hampir tidak ada. Kita yang sudah dewasa sering kali tidak memperhatikan isi pesannya karena kita sadar bahwa mereka belum mukallaf . Honor bagi pendakwah.

Seorang pendakwah tidak dilarang untuk menerima upah yang tidak dimintanya tersebut. Mereka manusia biasa yang juga membutuhkan makan dan minum. Tapi bukan itu tujuan utama seorang pendakwah. Namun di satu sisi mereka mempunyai keluarga yang juga menjadi tanggung jawabnya, bagaimana mungkin setelah sibuk berdakwah kesana kemari pendakwah masih bisa profesional untuk menghasilkan uang Sehingga sangat wajar ketika seorang pendakwah menerima upah atau honor atas jasanya yang telah rela meluangkan waktu dan tenaga untuk memberikan dakwah dan pencerahan.

Tapi beda lagi jika seorang pendakwah meminta honor untuk setiap dakwah yang disampaikannya. Sebagian ulama berpendapat bahwa meminta honor adalah makruh hukumnya didasarkan pada al-Quran dan al-Hadits. Begitupun secara etika memang kurang pantas dan dapat menjatuhkan martabat pendakwah itu sendiri. Kata meminta berarti pendakwah sendiri yang menentukan besaran honorariumnya.20

10. Mitra Dakwah.

a. Mitra Dakwah Perspektif Sosiologis.

19 Moh.Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2012). Hlm. 215.

20 Ibid…, hlm. 259.

(17)

Dalam kajian obyek dakwah atau mitra dakwah manusia dapat dibahas melalui dua sudut pandang, yaitu: manusia secara individu berdiri sendiri dan manusia yang berkelompok. Manusia secara individu dapat dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin (laki-laki dan perempuan ), berdasarkan tingkatan usia (bayi, anak-anak, remaja, dewasa gdan tua), berdasarkan kondisi psikologis(manusia normal dan tidak normal ) dan lain sebagainya. Sedangkan manusia secara berkelompok (masyarakat) dapat dikelompokkan berdasarkan:

1. Kelompok masyarakat berdasarkan sosiologis, yaitu :masyarakat terasing, pedesaan, masyarakat kota besar dan kota kecil.

2. Kelompok masyarakat berdasarkan struktur kelembagaan, yaitu: masyarakat, pemerintah dan keluarga.

3. Kelompok masyarakat berdasarkan social cultural, berupa golongan priyai, abangan dan santri.

4. Kelompok masyarakat berdasarkan okupasional (profesi atau pekerjaan) 5. Kelompok masyarakat dilihat dari tingkat ekonomi, yaitu: masyarakat miskin, kaya, sederhana, dll

6. Kelompok masyarakat dilihat dari kekhususan, yaitu :tuna wisma, tuna susila, tuna karya, narapidana, dan sebagainya.21 Bila dilihat dari kehidupan masing masing kelompok tersebut di atas mempunyai cirri cirri khusus menurut kepada system, metode pendekatan psikologis yang berbeda dalam meyampaikan dakwah atau tabligh. Metode dan teknik pendekatan psikologis perlu di perhayikan oleh da’i.ini semua demi ke efektifitas dan efisiensi dalam proses penyampaian dakwah.

b. Mitra Dakwah Perspektif Teologis.

Maksudnya dimana mitra dakwah itu dilihat dari pandangan, pemikiran, fahamnya terhadap agama. Ada dua pembahan teologis terkait dengan mitra dakwah,yaitu sejauh mana dakwah telah menjangkau mereka dan bagaimana klasifikasi keimanan mereka setelah menerima dakwah.

21Hasnawird, Ilmu Dakwah, (Padang: IAIN IB press,1999), hlm. 141.

