• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF 5,6,.2 .(6(/$0$7$1 '$1 .(6(+$7$1 .(5-$ - Unud

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PDF 5,6,.2 .(6(/$0$7$1 '$1 .(6(+$7$1 .(5-$ - Unud"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DALAM PROYEK KONSTRUKSI

Oleh :

Ir. I Gusti Ketut Sudipta, MT.

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS UDAYANA

2018

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/

Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya laporan penelitian ini dapat kami selesaikan.

Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan dengan resiko tinggi, jika dilihat dari bobot pekerjaan dan struktur bangunan yang tinggi.

Penelitian dengan judul Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dalam Proyek Konstruksi, dengan studi kasus proyek Garuda Wisnu Kencana (GWK), bertujuan untuk mengetahui risiko-risiko dan sumber risiko K3, risiko K3 yang termasuk kategori dominan, serta tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk menanggulangi risiko K3 kategori dominan yang timbul dalam proyek konstruksi.

Akhir kata kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini.

Denpasar, September 2018

Penulis

(4)

ABSTRAK

Proyek konstruksi jika dilihat dari bobot pekerjaan dan struktur bangunan yang tinggi, merupakan suatu rangkaian kegiatan dengan risiko tinggi. Proyek Garuda Wisnu Kencana (GWK) merupakan proyek konstruksi yang membutuhkan rentang waktu yang lama dalam pelaksanaannya sehingga menyebabkan ketidakpastian kondisi – kondisi di lapangan dan berbagai macam kemungkinan risiko muncul. Untuk mengetahui jenis risiko K3, risiko K3 dominan, penanggungjawab risiko K3 dominan, serta mitigasi dalam proyek konstruksi, dilakukan penelitian pada proyek ini.

Identifikasi risiko K3 pada penelitian ini dilakukan berdasarkan dokumen proyek dan survey di lapangan. Risiko K3 tersebut dinilai sesuai frekuensi dan konsekuensi risikonya dengan menyebar kuesioner, yang kemudian dilakukan analisis risiko K3. Tahap terakhir adalah menentukan mitigasi, serta penanggungjawab risiko K3 kategori dominan.

Risiko K3 yang teridentifikasi sebanyak 101 risiko. Risiko-risiko K3 yang termasuk risiko dominan sebanyak 48 risiko, terdiri dari 37 risiko cukup tinggi dan 11 risiko sangat tinggi yang cenderung di pengaruhi oleh faktor sumber risiko yang berasal dari manusia 21 risiko (43,75%), faktor lingkungan 16 risiko (33,33%), faktor peralatan 10 risiko (20,84%), dan faktor bahan 1 risiko (2,08%).

Safety manager dan pekerja konstruksi adalah pihak dengan tanggung jawab yang paling banyak terhadap risiko-risiko K3, sehingga harus lebih komunikatif kepada pihak mekanik, supervisor, maupun masyarakat sekitar proyek dalam penerapan K3.

Kata kunci : identifikasi, risiko K3, mitigasi

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Batasan Masalah ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Proyek Konstruksi ... 4

2.2 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) ... 4

2.2.1 Pengertian SMK3 ... 5

2.2.2 Penerapan SMK3 ... 6

2.3 Manajemen Risiko K3 ... 9

2.3.1 Identifikasi Risiko K3... 10

2.3.2 Klasifikasi Risiko K3 ... 13

2.3.3 Analisis Risiko K3 ... 14

2.3.4 Mitigasi Risiko K3 ... 18

2.3.5 Kepemilikan Risiko K3 ... 18

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

3.1 Kerangka Penelitian ... 20

3.2 Penentuan Objek dan Lokasi Penelitian ... 21

3.3 Pengumpulan Data Sekunder ... 21

3.4 Identifikasi Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ... 21

3.5 Desain Kuesioner ... 30

(6)

3.6.1 Penentuan Sampel dan Responden ... 33

3.6.2 Metode Pengumpulan Data ... 33

3.6.3 Tabulasi Data ... 33

3.6.4 Validitas dan Reliabilitas ... 34

3.7 Analisis Data dan Pembahasan ... 35

3.7.1 Penentuan Risiko K3 Dominan ... 35

3.7.2 Mitigasi dan Kepemilikan Risiko K3 ... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39

4.1 Gambaran Umum ... 39

4.2 Data Responden ... 40

4.2.1 Jabatan Responden ... 40

4.2.2 Pengalaman Kerja Responden ... 42

4.2.3 Tingkat Pendidikan Responden ... 43

4.3 Tinjauan Proyek ... 43

4.3.1 Pekerjaan Persiapan ... 43

4.3.2 Pekerjaan Stuktur Baja ... 44

4.3.3 Pekerjaan Modul Kulit Patung ... 44

4.4 Identifikasi dan Sumber Risiko K3 ... 44

4.5 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 53

4.5.1 Uji Validitas ... 53

4.5.2 Uji Reliabilitas ... 53

4.6 Analisis Risiko K3 ... 53

4.7 Penentuan Risiko K3 Dominan ... 63

4.8 Mitigasi dan Kepemilikan Risiko K3 ... 63

BAB V PENUTUP ... 73

5.1 Simpulan ... 73

5.2 Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75

LAMPIRAN ... 77

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Umum Manajemen Risiko ... 10

Gambar 3.1 Kerangka Penelitian ... 20

Gambar 4.1 Persentase jumlah risiko berdasarkan sumber risiko ... 52

Gambar 4.2 Persentase tingkat risiko ... 62

Gambar 4.3 Persentase risiko dominan berdasarkan sumber risiko ... 67

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Identifikasi Risiko K3 ... 11

Tabel 2.2 Kategori Kemungkinan Risiko K3 ... 15

Tabel 2.3 Kategori Dampak Risiko K3 ... 16

Tabel 2.4 Matriks Probabilitas dan Dampak Risiko K3 ... 16

Tabel 2.5 Tingkat Risiko K3 ... 17

Tabel 3.1 Identifikasi Risiko K3 ... 22

Tabel 3.2 Frekuensi Risiko K3 ... 30

Tabel 3.3 Konsekuensi Risiko K3 ... 31

Tabel 3.4 Matriks Frekuensi dan Konsekuensi Risiko K3 ... 36

Tabel 3.5 Tingkat Risiko K3 ... 37

Tabel 4.1 Jabatan Responden ... 40

Tabel 4.2 Pengalaman Kerja ... 42

Tabel 4.3 Pendidikan Responden ... 43

Tabel 4.4 Hasil Identifikasi Risiko K3 Berdasarkan Sumber Risiko K3 ... 45

Tabel 4.5 Analisis Risiko K3 ... 54

Tabel 4.6 Risiko K3 Dominan Berdasarkan Sumber Risiko ... 64

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Kuesioner Penelitian... 77

Lampiran B.1 Distribusi R Tabel... 81

Lampiran B.2 Hasil Uji Validitas Frekuensi dan Konsekuensi Risiko K3 ... 82

Lampiran B.3 Hasil Uji Reliabilitas Frekuensi dan Konsekuensi Risiko K3 ... 85

Lampiran B.4 Distribusi Modus Frekuensi Risiko dan Konsekuensi Risiko K3 .. 86

Lampiran C. Data Nama Responden Total ... 94

Lampiran D. Struktur Organisasi Kepemilikan Risiko ... 95

Lampiran E. Mitigasi dan Kepemilikan Risiko K3 Dominan ... 96

(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan upaya pembangunan suatu bangunan. Proyek pembangunan Garuda Wisnu Kencana (GWK) merupakan salah satu proyek konstruksi yang menunjang wisata di Bali.

Dalam kegiatan proyek konstruksi terdapat suatu proses yang mengolah sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan berupa bangunan. Kegiatan proyek tersebut harus didukung dengan sumber daya konstruksi yang meliputi material, peralatan konstruksi, teknologi konstruksi, dan tenaga kerja konstruksi.

Adanya risiko kecelakaan pada pekerjaan proyek konstruksi, dapat menyebabkan munculnya kecelakaan kerja. Ketua Umum Asosiasi Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi Indonesia Anas Zaini Z Iksan mengatakan bahwa, “terjadi 96.000 kasus kecelakaan kerja setiap tahun”. Dari jumlah tersebut dapat diketahui sebagian besar kecelakaan kerja terjadi pada proyek jasa konstruksi dan sisanya terjadi di sektor industri manufaktur (Karya, 2010). Menurut Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, terjadinya kecelakaan kerja yang tinggi pada proyek konstruksi dikarenakan proyek yang dikerjakan bersifat non-stop sehingga hal tersebut tentu menyebabkan terjadinya kelelahan pekerja dan berakibat menimbulkan potensi terjadinya kecelakaan kerja di lapangan. Tercatat bahwa kecelakaan kerja dalam proyek konstruksi secara nasional terus meningkat. Pada tahun 2007 terdapat 83.714 kasus, tahun 2008 terdapat 94.736 kasus, tahun 2009 terdapat 96.314 kasus, tahun 2010 terdapat 98.711 kasus, dan hingga tahun 2011 menjadi 99.491 kasus (Purnomo, 2012).

