PENDAHULUAN
Konteks Penelitian
Jual beli juga harus berdasarkan asas konsensualisme (kesukarelaan) kedua belah pihak, sehingga para pihak tidak merasa dirugikan. Selain berdasarkan kerelaan, transaksi jual beli juga harus dilakukan secara adil dan benar, tanpa penipuan atau penipuan. Dalam jual beli ada rukun dan syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dikatakan bahwa jual beli itu adalah jual beli yang utuh (sah).
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam jual beli adalah pembuat jual beli balig, wajar dan tanpa kewajiban.
Fokus Kajian
Tebong biasanya digunakan oleh para penendak7 untuk menakar beras yang akan dibeli, yang biasanya para penendak itu sendiri langsung menakar beras yang akan dibeli. Selain itu, saat melakukan akad jual beli, digunakan akad qabul yaitu akad kilo. Akad kilo yang digunakan dapat menimbulkan unsur gharar dalam jual beli, dengan jumlah objek yang diperjualbelikan berbeda dengan akad ijab qabul.
Tujuan dan Manfaat
- Tujuan Penelitian
- Manfaat Penelitian
Telaah Pustaka
Pandangan hukum Islam tentang jual beli adalah mubah (diperbolehkan) sepanjang tidak melanggar aturan dalam artian tidak mengandung gharar, penipuan dan lain-lain. 9 Samsul Karmaen, “Tinjauan Hukum Islam Tentang Jual Beli Batu Emas Di Desa Sekotong Barat”, Tesis: IAIN Mataram, 2011. Dari hasil penelitiannya diketahui bahwa jual beli borongan pada masa itu dilakukan panen dengan terlebih dahulu melakukan pemeriksaan.
Yang membedakan penelitian ini dari tinjauan pustaka di atas adalah penulis memfokuskan pada praktik jual beli beras dengan menggunakan alat berupa tebong, alat tradisional di Desa Batujai.
Ruang Lingkup
- Ruang Lingkup Penelitian
- Setting Penelitian
- Pengertian dan Hukum Jual Beli
- Rukun dan Syarat Jual Beli
- Macam-macam Jual Beli
- Konsep Al-urf (Adat)
Dalam bahasa Arab, jual beli disebut al-Bai'-Baya'a (jual beli)12, al-Tijarah berasal daripada perkataan tajara-yatjuru-tajran (yang bermaksud perniagaan atau perdagangan). Menurut Ulama’ Hanafiyah, rukun jual beli hanyalah ijab dan kabul yang intinya adalah akad, redha kedua belah pihak. Ulama fiqh sepakat bahawa unsur utama jual beli ialah persetujuan kedua-dua pihak.
Sedangkan Ulama' Syafi'iyah berpendapat bahwa transaksi jual beli harus dilakukan dengan kata-kata yang jelas atau sindiran melalui ijab dan kabul.
Metode Penelitian
- Pendekatan Penelitian
- Kehadiran Peneliti
- Sumber Data
- Teknik Pengumpulan Data
- Teknik Analisis Data
- Validitas Data
- Kecukupan Referensi
Selain itu, peneliti menggunakan pendekatan ini untuk mendapatkan data yang holistik, luas dan mendalam yang menangkap makna sebenarnya dari situasi sosial dari objek yang diteliti. Dua jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data primer dan data sekunder. Teknik analisis data yang digunakan adalah induktif yaitu analisis berdasarkan data yang diperoleh, yang kemudian dikembangkan menjadi hipotesis.
Proses analisis data dilakukan sebelum terjun ke lapangan sampai terjun langsung, menganalisis data yang diperoleh di lapangan secara cermat dan teliti agar hasil penelitian yang diperoleh benar-benar valid. Teknik analisis data yang peneliti gunakan adalah model analisis data Miles dan Huberman yaitu teknik analisis data melalui tiga tahap. Setelah mendapatkan data yang jenuh untuk keperluan penelitian, maka peneliti akan meringkas dan memilih data-data pokok dan penting yang akan menjadi fokus penelitian, dalam hal ini peneliti hanya memfokuskan pada masalah praktek tebong, kemudian hal-hal yang tidak perlu diperhatikan. lakukan dengan amalan tebong anda akan menjadi sarjana.buanglah.