(18)

Dari sisi sejauh mana dakwah di terima,Bassam al-Shabargh membagi mitra dakwah kedalam 3 kelompok yaitu:

1. Kelompok yang pernah menerima dakwah.kelompok ini juga terdiri dari 3 kelompok yaitu:

a.menerima dengan sepenuh hati(mukmin) b.menolak dakwah (kafir)

c.pura-pura menerima dakwah(munafik)

2. Kelompok yang belum pernah menerima dakwah.terbagi dua,yaitu:

a. Orang-orang sebelumnya diutusnya nabi Muhammad SAW b. Orang-orang setelah diutusnya nabi Muhammad SAW

3. Kelompok yang mengenal islam dari informasi yang salah dan menyesatkan c. Prioritas Mitra Dakwah.

Yang dimaksukan dengan prioritas mitra dakwah disini ialah orang-orang yang diutamakan untuk diberikan dakwah. Dalam hal ini dibagi menjadi dua kelompok,yaitu keluarga dan masyarakat secara umum.22

Secara ideal mitra dakwah dari lingkungan keluarga harus di dahulukan sebelum berdakwah kepada masyarakat luas. Karena yang dsemikianlah yang dicontohkan oleh rasulullah, yang istrinya terlebih dahulu kedalam islam (khadijah).

10. Pesan Dakwah

a. Jenis pesan dakwah 1) Ayat ayat al-Qur’an.

Pesan dakwah terutama sekali didasarkan pada otoritas sumbersumber utama agama Islam yaitu al-Qur’an. Dasar yang dapat dipegangi adalah QS. al-Baqarah (2) ayat 213, ”Manusia itu adalah umat yang satu, (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai 22 Moh.Ali Aziz,ilmu dakwah (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2004),hlm. 302.

(19)

pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan.’’ Al-Qur’an menempati urutan pertama dan utama dalam peringkat pesan dakwah karena di samping sebagai Firman Allah, ia juga memegang peranan sangat penting dalam kehidupan. Al-Qur’an memiliki beberapa fungsi antara lain: Kitab Petunjuk (Hudan), Pemisah antara yang Hak dan yang Batil (Furqan), Pembenar dan Standar Ujian atas Kitab Suci (Muṣaddiq dan Muhaymin), Pembawa Rahmat (Rahmat), Penawar Penyakit (Shifa’).

2) Hadist Nabi SAW

Hadis yang mencakup segala perkataan, perbuatan dan takrir Nabi merupakan pesan utama dakwah. Tegasnya perintah mengikut Rasul sangat rasional karena Rasul tidak berbicara berdasarkan hawa nafsu melainkan wahyu dari Tuhan (QS. Al-Najm (53): 4). Apa yang datang dari Rasul menjadi pedoman hidup bagi seorang muslim, karena memang beliau sebagai suri teladan yang baik (QS. al-Ahzȃb (33): 21.

Rasulullah memang sangat layak dijadikan teladan dalam kehidupan mengingat beliau mendapatkan pengakuan dari Allah swt. sebagai seorang yang benar-benar memiliki perangai yang agung (QS. al-Qalam (68).

3) Pendapat para sahabat Nabi SAW 4) Pendapat para ulama

Ulama adalah peran sentral dalam dakwah karena ia mengemban amanah kesinambungan Risalah ketuhanan. Posisinya di tengah-tengah masyarakat memang sebagai rujukan dan konsultan agama. Yang dimaksud ulama di sini adalah orang-orang yang mengetahui kebesaran dan kekuasaan Allah Swt. Posisi pendapat ulama sebagai pesan dakwah ini juga diperkuat dengan hadis ”al-’ulamâ’u warathat al-anbiyâ” artinya ulama itu pewaris para Nabi. Selain itu hadis tentang pengutusan Mu’ȃdh bin Jabal ke Yaman sebagai hakim dan muballigh juga dapat diajdikan landasan. Ada sebuah hadis sewaktu Rasulullah saw. Mengutus Mu’ȃdh bin Jabal ke

(20)