Adanya risiko kecelakaan pada pekerjaan proyek konstruksi dapat menyebabkan munculnya kecelakaan kerja. Ketua Umum Asosiasi Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi Indonesia Anas Zaini Z Iksan mengatakan bahwa, “terjadi 96.000 kasus kecelakaan kerja setiap tahun”. Dari jumlah tersebut dapat diketahui sebagian besar kecelakaan kerja terjadi pada

(11)

proyek jasa konstruksi dan sisanya terjadi di sektor industri manufaktur (Karya, 2010). Menurut Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, terjadinya kecelakaan kerja yang tinggi pada proyek konstruksi dikarenakan proyek yang dikerjakan bersifat non-stop sehingga hal tersebut tentu menyebabkan terjadinya kelelahan pekerja dan berakibat menimbulkan potensi terjadinya kecelakaan kerja di lapangan. Tercatat bahwa kecelakaan kerja dalam proyek konstruksi secara nasional terus meningkat. Pada tahun 2007 terdapat 83.714 kasus, tahun 2008 terdapat 94.736 kasus, tahun 2009 terdapat 96.314 kasus, tahun 2010 terdapat 98.711 kasus, dan hingga tahun 2011 menjadi 99.491 kasus (Purnomo, 2012).

Proyek Garuda Wisnu Kencana merupakan salah satu proyek konstruksi dengan risiko tinggi, jika dilihat dari bobot pekerjaan dan struktur bangunan yang tinggi. Poyek konstruksi ini membutuhkan rentang waktu yang lama dalam pelaksanaannya, sehingga menyebabkan ketidakpastian kondisi- kondisi di lapangan dan berbagai macam kemungkinan risiko muncul. Salah satu kemungkinan terjadinya risiko kecelakaan yang dapat menimpa pekerja dari suatu proyek konstruksi.

Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada Proyek Konstruksi, yaitu mengidentifikasi dan menganalisis risiko serta mitigasi risiko untuk mengatasi kemungkinan terjadinya risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada suatu pekerjaan proyek kontruksi, dengan studi kasus Proyek Pembangunan Garuda Wisnu Kencana.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas dapat ditarik rumusan masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Bagaimanakah identifikasi dan penilaian risiko K3 dalam proyek konstruksi?

2. Risiko-risiko K3 apa saja yang termasuk kategori dominan dalam proyek konstruksi?

(12)

dan tindakan-tindakan apa yang dapat dilakukan untuk menanggulangi risiko K3 kategori dominan dalam proyek konstruksi?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui risiko-risiko dan sumber risiko K3 dalam proyek konstruksi.

2. Untuk mengetahui risiko-risiko K3 yang termasuk kategori dominan dalam proyek konstruksi

3. Untuk mengetahui penanggung jawab risiko K3 katagori dominan serta tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk menanggulangi risiko K3 kategori dominan yang timbul dalam proyek konstruksi.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai salah satu referensi dalam menganalisis risiko K3 dalam proyek konstruksi.

1.5 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Jenis pekerjaan yang diidentifikasi hanya pekerjaan persiapan berupa mobilisasi alat, material maupun SDM, pekerjaan struktur baja, dan pemasangan modul kulit patung.

2. Responden adalah tim manajemen dari Garuda Wisnu Kencana (GWK) yang termasuk ahli/menguasai SMK3 pada proyek konstruksi seperti project manager, site manager, chief engineer, site enginer, safety, dan supervisor.

(13)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proyek Konstruksi

Suatu proyek merupakan upaya yang mengerahkan sumber daya yang tersedia, yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan, sasaran dan harapan penting tertentu serta harus diselesaikan dalam jangka waktu terbatas sesuai dengan kesepakatan (Dipohusodo, 1995).

Pada umumnya, proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan tertentu (bangunan/konstruksi ) dalam batasan waktu, biaya dan mutu tertentu. Proyek konstruksi selalu memerlukan resources (sumber daya) yaitu man (manusia), material (bahan bangunan), machine (peralatan), method (metode pelaksanaan), money (uang), information (informasi), dan time (waktu).

Proses pembangunan proyek kontruksi merupakan kegiatan yang banyak mengandung unsur risiko, maka tidak dapat dipungkiri bahwa pekerjaan konstruksi ini merupakan penyumbang angka kecelakaan yang cukup tinggi.

Banyaknya kasus kecelakaan kerja serta penyakit akibat kerja sangat merugikan banyak pihak terutama tenaga kerja bersangkutan bahkan dapat menelan korban jiwa.

2.2 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

Dalam pelaksanaan proses pekerjaan kontruksi dituntut penggunaan tenaga kerja yang sangat dominan. Penggunaan tenaga kerja dalam jumlah besar ini mempunyai andil timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Kecelakaan dan penyakit akibat kerja tersebut pada umumnya disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya tingkat pengetahuan pekerja yang kurang, kurang disiplin, kondisi tempat kerja yang kurang terawat dengan baik. Hal ini bisa dicegah, dikendalikan, diminimalisir dan ditindaklanjuti dengan baik bila perusahaan menggunakan suatu sistem tertentu, berupa Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

(14)

2.2.1 Pengertian SMK3

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang disebut SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan K3 dalam rangka mitigasi risiko yang berkaitan dengan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor. 09/ PER./M/2008).

Menurut Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tujuan SMK3 adalah untuk : 1. Meningkatkan efektivitas perlindungan K3 yang terencana, terukur,

terstruktur, dan terintegrasi.

2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh.

3. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong produktivitas.

Apabila sebuah perusahaan menerapkan SMK3, maka akan mendatangkan beberapa manfaat. Menurut Tarwaka (2008) manfaat penerapan SMK3 bagi perusahaan adalah:

1. Pihak manajemen dapat mengetahui kelemahan-kelemahan unsur sistem operasional sebelum timbul gangguan operasional, kecelakaan, insiden dan kerugian-kerugian lainnya.

2. Dapat diketahui gambaran secara jelas dan lengkap tentang kinerja K3 di perusahaan.

3. Dapat meningkatkan pemenuhan terhadap peraturan perundangan bidang K3.

4. Dapat meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan kesadaran tentang K3, khususnya bagi karyawan yang terlibat dalam pelaksanaan audit.

5. Dapat meningkatkan produktivitas kerja.

(15)

2.2.2 Penerapan SMK3

Penerapan SMK3 berdasarkan prinsip standar OHSAS 18001:2008 yang terdiri dari lima prinsip. Berikut adalah lima prinsip penerapan SMK3 berdasarkan OHSAS 18001:2008.

a. Kebijakan K3

Manajemen perusahaan memiliki komitmen untuk patuh terhadap peraturan perundangan K3, mencegah kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, dan pencemaran. Wewenang yang dimiliki manajemen puncak adalah memberi sanksi kepada karyawan yang bekerja dan investor di area pabrik tidak menggunakan alat keselamatan kerja.

b. Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan perusahaan adalah membuat jadwal rencana kegiatan yang terdiri dari beberapa kegiatan yang dilakukan oleh divisi yang terkait untuk menerapkan SMK3 di perusahaan. Perusahaan melakukan identifikasi risiko, penilaian risiko, dan mitigasi risiko serta menanggulangi limbah terhadap mitigasi dampak lingkungan.

c. Pelaksanaan

Struktur dan tanggung jawab pelaksanaan SMK3 di perusahan dengan bentuknya tim P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang merupakan bagian dari divisi keselamatan lingkungan dan damkar. Tim P2K3 adalah tim yang memiliki kewenangan, tanggung jawab, menyediakan sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang berkaitan tentang pelaksanaan SMK3 dengan manajemen perusahaan. Program-program yang dilakukan perusahaan sebagai pelaksanaan SMK3 dan keselamatan lingkungan diantaranya program kesehatan, program keselamatan, dan program lingkungan. Program keselamatan yang dilakukan diantaranya memasang rambu-rambu penggunaan alat pelindung diri di setiap area kerja, rambu-rambu peringatan akan bahaya kerja yang akan terjadi, menerapkan toolbox meeting, memberikan dan menyediakan alat pelindung diri bagi tenaga kerja secara gratis, sosialisasi dan rapat panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja (P2K3), mengadakan pelatihan K3

(16)

selama jam kerja, dan penyediaan alat pemadam kebakaran di setiap area kerja serta pemberian jalur evakuasi atau jalur hijau. Program peduli lingkungan yang diterapkan meliputi pengolahan limbah cair dan penggunaan kembali hasil limbah cair, penyediaan tempat sampah dan area penghijauan.

d. Pemeriksaan dan Tindakan Perbaikan

Pemeriksaan SMK3 yang dilakukan adalah dengan memantau dan mengukur faktor lingkungan kerja termasuk peralatan yang digunakan dan dampak terhadap lingkungan. Pemantauan dan pengukuran meliputi pencatatan informasi dan kejadian yang terjadi di lapangan secara kualitatif dan kuantitatif, melaksanakan audit K3 secara periodik. Tindakan perbaikan yang dilakukan meliputi patroli kontrol, mengevaluasi peraturan SMK3 yang diterapkan, melaporkan insiden yang terjadi di lapangan, mengidentifikasi pelaksanaan perbaikan seperti mendatangkan tim dari luar untuk pengujian emisi dan sertifikasi peralatan pabrik, melaporkan, perawatan alat keselamatan seperti alat pemadam kebakaran, dan mengevaluasi tentang penggunaan alat pelindung diri.

e. Kaji Ulang Manajemen

Pengkajian ulang manajemen yang diterapkan dilakukan untuk menjamin kesinambungan antara perencananan, pelaksanaan dan perbaikan berjalan sesuai yang diharapkan. Pengkajian ulang manajemen dilakukan dengan menyelengarakan rapat dan tinjauan antara tim P2K3 dengan manajemen puncak seperti direksi dan kepala divisi lainnya.

