Yasnanto, S.I.P., M. Pd
Disusun oleh :
Cello Gemilang Solechan (2140301160)
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan
Universitas Tidar Magelang 31 Agustus 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa” dengan baik. Makalah ini saya susun guna melengkapi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila. Selain itu makalah ini tidak hanya sekedar wacana, namun dapat menjadi wahana dalam melestarikan nilai-nilai luhur Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit kesulitan yang saya temui. Namun berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Dalam kesempatan ini saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak Yasnanto, S.I.P., M.Pd. selaku dosen pembina mata kuliah ini.
Magelang, 31 Agustus 2021
Cello Gemilang Solechan DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...i
BAB I...1
PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang...1
B. Rumusan Masalah...1
C. Tujuan Makalah...1
BAB II...2
PEMBAHASAN...2
A. Pancasila Era Pra Kemerdekaan...2
B. Pancasila Era Kemerdekaan...4
BAB III...10
PENUTUP...10
A. Kesimpulan...10
B. Saran...11
DAFTAR PUSTAKA...12
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pancasila disahkan menjadi dasar negara tepatnya pada tanggal 18 Agustus 1945 tepat satu hari setelah proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia. Untuk mempersiapkan kemerdekaan kala itu dibentuklah BPUPKI yang diketuai oleh Dr.
K R T Radjiman Wedyodiningrat dan PPKI yang diketuai oleh Ir. Soekarno. Mr.
Muhamad Yamin, Prof. Dr. Soepomo, Ir. Soekarno menyampaikan masing-masing 5 calon rumusan dasar negara pada sidang pertama BPUPKI. Kemudian Ir.
Soekarno menyampaikan nama dasar negara tersebut adalah Pancasila (saran Mr.M. Yamin).
Sebagai dasar negara, Pancasila mempunyai arti yaitu mengatur penyelenggaraan pemerintahan. Hal ini menempatkan pancasila sebagai dasar Negara yang berarti melaksanakan nilai-nilai Pancasila dalam semua peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu, sudah seharusnya semua peraturan perundang-undangan di Negara Republik Indonesia bersumber pada Pancasila.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ditunjukan untuk merumuskan permasalahan yang akan dibahas pada pembahasan dalam makalah. Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah, sebagai berikut :
1. Pancasila Pada Era Pra Kemerdekaan 2. Pancasila Pada Era Kemerdekaan C. Tujuan Makalah
Tujuan penulisan dalam makalah ditunjukan untuk mencari tujuan dari dibahasnya pembahasan atas rumusan masalah dalam makalah. Adapun tujuan penulisan makalah, sebagai berikut:
1. Menjelaskan Pancasila pada era pra- kemerdekaan 2. Menjelaskan Pancasila pada era kemerekaan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pancasila Era Pra Kemerdekaan
Pada era pra kemerdekaan terjadi banyak peristiwa penting dan berharga.
Ketika Dr. Radjiman Wedyodiningrat, selaku ketua Badan Penyelidik Usaha Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Junbi Chosakai pada tanggal 29 mei 1945 meminta untuk mengadakan sidang yang membahas tentang pengemukaan dasar negara Indonesia merdeka.
Pada tanggal 29 mei – 1 juni 1945 diadakan siding pertama BPUPKI. Dalam siding tersebut Mr. Muhamad Yamin, Prof. Dr. Soepomo, dan Ir. Soekarno secara bururutan menyampaikan gagasanya tentang dasar negara. Beikut isi dari gagasan tersebut :
1. Mr. Muhamad Yamin (29 mei 1945) a) Peri Kebangsaan
b) Peri Kemanusiaan c) Peri Ketuhanan d) Peri Kerakyatan, dan e) Peri Kesejahteraan Rakyat 2. Prof. Dr. Soepomo
a) Persatuan negara, negara serikat, persekutuan negara, b) Hubungan antara negara dan agama,
c) Republik atau monarchie.
3. Ir. Soekarno
a) Nasionalisme (kebangsaan Indonesia) b) Internasionalisme (Peri Kemanusiaan) c) Mufakat (Demokrasi)
d) Kesejahteraan Sosial, dan
e) Ketuhanan Yang Maha Esa (Berkebudayaan)
Kemudian Ir. Soekarno menyampaikan nama dasar negara tersebut adalah Pancasila (saran Mr.M. Yamin).
Kemudia BPUPKI membentuk panitia kecil untuk merumuskan dan menyusun UUD dengan berpedoman pada pidato Bung Karno. Panitia ini beranggotakan 9 orang, yaitu :
1) Ir. Soekarno (ketua)
2) Drs. Mohammad Hatta (wakil ketua) 3) Mr. Alexander Andries Maramis (anggota) 4) Abikoesno Tjokrosoejoso (anggota) 5) Abdoel Kahar Moezakir (anggota) 6) H. Agus Salim (anggota)
7) Mr. Achmad Soebardjo (anggota)
8) Kiai Haji Abdul Wahid Hasjim (anggota) 9) Mr. Mohammad Yamin (anggota)
Panitia kecil berugas menampung saran ,usul, dan konsepsi dari para anggotanya mengenai UUD.
Pada sidang kedua BPUPKI tanggal 10 Juli - 17 Juli 1945 merupakan sidang penentuan dasar negara sebagai hasil kesepakatan bersama. Anggota BPUPKI pada sidang kedua ini ditambah enam orang baru. Pada sidang kali ini BPUPKI menerima hasil dari panitia kecil atau panitia sembilan yang disebut dengan
“Piagam Jakarta”. Hasil dari Piagam Jakarta adalah rumusan dasar negara yang terdiri dari 5 isi, yaitu :
1) Ketoehanan, dengan kewadjiban mendjalankan sjari’at Islam bagi pemeloek2-nja
2) Kemanoesiaan jang adil dan beradab 3) Persatoean Indonesia
4) Kerakjatan jang dipimpin oleh hikmat, kebidjaksanaan dalam permoesjarawartan/perwakilan
5) Keadilan sosial bagi seloeroeh Rakjat Indonesia.
Setelah Piagam Jakarta yang disahkan pada 22 Juni 1945, Mohammad Hatta mengungkapkan bahwa pada 17 Agustus 1945 sore hari, ia menerima kedatangan seorang opsir Angkatan Laut Jepang (Kaigun). Opsir itu, datang sebagai utusan Kaigun untuk memberitahukan sungguh, bahwa wakil-wakil Protestan dan Katolik,
yang (tinggal di wilayah yang) dikuasai Kaigun, berkeberatan sangat terhadap bagian kalimat dalam pembukaan Undang-undang dasar, yang berbunyi
“Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk- pemeluknya”.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka kalimat “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” yang menjadi salah satu isi Piagam Jakarta menimbulkan perdebatan. Menurut Hatta, Indonesia sebagai negara kesatuan memiliki keragaman budaya dan agama beserta para pemeluknya. Maka itu, seluruh umat beragama di Indonesia sebaiknya merasa terwakili dalam rumusan dasar negara. Sukarno dan Hatta kemudian mengundang Kasman Singodimedjo untuk menghadiri sidang PPKI. Kasman Singodimedjo adalah tokoh Islam dari Muhammadiyah. Beliau diundang untuk membicarakan isi Piagam Jakarta bersama beberapa tokoh lain pada 18 Agustus 1945.
Perundingan pun dilakukan meskipun berlangsung agak alot. Pada akhirnya, disepakati bahwa salah satu isi Piagam Jakarta yang berbunyi "Ketuhanan dengan Kewajiban Menjalankan Syariat Islam bagi Pemeluk-pemeluknya" diganti. Sebagai gantinya adalah "Ketuhanan yang Maha Esa" yang kemudian ditetapkan sebagai sila pertama Pancasila yang menjadi dasar negara sekaligus falsafah hidup bangsa Indonesia. Berikut isi dari Pancasila setelah adanya perubahan :
1. Ketoehanan jang Maha Eda
2. Kemanoesiaan jang adil dan beradab 3. Persatoean Indonesia
4. Kerakjatan jang dipimpin oleh hikmat, kebidjaksanaan dalam permoesjarawartan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seloeroeh Rakjat Indonesia.
B. Pancasila Era Kemerdekaan
Sebagai dasar negara, Pancasila mengalami masa-masa sulit pada periode awal Indonesia merdeka. Fokus pemerintah Indonesia terpecah karena Belanda ingin menguasai kembali Indonesia melalui berbagai macam serangan, sehingga mempersulit rakyat Indonesia untuk membangun negara serta pemerintahanya.
Demikian juga dengan kondisi ekonomi serta politik yang juga kacau. Pemerintah
Indonesia lebih fokus untuk mencari pengakuan kedaulatan Indonesia. Walaupun bangsa Indonesia sudah menyatakan kemerdekaannya, sudah menyatakan dasar bernegara dan konstitusinya, tetapi Belanda masih berambisi untuk menguasai Indonesia.
Dalam perjalanan bangsa Indonesia pasca kemerdekaan, Pancasila mengalami banyak perkembangan. Setelah kemerdekaan Indonesia, Pancasila melewati masa – masa percobaan demokrasi. Pada waktu itu, Indonesia masuk ke dalam era percobaan demokrasi multi-partai dengan sistem kabinet parlementer. Partai – partai politik pada masa itu banyak sekali bermunculan, dan proses politik yang ada cenderung berhasil dalam mengusung kelima sila sebagai dasar negara (Somantri, 2006). Pancasila pada masa ini mengalami masa kejayaannya. Kemudian pada tahun 1959 presiden Soekarno menerapkan demokrasi terpimpin. Demokrasi terpimpin berjalan berdasarkan Dekret Presiden Soekarno 5 Juli 1959 dan Tap MPRS No. VIII/MPRS/1965. Paham demokrasi ini berdasarkan paham kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan (sila ke-4 dari Pancasila). Paham ini berintikan musyawarah untuk mufakat secara gotong royong antara semua kekuatan nasional yang revolusioner dengan prinsip Nasakom (nasionalisme, agama, dan komunisme).
Pada masa itu, presiden dalam rangka tetap memegang kendali politik terhadap berbagai kekuatan mencoba untuk memerankan politik integrasi paternalistic (Somantri, 2006). Pada akhirnya system inilah yang menghianati nilai – nilai Pancasila itu sendiri, salah satunya permusyawaratan. Kemudian pada tahun 1965 tepatnya tanggal 30 September terjadilah pemberontakan oleh partai komunis.
Peristiwa tersebut bertujuan untuk merebut kekuasaan dan mengganti ideologi bangsa Indonesia menjadi komunis.
Setelah kejadian tersebut, tepatnya pada tanggal 11 Maret 1966 Soeharto yang kala itu menjabat sebagai Menteri atau Panglima Angkatan Darat diberi mandat oleh presiden Soekarno untuk mengambil alih segala tindakan yang dianggap perlu untuk mengatasi situasi keamanan yang buruk saat itu. Surat perintah tersebut disebut dengan “Supersemar”. Bermodalkan supersemar tersebur Soeharto tidak hanya berhasil memulihkan keamanan, tetapi juga perlahan lahan mengambil alih kepemimpinan nasional.
Ini merupakan peristiwa yang menandai masuknya era orde baru, dimana kemudian Pancasila mengalami mistifikasi. Pancasila pada masa itu menjadi kaku dan mutlak pemakainya. Pancasila pada masa presiden Soeharto kemudian menjadi core-values (Soemantri, 2006), yang pada akhirnya kembali menodai nilai – nilai dasar yang sesungguhnya terkandung dalam Pancasila itu sendiri.
Seiring perkembanganya, masa orde baru dibawah kepemimpinan Soeharto dianggap banyak melakukan penyimpangan yang bertentangan dengan Pancasila hingga disebut sebagai pemimpin dengan sistem komunis. Adapun bentuk-bentuk penyimpangan Pancasila yang dilakukan oleh Pemerintahan Orde Baru, diantaranya adalah :
1. Pancasila sebagai dasar negara malah diredusir, disalahartikan bahkan disalahgunakan oleh Soeharto sebagai simbol kekuasaanya.
2. Pancasila dijadikan sebagai alat untuk menguasai rakyat sehingga pemerintah Orde Baru dapat melegitimasi kelanggengan masa jabatannya.
3. Banyaknya praktik penyimpangan dan segala bentuk kebijakan yang belindung di balik fungsi pokok Pancasila Jadi siapapun yang menentang kebijakan tersebut dianggap telah menentang Pancasila.
4. Soeharto hanya mempercayakan orang-orang terdekatnya untuk menguasai perusahaan besar negara dan pengelolaan sumber daya alam di Indonesia hingga menjadi ajang praktik-praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Hal ini bertentangan dengan Pancasila sila ke – 5 yaitu asas kekluargaan.
5. Soeharto memimpin negara dengan keotoritarian padahal Indonesia adalah negara demokrasi yang mengutamakan rakyat.
6. Meleburnya heterogenitas sehingga membuat kelompok-kelompok minoritas tersingkir. Kemudian timbulah masalah SARA oleh kelompok etnis Tionghoa yang berada di Indonesia.
7. Organisasi, sekolah-sekolah ataupun lembaga-lembaga pendidikan lainnya harus menerapkan Pancasila. Padahal Pancasila hanya dijadikan sebagai indoktrinasi masal.
8. Soeharto melarang adanya kritikan-kritikan untuk menjatuhkan pemerintah.
Kritikan tersebut dianggap menggangu ketidakstabilan negara sehingga Soeharto
sering melakukan kekuatan militer bagi siapapun yang berani mengkritik pemerintah.
9. Dalam masa orde baru, diterapkannya demokrasi sentralistik yaitu demokrasi yang berpusat pada pemerintah, lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif dipegang kendalinya oleh Presiden.
Sebab adanya penyimpangan-penyimpangan terhadap Pancasila tersebut, timbulah masalah-masalah yang berakibat dari penyimpangan itu, diantaranya adalah :
1. Merajalelanya praktik KKN
2. Timbulnya jenis jenis pelanggaran HAM 3. Beberapa lembaga tidak berfungsi semestinya
4. Pembangunan yang tidak merata sebab terlalu fokus di daerah pusat 5. Kebebasan PERS sangat terbatas
6. Bertambahnya kesenjangan ekonomi (pendapatan) antara warga miskin dan kaya
7. Kebebasan masyrakat untuk berkumpul dan mengeluarkan pendapat tidak dipenuhi
8. Kesenjangan pembangunan terjadi di beberapa daerah, salah satunya adalah Aceh dan Papua
9. Pemilu hanya menjadi sarana untuk melanjutkan kekuaasaan Soeharto 10. Munculah penindasan secara fisik, seperti pembunuhan orang di Timor-
Timur, Aceh, Irian Jaya dan kasus lainnya
11. Banyak kasus yang tidak menceminkan keadilan, salah satunya adalah kasus Marsinah, kasus Kedung Ombo, kasus Jamsostek dan lainnya
Karena banyaknya masalah pada zaman orde baru, Soeharto kemudian lengser pada tahun 1998, masa jabatannya berakhir setelah mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei tahun tersebut, menyusul terjadinya kerusuhan Mei 1998 dan pendudukan gedung DPR/MPR oleh ribuan mahasiswa. Ia merupakan orang terlama yang menjabat sebagai presiden Indonesia, yaitu selama 31 tahun. Soeharto digantikan oleh B.J. Habibie, yang saat itu menjabat sebagai wakil presiden.
Habibie dihadapkan pada masalah ekonomi Indonesia yang sedang krisis karena dilanda krisis moneter. Pemerintahan B.J. Habibie mengambil beberapa kebijakan penting. Kebijakan yang diambil adalah dengan mengendalikan uang yang beredar, menaikan suku bunga sertifikat BI menjadi 70%, dan menerapkan bank sentral independent. Di bidang perbankan, diterbitkan obligasi senilai Rp. 650 triliun untuk menalangi perbankan, menutup 38 bank dan mengambil alih tujuh bank.
Setelah beberapa kebijakan tersebut, satu tahun kemudian Indonesia menerima dampak dari reformasi ekonomi. Antara lain jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS dari semula Rp. 7.000 menjadi Rp. 17.000. Walau nilai tukar rupiah turun, namun pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan perbaikan yang cukup signifikan dari yang sebelumnya -13% menjadi 2%, angka inflasi pun sukses diturunkan dari 77,6% menjadi 2%. B.J. Habibie hanya menjabat selama 1 tahun.
Hal itu disebabkan karena referendum yang dikeluarkan kepada Timor Timur yang membuat masyarakat dan kaum elit politik kecewa. Akhirnya pada tanggal 30 Agustus 1999 Timor Timur lepas dari NKRI. Akhirnya pada tanggal 20 Oktober 1999 B.J. Habibie lengser dan digantikan oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Pada masa pemerintahan Gus Dur ada beberapa kebijakan yang dianggap tidak sesuai. Sejumlah kebijakan seperti upaya mengubah independensi BI lewat amandemen UU BI, bea masuk impor mobil mewah untuk KTT G-15 yang jauh lebih rendah dari yang seharusnya (hanya 5% sementara seharusnya 75%), dan otonomi daerah yang membebaskan daerah untuk mengajukan pinjaman luar negeri tidak populer di masyarakat dan menuai protes.
Kondisi perekonomian yang kembali menunjukkan kemunduran setelah sempat membaik pada masa kepemimpina B.J. Habibie. Salah satu tanda perekonomian Indonesia mengalami kemunduran adalah nilai tukar rupiah yang melemah, dari Rp.
7.500 menjadi Rp. 9.800. Namun pada masa pemerintahan Gus Dur juga ada beberapa hal positif. Penurunan tingkat kemiskinan, proyek pedesaan, dan pembangunan infrastruktur adalah beberapa hal positif pada masa pemerintahan Gus Dur. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur akhirnya lengser dari kursi kepresidenan pada 23 Juli 2001.
Gus Dur digantikan oleh presiden wanita pertama dan satu – satunya sejauh ini yaitu Megawati. Tidak banyak peristiwa penting pada masa pemerintahan
Megawati, yaitu lepasnya pulau Ligitan dan pulau Sipadan ke tangan Malaysia.
Peristiwa itu dianggap menjadi penghianatan Megawati kepada bangsa Indonesia.
Megawati menjabat sebagai presiden sejak 23 Juli 2001 hingga 20 Oktober 2004.
Lambat laun mulai ada perbaiakan, penerapan Pancasila yang menjadi sumber hukum di Indonesia bergerak menuju arah yang semestinya. Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo yang masing – masing menjabat selama 2 periode berusaha mewujudkan cita - cita bangsa Indonesia yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Walaupun perubahan tergolong belum signifikan, namun setidaknya bergerak kearah yang lebih baik.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Dasar negara adalah alas dari terbentuknya sebuah negara. Dasar negara berisi tentang arah dan cita – cita bangsa yang akan diwujudkan di masa mendatang.
Sehingga dasar negara dapat menjadi pedoman agar suatu bangsa dapat meraih cita – citanya. Cita – cita bangsa Indonesia tertuang dalam UUD 1945 yang di dalamnya terdapat Pancasila.
Pancasila merupakan lima nilai dasar negara yang disusun oleh para pendiri bangsa Indonesia melalui perjuangan yang cukup panjang. Peristiwa – peristiwa di masa lalu yang berhubungan dengan Pancasila membuat kita sadar betapa sulitnya perjuangan untuk merumuskan Pancasila. Sejarah bangsa Indonesia berlalu dengan melewati proses yang sangat panjang. Dalam proses yang panjang tersebut dapat dicatat kejadian – kejadian penting yang merupakan tonggak sejarah perjuangan.
Pancasila adalah dasar negara yang dikemukakan oleh Mr. Muhamad Yamin, Prof. Dr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Dasar negara juga tertuang dalam Piagam Jakarta hasil dari rumusan panitia Sembilan yang diketuai oleh Ir. Soekarno.
Namun dasar negara yang terdapat di dalam Piagam Jakarta itu mendapat tentangan dari beberapa pihak sehingga perlu diadakan revisi yang pada akhirnya sila pertama yang berbunyi “Ketoehanan, dengan kewadjiban mendjalankan sjari’at Islam bagi pemeloek2-nja” diubah menjadi “Ketoehanan jang Maha Esa”.
Pancasila sempat mendapat ancaman dari partai – partai komunis yang ingin merebut kekuasaan dan mengganti ideologi bangsa Indonesia menjadi komunis.
Namun berkat kesadaran dan tekat yang kuat dari seluruh rakyat Indonesia membuat hal tersebut tidak terjadi. Pada masa orde baru juga sempat terjadi penyelewengan. Banyak kejadian yang bertentangan dengan Pancasila, mulai dari pelanggaran HAM, kepemimpinan yang mutlak, tidak adanya kebebasan
berpendapat, maraknya prakti KKN atau Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme, tidak adanya kebebasan berorganisasi, tidak adanya kebebasan berpendapat, dan tidak boleh ada yang mengkritik pemerintahan.
B. Saran
Melihat perjuangan di masa lalu bagaimana para tokoh pendiri bangsa yang menyatukan gagasan mengenai dasar negara, seharusnya menambah kecintaan kita pada NKRI khususnya pada Pancasila. Karena Pancasila merupakan kepribadian bangsa Indonesia yang harus dijunjung oleh setiap warga negara Indonesia dan mengamalkan sila – sila dari Pancasila tersebut dengan setulus hati dan penuh rasa tanggung jawab. Karena seharusnya Pancasila tidak hanya kita baca namun juga harus kita amalkan pada kehidupan sehari – hari.
DAFTAR PUSTAKA
Prinada Yuda. 2020. Beda Isi Piagam Jakarta https://tirto.id/beda-isi-piagam- jakarta-dengan-pancasila-dan-sejarah-perubahannya-f7DR diakses tanggal 31 Agustus 2021
Wikipedia. 2021. Panitia Sembilan
https://id.wikipedia.org/wiki/Panitia_Sembilan diakses tanggal 31 Agustus 2021
Wikipedia. 2021. Demokrasi Terpimpin
https://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi_terpimpin diakses tanggal 31 Agustus 2021
Hidayat, Muhammad Zuhdi. 2021. Sejarah Supersemar: Latar Belakang, Isi,
Tujuan dan Fakta Menariknya
https://www.suara.com/news/2021/03/04/195810/sejarah-supersemar-latar- belakang-isi-tujuan-dan-fakta-menariknya?page=all diakses tanggal 31 Agustus 2021
Agustina Astri. 2016. Di depan akademisi, Megawati ungkap lepasnya Pulau Sipadan & Ligitan https://www.merdeka.com/peristiwa/di-depan-akademisi- megawati-ungkap-lepasnya-pulau-sipadan-ligitan.html diakses tanggal 1 Oktober 2021
Bindonesia baik.id. Masa Pemerintahan Bacharuddin Jusuf Habibie Reformasi Ekonomi Untuk Atasi Krisis https://indonesiabaik.id/infografis/masa- pemerintahan-bacharuddin-jusuf-habibie-reformasi-ekonomi-untuk-atasi-krisis diakses tanggal 1 Oktober 2021
Bindonesia baik.id. Masa Pemerintahan Gus Dur: Ekonomi Hadapi Tantangan https://indonesiabaik.id/infografis/ekonomi-hadapi-tantangan diakses tanggal 1 Oktober 2021