Yaman, beliau bertanya kepadanya dengan apa engkau Dari hadis ini dipahami bahwa dalam kedudukan Mu’ȃdh sebagai hakim/ulama, pendapatnya bisa dijadikan acuan ketetapan hukum, berarti dalam konteks dakwah, pendapat ulama juga bisa dijadikan pesan dakwah. Ulama yang dikutip pendapatnya hendaklah disebutkan namanya demikian pula lembaganya. Pendapat yang dikutip tentunya tidak boleh bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadis. Pendapat mereka tetap perlu dikritisi dengan mempelajari argumen-argumennya. Dai selayaknya menghindari taklid dan fanatisme kepada ulama dan pandangan kegamaan tertentu. Dia harus terbuka kepada setiap pendapat lalu membanding-bandingkannya dengan pendapat lain kemudian mengambil pendapat yang dianggap lebih kuat.

b. Tema tema pesan dakwah.

Pesan dakwah hendaknya mampu memberikan pelayanan untuk masyarakat, terutama dapat mengurangi beban yang sedang dihadapi dan dapat memberikan jalan keluar atas masalah yang mereka hadapi. Di sisi lain, dapat memperkokoh sikap hidup yang islami.

c. Karakteristik pesan dakwah

Alangkah baiknya dakwah bersumber pada Al-qur’an dan hadis, ketika mengutip al-qur’an sebaiknya harus menyebutkan nama surat,ayat, dan artinya. Lebih baik disebukan pula asbanun nuzulnya.

12. Metode Dakwah.

a. Pendekatan Dakwah dan Strategi Dakwah.

Strategi dakwah Islam yang Pertama, meletakkan paradigma tauhid dalam dakwah. Dakwah merupakan usaha penyampaian risalah tauhid yang memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan. Dakwah berusaha mengembangkan fitrah dan kehanifan manusia agar mampu memahami hakekat hidup yang berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya. Dengan mengembangkan potensi atau fitrah dan kedhaifan manusia, maka dakwah tidak lain merupakan suatu proses memanusiakan manusia dalam proses transformasi sosio-kultural yang membentuk ekosistem kehidupan. Karena itu, tauhid merupakan kekuatan paradigmatis dalam teologi dakwah yang akan memperkuat strategi dakwah. Kedua, perubahan

(21)

masyarakat berimplikasi pada perubahan paradigmatik pemahaman agama. gejala- gejala kehidupan dapat menghambat pemecahan masalah sosial yang dihadapi oleh para juru dakwah itu sendiri. Oleh karena itu, diperlukan pemikiran inovatif yang dapat mengubah kemapanan pemahaman agama dari pemahaman yang tertutup menuju pemahaman keagamaan yang terbuka. Ketiga, strategi yang imperatif dalam dakwah. Dakwah Islam berorientasi pada upaya amar ma'ruf dan nahi munkar.

Dalam hal ini, dakwah tidak dipahami secara sempit sebagai kegiatan yang identik dengan pengajian umum atau memberikan ceramah di atas podium, lebih dari itu esensi dakwah sebetulnya adalah segala bentuk kegiatan yang mengandung unsur amar ma'ruf dan nahi munkar.

b. Metode Dakwah.

Ada beberapa metode dakwah yaitu yang Pertama, dakwah Fardiah metode dakwah yang dilakukan seseorang kepada orang lain (satu orang) atau kepada beberapa orang dalam jumlah yang kecil dan terbatas. Kedua, dakwah Ammah yang dilakukan oleh seseorang dengan media lisan yang ditujukan kepada orang banyak dengan maksud memberi pengertian terhadap mereka. Ketiga, dakwah bil-Lisan, yaitu penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui lisan. Keempat, dakwah bil-Haal, dengan mengedepankan perbuatan nyata. Kelima adalah dakwah bil Hikmah, yang berdakwah dengan cara arif bijaksana, semisal melakukan pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak obyek dakwah mampu melaksanakan dakwah atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada paksaan, tekanan maupun konflik. Dalam kelima metode tersebut dapat diketahui juga sebagai makna atau kandungan dari QS. An-nahl ayat 125.