Lima prinsip penerapan SMK3 yang telah diterapkan untuk terus dilakukan perbaikan berkelanjutan oleh manajemen perusahaan. Perbaikan berkelanjutan dilakukan agar kesinambungan penerapan SMK3 dapat ditingkatkan sehingga mengurangi risiko kecelakan kerja atau mendapatkan zero accident.

Berdasarkan penjelasan prinsip SMK3 menurut OHSAS 18001:2008 muncul pedoman terbaru penerapan SMK3 yaitu ISO 45001:2018. ISO 45001:2018 adalah standar internasional yang menentukan persyaratan untuk SMK3 dengan panduan penggunaannya untuk memungkinkan sebuah organisasi

(17)

bagi kesehatan. Adapun prinsip penerapan SMK3 menurut ISO 45001:2018 adalah sebagai berikut:

ISO 45001 mengadopsi High Level Structure atau struktur tingkat tinggi yang terdiri dari 10 klausul dengan tujuan untuk memudahkan integrasi dengan sistem manajemen lainnya.

Karena mengadopsi High Level Structure, maka ISO 45001 juga menerapkan “organization and it’s context”. Sebelum menyusun sistem manajemen K3, organisasi harus mempertimbangkan isu eksternal dan internal, serta kebutuhan dan harapan dari pihak-pihak yang berkepentingan, seperti pemerintah, customer, shareholder, supplier, karyawan, dan masyarakat/komunitas sekitar.

Selain itu, dalam High Level Structure juga terdapat peran kepemimpinan atau leadership yang lebih baik. Oleh karena itu ISO 45001 menuntut pengintegrasian aspek K3 ke dalam sistem manajemen perusahaan untuk dapat mendorong top manajemen memiliki peran kepemimpinan yang kuat terhadap sistem manajemen K3. Sedangkan dalam OHSAS 18001, tanggung jawab K3 biasanya didelegasikan pada manajer K3.

Dalam ISO 45001, organisasi tidak hanya mengidentifikasi dan mengendalikan risiko terhadap K3, namun organisasi juga

dipersyaratkan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan risiko dan peluang K3 lainnya yang berkaitan dengan keberlangsungan organisasi. Sedangkan OHSAS 18001 hanya mempertimbangkan risiko K3 saja.

ISO 45001 lebih menekankan dan mendorong partisipasi dan kontribusi pekerja (worker participation) dalam menyusun sistem manajemen K3, sedangkan dalam OHSAS 18001 tidak clear dalam partisipasi pekerja dalam sistem manajemen K3.

ISO 45001 menuntut pemasok barang dan jasa (kontraktor, supplier/

vendor perusahaan) untuk memenuhi persyaratan K3 karena pemasok barang dan jasa merupakan bagian yang mempengaruhi kinerja K3 organisasi, sedangkan OHSAS 18001 tidak spesifik menuntut ini.

(18)

pendekatan proses (sama halnya dengan ISO 9001 & ISO 14001), sedangkan OHSAS 18001 lebih berdasarkan prosedur sehingga tidak bersifat dinamis.

2.3 Manajemen Risiko K3

Menurut Australia/New Zealand Standard (AS/NZS 4360, 2004), risiko adalah kemungkinan atau peluang terjadinya sesuatu yang dapat menimbulkan suatu dampak dari suatu sasaran, risiko diukur berdasarkan adanya kemungkinan terjadinya suatu kasus atau dampak yang dapat ditimbulkannya. Risiko dalam konteks K3 berarti berkaitan dengan besarnya kemungkinan sumber bahaya yang timbul dan tingkat keparahan potensi kerugian yang muncul, baik dampak kesehatan maupun yang lainnya.

Adapun jenis-jenis risiko dalam perspektif K3, dikategorikan sebagai berikut (Soehatman, 2009) :

a. Risiko Keselamatan (Safety Risk )

Risiko keselamatan adalah suatu risiko yang mempunyai kemungkinan rendah untuk terjadi tetapi memiliki dampak besar. Risiko ini dapat terjadi sewaktu-waktu, bersifat akut dan fatal. Kerugian-kerugian yang biasanya terjadi dalam risiko keselamatan adalah cedera, kehilangan hari kerja, kerusakan property dan kerugian produksi dan penjualan.

b. Risiko Kesehatan (Health Risk)

Risiko kesehatan adalah suatu risiko yang mempunyai kemungkinan tinggi untuk terjadi tetapi memiliki dampak yang rendah. Risiko jenis ini dapat terjadi kapan saja secara terus-menerus dan berdampak kronik. Penyakit-penyakit yang terjadi misalnya gangguan pernafasan, gangguan syaraf, gangguan reproduksi dan gangguan metabolic atau sistemik.

c. Risiko Lingkungan (Enviromental Risk)

Risiko ini berhubungan dengan keseimbangan lingkungan. Ciri-ciri risiko lingkungan adalah perubahan yang tidak signifikan, berdampak besar pada populasi atau komunitas, berubahnya fungsi dan kapasitas habitat dan ekosistem serta kerusakan sumber daya alam.

(19)

Identifikasi Risiko

Klasifikasi Risiko

Respon Risiko

Perlakuan Risiko Analisis Risiko

Risiko keuangan berkaitan dengan masalah ekonomi, contohnya adalah kelangsungan suatu bisnis, asuransi dan inventasi.

e. Risiko Umum (Public Risk)

Risiko ini berkaitan dengan kesejahteraan kehidupan orang banyak.

Sehingga hal-hal yang tidak diharapkan seperti pencemaran air dan udara dapat dihindari. Manajemen umum yang berhubungan dengan berbagai aktivitas yang menimbulkan risiko tersebut adalah manajamen risiko (risk management).

Manajemen risiko memiliki tujuan untuk dapat mengenali risiko sehingga nantinya dapat direncanakan strategi penanganan yang akan dilakukan terhadap risiko yang muncul. Manajemen risiko K3 adalah suatu pengukuran atau pendekatan terstruktur dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman maupun suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan atau pengelolaan sumber daya untuk mengurangi terjadinya kecelakaan. Strategi manajemen risiko dimulai dari mengidentifikasi, mengukur dan menentukan besarnya risiko, kemudian mencari jalan bagaimana menangani risiko tersebut (Darmawi, 2000).

Menurut Flanagan dan Norman (1993), kerangka dasar langkah-langkah pengambilan keputusan terhadap risiko, yaitu

Gambar 2.1 Kerangka Umum Manajemen Risiko

2.3.1 Identifikasi Risiko K3

(20)

organisasi atau perusahaan, maka langkah berikutnya adalah melakukan identifikasi risiko K3. Tahap ini bertujuan untuk mengidentifikasi semua kemungkinan risiko K3 yang mungkin terjadi di lingkungan kegiatan dan bagaimana dampak atau keparahannya jika terjadi. Identifikasi risiko K3 merupakan suatu tahapan yang dilakukan dengan cara mengidentifikasikan hal- hal tertentu (hazard) dalam pekerjaan yang dapat menyebabkan sebuah risiko K3 terjadi.

Menurut Australian Standard/New Zealand Standard (AS/NZS 4360, 2004), identifikasi risiko K3 adalah langkah dalam proses manajemen risiko K3 untuk mengidentifikasi apa penyebab atau kemungkinan terjadinya kegagalan atau bagaimana skenario kegagalan tersebut terjadi. Tahap identifikasi risiko K3 ini merupakan tahapan tersulit dan paling menentukan dalam manajamen risiko K3.

Kesulitan ini disebabkan oleh ketidakmampuan untuk mengidentifikasi seluruh risiko yang akan muncul mengingat adanya ketidakpastian yang dihadapi. Oleh karena itu dalam mengidentifikasi seluruh risiko ini terlebih dahulu diupayakan untuk menentukan sumber risiko pada area dampak. Menurut Widnyana (2016), sumber risiko merupakan asal atau timbulnya risiko yang dapat berupa bahan (material) yang digunakan dalam proses kerja, peralatan kerja (equipment) , kondisi area kerja (environment) dan perilaku dari pekerja (people).