Setelah memilih, meringkas dan membuang data yang tidak diperlukan, kemudian menyajikan data tersebut dalam bentuk naratif sehingga dapat memudahkan peneliti memahami apa yang terjadi dan merencanakan kegiatan selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami tersebut. Selanjutnya peneliti menarik kesimpulan dari data yang diperoleh secara valid, seperti halnya pada praktek tebong, maka peneliti akan menyimpulkan hasil penelitian yang diperoleh mengenai pandangan Hukum Ekonomi Syariah terhadap praktek tebong. Untuk mengetahui tingkat keabsahan data yang diperoleh dengan kenyataan yang terjadi di lapangan, maka perlu dilakukan uji keabsahan data agar data yang diperoleh benar-benar teruji.
Peneliti meninjau kembali data yang diperoleh dengan informan yang sama dengan menggunakan teknik yang berbeda, misalnya peneliti menemukan data dari tenaga penjual dengan menggunakan metode wawancara, maka dalam menguji data ini peneliti menggunakan metode observasi atau observasi perilaku dan cara penjual jual beli beras menggunakan tebong. Peneliti dapat menguji keabsahan data dengan berusaha meninjau kembali data yang diperoleh dari informan yang sama dengan teknik yang digunakan pada waktu yang berbeda.
PAPARAN DATA DAN TEMUAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
- Sejarah Singkat Desa Batujai
- Letak Dan Keadaan Desa
- Keadaan Penduduk Desa Batujai
- Keadaan Ekonomi Desa Batujai
- Keadaan Sosial Masyarakat Desa Batujai
Dari Kelungkung ia merantau ke Lombok (Lombo Rincung Barat) bersama pengikutnya dari Majapahit ditambah pengikutnya dari Kelungkung. Tidak lama kemudian, ia pindah bersama rombongannya dari Majapahit ke Pujut, Lombok tengah, sementara para pengikutnya yang berasal dari Kelungkung berdiam diri dan tinggal di Rincung hingga sekarang. Sebuah kerajaan kecil dibentuk dan dikembangkan di kediamannya di Gunung Pujut dan diperintah secara turun-temurun sebagai berikut:56 a.
Bahwa mereka yang pindah ke Desa Batujai disebut Raden Lumbit, dari Raden Lumbit, merupakan nenek moyang dari keturunan dan pendiri Desa Batujai yang dipercaya telah membentuk pemerintahan pertama di Desa Batujai pada tahun 1725.57. Desa Batujai merupakan desa yang sangat besar yang terbagi menjadi beberapa dusun antara lain dusun Poen dimana kantor Desa Batujai berada, ada juga dusun Wage dengan eler atau tempat menggiling padi, kemudian ada juga yang dukuh. Desa Batujai merupakan wilayah Kecamatan Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah dengan batas-batas sebagai berikut.
Desa Batujai memiliki luas 1.176 Ha yang sebagian besar lahannya berupa sawah (lahan irigasi). Masyarakat Desa Batujai biasanya menanam padi dua kali dalam setahun kemudian menanam gabah atau tanaman lain yang menguntungkan di luar musim padi. Selain memiliki sawah, Desa Batujai juga memiliki jenis tanah yang berbeda-beda seperti yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Sawah Irigasi Teknis 223 Ha Lahan Sawah Irigasi Non Teknis 222 Ha Sawah Lahan Hujan 596 Ha Kebun/ Lahan Pertanian 68 Ha Lahan Heath/Pengisian 3 Ha. Hal ini disebabkan besarnya potensi sumber daya alam yang dimiliki dengan jumlah dan luas sawah sekitar 1.041 Ha dari luas desa Batujai seluas 1.176 Ha.
Sistem Jual Beli Beras di Desa Batujai
- Ditinjau Dari Cara Mendapatkan Obyeknya
- Ditinjau Dari Alat Penukarannya
- Ditinjau Dari Alat Penakarannya
Batujai juga memiliki organisasi badan usaha milik desa, organisasi wanita dan 3 yayasan.
Praktik Tebong Di Desa Batujai
Fatimah (sebagai penjual beras kepada tebong dan orang yang menyaksikan transaksi jual beli dengan tebong) menjelaskan bahawa tebong menggunakan tebong apabila hendak menyukat beras yang hendak dibeli dengan menyukat sehingga melepasi sempadan. daripada bibir tebong atau mojuk75. Menyukat beras menggunakan tebong dikatakan lebih memberi hasil kerana jumlahnya melebihi sekilogram jika tebong digunakan. Sehingga apabila dijual dengan timbangan yang sesuai untuk sukatan, ia akan menghasilkan lebihan beras yang lebih besar daripada satu kilogram.
Lalu Inaq Irok menjual beras yang dibelinya seharga enam ribu dengan harga enam ribu lima ratus rupiah menjadi tujuh ribu rupiah. Artinya beras yang dibelinya seharga enam ribu rupiah, ia jual kembali seharga enam ribu rupiah lagi. Jadi kalau menjualnya dengan menggunakan takaran baku, beras misalnya dalam kontrak jual beli dengan jerami padi adalah 5 kg, jumlahnya bisa sampai 7 kg.
Inaq Sus (penendak) juga mengatakan bahwa ia biasa menggunakan tebong sebagai alat menakar beras yang akan dijual atau dibelinya. Inaq Eah (seorang petani yang juga seorang buruh tani) mengatakan bahwa tebong selalu digunakan oleh para penendak ketika hendak menakar beras yang dibelinya. Penyidik juga menemukan Penendak kurang hati-hati dan teliti dalam menakar beras yang akan dibelinya dengan tebong.
Penendak ada yang menggunakan dacin untuk takaran, ada juga yang curang dengan cara strategis menggunakan dacin agar jumlah nasi yang didapat lebih banyak. Fatimah Ia mengetahui bahwa hasil takaran yang dilakukan penendak dengan menggunakan tebong saat menakar beras yang ingin dijual memiliki keunggulan dibandingkan dengan yang disepakati.
PEMBAHASAN
Analisis Terhadap Praktik Jual Beli Beras Menggunakan
Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Praktik
Tebong adalah alat tradisional yang terbuat dari cat bekas wadah yang digunakan untuk menakar terutama menakar beras dalam transaksi jual beli. Masyarakat Batujai merupakan masyarakat yang masih menggunakan alat tradisional yaitu tebong untuk melakukan transaksi jual beli beras karena sudah menjadi tradisi masyarakat Batujai walaupun masih belum digunakan oleh semua orang. Ayat di atas menjelaskan larangan transaksi jual beli yang mengandung unsur gharar, baik gharar dalam ukuran, berat barang maupun akad.
Dari hadits tersebut diketahui bahwa mengukur dua kali dalam melakukan transaksi jual beli beras, yaitu pada saat jual beli, memang merupakan perintah yang dianjurkan dalam agama. Seolah-olah pembeli mempercayai penjual dalam takarannya karena ia tetap memperhitungkan harga, misalnya dalam praktik jual beli beras, penendik tidak boleh menakar kembali beras yang akan dibelinya dari petani sebagaimana asalkan dalam bentuk tunai (tidak ada utang). Mengenai pendapat para Ulama yang tidak membolehkan, dapat disimpulkan bahwa mereka tidak membolehkan jual beli beras, dimana petani (pemilik beras) menjual berasnya tanpa menakar terlebih dahulu, begitu juga dengan pembeli (pendak). . ), tidak boleh menerima barang yang tidak ditimbang oleh penjual.
Dalam mengukur jual beli beras hendaknya dilakukan dengan sebaik-baiknya, dengan kejelasan pengukuran diketahui oleh kedua belah pihak yang melakukan transaksi jual beli sehingga apa yang diperjualbelikan tidak mengandung gharar sehingga batal transaksinya. Adapun Malik membolehkan jual beli seperti di atas dan jual beli apapun yang dibutuhkan atau tingkat penipuannya kecil. Allah SWT tidak melarang segala bentuk jual beli yang dibutuhkan masyarakat, sekalipun ada sedikit penipuan.
Oleh karena itu perlu dilakukan pembenahan agar transaksi jual beli beras sempurna dan diridhoi Allah. Penggunaan tebong sebagai alat ukur dalam transaksi jual beli beras masih dapat digunakan karena juga merupakan tradisi atau adat di desa Batujai.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti menemukan bahwa dalam praktik jual beli beras dengan tebong yang dilakukan oleh penendak yang mengukur beras yang akan dibelinya dari petani dengan cara melebih-lebihkan isi tebong sampai penuh, menghasilkan jumlah beras yang lebih dari satu kilogram per hari. Berdasarkan tinjauan hukum dagang syariah, praktik tebong yang dilakukan oleh penyidik desa Batujai mengandung unsur penipuan sehingga tidak dapat dibenarkan secara akad. Oleh karena itu, praktik tebong harus diatur sedemikian rupa agar tidak menyimpang dari aturan yang telah ditetapkan oleh syariat Islam.
Saran-saran