13. Media Dakwah.

a. Pengertian Media Dakwah.

Peranan media dakwah sangat penting untuk membantu meluaskan dan menyebarkan pesan dakwah yang diinginkan, oleh karena itu dakwah sangat mudah berkembang dan menyebar dengan pesat apabila media dakwah tepat dan sesui dengan mad’uw atau sasaran dakwah. Di era saaat ini banyak media komunikasi

(22)

yang berkembang seiring dengan perkembangan zaman teknologi dan media komunikasi. Media komunikasi seperti radio, televise, internet Koran telah menjadi konsumsi pokok masyarakat. Tentunya hal itu bisa dimanfaatkan oleh seorang da’i sebagai perantara dakwah kepada mad’uw agar dakwah terus berjalan dengan baik.

b. Jenis-Jenis Media Dakwah dan Spesifikasinya.

1. Media Auditif.

Yaitu media yang bisa didengar, media audio dipandang lebih efektif terutama untuk kepentingan dakwah islam. Seperti radio pada saat ini masih banyak diminati oleh masyarakat terutama perkotaan yang kebiasaannya menjadi teman perjalanan di dalam mobil. Progam radio dapat memberikan pencerahan melalui pendekatan agama.

2. Media Audio Visual

Media audio visual yaitu media dakwah yang bertujuan menyampaikan pesan dakwah melalui rangsangan penglihatan dan pendengaran, seperti televisi, sandiwara, dan sebagainya. Jika dakwah memanfaatkan media ini dengan efektif maka secara otomatis jangkauan dakwah akan lebih luas dan kesan agamnya yang lebih mendalam.

c. Pemilihan Media Dakwah.

Dengan banyaknya yang ada maka da’i harus dapat memilih media paling efektif untuk mencapai tujuan dakwah. Tentunya dengan pemilihan yang tepat atau dengan menetapkan prinsip-prinsip pemilihan media. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada waktu memilih media adalah sebagai berikut23: 1. Tidak ada satu media pun yang paling baik untuk keseluruhan masalah atau tujuan dakwah. Sebab setiap media memiliki karekeristik (kelebihan, kekurangan, keserasian) yang berbeda-beda. 2. Media yang dipilih sesuai dengan tujuan dakwah yang hendak dicapai 3. Media yang dipilih sesuai dengan kemampuan sasaran dakwahnya 4.

Media yang dipilih sesuai dengan materi dakwahnya 5. Pemilihan media hendaknya

23 Samsul Munir, Ilmu Dakwah, (Amzah : Jakarta) hlm. 114.

(23)

dilakukan dengan cara objektif, artinya pemilihan media bukan atas dasar kesukaan da’i 6. Kesempatan dan ketersediaan media perlu mendapat perhatian 7. Efektivitas dan efensiensi harus diperhatikan.

14. Logistik Dakwah.

a. Etika Normatif Logistik Dakwah.

Logistik biasa disebut sebagai penggandaan, distribusi, pemeliharaan, dan penggantian (penyediaan untuk mengganti) materil dan personal.logistik dakwah dapat diartikan sebagai teknis, penggadaan, pemeliharaan, dan penggantian barang dan jasa untuk kelangsungan kegiatan dakwah. Apabila logistik yang digunakan untuk berdakwah harus mengikuti etika islam. Tujuan baik manjadi buruk bila dilakukan dengan cara yang buruk atau menggunakan barang-barang yang buruk. Kehalalan logistik dakwah dipandang dari substansi barangnya harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

1.Logistik dakwah bukan sesuatu yang membahayakan secara langsung maupun tidak langsung.

2.Logisti dakwah bukan sesuatu yang najis atau terkena najis.

3.Logistik dakwah tidak merusak moralataupun melanggar norma masyaratkan dan hukum yang berlaku.

4.Logistik dakwah tidak mencemari lingkungan, apalagi merusaknya.

5.Logistik dakwah harus memiliki nilai guna, jika perlu nilai ekonomi.

b. Penggandaan logistik dakwah

Islam mengakui kepemilikan pribadi dan kepemilikan publik. Kepemilikan terkait dengan barang/jasa beserta nilai gunanya. Karenanya, ada tiga bentuk kepemilikan barang/jasa. Pertama, kepemilikan barang/jasa gunanya sekaligus.

Kepemilikan ini dapat di perolehmelalui pemberian ataupun pembelian. Kedua, kepemilikan nilai guna barang atau jasa, bukan barang.

(24)

C. Perawatan dan pemanfaatan logistik dakwah

Logistik dakwah dibagi menjadi dua macam, logistik yang dirawat secara kuratif dan secara preventif. Perawatan kuratif adalah upaya merawat logistik dengan membenahinya bila ada suatu masalah. Sedangkan perawatan perventif merupakan upaya antifipatif atas suatu benda/barang dari kerusakan, kehilangan, kotoran, dan penyusutan. Untuk itu, suatu barang dirawat oleh orang yang megerti dan menguasai penggunaan barang tersebut. Selain itu, rasa cinta terhadap suatu barang juga mendorong perawatan yang baik. Apa bila ada dana kusus yang besar untuk perawatan, maka lebih baik menunjuk petugas kusus yang mampu memanfaatkan barang dan mau merawatnya dengan baik.

Dalam mematfaatkan logistik dakwah, ada satu kepentingan yang harus dipenuhi terlebih dahulu, yaitu kebaikan umum untuk umat manusia (al-mashlahah- al-‘ammah). Kaidah fikih yang mendasari kebijakan ini adalah “ Kebijakan pemimpin atau pejabat atas rakyatvharus diorientasikan untuk kepentingan umum (tasharru al-imam ‘ala al-ra’iyyah manuth manuth bi al-mashlahah)” dan “kebaikan yang bermanfaat untuk orang yang lebih utama dari kebaikan yang bermanfaat untuk orang-orng yang terbatas (al-khair al-muta’addi afdlal min al-qashir)”. Kaidah yang kedua ini dapat dikatakan sebagai penjelasan dari kaidah yang pertama.24 15. Efek Dakwah dan Tahapan-tahapan Perubahan Perilaku

a. Persuasi dakwah

Persuasi disebut dengan membujuk, merayu, meyakinkan. Baik persuasif bertujuan mengubah perilaku, kepercayaan, dan sikap. Bedanya ialah terletak pada cara penyampaiannya. Dakwah Persuasif adalah proses kegiatan yang mempengaruhi jiwa mad’uw sehingga timbul kesadarannya sendiri untuk mengikuti ajakan pendakwah (da’i) dengan cara halus atau tanpa paksaan.

Dakwah berada di kehidupan kita sehari-hari. Oleh karena itu dalam situasi dan kondisi yang tengah ada dalam masyarakat hendaknya dapat menerapkan metode dakwah manakah yang paling pas untuk digunakan.

b. Tahap-tahap perubahan perilaku

24 http://danangwisanggeni.blogspot.com/2018/04/babi-pembukaan-a.html. di akses pada 20/10/19 pukul 12.55 WIB.

(25)

1) Efek kognitif

Efek kognitif timbul Setelah menerima pesan dakwah, mitra dakwah akan menyerap isi dakwah tersebut melalui proses berpikir, dan efek kognitif ini bisa terjadi apabila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, dan dimengerti oleh mad‟u tentang isi pesan yang diterimanya.

2) Efek afektif

Efek afektif merupakan pengaruh dakwah berupa perubahan sikap komunikan (mitra dakwah) setelah menerima pesan. Sikap adalah sama dengan proses belajar dengan tiga variabel sebagai penunjangnya, yaitu perhatian, pengertian, dan penerimaan. Pada tahap atau aspek ini pula penerima dakwah dengan pengertian dan pemikirannya terhadap pesan dakwah yang telah diterimanya akan membuat keputusan untuk menerima atau menolak pesan dakwah.

3) Efek behavior

Efek behavior suatu bentuk efek dakwah yang berkenaan dengan pola tingkah laku mitra dakwah dalam merealisasikan materi dakwah yang telah diterima dalam kehidupan sehari-hari. Efek ini muncul setelah melalui proses kognitif dan efektif.25

c. Evaluasi efek dakwah.

Evaluasi dakwah adalah suatu proses pengumpulan data menganalisis informasi tentang efektifitas dan dampak dari suatu tahap atau keseluruhan program.

Ada juga yang mengemukakan bahwa evaluasi dakwah adalah meningkatkan pengertian manajerial dakwah dalam sebuah program formal yang mendorong para menejer atau pemimpin dakwah untuk mengamati perilaku anggotanya, lewat pengamatan yang lebih mendalam yang tidak dapat dihasilkan melalui saling pengertian diantara kedua belah pihak.

prosedur evaluasi kegiatan dakwah, yaitu : 1. Menetapkan standar atau tolak ukur

25 http://eprints.walisongo.ac.id/2611/3/091311016_Bab2.pdf di akses pada 20/10/19 pukul 13.10 WIB.

(26)

Dengan alat pengukur itu barulah dapat dikatakan berhasil atau tidaknya tugas dakwah

2. Rencana evaluasi

Dalam melakukan evaluasi biasanya dikaitkan dengan model-model evaluasi yang akan digunakan.

a) Peserta program, meliputi mad’u

b) Tim or staff, meliputi Da’I dan manajerial c) Program, meliputi durasi

3. Mengumpulkan data

Tahapan selanjutnya adalah mengumpulkan data, pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, angket, studi dokumentasi dan pengamatan.

4. Menganalisis data

Menganalisis data dapatc dilakukan melalui 2 pendekatan yaitu pendekatan kulitatif dan pendekatan kuantitatif.

5. Menyajikan hasil analisis

Setelah semua ini selesai barulah kita menyajikan hasil analisis, cara menyajikan analisis ada 2 melalui laporan, yaitu laporan secara lisan dan laporan secara tertulis.

Untuk mengetahui apakah dakwah itu berhasil atau tidak, harus ada proses evaluasi yang cermat, teliti, dan objektif dengan menetapkan parameter-parameter keberhasilan atau ketidak berhasilan suatu aktifitas dakwah, dan dari hasil evaluasi secara objektif dapat dijadikan sandaran atau patokan untuk menyusun langkah-langkah strategi dakwah yang lebih efektif pada masa berikutnya, dan isyarat untuk mengadakan evaluasi terdapat dalam firman Allah SWT yang artinya : “Hai orang-orang yang

(27)

beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok “. (QS. Al – Hasyr 59 ; 18 ).26

26 http://tari-dakwah.blogspot.com/2010/06/evaluasi-dakwah.html di akses pada 10/20/19 pukul 13.20 WIB.

Referensi

Dokumen terkait

Pentingnya strategi komunikasi agar tidak terjadi kesalahan atau kekeliruan saat proses dakwah berlangsung. Ustadz Abdul Somad menyampaikan pesan dakwah yang disampaikan

Melalui penjelasan tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai konsep dan strategi komunikasi pemasaran sosial pada Gerakan Saya Perempuan Anti

Dokumen ini membahas tentang akomodasi, yaitu cara menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak

Dokumen ini membahas tentang sejarah dan pentingnya seni anyam di

Naskah ini membahas tentang model manajemen strategi dakwah di era kontemporer yang kompleks dan serba

Skripsi ini membahas strategi dakwah yang digunakan oleh grup nasyid Snada dalam menyebarkan ajaran Islam di

Dokumen ini membahas konsep layer dan model OSI, serta pentingnya mereka dalam komunikasi

Dokumen ini adalah khutbah Jumat yang membahas tentang pentingnya beribadah kepada Allah