Dalam melakukan sebuah identifikasi dibutuhkan metode yang logis dan terstruktur untuk memastikan bahwa tidak ada area lain yang terlewatkan. Struktur tersebut dijadikan dasar untuk menanyakan pertanyaan dengan cara yang imajinatif tentang apa yang mungkin terjadi dan bagaimana hal tersebut dapat terjadi, berikut identifikasi risiko K3 dijelaskan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Identifikasi Risiko K3 Jenis Pekerjaan

No.

Identifikasi Risiko

Sumber

Wiyasa (2014) Widnyana (2016) I. Pekerjaan Persiapan

Pembersihan lokasi 1 Terkena √

(21)

2 Terkena alat kerja

√ Mobilisasi/Demobilisasi Alat

Berat

3 Terkena

manuver alat berat

√ 4 Tertabrak alat

berat

√ 5 Paparan debu

tanah

Penyimpanan Bahan Kimia Cat 6 Terbakar √

7 Iritasi Kulit √

8 Menghirup

racun √

Penyimpanan bahan kimia

semen 9 Iritasi √

10 Menghirup debu √ 11 Tertimpa

tumpukan semen

Penyimpanan bahan bakar 12 Terbakar √

13 Iritasi pada kulit √ 14 Menghirup

racun √

Penyimpanan Tabung Gas 15 Terbakar √

16 Menghirup

Racun √

Penyimpanan Spare part mesin 17 Tersandung √

18 Terbentur √

19 Tertimpa √

Pengadaan instalasi kabel listrik, genset, dan elektrik lainnya

20 Tersengat listrik √

21 Terbakar √

22 Jatuh dari ketinggian

√ 23 Kejatuhan

material

√ Erection Tower Crane 24 Jatuh tergelincir √

25 Jatuh dari ketinggian

√ 26 Tersengat

listrik

27 Terjepit √

Erection Passenger Hoist 28 Jatuh tergelincir

29 Terjepit √

30 Jatuh rem

otomatis rusak √

31 Kejatuhan √

(22)

Jenis Pekerjaan

No. Identifikasi Risiko

Sumber

Wiyasa (2014) Widnyana (2016) Pengoprasian Tower Crane 32 Jatuh Dari

Ketinggian √

33 Muatan

jatuh/lepas

√ 34 Terbentur

muatan TC √

35 Tersambar petir

√ 36 Tali sling

putus

√ Oprasional Passenger Hoist 37 Jatuh dari

ketinggian

38 Muatan

jatuh/lepas

√ 39 Tali sling putus √

40 Terjepit √

Pemasangan Scaffolding 41 Scaffolding roboh

√ 42 Jatuh dari

ketinggian

43 Kepala

terbentur

44 Tergores √

45 Tergelincir √

46 Kejatuhan material

√ Pemasangan

Safety Net dan Reiling Pengaman

47 Tergores √

48 Kejatuhan

material √

49 Jatuh dari ketinggian

√ 50 Tersengat listrik √

2.3.2 Klasifikasi Risiko K3

Klasifikasi risiko dibuat dengan tujuan mempermudah pemahaman dan pembedaan risiko yang ada sehingga membantu dan memudahkan dalam analisis risiko K3. Nilai risiko ditentukan sebagai perkalian antara kemungkinan

(23)

adalah peluang terjadinya kerugian yang merugikan, yang dinyatakan dalam jumlah kejadian pertahun. Sedangkan konskuensi (consequences) merupakan besaran kerugian yang diakibatkan oleh terjadinya suatu kejadian yang merugikan (Godfrey,1996).

Secara umum berdasarkan kemungkinan peluang terjadinya risiko dan konsekuensi yang diakibatkan, risiko dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Unacceptable adalah risiko yang tidak dapat diterima dan harus dihilangkan.

b. Undesirable adalah risiko yang tidak diharapkan dan harus dihindari.

c. Acceptable adalah risiko yang dapat diterima.

d. Negligible adalah risiko yang dapat diabaikan.

2.3.3 Analisis Risiko K3

Analisis risiko K3 merupakan kegiatan menganalisis suatu risiko K3 dengan menentukan besarnya kemungkinan terjadi dan tingkat dari penerimaan akibat suatu risiko K3. Tujuan adalah untuk membedakan antara risiko kecil, risiko sedang, dengan risiko besar dan menyediakan data untuk membantu evaluasi dan penangan risiko K3 (AS/NZS 4360, 2004). Faktor yang mempengaruhi dalam analisis risiko K3 adalah :

a. Sumber risiko K3

Merupakan asal atau timbulnya risiko K3 yang dapat berupa material, yang digunakan dalam proses kerja, peralatan kerja, kondisi area kerja dan perilaku dari pekerja.

b. Probabilitas

Merupakan besaran kemungkinan timbulnya risiko K3. Ditentukan dengan menganalisis frekuensi bahaya terhadap para pekerja, jumlah dan karakteristik bahaya yang terpapar pada pekerja, jumlah dan karakteristik pekerja yang terkena dampak bahaya, kondisi area kerja, kondisi peralatan kerja, serta efektifitas tindakan mitigasi bahaya yang telah dilakukan sebelumnya. Faktor probabilitas juga berkaitan dengan faktor perilaku pekerja dikarenakan kurangnya

(24)

dalam proses kerja dan di tempat kerjanya, keterbatasan kemampuan fisik dan mental yang dimiliki pekerja saat pekerja seperti kondisi fisik pekerja yang sakit saat melakukan pekerjaan atau stres yang dialami pekerja yang berpengaruh dalam penurunan konsentrasi pekerja.

c. Dampak

Merupakan besaran dampak yang ditimbulkan dari risiko K3. Ditentukan dengan analisis atau kalkulasi statistik berdasarkan data-data yang terkait atau melakukan estimasi subjektif berdasarkan pengalaman terdahulu.

Menurut Godfrey (1996), analisis risiko yang dilakukan secara sistematis dapat membantu dalam hal sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi, menilai dan meranking risiko secara jelas.

b. Memusatkan perhatian pada risiko utama (major risk).

c. Memperjelas keputusan tentang batasan kerugian.

d. Meminimalkan potensi kerusakan apabila timbul keadaan yang paling buruk.

e. Mengontrol aspek ketidakpastian dalam proyek.

f. Memperjelas dan menegaskan peran setiap orang atau badan yang terlibat dalam manajemen risiko.

2.3.3.1 Analisis Risiko K3 Kualitatif

Metode kualitatif ini pada umumnya menggunakan tabulasi sifat karakteristik penelitian melalui skala deskriptif seperti sangat tinggi, tinggi, sedang, atau rendah. Hasil dari analisis kualitatif berbentuk matriks risiko dengan dua parameter, yaitu peluang atau kemungkinan (likelihood) terjadi dan akibat (consequence). Berikut adalah Tabel Analisis Kualitatif.

Tabel 2.2 Kategori Kemungkinan Risiko K3

Tingkat Uraian Contoh Rinci

1 Jarang Terjadi Dapat terjadi dalm keadaan tertentu 2 Kadang Terjadi Dapat terjadi, tetapi kemungkinannya kecil 3 Dapat Terjadi Dapat terjadi , namun tidak sering

(25)

4 Sering Terjadi Terjadi beberapa kali dalam periode waktu tertentu 5 Hampir Pasti Terjadi Dapat terjadi setiap saat dalam kondisi normal Sumber : (AS/NZS 4360, 2004)

Tabel 2.3 Kategori Dampak Risiko K3

Tingkat Uraian Contoh Rinci

1 Tidak Signifikan Kejadian tidak menimbulkan kerugian atau cedera pada manusia

2 Kecil Menimbulkan cedera ringan, kerugian kecil, dan tidak menimbulkan dampak serius

3 Sedang Cedera berat dan dirawat di rumah sakit tidak menimbulkan cacat tetap, kerugian finansial sedang 4 Berat Menimbulkan cedera parah dan cacat tetap dan

kerugian financial besar serta menimbulkan dampak serius

5 Bencana Mengakibatkan korban meninggal dan kerugian parah, bahkan dapat menghentikan kegiatan selamanya

Sumber : (AS/NZS 4360, 2004)

Tabel 2.4 Matriks Frekuensi dan Dampak Risiko K3

Frekuensi Risiko Dampak Risiko

1 2 3 4 5

5 H H E E E

4 M H H E E

3 L M H E E

2 L L M H E

1 L L M H H

Sumber : (AS/NZS 4360, 2004) Dengan maksud sebagai berikut :

E : Extreme Risk – Tidak dapat ditoleransi sehingga perlu penanganan dengan segera.

H : High Risk – Risiko yang tidak diinginkan, hanya dapat diterima jika

(26)

khusus dari pihak manajemen.

M : Moderate Risk – Risiko yang dapat diterima namun memerlukan tanggung jawab yang jelas dari manajemen.

L : Low Risk – Risiko yang dapat diterima dan dapat diatasi dengan prosedur yang rutin.

Tingkat risiko (level of risk) K3 pada analisis ini merupakan hasil perkalian dari risiko-risiko K3 yang terdapat pada setiap tahapan pekerjaan. Sehingga nilai risiko K3 dapat dirumuskan dalam Persamaan2.1.

(2.1)

Tabel risiko K3 metode analisis dibagi ke dalam beberapa kategori yang dapat dilihat pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5 Tingkat Risiko K3 RISIKO

SANGAT

TINGGI 15-25 Risiko tidak dapat diterima, kegiatan tidak boleh dilanjutkan sampai keadaan tertentu/upaya mereduksi risiko.

RISIKO TINGGI 8-12

Risiko tidak diharapkan, perlu pertimbangan untuk direduksi, kegiatan tidak boleh dilanjutkan, jika dilanjutkan perlu tindakan segera.

RISIKO SEDANG 4-6

Risiko dapat diterima, perlu tindakan untuk mengurangi risiko disesuaikan dengan perhitungan biaya pencegahan dan waktu yang diperlukan.

RISIKO

RENDAH 1-3 Risiko dapat diabaikan, mitigasi tambahan tidak diperlukan.

Sumber : (AS/NZS 4360, 2004)

2.3.3.2 Analisis Risiko K3 Kuantitatif

Analisis kuantitatif merupakan analisis yang mempergunakan perhitungan probabilitas kejadian dengan data numerik tidak berupa peringkat, dampak dihitung menggunakan permodelan hasil dari kumpulan kejadian atau eksperimen terdahulu, sedangkan probabilitas dihitung dari paparan dan kemungkinan untuk menetapkan tingkatan yang terjadi.

Risiko K3 = Likelihood (L) x Consequences (C)

(27)

2.3.4 Mitigasi Risiko K3

Mitigasi risiko K3 adalah tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau mengeliminasi risiko K3 yang muncul pada proyek kontruksi.

Flanagan dan Norman (1993) menguraikan ada 4 cara untuk melakukan mitigasi risiko K3, antara lain :

1. Menahan risiko (risk retention), yaitu tindakan menahan atau menerima risiko karena akibat (effect) dari risiko tersebut masih dalam batas yang dapat diterima, dalam arti kata bahwa konsekuensi dari risiko masih dalam batas-batas yang dapat dipikul.

2. Mengurangi risiko (risk reduction), yaitu dengan melakukan usaha-usaha atau tindakan untuk mengurangi konsekuensi dari risiko yang diperkirakan terjadi, walaupun masih ada kemungkinan risiko tidak sepenuhnya bisa dikurangi, tetapi masih pada tingkat konsekuensi yang dapat diterima.

3. Memindahkan risiko (risk transfer), yaitu tindakan memindahkan sebagian atau seluruhnya kepada pihak lain yang mempunyai kemampuan untuk memikul atau mengendalikan risiko yang diperkirakan akan terjadi.

4. Menghindari risiko (risk avoidance), yaitu tindakan menghindari konsekuensi risiko dengan menghindari aktivitas yang diperkirakan mempunyai tingkat kerugian/konsekuensi yang sangat tinggi.

2.3.5 Kepemilikan Risiko K3

Kepemilikan risiko adalah seseorang yang memiliki tanggung jawab untuk memonitoring atas risiko dan melakukan respon atas risiko tersebut. Pemilik risiko adalah seseorang yang menetapkan rencana respon atas risiko (risk response plan). Pemilik risiko bertanggung jawab atas proses manajamen risiko di sebuah organisasi dan kunci keberhasilan pelaksanaan proses manajemen risiko. Peran yang sangat penting ini menuntut organisasi untuk menetapkan orang yang tepat, baik dari segi posisi dalam struktur organisasi maupun kompetensi untuk diberikan tanggung jawab sebagai pemilik risiko. Betrika (2015) menguraikan beberapa kriteria dalam melakukan identifikasi seseorang yang tepat ditunjuk

(28)

1. Orang tersebut harus paling paham tentang penyebab risiko dan dampak atas risiko.

2. Orang yang tepat melakukan monitoring atas risiko.

3. Orang yang bertanggung jawab jika risiko telah terjadi.

4. Orang yang memiliki pengalaman dalam hal manajemen risiko.

Menurut Flanagan dan Norman (1993), kepemilikan tanggung jawab risiko (ownership of risk) dialokasikan dengan prinsip-prinsip yang telah dikembangkan, diantaranya:

1. Pihak-pihak mana yang mempunyai kontrol terbaik terhadap kejadian yang menimbulkan risiko.

2. Pihak mana yang dapat menangani apabila risiko tersebut muncul.

3. Pihak mana yang mengambil tanggung jawab jika risiko tidak terkontrol.

4. Jika risiko di luar kontrol semua pihak, maka diasumsikan sebagai risiko bersama.

(29)

Data Sekunder : -Data-data Proyek -Literatur -Media Elektronik

Identifikasi Risiko K3

Uji Validitas dan Reliabilitas

Tidak

Ya A

Tabulasi Data Data Primer : -Kuesioner -Wawanacara Desain Kuesioner

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Penelitian

Penyusunan penelitian ini didasarkan kerangka penelitin yang dapat memberikan arah kerja sistematis dan komunikatif. Untuk kerangka penelitian ini dilihat pada Gambar 3.1.

Mulai Penentuan Objek dan

Lokasi Penelitian

(30)

Gambar 3.1 Kerangka Penelitian

3.2 Penentuan Objek dan Lokasi Penelitian

Sebelum melakukan suatu penelitian terlebih dahulu melakukan persiapan dan penentuan lokasi yang akan dijadikan objek penelitian. Dalam penelitian ini yang akan dijadikan objek penelitian adalah stakeholder yaitu orang yang terlibat secara langsung dan sangat mengetahui secara detail mengenai proyek konstruksi.

Ruang lingkup penelitian proyek kontruksi ini dibatasi pada tahap pekerjaan persiapan, struktur baja, dan pemasangan modul kulit patung dengan lokasi penyebaran kuesionernya pada proyek Garuda Wisnu Kencana (GWK)

Jl. Raya Uluwatu, Ungasan, Kuta Sel. Badung-Bali.

3.3 Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti, data ini biasanya bewujud data laporan yang sudah tersedia atau dari studi literatur. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data proyek seperti RKS, gambar proyek, struktur organisasi serta data dari laporan, jurnal, penelitian-penelitian sebelumnya, media elektronik dan studi literatur lain yang berhubungan dengan analisis risiko K3 pada proyek kontruksi.

3.4 Identifikasi Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

Identifikasi risiko K3 dimulai dengan melakukan identifikasi pada proyek Analisis Data dan Pembahasan :

Penentuan Risiko K3 Dominan Mitigasi dan Kepemilikan Risiko K3

A

Kesimpulan dan Saran Selesai

(31)

dapat ditentukan sumber risiko K3 pada proyek konstruksi. Data sekunder tersebut dirangkum dan digunakan sebagai acuan dalam menentukan kategori sumber risiko K3 yang akan digunakan dalam proses pengambilan data.

Selanjutnya dilakukan identifikasi langsung mengenai pelaksanaan pekerjaan yang menyebabkan risiko K3 proyek dan brainstorming. Jenis pekerjaan yang diidentifikasi adalah pekerjaan persiapan, pekerjaan struktur baja serta terakhir pekerjaan pemasangan modul kulit patung dari tembaga dengan melakukan pengamatan metode setiap pekerjaan maupun job safety anlysis dari proyek konstruksi. Setelah diperoleh risiko yang akan digunakan, kemudian digunakan sebagai bahan dalam penyusunan kuesioner.

Risiko yang akan digunakan sebagai bahan dalam penyusunan kuesioner dapat dilihat pada tabel berikut telah disusun dan dirangkum sesuai dengan kondisi pelaksanaan proyek konstuksi.

Tabel 3.1 Identifikasi Risiko K3

Jenis Pekerjaan No. Identifikasi Risiko

Sumber Wiyasa

(2014)

Widnyana (2016)

Observasi dan/atau Brainstorming I. Pekerjaan Persiapan

Pembersihan lokasi 1 Terkena benda tajam

2 Terkena alat kerja

3 Paparan debu tanah

Mobilisasi/

Demobilisasi Alat Berat

4 Terkena manuver alat berat

(32)

Jenis Pekerjaan No. Identifikasi Risiko

Sumber Wiyasa

(2014)

Wiyasa

(2014) Wiyasa (2014) 5 Tertabrak

alat berat

6 Paparan debu tanah

Penyimpanan Bahan Kimia Cat

7 Terbakar √

8 Iritasi Kulit √

9 Menghirup racun

Penyimpanan bahan kimia semen

10 Iritasi √ 11 Menghirup

debu

12 Tertimpa tumpukan

semen

Penyimpanan bahan bakar

13 Terbakar √ 14 Iritasi pada

kulit

15 Menghirup racun

Penyimpanan Tabung Gas

16 Terbakar √

17 Menghirup Racun

(33)

Jenis Pekerjaan No. Identifikasi Risiko

Sumber Wiyasa

(2014)

Widnyana (2016)

Observasi dan/atau Brainstorming Penyimpanan Spare

part mesin

18 Tersandung √ 19 Terbentur √ 20 Tertimpa √ Pengadaan instalasi

kabel listrik, genset, dan elektrik lainnya

21 Tersengat listrik

22 Terbakar √ 23 Jatuh dari

ketinggian

24 Kejatuhan material

Erection Tower Crane 25 Jatuh tergelincir

26 Jatuh dari ketinggian

27 Tersengat listrik

28 Terjepit √ Erection Passenger

Hoist

29 Jatuh tergelincir

30 Terjepit √ 31 Jatuh rem

otomatis rusak

32 Kejatuhan √

(34)

Jenis Pekerjaan No

Identifikasi Risiko

Sumber Wiyasa

(2014) Widnyana

(2016) Observasi dan/atau Brainstorming Pengoprasian Tower

Crane

33 Jatuh Dari Ketinggian

34 Muatan jatuh/lepas

35 Terbentur muatan TC

36 Tersambar petir

Oprasional Passenger Hoist

38 Jatuh dari ketinggian

39 Muatan jatuh/lepas

40 Tali sling putus

41 Terjepit √ Pemasangan

Scaffolding

42 Scaffolding roboh

43 Jatuh dari ketinggian

44 Kepala terbentur

45 Tergores √ 46 Tergelincir √ 47 Kejatuhan

material

(35)

Jenis Pekerjaan No. Identifikasi Risiko

Sumber Wiyasa

(2014)

Widnyana (2016)

Observasi dan/atau Brainstorming Pemasangan

Scaffolding

42 Scaffolding roboh

43 Jatuh dari ketinggian

44 Kepala terbentur

45 Tergores √ 46 Tergelincir √ 47 Kejatuhan

material

Pemasangan Safety Net dan Reiling

Pengaman

48 Tergores √ 49 Kejatuhan

material

50 Jatuh dari ketinggian

51 Tersengat listrik

II. Pekerjaan Struktur Baja Penempatan

Material Baja di Worksop

52 Tergores √

53 Tertimpa tumpukan

baja

54 Kepala terbentur

(36)

Jenis Pekerjaan No. Identifikasi Risiko

Sumber Wiyasa

(2014)

Widnyana (2016)

Observasi dan/atau Brainstorming 55 Tertabrak

Truck

Pemasangan angkur 56 Kejatuhan material

57 Tergelincir √

58 Tergores √

59 Jatuh dari ketinggian

Pemasangan kolom, balok/tie beam, balok

kantilever, dan pengaku/bracing

60 Tergelincir √

61 Tertimpa √

62 Terjepit/

terbentur

63 Jatuh dari ketinggian

Pemasangan Rangka GRC

64 Tergelincir √

65 Jatuh dari ketinggian

66 Kejatuhan material

Pengencangan Baut 67 Tergelincir √

68 Jatuh dari ketinggian

69 Tangan terluka

70 Kejatuhan material

(37)

Jenis Pekerjaan No. Identifikasi Risiko

Sumber Wiyasa

(2014) Widnyana

(2016) Observasi dan/atau Brainstorming 71 Tersambar

petir √

72 Terkena

benda tajam √

Menggerinda 73 Tersengat listrik

74 Kebisingan √

75 Terpotong √

76 Serpihan masuk ke

mata

Pengelasan 77 Terbakar √

78 Iritasi Mata √

79 Terkena percikan api

80 Terkena asap las

Cutting Weld 81 Terbakar √

82 Iritasi Mata √

83 Terkena percikan api

Pemotongan dengan menggunakan Cutting

Torch (LPG &

Oksigen)

84 Kebakaran √

85 Iritasi Mata √

86 Terkena percikan api

(38)

Jenis Pekerjaan No. Identifikasi Risiko

Sumber Wiyasa

(2014) Widnyana

(2016) Observasi dan/atau Brainstorming III. Pekerjaan Modul Kulit Patung

Penempatan modul 87 Tergores √

88 Tertimpa modul

89 Kepala terbentur

modul

90 Tertabrak truck

Perapian modul dengan palu

91 Tangan terpukul

92 Tergelincir √

93 Terbakar √

94 Mata terkena percikan

95 Tangan terkena semburan

api

96 Jatuh dari ketinggian

Pemasangan Modul 97 Kepala terbentur

modul

98 Jatuh dari ketinggian

(39)

Jenis Pekerjaan No. Identifikasi Risiko

Sumber Wiyasa

(2014) Widnyana

(2016) Observasi dan/atau Brainstorming 99 Tertimpa

modul

100 Tangan tergores

101 Tertusuk material

baja

3.5 Desain Kuesioner

Setelah dilakukan identifikasi risiko K3 pada proyek konstruksi, selanjutnya akan dibuatkan kuesioner untuk mengetahui : Frekuensi terjadinya risiko responden akan diminta menilai frekuensi terjadinya risiko pada proyek tersebut dengan memberikan ranking untuk masing-masing kategori sumber risiko K3 yang dominan, berikut dapat dilihat skala frekuensi risiko pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Frekuensi Risiko K3

Tingkat Uraian Kriteria Kemungkinan Contoh rinci

1

Sangat Jarang

x ≤ 0.01 permil

Terjadi dalam keadaan tertentu, misalnya disambar

petir

2 Jarang

0.01 permil < x ≤ 0.1 permil

Terjadi namun kemungkinan kecil, misalnya tertimpa alat

berat Tower Crane

3

Kadang- Kadang

0.1 permil < x ≤ 1 permil

Terkadang dapat terjadi, misalnya jatuh dari ketinggian

(40)

4 Sering

1 permil < x ≤ 10 permil

Terjadi beberapa kali dalam periode tertentu, misalnya

tergores benda tajam

5

Sangat Sering

x > 10 permil

Terjadi setiap saat dalam kondisi normal, misalnya terkena paparan debu Keterangan : x adalah frekuensi risiko jumlah tenaga kerja dikali jam kerja dalam permil Sumber : (Modifikasi dari AS/NZS 4360, 2004)

Besarnya pengaruh risiko tersebut terhadap terhadap risiko K3 yang terjadi di proyek. Responden akan diminta menilai besarnya pengaruh risiko tersebut terhadap risiko K3 dengan memberikan ranking untuk masing-masing sumber risiko. Penilaian ini berhubungan dengan skala prioritas dalam menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi. Skala pengaruh atau konsekuensi risiko K3 dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Konsekuensi Risiko K3 Tingkat Uraian Kriteria

Konsekuensi

Contoh Rinci

1 Sangat

Kecil

x ≤ 0.01 permil Kecelakaan tidak menimbulkan luka 2 Kecil 0.01 permil < x ≤ 0.1

permil

Kecelakaan dapat diatasi dengan P3K 3 Sedang 0.1 permil < x ≤ 1

permil

Kecelakaan dapat diatasi denga rawat jalan 4 Besar 1 permil < x ≤ 10

permil

Memerlukan rawat inap di Rumah Sakit

5 Sangat

Besar

x > 10 permil Cacat tetap/meninggal dunia

Keterangan : x adalah konsekuensi risiko jumlah tenaga kerja dikali jam kerja dalam permil Sumber : (Modifikasi dari AS/NZS 4360, 2004)

(41)

Mencari upaya-upaya untuk meminimalisasi sumber risiko yang dapat menyebabkan risiko kecelakaan kerja di proyek. Secara garis besar, isi dari kuesioner yang akan diajukan kepada responden adalah sebagai berikut :

a. Data Identitas Responden

Bagian ini berisikan identitas responden dengan tujuan mengetahui latar belakang responden, yaitu: nama responden, nomor telepon, tempat bekerja, nama proyek, lokasi proyek, pengalaman kerja, pendidikan, serta tanda tangan responden.

b. Tata Cara Mengisi Kuesioner

Berisikan penjelasan mengenai tata cara menjawab pertanyaan kuesioner.

c. Bentuk Kuesioner

Bentuk kuesioner pada penelitian ini adalah semi tertutup yaitu sebagian berupa pertanyaan tertutup yang jawabannya harus dipilih responden berdasarkan pilihan yang disediakan. Sedangkan bagian pertanyaan terbuka survey lapangan berisi tambahan identifikasi risiko K3 yang dapat diisi oleh responden apabila responden menganggap ada sumber risiko yang belum teridentifikasi, serta saran tindakan-tindakan mitigasi risiko yang dapat dilakukan menurut penilaian responden. Skala pengukuran yang digunakan pada kuesioner ini adalah Skala Likert.

d. Isi Kuesioner

Bagian ini berisikan pertanyaan-pertanyaan yang dijawab berdasarkan pengetahuan dan pengalaman responden, yaitu mengenai frekuensi terjadinya risiko, besarnya pengaruh risiko tersebut terhadap risiko K3, saran upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisasi risiko tersebut.

3.6 Data Primer

Data Primer merupakan data yang diperoleh langsung dari lapangan. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari hasil survei menggunakan kuesioner dan wawancara. Pengumpulan data primer dimulai dengan dilakukan pada 17 responden. Apabila setelah penyebaran kuisioner

(42)

ditemukan masalah maka dilakukan upaya perbaikan metode serta desain kuesioner. Namun apabila tidak ditemukan masalah, pengumpulan data primer bisa dilanjutkan.

3.6.1 Penentuan Sampel dan Responden

Penentuan sampel dan responden dalam penelitian ini yaitu orang-orang yang tahu akan analisis risiko K3, dalam penelitian ini menggunakan sampel yang diambil secara purposive sampling. Sampel tidak diambil secara acak, melainkan dipilih pada orang yang mampu memberikan “expert judgment" yaitu orang-orang yang benar-benar paham tentang permasalahan yang diajukan, memiliki pengalaman kerja, serta dilihat dari jabatan dan tingkat pendidikannya masuk dalam kategori seorang ahli.

Responden yang berhak mengisi kuesioner adalah orang-orang ahli yang pernah maupun sedang terlibat dalam pelaksanaan proyek konstruksi sehingga mempunyai kompetensi untuk mengisi kuesioner, yaitu dari unsur-unsur kontraktor : project manager, site manager, site enginer, safety, dan supervisor

Mengingat aspek penilaian risiko K3 mencakup bidang keahlian yang cukup penting, pemilihan responden dilakukan dengan selektif melalui wawancara langsung pada saat pengisian kuesioner sehingga kompetensi responden untuk memberikan opini terhadap sumber risiko yang teridentifikasi dapat dinilai.

3.6.2 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitin ini menggunakan metode questionnaire (angket). Untuk penyebaran kuesioner dilakukan dengan teknik sampling, yaitu teknik purposive sampling. Pemilihan teknik sampling menggunakan purposive sampling dikarenakan objek dalam penelitian ini adalah orang-orang yang memiliki pengalaman dalam menangani pelaksanaan proyek konstruksi. Orang- orang seperti ini tidak diketahui secara pasti jumlah anggota populasinya sehingga dipilihlah jenis teknik nonprobability sampling yaitu purposive sampling. Dalam teknik purposive sampling, hanya mereka yang memenuhi kriteria tertentu yang

(43)

patut memberikan pertimbangan untuk pengambilan sampel yang diperlukan dalam penelitian.

3.6.3 Tabulasi Data

Tabulasi data bertujuan untuk mempermudah menyeleksi data dari banyak sumber dan mempermudah proses menganalisis data nantinya. Jawaban responden mengenai frekuensi risiko dan dampak risiko, diubah menjadi angka- angka yang disesuaikan dengan Skala Likert sebagai skala pengukuran. Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur tingkat penilaian responden pada sebuah pertanyaan dalam kuesioner. Skala dengan format Likert yang sering dipakai memiliki lima pilihan skala. Untuk frekuensi risiko digunakan : skala 1 (sangat jarang), skala 2 (jarang), skala 3 (kadang-kadang), skala 4 (sering), dan skala 5 (sangat sering) pada Tabel 3.2. Untuk dampak risiko digunakan : skala 1 (sangat kecil), skala 2 (kecil), skala 3 (sedang), skala 4 (besar), dan skala 5 (sangat besar) pada Tabel 3.3. Pada pengolahan data, jawaban responden untuk pertanyaan frekuensi risiko dan dampak risiko yang telah diubah sesuai Skala Likert selanjutnya ditabulasikan dalam bentuk tabel untuk memudahkan melihat skor nilai pada masing-masing faktor risiko. Sedangkan hasil jawaban responden untuk pertanyaan yang diajukan mengenai mitigasi risiko ditabulasikan menjadi sebuah resume. Pada pengolahan data total, selain melakukan tabulasi untuk jawaban frekuensi risiko, dampak risiko, mitigasi risiko dilakukan pula tabulasi untuk jawaban isian data identitas responden.

3.6.4 Validitas dan Reliabilitas

Untuk mengetahui kelayakan kuesioner penelitian ini, dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solutions) versi 23. Program SPSS versi 23 adalah sebuah program aplikasi yang memiliki kemampuan analisis statistik cukup tinggi serta sistem manajemen data pada lingkungan grafis dengan menggunakan menu-menu deskriptif dan kotak-kotak dialog yang sederhana sehingga mudah untuk dipahami

(44)

cara pengoperasiannya. Dengan menggunakan program ini uji validitas dan uji reliabilitas dapat lebih mudah dilakukan selain menggunakan cara hitung manual.

Uji validitas merupakan pengujian untuk menentukan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.

Perhitungan uji validitas menggunakan rumus korelasi, dimana akan dicari korelasi tiap pertanyaan dengan cara r hitung dibandingkan dengan r Tabel.

Apabila r hitung > r Tabel maka item pertanyaan tersebut dinyatakan valid.

Sedangkan uji reliabilitas digunakan untuk melihat apakah alat ukur yang digunakan menunjukkan konsistensi di dalam melakukan pengukuran. Sebuah kuesioner dinyatakan reliabel jika memberikan sebuah hasil yang konsisten pada setiap pengukuran. Uji reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini menggunakan metode Alpha Cronbach dengan nilai Alpha Cronbach (a) minimal 0,7 agar dinyatakan reliabel (Nunnally, 1978).

Dalam uji reliabilitas ada beberapa hal penting yang didapat dari suatu kuesioner yang diuji seperti :

a. Mengetahui bagaimana tiap-tiap pertanyaan dalam kuesioner saling berhubungan.

b. Mendapatkan nilai Alpha Cronbach yang merupakan indeks internal consistency dari skala pengukuran secara keseluruhan.

c. Mengidentifikasi butir-butir pertanyaan dalam kuesioner yang harus direvisi atau dihilangkan.

3.7 Analisis Data dan Pembahasan

Untuk mengatasi risiko K3 pada proyek konstruksi ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

3.7.1 Penentuan Risiko K3 Dominan

Risiko-risiko K3 yang termasuk kategori dominan ditentukan melalui jawaban responden dari expert judgment itu sendiri yang telah disesuaikan dengan menggunakan Skala Likert ditabulasi dan dianalisis dengan program SPSS untuk

(45)

mengetahui modus frekuensi serta dampak risiko. Selanjutnya dihitung nilai risiko (risk index) yang merupakan hasil perkalian antara modus frekuensi dengan modus dampak dari risiko tersebut, dijelaskan pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Matriks Frekuensi dan Konsekuensi Risiko K3

Frekuensi Risiko

Konsekuensi Risiko

1 2 3 4 5

5 H H E E E

4 M H H E E

3 L M H E E

2 L L M H E

1 L L M H H

Sumber : (AS/NZS 4360, 2004) Dengan maksud sebagai berikut :

E : Extreme Risk – Tidak dapat ditoleransi sehingga perlu penanganan dengan segera.

H : High Risk – Risiko yang tidak diinginkan, hanya dapat diterima jika pengurangan risiko tidak dapat dilaksanakan sehingga perlu perhatian khusus dari pihak manajemen.

M : Moderate Risk – Risiko yang dapat diterima namun memerlukan tanggung jawab yang jelas dari manajemen.

L : Low Risk – Risiko yang dapat diterima dan dapat diatasi dengan prosedur yang rutin.

Setelah diperoleh nilai risiko untuk masing-masing risiko, maka dilakukan analisis tingkat risiko. Tingkat risiko dapat dibagi menjadi 4, yaitu risiko sangat tinggi (extreme risk), risiko tinggi (high risk) ,risiko sedang (moderate risk), dan

(46)

risiko rendah (low risk). Dari tingkat risiko dan dengan mempertimbangkan nilai risiko, dapat disusun skala tingkat risiko, dapat dilihat pada Tabel 3.5. Risiko- risiko yang risiko sangat tinggi dan risiko tinggi merupakan risiko yang masuk dalam kategori risiko dominan (major risk).

Tabel 3.5 Tingkat Risiko K3 RISIKO

SANGAT TINGGI 15- 25

Risiko tidak dapat diterima, kegiatan tidak boleh dilanjutkan sampai keadaan tertentu/upaya mereduksi risiko.

RISIKO TINGGI 8- 12

Risiko tidak diharapkan, perlu pertimbangan untuk direduksi, kegiatan tidak boleh dilanjutkan, jika dilanjutkan perlu tindakan segera.

RISIKO SEDANG 4-6

Risiko dapat diterima, perlu tindakan untuk mengurangi risiko disesuaikan dengan perhitungan biaya pencegahan dan waktu yang diperlukan.

RISIKO RENDAH 1-3

Risiko dapat diabaikan, mitigasi tambahan tidak diperlukan

Sumber : (AS/NZS 4360, 2004)

3.7.2 Mitigasi dan Kepemilikan Risiko K3

Berdasarkan tingkat risiko, diadakan mitigasi terhadap risiko K3 dominan pada proyek konstruksi dengan kategori risiko sangat tinggi (extreme risk) dan risiko tinggi (high risk). Risiko dengan kategori risiko dominan (major risk) perlu mendapat perhatian khusus, karena risiko-risiko ini akan mempunyai dampak signifikan terhadap pelaksanaan proyek. Tindakan mitigasi dapat berupa menahan risiko, mengurangi risiko, memindahkan risiko, dan menghindari risiko.

Setelah mitigasi risiko, dilakukan penilaian kepemilikan tanggung jawab

(47)

risiko (ownership risk), dialokasikan sesuai risiko dominan yang diperoleh dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut (Flanagan dan Norman, 1993):

Pihak-pihak mana yang mempunyai kontrol terbaik terhadap kejadian yang menimbulkan risiko. Pihak mana yang dapat menangani apabila risiko tersebut muncul. Pihak mana yang mengambil tanggung jawab jika risiko tidak terkontrol.

Jika risiko di luar kontrol semua pihak, maka diasumsikan sebagai risiko bersama. Mitigasi dan kepemilikan risiko pada penelitian ini, dilakukan dengan wawancara pada staf proyek yang memang ahli dalam bidang K3, dan brainstorming dengan memperhatikan referensi-referensi yang ada.

(48)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

Penelitian risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam proyek konstruksi ini menggunakan survey dengan kuesioner dan wawancara dengan staf proyek. Jawaban yang diperoleh ditabulasi dan dianalisis dengan program SPSS versi 23 untuk mengetahui nilai validitas dan reliabilitas jawaban responden.

Berdasarkan nilai validitas dan reliabilitas tersebut, penilaian risiko dan analisis tingkat penerimaan risiko dilakukan, kemudian dirumuskan tindakan mitigasi risiko.

Analisis tingkat penerimaan risiko digunakan untuk melakukan penilaian terhadap akibat (effect) dari risiko yang teridentifikasi, mana yang merupakan risiko dengan tingkat utama (major risk), serta mana yang termasuk risiko dengan tingkat ringan (minor risk) yang mempengaruhi terjadi risiko K3 pada proyek kontruksi. Risiko K3 dengan kategori risiko yang dominan (major risk) akan membawa dampak signifikan terhadap personel proyek. Oleh karena itu, untuk kategori dominan (major risk) perlu dilakukan identifikasi tindakan mitigasi untuk mengurangi terjadinya risiko K3 pada pelaksanaan proyek kontruksi.

Proyek konstruksi merupakan skala dengan aktifitas cukup besar pada lingkup area proyek secara umum. Pembangunan proyek konstruksi pada penelitian ini menggunakan beragam peralatan (equipment) alat ringan (handtool) maupun alat-alat berat seperti Excavator, Tower Crane, Mobile Crane, menggunakan berbagai bahan (material), tenaga kerja (people) dengan bermacam keterampilan, budaya, dan kebiasaan yang digunakan untuk bekerja serta lingkungan kerja (environment). Peralatan (equipment), bahan (material), tenaga kerja (people) maupun lingkungan kerja (environment) merupakan sumber risiko yang saling berinteraksi membuat keterkaitan akan potensi risiko yang dapat terjadi pada pelaksanaan proyek konstruksi.

(49)

4.2 Data Responden

Data responden merupakan data identitas responden yang diperoleh dari kuesioner yang disebarkan. Data identitas diri responden berupa nama lengkap responden, jabatan responden, pengalaman kerja responden, kontak serta tanda tangan responden sebagai bukti tambahan.

4.2.1 Jabatan Responden

Dari jawaban responden yang terkumpul, didapatkan data jabatan responden yang mengisi kuesioner, dapat dilihat pada Lampiran C. Rangkuman jabatan responden dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Jabatan Responden

Jabatan Tugas-Tugas Jumlah

Responden

Persentase (%)

Project Manager

Memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk memimpin, mengatur, mengawasi serta membuat keputusan yang terbaik dalam pelaksanaan proyek secara

keseluruhan.

1 5,88

Site Manager

Bertanggung jawab kepada manager proyek untuk membantu kelancaran pekerjaan di lapangan sesuai persyaratan biaya, mutu, dan waktu.

2 11,76

Chief Engineering

Bertanggung jawab dalam membuat, mengatur, melaksanakan, dan mengontrol kegiatan engineering, fokus pada perhitungan construction engineering, value engineering, pembuatan shop

drawing, time control dan pengawasan

1 5,88

(50)

pelaksanaan engineering proyek.

Site Engineer

Bertanggung jawab atas perencanaan proyek dari menjabarkan shop drawing untuk kemudian direalisasikan dengan kondisi lapangan, menentukan detail- detail pekerjaan berdasarkan gambar tender sesuai arahan chief engineer.

1 5,88

Quality Control

Bertanggung jawab atas mutu pekerjaan lapangan, prosedur serta kualitas material yang baik.

3 17,65

Quantity Surveyor

Bertanggung jawab atas alur administrasi proyek mengurus keuangan proyek, perhitungan volume pekerjaan, schedule, menghitung kebutuhan material, opname pekerjaan.

2 11,76

Supervisor

Bertanggung jawab atas pengawasan pelaksanaan pekerjaan di lapangan, kemajuan fisik dan keuangan proyek melalui laporan harian maupun bulanan serta membuat rekomendasi kepada manager proyek untuk menerima atau menolak pekerjaan dan material yang mutunya diragukan.

4 23,53

Safety Manager

Bertanggung jawab atas keselamatan staff dan pekerja di lingkungan proyek agar tidak terjadi kecelakaan dalam bekerja, membuat antisipasi maupun

3 17,65

(51)

mengawasi langsung para pekerja di lapangan.

Total 17 100

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa responden dengan jabatan terbanyak diisi oleh Supervisor yaitu sebanyak 4 responden atau 23,53% dan yang terendah adalah jabatan sebagai Project Manager, Chief Engineering dan Site Engineering yaitu 1 responden atau sebesar 5,88 %. Rangkuman jabatan responden ini merupakan responden yang memiliki tugas-tugas sesuai ahli bidang Manajemen Konstruksi (MK) dan K3.

4.2.2 Pengalaman Kerja Responden

Pengalaman kerja responden dalam bidang kontruksi diukur berdasarkan lamanya responden bekerja dalam bidang kontruksi, pengalaman kerja responden dapat dilihat pada Lampiran C. Rangkuman pengalaman kerja responden dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Pengalaman Kerja

Pengalaman Kerja (Tahun)

Jumlah Responden

Persentase (%)

1-5 8 47,06

5-10 4 23,53

>10 5 29,41

Total 17 100

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden dengan pengalaman kerja 1-5 tahun merupakan paling banyak yaitu 8 responden atau 47,06 % dan yang paling sedikit adalah 5-10 tahun yaitu 4 responden atau 23,53 %. Hal ini menunjukkan bahwa

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Umum Manajemen Risiko
Tabel 2.1 Identifikasi Risiko K3  Jenis Pekerjaan
Tabel 2.2 Kategori Kemungkinan Risiko K3
Tabel 2.4 Matriks Frekuensi dan Dampak Risiko K3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan analisis mean dan standar deviasi yang dilakukan terhadap penerapan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada proyek konstruksi, dapat disimpulkan

Untuk wilayah Bali, pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada proyek konstruksi yang utama adalah setiap pekerja dalam proyek dapat mencapai tempat bekerja

Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N), bekerja sama dengan Asosiasi Ahli K3 Konstruksi (A2K4), mendukung upaya pencegahan kecelakaan kerja melalui pedoman

Mengetahui tindakan pengendalian risiko yang telah dilakukan untuk mengendalikan bahaya keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada aktivitas kerja konstruksi instalasi lift di PT

Permasalahan bagaimana kajian penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap kinerja pekerja proyek pembangunan KUA di desa Luhu dengan tujuan untuk

Penerapan K3 dalam kegiatan fisik konstruksi dengan menerapkan manajemen K3 proyek : -Safety Audit -Safety Review Tahap Kegiatan TAHAP PENGELOLAAN K-3 TAHAP I CONCEPTUAL

Pada penelitian ini akan diteliti mengenai identifikasi risiko K3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang berkaitan dengan kegiatan proyek pembangunan Ruko Orlens Fashion Manado, dan

Bagaimana penanganan terhadap risiko keselamatan dan kesehatan kerja K3 di masa pandemi covid-19 pada proyek pembangunan gedung RSUD Bayu Asih.. 1.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan