+aru)?-l 4tuauran 'frrrral, q I io- tL
PENGARTIH PERTTTMBIIHAN FISIK TERIIADAP TINGKAII LAKU REMAJA I}I JORONG PETAKKORONG TALAO MI'I\IDAM
I(ABUPATEN PADANG PARHMAN
ARTIKEL
fu,at/ pg-.gafe ra
*ec ,t;h.ril,t '/,nry",
/'/
Oleh:
INDRI
SRIWINARSIII IttPM:12060118
PROGRAM
STT]DIBIMBINGAI\I
DAI\IKONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAII ILMU PENDIDIKAI\I
(STKIP) PGRI ST}MATERA BARAT PADAI\IG
2016
EFFECTS OF THE PHYSICAL GROWTH OF THE YOUNG PEOPLE’SBEHAVIOR IN JORONG PETAK KORONG TALAO MUNDAM
PADANG PARIAMAN DISTRICT
By:
Indri Sri Winarsih*
Dr. Helma, M.Pd**
Alfaiz, S.Psi.I., M.Pd**
*Student
**Lecturers
Student Guidence and Counseling in STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRACT
This research is motivated by a number of teenagers who were distracted by the physical changes was happen to him. The purpose of this study to obtain empirical evidence about the influence of the physical growth of the young people’s behavior in Jorong Petak Korong Talao Mundam Padang Pariaman district. This research is quantitative descriptive. The sampling technique was total sampling, sample of 39 adolescents. Physical growth data (X) and behavior (Y) obtained from the questionnaire.Data was analized by quantitative descriptive analysis consisted of regression analysis. The results of this study indicate that the physical growth of adolescents positive and significant impact on young people's behavior in Jorong Petak Korong Talao Mundam Padang Pariaman district. Where indicated by the coefficient values of 1.379. This means that if the physical growth of adolescents increased by 1 point then the young people’s behavior will be increase 1,379 in each unit, the better the growth of adolescents it will be better the behavior of the youth.
Keywords: Effects of physical growth on behavior
PENDAHULUAN
Masa remaja dimulai ketika anak secara seksual menjadi berkembang dan berakhir saat ia mencapai usia matang. Masa remaja merupakan masa dimana remaja tidak lagi dikatakan dengan anak-anak dan belum juga bisa dikatakan dengan seorang yang dewasa. Remaja mempunyai rasa ingin tahu dan ingin mencoba setiap hal yang ingin diketahuinya serta masa ingin mencari dan mendapatkan identitas diri.
Menurut Zulkifli (2009:64) “Bila ditinjau dari segi biologis, yang dimaksud remaja ialah mereka yang berusia 12 sampai 21 tahun. Bila ditinjau dari segi teoritis, masa remaja terdiri dari remaja puber dan remaja adolesen”. Menurut Sarwono (2012:8) bahwa “remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik, yaitu masa alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya”.
Menurut Mappiare, 1982 (Ali dan Asrori, 20011:9) “masa remaja berlangsung antara umur 12-21 tahun. Umur remaja wanita 13
tahun sedangkan remaja pria 14 tahun”.
Menurut Hurlock, 1968 (Al-Mighwar, 2002:18) “Sekitar 50% anak perempuan telah matang pada usia 12,5 dan 14,5 tahun dengan kematangan rata-rata 13 tahun. Sedangkan anak laki-laki yang sudah matang secara seksual rata-rata berusia 14 dan 16,5 tahun.
50% anak laki-laki yang matang antara 14 dan 15,5 tahun dan 50% kelompok terbesar merata antara anak yang matang setelah usia rata-rata yaitu yang disebut cepat matang dan lambat matang”.
Perubahan tinggi dan berat badan merupakan perubahan fisik mendasar yang pertama pada masa puber. Menurut Hurlock, 1968 (Al-Mighwar, 2006:26) “pertambahan tinggi badan anak-anak perempuan mencapai rata-rata 3 inci pertahun, dalam tahun sebelum haid, bahkan bisa saja mencapai 5 sampai 6 inci. Adapun dua tahun sebelum haid peningkatan itu mencapai rata-rata 2,5 inci.
Pasca haid tingkat pertumbuhan itu menurun sampai kira-kira 1 inci setahun dan berhenti
pada saat ia berusia sekitar delapan belas tahun”.
Peningkatan berat tubuh bukan hanya disebabkan lemak tetapi juga semakin bertambah beratnya tulang dan jaringan otot.
