• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANDUAN ETIKA DAN DISIPLIN PROFESI RS. ELIM RANTEPAO

N/A
N/A
yain panggalo

Academic year: 2024

Membagikan "PANDUAN ETIKA DAN DISIPLIN PROFESI RS. ELIM RANTEPAO "

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PANDUAN

ETIKA DAN DISIPLIN PROFESI RS. ELIM RANTEPAO

RUMAH SAKIT ELIM RANTEPAO JALAN AHMAD YANI NO 68 RANTEPAO

TORAJA UTARA TAHUN 2022

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena perkenan-Nya Panduan Etika dan Disiplin Profesi RS. Elim Rantepao ini dapat terselesaikan. Panduan Etika dan Disiplin Profesi Rumah Sakit ini dapat terselesaikan merupakan salah satu upaya dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab untuk menjaga keselamatan pasien dengan menjaga standard dan kompetensi para staf medis yang akan berhadapan langsung dengan para pasien di rumah sakit.

Panduan Etika dan Disiplin Profesi ini berisi informasi kredensial dan rekredensial seorang dokter, dokter gigi, dokter spesialis dan dokter gigi spesialis. Diharapkan panduan ini dapat dijadikan bahan acuan bagi peningkatan mutu pelayanan dan pengembangan rumah sakit di masa mendatang.

Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam operasional pelayanan rumah sakit, sehingga rumah sakit masih tetap eksis dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sampai saat ini.

Kami menyadari bahwa isi dari Panduan Etika dan Disiplin Profesi ini masih belum sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan sehingga akan lebih sempurna di masa mendatang.

Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Panduan Etika dan Disiplin Profesi ini, kami sampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya, semoga dilimpahi berkat oleh Tuhan.

Rantepao, 13 Oktober 2022 Tim Penyusun

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... ii

BAB I. DEFENISI... 1

I. Latar Belakang... 1

II. Tujuan ... 1

III. Pengertian... 2

BAB II. RUANG LINGKUP... 4

BAB III. TATALAKSANA... 5

A. Kode Etik Dokter... 6

B. Kode Etik Kedokteran Gigi... 8

C. Disiplin Profesi Medis... 9

D. Bentuk Pelanggaran Disiplin Kedokteran ... 13

E. Sanksi Disiplin... 15

F. Garis Besar Panduan Kerja Sub Komite Etika dan Disiplin Profesi... 16

G. Tata Kerja Sub Komite Etika dan Disiplin Profesi... 18

H. Persidangan Sub Komite Etika dan Disiplin Profesi... 18

I. Proses penentuan Ada Tidaknya Pelanggaran Etika Profesi Medik... 19

J. Pengembangan dan Sosialisasi Pedoman Kerja Sub Komite Etika dan Disiplin Profesi... 20

BAB IV. DOKUMENTASI... 21

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. SPO Penanganan masalah Etik dan Disiplin Profesi... 22

Lampiran 2. Alur Pengaduan Dugaan Masalah/Pelanggran Etika Profesi Medik... 24

Lampiran 3. Formulir Pengaduan... 25

(4)

BAB I DEFENISI

I. Latar Belakang

Profesi kedokteran dan kedokteran gigi merupakan profesi yang memiliki keluhuran karena tugas utamanya adalah memberikan pelayanan untuk memenuhi salah satu kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan kesehatan. Dalam menjalankan tugas profesionalnya sebagai dokter dan dokter gigi, selain terikat oleh norma etika dan norma hukum, profesi ini juga terikat oleh norma disiplin kedokteran, yang bila ditegakkan, akan menjamin mutu pelayanan sehingga terjaga martabat dan keluhuran profesinya.

Pengertian disiplin kedokteran sesuai dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Pasal 55 ayat (1)) adalah aturan-aturan dan/atau ketentuan penerapan keilmuan dalam pelaksanaan pelayanan yang harus diikuti oleh dokter dan dokter gigi. Sebagaian dari aturan-aturan dan ketentuan tersebut, terdapat di dalam Undang-Undang Praktik Kedokteran, dan sebagian lagi tersebar di dalam peraturan perundang-undangan, pedoman atau ketentuan lain.

Undang-Undang Praktik Kedokteran menyebutkan standar pelayanan, standar profesi dan standar prosedur operasional serta ketentuan-ketentuan di dalam Pasal 37, Pasal 40, Pasal 41, Pasal 45-49, dan Pasal 51 sebagai aturan/ketentuan yang harus dipatuhi dokter dan dokter gigi. Sementara itu, aturan dan ketentuan lain yang harus dipatuhi oleh dokter dan dokter gigi, juga ditemukan dalam berbagai Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri Kesehatan, Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia, Ketentuan dan Pedoman Organisasi Profesi, Kode Etik Profesi dan juga dalam kebiasaan umum (common practice) di bidang kedokteran dan kedokteran gigi.

II. Tujuan

1. Melindungi pasien dari pelayanan staf medis yang tidak memenuhi syarat (unqualified) dan tidak layak (unfit/unproper) untuk melakukan asuhan klinis (clinical care).

2. Memelihara dan meningkatkan mutu rofesionalisme staf medis di rumah sakit.

III. Pengertian

(5)

1. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.

2. Komite Medik adalah perangkat rumah sakit untuk menerapkan tata kelola klinis (clinical governance) agar staf medis rumsah sakit terjaga profesionalismenya melalui kredensial, penjagaan mutu profesi medis dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi medis. Komite Medik merupakan organisasi non-struktural yang dibentuk di rumah sakit oleh kepala/direktur dan bukan merupakan wadah perwakilan dari staf medis.

3. Tenaga Medis adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis

4. Subkomite adalah adalah kelompok kerja di bawah Komite Medis yang dibentuk untuk mengelola masalah-masalah khusus, sesuai kebutuhan rumah sakit yang beranggotakan staf medis dan tenaga profesional lainnya.

5. Etika Profesi adalah norma yang berlaku dikalangan profesi medik di RS Elim Rantepao, yang mengacu pada:

a. Etika Umum

b. Kode Etik Kedokteran Indonesia

c. Etika khusus dari organisasi profesi dan perhimpunan seminat

6. Disiplin Kedokteran adalah aturan-aturan dan/atau ketentuan penerapan keilmuan dalam pelaksanaan pelayanan yang harus diikuti oleh dokter dan dokter gigi.

7. Penegakkan Disiplin adalah penegakan aturan-aturan dan/atau ketentuan penerapan keilmuan dalam pelaksanaan pelayanan yang harus diikuti oleh dokter dan dokter gigi.

8. MKDKI adalah Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia

9. Surat Tanda Registrasi adalah bukti tertulis yang diberikan Konsil Kedokteran Indonesia kepada dokter dan dokter gigi yang telah diregistrasi.

10. Surat Izin Praktik adalah bukti tertulis yang diberikan pemerintah kepada dokter dan dokter gigi yang akan menjalankan praktik kedoktean, setelah memenuhi persyaratan.

11. Organisasi Profesi adalah Ikatan Dokter Indonesia untuk dokter dan Pesatuan Dokter Gigi Indonesia untuk dokter gigi.

(6)

12. Kompetensi adalah seperangkat kemampuan profesional yang meliputi penguasaan ilmu pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai (knowledge, skill dan attitude), dalam melaksanakan tugas profesionalnya.

13. Konflik etik adalah ketidaksepahaman berdimensi etik akibat perbedaan kepentingan atau kewenangan antar dokter, antar dokter dengan perangkat dan jajaran IDI, antar organisasi di dalam IDI, antar organisasi di dalam IDI dengan organisasi non IDI, dan atau antar dokter dengan tenaga kesehatan lainnya yang belum atau tidak melibatkan pasien/klien dalam hubungan dokter-pasien, yang dianggap akan berkepanjangan dan berpotensi menurunkan citra dan keluhuran profesi kedokteran atau kondisi sengketa profesi yang memerlukan kepastian pedoman atau fatwa etik kedokteran.

14. Sengketa medik adalah ketidaksepahaman antara pihak dokter dengan pihak pasien/klien atau keluarganya (keduanya disebut para pihak) di dalam atau pasca hubungan dokter-pasien/klien yang berwujud diadukannya dokter tersebut kepada sarana kesehatan, IDI, MKEK atau lembaga disiplin dan peradilan lainnya.

(7)

BAB II

RUANG LINGKUP

Ruang lingkup Panduan Etik dan Disiplin Profesi Medis ini adalah seluruh staf medis yang melakukan tugas pelayanan, pendidikan, penelitian klinis dan penyuluhan kesehatan sesuai kompetensi di lingkungan RS. Elim Rantepao. Tidak tertutup kemungkinan dalam pelaksanaan, khususnya dalam hal menangani dugaan pelanggaran etik dan disiplin profesi staf medis akan melibatkan pihak lain (satuan kerja) lain, baik di lingkungan RS. Elim Rantepao maupun dari luar RS. Elim Rantepao.

Perlu dilakukan sosialisasi kepada seluruh staf medis yang bekerja di lingkungan RS. Elim Rantepao akan adanya Panduan Etik dan Disiplin Profesi Medis agar dapat menghindarkan (paling tidak meminimalisasi) terjadinya kasus-kasus dugaan pelanggaran etik dan disiplin profesi medis.

Pelanggaran disiplin adalah pelanggaran terhadap aturan-aturan dan/atau ketentuan penerapan keilmuan, yang pada hakikatnnya dapat dikelompokkan dalam 3 hal, yaitu:

1. Melaksanakan praktik kedokteran dengan tidak kompeten.

2. Tugas dan tanggung jawab profesional pada pasien tidak dilaksanakan dengan baik.

3. Berprilaku tercela yang merusak martabat dan kehormatan profesi kedokteran.

(8)

BAB III TATA LAKSANA

Panduan Etik dan Disiplin Profesi Medis ini disusun oleh Sub Komite Etik dan Profesi Komite Medik melalui rapat-rapat rutin Sub Komite yang dilaksanakan minimal sebulan sekali. Sebagai acuan Sub Komite Etik dan Profesi Komite Medik memakai Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI), Perkonsil Kedokteran Indonesia Nomor 4 Tahun 2011 tentang Disiplin Profesional Dokter dan Dokter Gigi, Lafal Sumpah Dokter, International Code of Medical Ethics, Declaration of Helsinki dan lain lain (sebagaimana telah disebutkan terdahulu).

Ketentuan Etik Profesi Medis maupun Disiplin Profesi Medis disusun atas beberapa Bab dan Bagian yang mencakup aspek pelayanan, pendidikan, penelitian klinis dan penyuluhan kesehatan. Termasuk di dalamnya tata cara untuk melakukan penatalaksanaan atas dugaan pelanggaran disiplin profesi medis. Apabila dalam penerapannya ataupun dalam proses evaluasi terdapat hal-hal yang perlu diperbaiki maka akan dilakukan revisi sesuai kebutuhan.

Dalam halnya ada pengaduan pelanggaran terhadap disiplin profesi medis maka Sub Komite Etik dan Disiplin Profesi akan mengumpulkan terlebih dahulu semua data yang diperlukan untuk dibahas di Sub Komite  penatalaksanaan dugaan.

Data tersebut dapat diminta dan data diambil dari semua pihak/satuan kerja/unit kerja yang dianggap perlu dan kemungkinan terkait. Sub Komite Etik dan Disiplin Profesi dapat langsung memberikan rekomendasi melalui Komite Medik terhadap hasil telaah kasus pelanggaran tersebut, akan tetapi bila diperlukan (untuk kasus yang sulit) Sub Komite Etik dan Disiplin Profesi dapat meneruskan hasil telaah tersebut ke Komite Medik untuk dibahas lebih lanjut dalam sidang pleno Komite medik.