Pada anak perempuan peningkatan berat tubuh yang paling besar terjadi sesaat sebelum dan sesudah haid. Setelah itu pertambahan berat tubuh hanyalah sedikit. Bagi anak laki-laki dan anak perempuan puber tidaklah aneh bila tampak gemuk pada rentang usia antara 10 dan 12 tahun. Pada awal terjadinya pertumbuhan pesat, lemak cenderung menumpuk, terutama disekitar perut, puting susu, pinggul, paha, pipi, leher, dan rahang.
Biasanya lemak itu akan hilang dengan sendirinya pada akhir masa puber.
Bagian bahu dan punggung menjadi semakin melebar, pinggang tampak tinggi karena kaki menjadi lebih panjang daripada badan. Selanjutnya bersamaan dengan bertambahnya panjang tubuh, ukuran pinggang pun semakin berkurang. Perlu diketahui bahwa lebar bahu dan pinggul dipengaruhi oleh usia kematangan. Biasanya anak laki-laki yang kematangannya lebih cepat mempunyai pinggul yang lebih lebar daripada anak perempuan yang tingkat kematangannya lebih lambat. Sebelum masa puber tungkai kaki lebih panjang daripada tubuh. Kondisi ini berlangsung hingga sekitar usia 15 tahun. Bagi anak yang kematangannya lambat pertumbuhan tungkai kaki lebih lama daripada anak yang kematangannya cepat, sehingga tungkai kakinya menjadi lebih panjang. Tungkai kaki anak yang kematangannya cepat cenderung pendek dan gemuk, sedangkan tungkai kaki anak yang kematangannya lambat biasanya justru lebih ramping.
Perubahan fisik pada remaja mempengaruhi semua bagian tubuh, baik internal maupun eksternal sehingga mempengaruhi keadaan psikologis remaja.
Meskipun akibatnya bisa sementara, namun cukup menimbulkan perubahan dalam perilaku, sikap dan kepribadian. Perubahan- perubahan fisik menyebabkan kecanggungan bagi remaja karena ia harus menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam dirinya. Perubahan ini dapat mengganggu keseimbangan yang sebelumnya sudah terbentuk, perilaku remaja mendadak menjadi sulit diduga dan seringkali agak melawan norma sosial yang berlaku.
Al-Mighwar (2006:32) menyatakan : Luasnya pengaruh perubahan fisik pada masa puber juga berpengaruh pada
sikap dan tingkah lakunya. Realitas menunjukan bahwa perubahan sikap dan tingkah lakunya pada saat itu lebih merupakan akibat dari perubahan sosial daripada akibat dari perubahan kelenjer yang berpengaruh pada keseimbangan tubuh.
Pada umumnya pengaruh masa remaja lebih banyak pada anak perempuan daripada anak laki-laki. Hal ini disebabkan karena anak perempuan biasanya lebih cepat matang daripada anak laki-laki. Sebagian disebabkan karena banyaknya hambatan-hambatan sosial.
Pada saat ini pada anak perempuan mulai ditekankan pada perilaku anak perempuan justru saat anak perempuan mencoba untuk membebaskan diri dari pembatasan.
Al-mighwar (2011:168) menyatakan
“Pola tingkah laku individu dan ciri-cirinya terbagi atas lima (a) pola tingkah laku yang terarah untuk memuaskan kebutuhannya terhadap orang lain, (b) pola tingkah laku yang terarah untuk memuaskan dan memenuhi kebutuhannya agar orang lain menerimanya dan terhindar dari penolakan, (c) pola tingkah laku yang terarah untuk memenhi kebutuhannya dan menghindari penolakan orang lain, (d) pola tingkah laku yang terarah untuk memuaskan kebutuhan agresif yang mengiringi kebutuhan penerimaan serta menghindari penolakan orang lain, (e) pola tingkah laku yang diarahkan hanya untuk memenuhi kebutuhan yang agresif. Dalam penelitian ini pola tingkah laku yang akan diteliti yaitu pola tingkah laku yang terarah untuk memuaskan kebutuhannya terhadap orang lain.
Dari hasil observasi yang dilakukan pada Desember 2015 di Korong Talao Mundam terlihat ada remaja yang terlalu cepat kematangannya, dan adapula remaja yang lambat kematangannya. Pada remaja perempuan yang kematangannya cepat akan dapat label yang tidak menyenangkan dari lingkungannya. Sedangkan pada remaja laki- laki yang kematangannya lambat akan kurang dihargai dalam pergaulannya. Terlihat remaja perempuan yang memakai baju yang tidak berlengan dan celana hotpen untuk menarik perhatian laki-laki, ada remaja laki-laki yang berjalan dengan membusungkan dada untuk memamerkan otot-otot dadanya, ada remaja laki-laki yang menyombongkan diri karena mempunyai badan dan tenaga yang kuat, ada remaja perempuan yang suka merendahkan diri karena pertumbuhan fisiknya yang tidak sebagus teman-temannya.
Begitu pula dari hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 2 Januari 2016 dengan salah satu remaja laki-laki yang terlihat sering menyendiri dan saat ditanyakan kepada remaja tersebut mengapa ia sering menyendiri dan tidak bergaul dengan teman-teman sebayanya ia mengatakan bahwa ia merasa kurang cocok berteman dengan teman-temannya.
Pertumbuhan fisik pada remaja ini sangat lambat terutama pada tinggi dan besarnya badan. Menurutnya saat ia bergaul dan bermain dengan teman-teman sebayanya ia hanya dicemooh saja dan merasa tidak dihargai. Dari hasil wawancara dengan remaja perempuan yang suka berpakaian terbuka, ia mengatakan bahwa ia senang dengan gaya berpakaiannya dikarenakan tubuhnya yang sudah terlihat indah tidak seperti anak-anak lagi.
Berdasarkan identifikasi masalah yang terkait di atas, maka penulis memberikan batasan masalah agar pembahasan lebih terarah dan tidak menyimpang dari yang diinginkan, adapun batasan masalahnya adalah:
1. Profil pertumbuhan fisik remaja di Jorong Petak Korong Talao Mundam Kabupaten Padang Pariaman.
2. Profil pola tingkah laku remaja yang terarah untuk memuaskan kebutuhannya sehingga orang lain menerimanya di Jorong Petak Korong Talao Mundam Kabupaten Padang Pariaman.
3. Profil pengaruh pertumbuhan fisik terhadap pola tingkah laku remaja yang terarah untuk memuaskan kebutuhannya sehingga orang lain menerimanya di Jorong Petak Korong Talao Mundam Kabupaten Padang Pariaman.
Berdasarkan batasan masalah di atas maka dapat dirumuskan“bagaimana Pengaruh Pertumbuhan Fisik terhadap Tingkah Laku Remaja di Jorong Petak Korong Talao Mundam Kabupaten Padang Pariaman?”
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:
1. Profil pertumbuhan fisik remaja di Jorong Petak Korong Talao Mundam Kabupaten Padang Pariaman.
2. Profil pola tingkah laku remaja yang terarah untuk memuaskan kebutuhannya sehingga orang lain menerimanya di Jorong Petak Korong Talao Mundam Kabupaten Padang Pariaman.
3. Profil pengaruh pertumbuhan fisik terhadap pola tingkah laku remaja yang terarah untuk memuaskan kebutuhannya sehingga orang lain menerimanya di
Jorong Petak Korong Talao Mundam Kabupaten Padang Pariaman.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif. penelitian kuantitatif menurut Iskandar (2009:17) “adalah penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan atau gambaran umum tentang suatu fenomena atau gejala yang dilandasi pada teori, asumsi, atau andaian dalam hal ini dapat diartikan sebagai pola pikir yang menunjukan hubungan antara variabel-variabel yang akan diteliti, sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan adalah untuk merumuskan hipotesis, dan teknik analisis statistik yang hendak digunakan”.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja yang ada di Jorong Petak Korong Talao Mundam Kabupaten Padang Pariaman yang berjumlah 39 orang. Dalam pengambilan sampel, peneliti menggunakan teknik total sampling.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data interval. Menurut Bungin (2011:131) “Data interval adalah data yang memiliki ruas atau interval, atau jarak yang berdekatan dan sama”. Data yang akan diintervalkan adalah profil disiplin peserta didik dalam belajar.
Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah remaja itu sendiri dan dari kantor Wali Nagari Ketaping Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Menurut Riduwan (2010:71) “angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan pengguna”. Analisis data digunakan analisis deskriptif kuantitatif yang terdiri dari analisis regresi. Menurut Riduwan (2013:133) regresi atau peramalan adalah suatu proses memperkirakan secara sistematis tentang apa yang paling mungkin terjadi dimasa yang akan datang berdasarkan informasi masa lalu dan sekarang yang dimiliki agar kesalahannya dapat diperkecil. Dengan menggunakan rumus yaitu :
Y = a + Bx Keterangan:
Y = Subjek variabel terikat yang diproyeksikan
X = Variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk dprediksi
A = Nilai konstanta harga Y jika X = 0 b = Nilai arah sebagai penentu ramalan
(prediksi) yang menunjukan nilai peningkatan (+) atau nilai penurunan (-) variabel Y.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Pertumbuhan Fisik terhadap Tingkah Laku Remaja di Jorong Petak Korong Talao Mundam Kabupaten Padang Pariaman
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perumbuhan fisik remaja terhadap tingkah laku remaja. Menurut Hurlock (Ali dan Asrori, 2011:20) pertumbuhan fisik meliputi perubahan progresif yang bersifat internal maupun eksternal. Perubahan internal antara lain meliputi perubahan ukuran alat pencernaan makanan, bertambah besar dan bearat ukuran jantung dan paru-paru, serta bertambah sempurnanya sistem kelenjer endoktrin / kelamin dan berbagai jaringan tubuh. Adapun perubahan eksternal meliputi bertambahnya tinggi badan, bertambahnya lingkaran tubuh, perbandingan ukuran panjang dan lebar tubuh, ukuran besarnya organ seks, dan munculnya atau tumbuhnya tanda-tanda kelamin sekunder.
Penelitian ini mengharapkan remaja bisa memenuhi semua kebutuhan-kebutuhan psikologis pada masa remaja yang seharusnya ia dapatkan seperti contohnya kebutuhan untuk mendapatkan status, kebutuhan kemandirian, kebutuhan berprestasi, kebutuhan untuk diakrabi, dan kebutuhan untuk mendapatkan filsafat hidup. Seperti yang terlihat dlapangan bahwa remaja yang pertumbuhan fisiknya tidak bagus seperti terlalu gemuk atau terlalu kecil remaja cenderung diolok-olokan saja oleh teman- teman sebayanya. Dengan adanya penelitian ini diharapkan remaja paham bahwa bentuk fisik bukan sebagai acuan dalam berteman.
Bentuk fisik remaja yang berbeda-beda dipengaruhi oleh gen orangtua, makanan, dan juga kesehatan remaja itu sendiri.
Remaja sebaiknya harus bisa menerima kondisi fisiknya dan menggunakan tubuh secara efektif. Dengan itu remaja dapat menjalani kehidupan yang baru dengan lebih matang bak dengan teman sejenis maupun lawan jenis. Ini sesuai dengan tugas perkembangan yang harus dicapai oleh remaja tersebut. Pada masa remaja yang akan berubah tidak hanya fisik tetapi perkembangan juga
harus sesuai dengan masa remaja tersebut.
Oleh karena itu remaja sebaiknya berdiskusi dengan orangtua tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada diri remaja tersebut agar remaja tidak canggung dalam bertingkah laku dan mendapatkan perhatian serta nasehat dari orantua dalam pergaulan sehari-hari.
Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa pertumbuhan fisik berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkah laku remaja . Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai koefisien sebesar 1,379. Selain itu, berdasarkan analisis koefisien determinasi diperoleh nilai R sebesar 0,796 yang artinya 79,60% perubahan pada variabel dependen (tingkah laku remaja) dapat dijelaskan oleh variabel independen, termasuk didalamnya variabel pertumbuhan fisik remaja(X). Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan fisik remaja berpengaruh secara signifikan terhadap tingkah laku remaja. Semakin baik pertumbuhan fisik remaja maka akan semakin baik pula tingkah laku remaja yang diperoleh, begitu juga sebaliknya jika pertumbuhan fisik remaja kurang baik, maka tingkah laku remaja yang diperoleh juga kurang baik.
Berdasarkan tingkat capaian responden terlihat bahwa pertumbuhan fisik remaja dikategorikan sudah baik, dimana pada indikator yang pertama yaitu perubahan ukuran tubuh dengan tingakat capaian responden sebesar 82,50% perubahan ukuran tubuh mempengaruhi tingkah laku remaja, pada indikator yang kedua yaitu perubahan ukuran tubuh dengan tingakat capaian responden sebesar 80,51% perubahan proporsi tubuh mempengaruhi tingkah laku remaja, pada indikator yang ketiga yaitu perubahan ciri seks primer dengan tingkat capaian responden sebesar 81,54% perubahan ciri seks primer mempengaruhi tingkah laku remaja, dan indikator yang keempat yaitu perubahan ciri seks sekunder dengan tingkat capaian responden sebesar 86,23% perubahan ciri seks sekunder mempengaruhi tingkah laku remaja.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Ali dan Asrori (2011:20) : Konsisten dengan konsep dasar bahwa individu merupakan satu kesatuan psiko-fisik yang tidak dapat dipisah-pisahkan maka pertumbuhan fisik mempunyai pengaruh terhadap tingkah laku. Anak kecil berumur belasan bulan mungkin sudah dapat berjalan.
Namun, karena pertumbuhan otot pada tungkai dan pertumbuhan alat keseimbangan belum sempurna, jalannya menjadi masih terhuyung-huyung dan belum tegap seperti
orang dewasa. Menurut Al-Mighwar (2006:32)mengatakan: Luasnya pengaruh perubahan fisik pada masa puber juga berpengaruh pada sikap dan tingkah laku.
Realitas menunjukan bahwa perubahan sikap dan tingkah lakunya saat itu lebih merupakan akibat dari perubahan sosial daripada akibat perubahan kelenjer yang berpengaruh pada keseimbangan tubuh. Bila orangtua, kakak- adik, guru-guru, dan teman-teman kurang memberikan pengertian dan simpati pada anak puber yang harapan-harapan sosialnya begitu besar, akibat psikologis yang ditimbulkan oleh perubahan-perubahan fisik itu semakin besar.
KESIMPULAN
Berdasarkan kepada permasalahan dan pertanyaan penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pertumbuhan fisik remaja sudah dikategorikan baik. Dimana diperoleh total rata-rata indikator sebesar 4,13 dan tingkat capaian responden sebesar 82,58% . 2. Tingkah laku remaja sudah dikategorikan
sedang. Dimana diperoleh total rata-rata indikator sebesar 3,88 dan tingkat capaian responden sebesar 77,55%.
3. Adanya pengaruh positif pertumbuhan fisik remaja terhadap tingkah laku remaja, apabila nilai variabel pertumbuhan fisik remaja meningkat sebesar satu satuan maka akan meningkatan tingkah laku remaja sebesar 1,379 dalam setiap satuannya. Dengan asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan atau konstan.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah penulis uraikan, maka untuk meningkatkan tingkah laku remaja menjadi lebih baik untuk masa yang akan datang penulis menyarankan:
1. Sebaiknya remaja bisa menerima keadaan fisik pada dirinya sendiri dan tetap percaya diri dalam pergaulan disekolah maupun dirumah.
2. Remaja sebaiknya merubah sikap-sikap negatif yang ada pada dirinya sehingga terbentuk sikap-sikap positif remaja dalam pergaulan sehari-hari.
3. Remaja sebaiknya mengetahui tentang perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada dirinya agar tidak canggung dalam bertingkah laku.
4. Remaja sebaiknya saling terbuka dengan orangtua tentang perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada dirinya agar
mendapatkan masukan dan nasehat dari orangtua dalam bertingkah laku.
5. Orangtua sebaiknya memperhatikan anaknya dengan memberikan pemahaman tentang pertumbuhan fisik remaja agar remaja tidak canggung dengan perubahan- perubahan yang terjadi dalam dirinya.
6. Bagi pengelola bidang studi BK dapat mempersiapkan dan membekali mahasiswa yang akan terjun kelapangan dengan pengetahuan tentang pengaruh pertumbuhan fisik terhadap tingkah laku remaja.
7. Bagi wali nagari dapat membantu remaja dengan memberikan berbagai penyuluhan kepada remaja agar tingkah laku remaja berkembang kearah yang positif.
8. Bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan rujukan dalam melakukan penelitian yang sejenis yang lebih mendalam dimasa yang akan datang.
KEPUSTAKAAN
Ali, Muhammad & Muhammad Asrori. 2011.
Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara.
Al-Mighwar, Muhammad. 2006. Psikologi Remaja. Bandung : Pustaka Setia.
Bungin, Burhan. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Premada
Media Group.
Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta: Gaung
Persada Press.
Riduwan. 2010. Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistika untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta
Riduwan. 2013. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika untuk Administrasi
Pendidikan-Bisnis-Pemerintahan- Sosial-Kebijakan-Ekonomi-Hukum- Manajemen. Bandung: Alfabeta.
Sarwono, Sarlito W. 2012. Psikologi Remaja.
Jakarta: Raja Grafindo Persaja.
Zulkifli. 2009. Psikologi Perkembangan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.