Hasil sidang pleno Komite Medik tersebut akan merupakan rekomendasi terhadap penanganan dugaan pelanggaran etik dan disiplin profesi medis di RS. Elim Rantepao. Evaluasi Panduan Etik dan Disiplin Profesi Medis ini akan dilakukan setiap 5 tahun dan apabila diperlukan dapat dilakukan revisi sesuai kebutuhan. Segala sesuatu yang belum termasuk di dalam Panduan Etik danDisiplin Profesi ini, apabila diperlukan akan diatur di dalam revisi.

A. Kode Etik Dokter

1. Kewajiban Umum

(9)

a) Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dokter.

b) Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi.

c) Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.

d) Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri.

e) Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh persetujuan pasien.

f) Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.

g) Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya.

i. Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.

ii. Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan, dalam menangani pasien

iii. Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien

iv. Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani.

h) Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan

(10)

kesehatan yang menyeluruh (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif), baik fisik maupun psiko-sosial, serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya.

i) Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.

2. Kewajiban Dokter Terhadap Pasien

a) Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.

b) Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam masalah lainnya.

c) Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.

d) Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.

3. Kewajiban Dokter Terhadap Teman Sejawat

a) Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.

b) Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali dengan persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis.

4. Kewajiban Dokter Terhadap Diri Sendiri

a) Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.

b) Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran/kesehatan.

B. Kode Etik Kedokteran Gigi 1. Kewajiban Umum

(11)

1) Setiap Dokter Gigi di Indonesia wajib menghayati, menaati, dan mengamalkan lafal Sumpah/Janji Dokter Gigi di ndonesia dan wajib berperilaku sesuai dengan Kode Kedokteran Gigi Indonesia.

2) Setiap Dokter Gigi di Indonesia wajib menjunjung tinggi norma-norma kehidupan yang luhur senantiasa menjalankan profesinya secara optimal.

3) Dalam menjalankan profesinya setiap Dokter Gigi di Indonesia tidak boleh dipengaruhi oleh pertimbangan untuk mencari keuntungan pribadi.

4) Setiap dokter Gigi di Indonesia agar menjalin kerjasama yang baik dengan tenaga kesehatan yang lain.

5) Setiap dokter Gigi di Indonesia dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, wajib bertindak sebagai motivator, pendidik dan pemberi pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif)

2. Kewajiban Dokter Gigi Terhadap Pasien

1) Dalam menjalankan profesinya, setiap Dokter Gigi di Indonesia wajib memberikan informasi yang cukup kepada pasiennya.

2) Dokter Gigi dalam menyelenggarakan praktiknya, harus mampu mengendalikan mutu pelayanannya dan jangan meminta imbalan jasa yang tidak wajar.

3) Dalam hal ketidakmampuan melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan;

Dokter Gigi wajib mengkonsultasikan atau merujuk pasien ke Dokter atau Dokter Gigi lain yang memiliki keahlian atau kemampuan yang lebih baik.

4) Dokter Gigi tidak boleh menolak atau mengarahkan pasien yang datang ke tempat praktiknya berdasarkan pertimbangan ras, agama, warna kulit, jender, kebangsaan atau penyakit tertentu.

5) Setiap Dokter Gigi di Indonesia wajib merahasiakan segala sesuatu yang ia ketahui tentang pasien, bahkan setelah pasien meninggal dunia.

6) Dokter Gigi wajib menyimpan, menjaga dan merahasiakan Catatan Medik Pasien.

7) Setiap Dokter gigi di Indonesia wajib memberikan pertolongan darurat dalam batas-batas kemampuan, sebagai tugas perikemanusiaan, kecuali pada waktu itu ada orang lain yang lebih mampu memberikan pertolongan.

3. Kewajiban Dokter Gigi Terhadap Teman Sejawat

1) Setiap Dokter Gigi di Indonesia harus memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.

(12)

2) Setiap Dokter Gigi di Indonesia tidak dibenarkan mengambil alih pasien dari teman sejawatnya tanpa persetujuannya.

3) Apabila berhalangan menyelenggarakan praktik, harus membuat pemberitahuan atau menunjuk pengganti.

4. Kewajiban Dokter Gigi Terhadap Diri Sendiri

1) Setiap Dokter Gigi di Indonesia wajib mempertahankan dan meningkatkan martabat dirinya.

2) Setiap Dokter Gigi di Indonesia wajib mengikuti secara aktif perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta etika.

3) Setiap Dokter Gigi di Indonesia harus memelihara kesehatannya supaya dapat bekerja sama dengan baik

C. Disiplin Profesi Medis 1. Ketentuan Umum

1) Dalam melaksanakan tugasnya, staf medis terkait dengan Peraturan Internal Staf Medis RS. Elim Rantepao dan Peraturan Kepegawaian Gereja Toraja serta Peraturan Kontrak Pegawai RS. Elim Rantepao.

2) Semua tugas pelayanan medis di RS. Elim Rantepao harus mengikuti Panduan Praktik Klinis, Standar Prosedur Operasional dan Clinical Pathway yang berlaku.

3) Dalam melaksanakan pelayanan medis, staf medis harus memiliki SIP (Surat Izin Praktik), Surat Penugasan Klinis (Clinical Appointment), dan Surat Kewenangan Klinis (Clinical Privilege) RS. Elim Rantepao.

4) Surat Penugasan klinis dan Surat Kewenangan Klinis diterbitkan oleh Direktur RS. Elim Rantepao melalui rekomendasi Komite Medik.

2. Pelayanan Medik Bagian Kesatu

1) Waktu pelayanan medis dilaksanakan sesuai dengan ketentuan umum dan kebijakan RS. Elim Rantepao yang berlaku.

2) Pelayanan medis dimulai paling lambat pukul 09.00 WIB.

Bagian Kedua

1) Pelayanan medis dilaksanakan di unit layanan dan Instalasi di lingkungan RS. Elim Rantepao.

2) Untuk setiap tindakan pemeriksaan dan pengobatan harus didahului dengan penjelasan dan persetujuan pasien.

(13)

3) Dalam hal tindakan pemeriksaan dan atau pengobatan yang akan dilakukan mengandung risiko/komplain, maka persetujuan setelah penjelasan (Informed Consent/IC) harus dibuat secara tertulis.

4) IC harus ditandatangani oleh kedua belah pihak yaitu pasien dan pihak dokter/ RS. Elim Rantepao beserta saksi dari kedua belah pihak.

Bagian Ketiga

1) Visit rutin pasien rawat dilakukan di dalam jam kerja dan diupayakan sebelum pukul 14.00 WITA.

2) Dalam keadaan dimana visit rutin terpaksa dilakukan sesudah pukul 14.00 WITA atau di luar jam kerja maka harus diinformasikan terlebih dahulu kepada pasien/keluarganya melalui penanggung jawab ruang rawat sebelum jam berkunjung pasien.

3) Dalam hal sebagaimana disebut dalam ayat 2 tidak dapat dipenuhi, maka staf medis yang bersangkutan dapat mendelegasikan kepada sejawat lain dengan pemberian informasi kembali kepada pasien melalui penanggung jawab ruangan dan atas persetujuan pasien.

4) Apabila pasien/keluarga tidak setuju dalam hal pasal 3 tersebut di atas maka pasien/keluarga harus bersedia untuk divisit oleh staf medis di luar jam yang telah ditentukan.

5) Visit rutin pada hari Sabtu, Minggu dan hari libur nasional harus dilaksanakan sesuai kebijakan KSM/Instalasi masing masing.

6) Semua rencana dan pengobatan/tindakan yang akan dilakukan pada pasien harus ditulis dalam rekam medik setelah dijelaskan kepada pasien/keluarga.

Bagian Keempat

1) Untuk pasien operasi berencana dari ruang rawat inap harus mendapat kunjungan pra bedah di ruang rawat paling lambat 1 (satu) hari sebelum hari operasi oleh seluruh dokter yang terkait.

2) Kunjungan pra bedah dimaksudkan untuk mengulang, menambah informasi dan evaluasi ulang sebelum tindakan operasi demi keselamatan pasien.

3) Untuk pasien operasi berencana namun rawat jalan (one day care) dan kelengkapan pra operasinya sudah terpenuhi saat penjadwalan akan dilakukan operasi oleh dokter terkait.

4) Prosedur operasi harus dilakukan sesuai Panduan Praktik Klinis dan Standar Prosedur Operasional.

(14)

5) Apabila diperlukan, operator dapat meminta konsultasi dari staf medis lain, baik sebelum, selama maupun sesudah operasi.

Bagian Kelima

1) Dalam hal situasi fasilitas pelayanan kesehatan tidak optimal atau kurang memadai untuk mendukung pelayanan, pengambilan keputusan wajib diwujudkan dengan perilaku profesional terbaik dokter.

Bagian Keenam

1) Dalam 24 jam pasca operasi, pasien mendapatkan kunjungan minimal sekali.

2) Pengalihan tugas DPJP harus dilakukan sesuai Panduan Etik dan Disiplin Profesi Medis RS. Elim Rantepao.

Bagian Ketujuh

1) Untuk peningkatan mutu pelayanan menyangkut penggunaan antibiotik di RS.

Elim Rantepao maka dilakukan ronde PPRA (Pencegahan dan Pengendalian Resistensi Antibiotik) secara periodik.

2) Dalam hal pelaksanaan ayat 1 di atas tugas pelayanan pasien sehari-hari di RS. Elim Rantepao.

3. Kegiatan Ilmiah Bagian Kesatu

1) Pengajuan izin mengikuti kegiatan ilmiah harus dibuktikan dengan melampirkan informasi kegiatan ilmiah tersebut (brosur/leaflet/dan lain-lain) yang sesuai dengan spesialisasi/tugas sehari-hari.

2) Hal sebagaimana tersebut dalam ayat 1 di atas harus mendapat persetujuan dari kepala KSM masing-masing.

3) Seluruh kegiatan ilmiah harus mengikuti aturan atau kebijakan dari Direksi, Bidang Diklat serta Panduan Etik dan Disiplin Profesi RS. Elim Rantepao.

4) Apabila diperlukan oleh KSM/ RS. Elim Rantepao maka staf medis yang bersangkutan harus bersedia membuat resume dan atau presentasi dari kegiatan ilmiah tersebut.

Bagian Kedua

1) Dalam hal kegiatan mendatangkan ahli/narasumber dari luar RS. Elim Rantepao maka penanggung jawab kegiatan tersebut harus mengajukan permohonan tertulis lebih dahulu kepada Direktur RS. Elim Rantepao dengan tembusan Komite Medik.

(15)

2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 di atas harus mendapat persetujuan tertulis dari Direktur RS. Elim Rantepao atas rekomendasi Komite Medik.

3) Apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan sehubungan dengan kegiatan tersebut di atas maka penanggung jawab kegiatan harus bertanggung jawab kepada Direktur.

Bagian Ketiga

1) Staf medis yang sudah bekerja minimal 2 (dua) tahun berhak untuk mendapat pendidikan tambahan/lanjutan.

2) Staf medis yang sedang mengikuti pendidikan tambahan/lanjutan di luar RS.

Elim Rantepao lebih dari 1 (satu) bulan harus mengikuti aturan atau kebijakan RS. Elim Rantepao.

3) Apabila diperlukan dan dimungkinkan, staf medis yang sedang mengikuti pendidikan tambahan/lanjutan di luar RS. Elim Rantepao dapat dimintakan bantuannya untuk tugas-tugas di KSM.

4. Penelitian Klinis Bagian Kesatu

1) Semua staf medis RS. Elim Rantepao berhak untuk melakukan penelitian klinis di RS. Elim Rantepao.

2) Peneliti utama suatu penelitian klinis yang bersifat uji klinis di RS. Elim Rantepao harus memiliki sertifikat peneliti yang sah (Sertifikat Kompetensi GCP) dan diakui oleh Kementerian Kesehatan/Negara.

3) Seluruh penelitian klinis di RS. Elim Rantepao harus memiliki manfaat bagi RS. Elim Rantepao dan masyarakat.

Bagian Kedua

1) Seluruh proposal dan protokol penelitian klinis harus melalui dan diketahui oleh Bagian Diklat RS. Elim Rantepao.

2) Sebelum dilaksanakan, seluruh proposal dan protokol penelitian klinis harus mendapat persetujuan (Ethical Clearance) dari Tim Kelaikan Etik Penelitian Klinis RS. Elim Rantepao.

Bagian Ketiga

1) Dalam hal penelitian klinis menyertakan sponsor (pihak ketiga) maka harus dibuat perjanjian tertulis antara ketiga pihak, yaitu peneliti, direksi RS. Elim Rantepao dan sponsor.

(16)

2) Sponsor penelitian klinis di RS. Elim Rantepao harus mengikuti/sesuai dengan pedoman, peraturan dan Standar Operasional Prosedur Penelitian Klinis RS. Elim Rantepao.

Bagian Keempat

1) Dalam penelitian klinis yang memiliki risiko KTD/KTDS bagi subjek penelitian maka peneliti dan atau sponsor wajib menyediakan asuransi.

2) Dalam hal sebagaimana dalam ayat 1 di atas maka harus dituliskan secara rinci besaran rupiah per kejadian per subjek.

3) Dalam hal terjadi KTD/KTDS yang menyebabkan subjek penelitian dirawat oleh DPJP yang bukan peneliti/anggota tim peneliti maka peneliti dan anggota timnya tetap wajib mengikuti perjalanan dan perkembangan kesehatan subjek penelitian dengan berkoordinasi dengan DPJP tersebut.

Bagian Kelima

1) Data penelitian klinis yang ada di RS. Elim Rantepao harus dapat digunakan oleh RS. Elim Rantepao sepanjang bukan untuk tujuan yang sama dari penelitian klinis tersebut.

2) Setelah penelitian klinis selesai maka peneliti/sponsor wajib mempublikasikan hasilnya.

3) Apabila terjadi tuntutan dari subjek terhadap pelaksanaan penelitian klinis, maka hal tersebut dicarikan solusi secara bersama-sama dengan cara

D. Bentuk Pelanggaran Disiplin Kedokteran

1. Melakukan praktik kedokteran dengan tidak kompeten.

2. Tidak merujuk pasien kepada dokter atau dokter gigi yang lain memiliki kompetensi sesuai.

3. Mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga kesehatan tertentu yang tidak memiliki kompetensi untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.

4. Menyediakan atau dokter gigi pengganti sementara yang tidak memiliki kompetensi dan kewenangan yang sesuai, atau tidak melakukan pemberitahuan perihal penggantian tersebut.

5. Menjalankan praktik kedokteran dalam kondisi tingkat kesehatan fisik ataupun mental sedemikian rupa sehingga tidak kompeten dan dapat membahayakan pasien.

6. Dalam penatalaksanaan pasien, melakukan yang seharusnya tidak dilakukan atau tidak melakukan yang seharusnya dilakukan, sesuai dengan tanggung jawab

(17)

profesionalnya, tanpa alasan pembenar atau pemaaf yang sah, sehingga dapat membahayakan pasien.

7. Kesiapan untuk berkonsultasi pada sejawat yang sesuai, bilamana diperlukan.

8. Melakukan pemeriksaan atau pengobatan berlebihan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasien.

9. Tidak memberikan penjelasn yang jujur, etis dan memadai (adequate information) kepada pasien atau keluarganya dalam melakukan praktik kedokteran.

10. Melakukan tindakan medik tanpa memperoleh persetujuan dari pasien atau keluarga dekat atau wali atau pengampunya.

11. Dalam hal tindakan medik yang menyangkut kepentingan publik (misal:

imunisasi massal dalam penanggulangan wabah), tidak diperlukan persetujuan.

12. Dengan sengaja, tidak membuat atau menyimpan rekam medik, sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan atau etika profesi.

13. Melakukan perbuatan yang bertujuan untuk menghentikan kehamilan yang tidak sesuai dengan ketentuan, sebagaimana diatur dalam peraturan perundang- undangan dan etika profesi.

14. Melakukan perbuatan yang dapat mengakhiri kehidupan pasien atas permintaan sendiri dan atau keluarganya.

15. Menjalankan praktik kedokteran dengan menerapkan pengetahuan atau keterampilan atau teknologi yang belum diterima atau di luar tata cara praktik kedokteran yang layak.

16. Tidak melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, padahal tidak membahayakan dirinya, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya.

17. Menolak atau menghentikan tindakan pengobatan terhadap pasien tanpa alasan yang layak dan sah sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan atau etika profesi.

18. Membuka rahasia kedokteran, sebagaimana diatur dalam peraturan perundang- undangan atau etika profesi.

19. Membuat keterangan medik yang tidak didasarkan kepada hasil pemeriksaan yang diketahuinya secara benar dan patut.

20. Turut serta dalam perbuatan yang termasuk tindakan penyiksaan (torture) atau eksekusi hukuman mati.

(18)

21. Meresepkan atau memberikan obat golongan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA) yang tidak sesuai dengan peraturan perundang- undangan dan etika profesi.

22. Melakukan pelecehan seksual, tindakan intimidasi atau tindakan kekerasan terhadap pasien, di tempat praktik.

23. Menggunakan gelar akademik atau sebutan profesi yang bukan haknya.

24. Menerima imbalan sebagai hasil dari merujuk atau meminta pemeriksaan atau memberikan resep obat/alat kesehatan.

25. Mengiklankan kemampuan/pelayanan atau kelebihan kemampuan/pelayanan yang dimiliki, baik lisan ataupun tulisan, yang tidak benar atau menyesatkan.

26. Ketergantungan pada narkotika, psikotropika, alkohol serta zat adiktif lainnya.

27. Berpraktik dengan menggunakan Surat Tanda Registrasi (STR) atau Surat Ijin Praktik (SIP) dan/atau sertifikat kompetensi yang tidak sah.

28. Ketidakjujuran dalam menentukan jasa medik

29. Tidak memberikan informasi, dokumen dan alat bukti lainnya yang diperlukan untuk pemeriksaan atas pengaduan dugaan pelanggaran disiplin.

E. Sanksi Disiplin

a) Sanksi disiplin yang dapat dikenakan oleh Sub Komite Etik dan Disiplin Profesi adalah :

1) Pemberian peringatan tertulis;

2) Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik; dan/atau

3) Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi.

b) Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik yang dimaksud dapat berupa :

1) rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik sementara selama-lamanya 1 (satu) tahun, atau

2) rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik tetap atau selamanya;

c) Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi yang dimaksud dapat berupa:

1) pendidikan formal; atau

(19)

2) pelatihan dalam pengetahuan dan atau ketrampilan, magang di institusi pendidikan atau sarana pelayanan kesehatan jejaringnya atau sarana pelayanan kesehatan yang ditunjuk, sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan dan paling lama 1 (satu) tahun.

F. Garis Besar Panduan Kerja Sub Komite Etika Dan Disiplin Profesi

1. Batasan Etika Profesi yang berlaku dikalangan profesi medik di RS Elim Rantepao, yang mengacu pada:

a. Etika Umum

b. Kode Etik Kedokteran Indonesia

c. Etika khusus dari organisasi profesi dan perhimpunan seminat 2. Fungsi dan Tugas Sub Komite Etika dan Disiplin Profesi

a. Membantu direktur menyelesaikan masalah etika profesi medik di RS Elim Rantepao

b. Memberikan saran perbaikan tata cara pelayanan pasien dari sudut pelayanan medis.

c. Menetapkan etika profesi medis di kalangan tenaga Kelompok Staf Medik dan memasyarakatkan tentang etika profesi di kalangan tenaga lain yang terkait.

d. Membuat laporan secara berkala kepada Direktur melalui ketua Komite Medik e. Membantu Komite Medik menangani masalah etika profesi medik di RS Elim

Rantepao

3. Susunan Sub Komite Etik

a. Ketua (merangkap anggota) b. Sekretaris (merangkap anggota) c. Anggota

4. Kelembagaan Sub Komite Etik

a. Sub Komite Etik dibawah Komite Medik b. Bertanggung jawab kepada Komite Medik

5. Hubungan Sub Komite Etik dengan Panitia Etik Rumah Sakit a. Tidak langsung

b. Bila dianggap perlu, pada kasus tertentu bisa minta pendapat/ kerjasama/

koordinasi dengan Panitia Etik Rumah Sakit 6. Persidangan

a. Sah bila dihadiri seluruh anggota SubKomite Etik b. Ketua dan Sekretaris harus hadir

(20)

c. Persidangan tertutup dan rahasia, kecuali dinyatakan lain oleh sidang

d. Pada kasus tertentu yang diperlukan bisa dihadirkan saksi/beberapa tenaga ahli yang dapat membantu persidangan kasus yang bersangkutan.

7. Rumusan hasil persidangan bersifat rahasia, disampaikan kepada Ketua Komite Medik 8. Kategori pelanggaran :

a. Ringan b. Sedang c. Berat

9. Kriteria pembobotan pelanggaran berdasarkan pada:

a. Akibat yang ditimbulkan terhadap kehormatan profesi b. Akibat yang ditimbulkan terhadap keselamatan pasien c. Akibat yang ditimbulkan terhadap kepentingan umum d. Iktikad baik teradu dalam penyelesaian kasus

e. Motivasi yang mendasari kasus

f. Situasi lingkungan yang mempengaruhi timbulnya kasus g. Pendapat anggota ahli

h. Pendapat peer’s group/teman sejawat selingkungan 10. Hasil persidangan dilaporkan kepada ketua Komite Medik

11. Walaupun kasus sudah dalam persidangan di Pengadilan Negeri, persidangan Sub Komite Panitia Etika Profesi Medik tetap dilaksanakan

12. Administrasi

a. Sub Komite Etik Medik dapat mengirim surat kepada:

 Pengadu

 Teradu

 Saksi/pasien

 Ketua Kelompok Staf Medik

 Ketua Komite Medik

 Sesuai dengan keperluan dengan tetap memperhatikan prinsip kerahasiaan b. Tembusan pada direktur.

G. Tatakerja Sub Komite Etika Dan Disiplin Profesi

1. Persidangan Sub Komite Etik dilaksanakan berdasarkan permintaan tertulis dari Ketua Komite Medik

2. Surat menyurat bersifat rahasia 3. Persidangan bersifat tertutup

Untuk meminta penjelasan/

keterangan yang diperlukan untuk membuat keputusan

(21)

4. Dalam melaksanakan tugasnya Sub Komite Etik harus bersifat netral

5. Sub Komite Etik memakai asas praduga tidak bersalah terhadap pihak teradu 6. Acuan pengkajian untuk mengambil keputusan :

a) Sumpah dokter

b) Kode Etik Kedokteran Indonesia dan Pedoman Pelaksanaan Kode Etik Kedokteran Indonesia 2002

c) Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia No. 17/KKI/Kep/VIII/2006 tentang Pedoman Penegakan Disiplin Profesi Kedokteran

d) Pedoman tata laksana Sub Komite Etik

e) Standar Prosedur Operasional/kelaziman bidang profesi yang bersangkutan f) Sumber informasi lain yang bisa dipertanggung jawabkan (Standar Pelayanan

Medik Ikatan Dokter Indonesia/Depkes)

7. Dibuat rumusan hasil persidangan secara tertulis yang disepakati dan ditanda tangani oleh Ketua Sidang

8. Rumusan hasil persidangan dilaporkan secara tertulis kepada ketua Komite Medik

H. PERSIDANGAN SUB KOMITE ETIKA DAN DISIPLIN PROFESI 1. Sidang dipimpin oleh Ketua Sidang (Ketua Panitia atau Sekretaris).

2. Sidang dianggap sah, bila dihadiri oleh seluruh anggota

3. Sidang bersifat rahasia dan tertutup, kecuali dinyatakan lain oleh sidang 4. Pada kasus tertentu yang diperlukan bisa dihadirkan saksi / narasumber 5. Kesimpulan sidang diputuskan atas dasar musyawarah dan mufakat

6. Rangkuman kesimpulan sidang yang telah disepakati, dibacakan oleh Ketua Sidang, untuk selanjutnya ditanda tangani oleh semua anggota Sub Komite Etik yang hadir.

7. Sidang pertama membahas permasalahan Etika Profesi Medik yang dilimpahkan oleh Ketua Komite Medik.

8. Sidang selanjutnya mendengar dan membahas keterangan dari pihak pengadu, teradu, saksi, dan pihak-pihak lain yang diperlukan

9. Pengambilan kesimpulan masalah Etika Profesi Medik

10. Bila sudah dilakukan tiga kali pemanggilan dalam kurun waktu 3 (tiga) kali dokter yang termaksud dalam permasalahan Etika Profesi Medik tidak datang tanpa alasan yang jelas, maka permasalahan akan dikembalikan kepada Ketua Komite Medik.

11. Hal yang sama berlaku juga untuk pihak pengadu.

(22)

I. Proses Penentuan Ada Tidaknya Pelanggaran Etika Profesi Medik 1. Pengumpulan data dan validasi data masuk

2. Pengkajian dugaan pelanggaran Etika Profesi Medik dihubungkan dengan:

a) Mukadimah Kode Etik Kedokteran Indonesia

b) Kode Etik Kedokteran Indonesia (termasuk Sumpah Dokter) c) Etika Profesi Medik bidang khusus yang bersangkutan (teradu)

3. Kesimpulan ada atau tidak adanya pelanggaran Etika Profesi Medik, akan dilaporkan oleh Sub Komite Etik

4. Syarat aduan yang memenuhi syarat:

a) Surat aduan dengan identitas/nama jelas disertai tanda tangan

b) Alamat pengadu jelas (fotokopi tanda pengenal yang berlaku KTP/SIM) c) Ada petugas medik yang teradu dengan nama dan tempat tugas yang jelas d) Jelas tertulis bahwa aduan ditujukan ke Direktur Rumah Sakit atau Komite

Medik.

e) Bila belum memenuhi syarat maka Sub Komite Etik dan Disiplin Profesi akan mengirimkan kembali surat aduan tersebut ke pengadu dengan permintaan melengkapi persyaratan.

J. Pengembangan Dan Sosialisasi Pedoman Kerja Sub Komite Etika Dan Disiplin Profesi

1. Sub Komite Etik melakukan kajian dan penyempurnaan Pedoman Kerja Sub Komite Etik sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun satu kali

2. Sub Komite Etik menghimbau dibuatnya Standar Prosedur Operasional/Standar Pelayanan Medik untuk kelompok Staf Medik tertentu yang belum mempunyai dokumen tersebut

3. Sub Komite Etik mengusulkan perbaikan atau penyempurnaan Standar Prosedur Operasional/Standar Pelayanan Medik

4. Sub Komite Etik melakukan sosialisasi kepada seluruh tenaga profesi medik di RS Elim Rantepao, mengenai hal-hal yang berhubungan Etika Profesi Medik

(23)

BAB IV DOKUMENTASI

Proses Penanganan Dugaan Pelanggaran Etik dan Disiplin Profesi Medis ini disimpan dalam file etik dan disiplin profesi staf medis. File etik dan disiplin profesi staf medis yang dimaksud, antara lain :

1. Formulir pengaduan dan Laporan Kronologis Dugaan Pelanggaran Etik dan Disiplin Profesi Medis.

2. Berkas Pendukung (Panduan Praktik Klinik, Rekam Medik bila diperlukan) 3. Notulen rapat.

4. Hasil rekomendasi kepada Direktur

(24)

Lampiran 1. SPO Penanganan Masalah Etik Dan Disiplin Profesi RS. ELIM

RANTEPAO PENANGANAN MASALAH ETIK DAN DISIPLIN PROFESI No. Dokumen :

475/RSE-GT/Adm.02/Yanmed- Kep/X/2022

No. Revisi 0

Halaman 1 / 2

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

Tanggal Terbit

7 Oktober 2022

Ditetapkan oleh : Direktur RS. Elim Rantepao

dr.Adrian Benedict Wijaya NIP : 1101.1.022020.168 PENGERTIAN

Penanganan maslaah etik dan disiplin profesi kedokteran adalah penanganan setiap masalah staf yang berhubungan dengan etik dan disiplin profesi medis yang terjadi saat staf medis menjalankan profesinya dalam lingkup pelayanan RS. Elim Rantepao.

TUJUAN

1. Mengatur tata cara dalam pelaporan dan penanganan mengenai adanya pelanggaran etik dan disiplin profesi staf medis di RS. Elim Rantepao

2. Terselesaikannya kasus etik dan disiplin profesi secara baik dan benar tanpa menimbulkan masalah baru dan seimbang antara kedua belah pihak yang bermasalah.

KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Elim Rantepao Nomor : 111/RSE-GT/SK/X/2022 tentang Panduan Komite Medik RS. Elim Rantepao.

PROSEDUR

1. Laporan kasus dari pasien/keluarga pasien kepada direktur didelegasikan kepada komite medis dan dilakukan telaah oleh komite medis melalui sub komite etik kedokteran.

2. Tata cara telaah kasus etik medis :

a) Mempelajari kasus yang diajukan melalui telaah dokumen medis.

b) Mengundang saksi yang diajukan oleh pengaju, untuk memperjelas kasus yang diadukan.

c) Mengundang si teradu untuk menjelaskan kasis yang diajukan.

d) Bila dipandang perlu mengundang saksi ahli sesuai kasus yang diajukan

3. Keputusan dari sidang / rapat sub komite etik kedokteran, rumah sakit & kredensial dibahas komite medis mengacu pada buku pedoman MKEK IDI / Pedoman etik RS.

(25)

RS. ELIM

RANTEPAO KREDENSIAL DAN REKREDENSIAL

No. Dokumen :

475/RSE-GT/Adm.02/Yanmed- Kep/X/2022

No. Revisi 0

Halaman 2 / 2

PROSEDUR

4. Hasil bahasan komite medic dan usulan penyelesaian dilaporkan kepada direktur dengan berita acara yang ditandatangani komite medik.

5. Apabila direktur mengganggap masalah etik tidak dapat diselesaikan dibuat laporan untuk diajukan ke Komite Medik IDI cabang / pusat

UNIT TERKAIT

1. Direktur 2. Komite Medis

3. Sub Bag Hukum dan Humas 4. KSM

(26)

LAMPIRAN 2. Alur Pengaduan Dugaan Masalah/Pelanggaran Etika Profesi Medik

ALUR PENGADUAN

1 9 3

2

5 8 4 7

6 KETERANGAN:

1 & 2. Surat aduan dari pengadu ditujukan pada Direktur atau Komite Medik RS Elim Rantepao

3. Surat disposisi/surat tugas dari Direktur kepada Komite Medik untuk penyelesaian dugaan masalah/pelanggaran Etika Profesi Medik.

4. Surat pelimpahan dari Komite Medik kepada Sub Komite Etik penyelesaian dugaan masalah/pelanggaran Etika Profesi Medik.

5. Surat pemanggilan Sub Komite Etik kepada pengadu.

6. Surat pemanggilan Sub Komite Etik kepada teradu.

7. Surat pemanggilan Sub Komite Etik kepada saksi, saksi ahli, narasumber

8. Laporan kesimpulan pengkajian dugaan masalah/pelanggaran Etika Profesi Medik dari Sub Komite Etik ke Komite Medik.

9. Laporan kesimpulan dan saran sanksi mengenai dugaan masalah/pelangaran Etika Profesi Medik dari Komite Medik ke Direktur RS Elim Rantepao

DIREKTUR

- SAKSI - SAKSI AHLI - NARASUMBER KOMITE

MEDIK

SUB KOMITE ETIK

& DISIPLIN PROFESI KEDOKTERAN

TERADU PENGADU

(27)

Lampiran 3. Formulir Pengaduan

YAYASAN KESEHATAN GEREJA TORAJA

RUMAH SAKIT ELIM RANTEPAO

Jl. Ahmad Yani nomor 68, Telepon (0423) 25572, Kode Pos 91831 Rantepao, Toraja Utara – Sulawesi Selatan

email : [email protected]

FORMULIR PENGADUAN ETIK DAN DISIPLIN PROFESI STAF MEDIS

A. IDENTITAS PELAPOR

1. Nama Pelapor : ...

2. Alamat lengkap : ...

...

3. Nomor Telepon : ...

4. Email : ...

B. IDENTITAS TERLAPOR

1. Nama Terlapor : ...

2. Identitas Terlapor : ...

3. Ciri Fisik Terlapor : ...

C. PERISTIWA YANG DILAPORKAN (peristiwa, waktu terjadinya dan lokasi kejadian)

...

...

...

...

...

...

...

Saksi yang menguatkan : Ada / Tidak * Rantepao, .../.../...

Mengetahui,

Petugas Informasi, Pelapor,

(...) (...)

Referensi

Dokumen terkait

Kepolisian Negara Republik Indonesia, Penegakan Hukum Disiplin Dan Kode Etik. Profesi Kepolisian Negara

Upaya dan fakta konkret yang dilakukan fungsi propam dalam mencegah pelanggaran kode etik profesi dan disiplin anggota polisi di Daerah Istimewa Yogyakarta antara lain

Dalam bab terakhir ini disebutkan bahwa kode etik profesi hakim berlaku sejak disyahkan oleh musyawarah nasional (MUNAS) ke XIII tanggal 30 Maret 2001. Dari sistematika

BAB I Kegiatan Praktikum 1&2 Memainkan Peran cara berkomunikasi sesuai dengan etika yang baik antar sesama profesi kesehatan rekam medis, komunikasi petugas

Standar Prosedur Operasional untuk profesi medis Puskesmas dalam bentuk Panduan Praktik Klinis 8 - pada umumnya dapat diadopsi dari Panduan Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK)

Ruang lingkup pedoman ini memuat tentang berbagai program pelayanan dan standar fasilitas untuk penyelenggaraan Pelayanan penanggulangan HIV dan AIDS di Rumah

Standar Prosedur Operasional untuk profesi medis Puskesmas dalam bentuk Panduan Praktik Klinis 8 - pada umumnya dapat diadopsi dari Panduan Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK)

Standar Prosedur Operasional untuk profesi medis Puskesmas dalam bentuk Panduan Praktik Klinis 8 - pada umumnya dapat diadopsi dari Panduan Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK)