• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PDF BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
352
0
0

Teks penuh

Pantai Prigi sebagai kawasan pantai selatan, masyarakat mempercayai Nyi Ratu Kidul yang menguasai seluruh kawasan pantai selatan. Nyi Ratu Kidul direpresentasikan sebagai roh, bagian dari roh atas yang memancarkan gejala di alam indera.

Identifikasi dan Batasan Masalah

Secara metodologis, penelitian ini bertujuan untuk membongkar bangunan mitos masyarakat Prigi dalam tradisi Sembonyo yang membentuk agama sebagian besar masyarakat secara Sosial-Keagamaan, serta makna dan nilai tradisi ini bagi keyakinan mereka. Penelitian ini berusaha untuk mengetahui lebih detail dan pemahaman emik tentang konstruksi simbol-simbol yang mereka pahami dari realitas ritual.

Rumusan Masalah

Kegunaan Penelitian

Kerangka Teoritik

Realitas sosial objektif mempengaruhi tindakan subjektif individu untuk melakukan interaksi sosial dengan lingkungannya. Masyarakat sebagai realitas subjektif atau realitas sosial memerlukan sosialisasi yang berfungsi untuk mempertahankan realitas subjektif tersebut.

Penelitian Terdahulu

Dari hasil penelitian yang ada, yang melahirkan model dan corak hubungan Islam dan tradisi lokal yang berbeda, maka penelitian yang akan dilakukan memungkinkan adanya kecenderungan untuk melahirkan corak Islam yang berbeda pula. Sedangkan Islam Akomodatif Ahidul Asror menekankan bahwa Islam yang berkembang adalah Islam yang telah mengalami proses aktualisasi dengan tradisi lokal, sehingga semakin memperkuat tradisi lokal.

Tabel 1.1. Pemetaan Hasil Penelitian Hubungan Islam dan Tradisi Lokal : Pendukung dan Penolak Teori Cliffort Geertz  No  Nama Peneliti  Judul Penelitian  Lokasi Penelitian  Pendekatan Penelitian  Hasil Penelitian
Tabel 1.1. Pemetaan Hasil Penelitian Hubungan Islam dan Tradisi Lokal : Pendukung dan Penolak Teori Cliffort Geertz No Nama Peneliti Judul Penelitian Lokasi Penelitian Pendekatan Penelitian Hasil Penelitian

Metodologi Penelitian

Sistematika Pembahasan

Bab Dua: Bagian ini menjelaskan dasar teoritis dari topik penting dari subjek dalam perspektif sosiologis-antropologis. Bab Lima: Bagian ini menganalisis dan memahami pemikiran keagamaan dalam masyarakat sosial budaya, khususnya dalam kaitannya dengan agama dan tradisi domestik.

Agama dalam Perspektif Antropologis - Sosiologis 1. Agama dalam Perspektif Antropologis

Dari pemikiran inilah lahir perantara agama yang dapat membantu manusia untuk menghubungkannya dengan Tuhan. Maka pembahasan tentang bagaimana hubungan antara agama dan budaya sangat penting untuk melihat agama yang dianut.

Kebudayaan Jawa dalam Perspektif Antropologis dan Sosiologis 1. Kebudayaan Jawa dalam Perspektif Antropologis

Agama asli yang disebut Magic Religion oleh para antropolog ini merupakan nilai budaya yang paling mengakar dalam masyarakat Jawa. Dengan keadaan objektif tersebut, masyarakat Prigi secara alami memiliki karakter masyarakat Jawa yang agraris, religius, lugas, dinamis, dan terbuka. Selain kepercayaan pada aqidah dan syariat Islam, masyarakat Jawa juga percaya pada ajaran paganisme, yaitu roh halus dan kekuatan gaib.

Selain itu, menurut Purwadi, dia adalah pemimpin masyarakat Kasekten Jawa karena memiliki arti penting bagi masyarakat Jawa. Berwibawa adalah berwibawa.115 Berdasarkan keterangan di atas, filosofi masyarakat Jawa bersifat monopluralistik-sinkretis. Sinkretnya, karena orang Jawa memiliki sifat mudah beradaptasi, mereka dapat mengadopsi sifat yang berbeda tanpa menimbulkan keterkejutan.

Masyarakat Jawa mengatur interaksinya dengan dua aturan yang menjadi prinsip hidupnya: prinsip kerukunan dan prinsip saling menghormati. Kepercayaan akan adanya mahluk halus menginspirasi masyarakat Jawa untuk selalu menyembah mahluk halus dan arwah leluhur. Tata cara hidup orang Jawa dalam beragama tidak lepas dari sikap dasar masyarakat Jawa yang pada akhirnya menjadi nilai-nilai luhur budaya Jawa.

Tabel 2.3. Asal-usul Kebudayaan Jawa / Kejawen  Corak
Tabel 2.3. Asal-usul Kebudayaan Jawa / Kejawen Corak

Tradisi dan Ritual dalam Antropologis – Sosiologis

Pendekatan kedua melihat tradisi dalam arti dan fungsinya bahwa tradisi adalah cara masyarakat merumuskan dan menanggapi persoalan pokok kebudayaannya, yaitu kesepakatan masyarakat tentang masalah hidup dan mati. Tradisi dalam masyarakat Jawa memiliki fungsi transenden dan imanen karena tradisi dapat berupa nilai-nilai bersama untuk menopang kehidupan. Setiap tradisi keagamaan mengandung simbol-simbol sakral yang digunakan masyarakat untuk melakukan serangkaian kegiatan tindakan menumpahkan kepercayaan dalam bentuk ritual, penghormatan dan pengabdian. tidak berasal dari agama.

Tradisi keagamaan yang berakar pada agama disebut Islam resmi atau Islam murni. Sedangkan yang tidak memiliki sumber daya dasar dalam beragama disebut Islam kerakyatan atau Islam kerakyatan. Merupakan fakta sejarah bahwa masuknya agama Hindu, Budha, Islam dan Kristen ke Jawa telah mewarnai penetrasi budaya Jawa dengan corak yang khas dan unik, yang tercermin dalam adat dan tradisi masyarakat yang berbeda-beda.

Lebih lanjut JWM Baker menyatakan bahwa agama adalah animisme-dinamisme, penganut kepercayaan terhadap roh halus dan kekuatan supranatural yang bersifat aktif. Tradisi dalam masyarakat Jawa melahirkan elit-elit tradisional seperti: Pawang, Dukun, Pendeta dan Perantara yang bisa melakukan kontak langsung dengan makhluk halus dan mahluk gaib. Sementara itu, konsep ruh pasif, misalnya dalam Islam, mengatakan bahwa ketika seseorang meninggal, semua amalnya terputus.

Tabel 2.5. Jenis Sesaji pada Masyarakat Jawa
Tabel 2.5. Jenis Sesaji pada Masyarakat Jawa

Mitos

Artinya, mitos sebenarnya memunculkan suatu kepercayaan, karena tokoh mitos bukanlah tokoh sembarangan. Ini mengacu pada Teori Indianis yang dipimpin oleh Theodore Benfey, yang membawa semua dongeng Eropa kembali ke tempatnya (India). Jadi, jika ada motif cerita rakyat yang serupa dari beberapa negara, maka hal ini disebabkan karena masing-masing negara memiliki kemampuan untuk berkreasi sendiri-sendiri atau atas dasar kesetaraan.

Dalam hal ini, fungsi penciptaan mitos didasarkan pada kisah nyata atau cerita yang dihadirkan dalam konteks legitimasi politik tertentu, mengingat penciptaan mitos juga terkait dengan tokoh manusia tertentu. Dalam hal ini mitos dibedakan dengan legenda, yaitu prosa rakyat yang bersifat seperti mitos, tetapi dianggap benar-benar terjadi dan tidak sakral. Hal ini karena Durkheim memandang masyarakat modern sebagai suatu organisasi yang utuh yang memiliki realitasnya sendiri.

Antropolog dengan otoritas dalam mitologi telah membahas "realitas" mitos sebagai sesuatu yang berbeda dari fantasi dan aspek tidak nyata. Ini tidak berarti bahwa semua kehidupan primitif terjadi di alam atas yang penuh dengan kekuatan gaib. Ini dilakukan untuk menciptakan kembali peristiwa kuno dan memastikan kesuksesan bisnis saat ini.

Hubungan Agama dan Realitas Sosial 1. Agama dan Kebudayaan

Menurutnya, penafsiran Islam di Indonesia menghasilkan Islam yang sinkretis, sedangkan Islam di Maroko menghasilkan Islam yang agresif dan penuh semangat. Menurut Geertz, Islam di Jawa adalah Islam sinkretis karena praktik ajaran agama terdahulu masih melekat pada perilaku keagamaan masyarakat Jawa. Oleh karena itu, menurut para ahli sosial, ada yang disebut Islam Jawa, bukan Jawa yang diislamkan.

Penelitian ini berdasarkan masyarakat Yogyakarta sebagai pusat kebudayaan Jawa, menghasilkan kesimpulan bahwa Islam yang berkembang di Jawa adalah Islam yang diwarnai oleh budaya lokal, sebagaimana Islam di Iran berbeda dengan Islam di Maroko yang menurut pandangan Geertz, Islam Maroko lebih bergairah. Sedangkan menurut Muhaimin AG, Islam di Cirebon adalah Islam yang berkembang dari tradisi sosial keagamaan masyarakat Islam yang dikemas dengan jalinan ibadah dan adat istiadat. Islam Lokal Islam yang berkembang dari tradisi sosio-religius masyarakat Islam yang dikemas dengan jalinan ibadah dan adat istiadat.

4 Niels Mulder Islam di Jawa adalah Islam yang telah mengalami proses lokalisasi, yaitu pengaruh budaya lokal terhadap agama-agama yang datang dari luar. Pertama, kajian perjumpaan budaya lokal dan Islam yang sudah berlangsung sekian lama, sehingga tidak berlebihan jika menganggap Islam sebagai agama populer di Asia Tenggara. Islam di Jawa adalah Islam yang hadir di tempat-tempat Jawa yang terkait langsung atau tidak langsung dengan adat istiadat Hindu.

Tabel 2.6. Hasil Penelitian Hubungan Islam Dan Tradisi Lokal : Pendukung dan Penolak Teori Cliffort Geertz
Tabel 2.6. Hasil Penelitian Hubungan Islam Dan Tradisi Lokal : Pendukung dan Penolak Teori Cliffort Geertz

Lingkungan Geografi Wilayah Pantai Prigi

Banyak tempat yang mempunyai persekitaran berbatu besar di sekeliling laut digunakan oleh kumpulan tertentu sebagai tempat untuk bermeditasi. Banyak perkara pantang larang yang perlu dilakukan seperti tidak memetik tumbuhan, tidak bercakap kasar, tidak mandi, meludah dan membuang air kecil, tidak membawa minuman beralkohol, tidak memijak batu, tidak memakai pakaian hijau, tidak mengambil gambar, boleh' t bawa sisa. , dan lain-lain. Apabila nelayan mengangkat hasil ikan dari kapal, ramai orang mengambil ikan sebagai ganjaran untuk beberapa ekor ikan tanpa kebenaran.

Nelayan bisa mentolerir orang yang sengaja mengambil ikan dengan alasan ada lauk di rumah. Masyarakat Prigi pada umumnya adalah masyarakat pekerja keras, laki-laki dan perempuan memiliki akhlak yang tinggi. Tradisi ini biasanya diadakan oleh kelompok santri tradisional dan abangan. Sewu Dino.

Wali Songo adalah orang suci bagi mereka yang memiliki Karomah tinggi sehingga bisa menjadi Wasilah. Elit adat sebagai masyarakat yang dianggap memiliki pengetahuan khusus memiliki kedudukan yang sangat penting, karena nilai tradisi akan ditentukan oleh keputusan mereka. Orang Prigi pada umumnya memiliki semangat kerja yang tinggi karena melakukan lebih dari satu jenis pekerjaan.

Tabel 3.1. Jumlah dan Jenis Kapal Nelayan Pelabuhan Prigi 232
Tabel 3.1. Jumlah dan Jenis Kapal Nelayan Pelabuhan Prigi 232

Hubungan antar Kelompok Sosio – Kultural

Begitu juga dalam struktur sosial lainnya, yaitu dari kelompok agama. Kelompok NU Tradisional, merupakan kelompok Islam warisan pendahulunya, dan memiliki pengikut yang kuat di kalangan Ulama. Dalam kehidupan pribadi kelompok ini tidak menjalankan tradisi lokal, tetapi dalam kehidupan sosial mereka menghormati orang lain yang melakukannya.

Mereka sama sekali tidak pernah melakukan tradisi lokal karena diyakini sebagai praktik sesat, setiap bid'ah adalah syirik. Karena mereka tidak pernah mau terlibat dalam praktik adat setempat baik secara aktif maupun pasif. Sementara kelompok NU bersifat modernis dan tradisional, mereka bisa bertemu di arena budaya masjid atau ritual slametan.

Bagi kelompok Abangan dan Muhammadiyah tidak memiliki modal budaya untuk melakukan kontak di bidang budaya. Oleh karena itu, kelompok Abangan lebih dekat dengan kelompok tradisional NU daripada kelompok Muhammadiyah. Begitu pula dengan kelompok pemilik kapal Abangan masih membutuhkan kerjasama dengan para saudagar orang Muhammadiyah.

Mitos dan Upacara Sembonyo

Teknis pelaksanaannya ketua adat menunjuk orang-orang yang dianggap layak untuk ikut serta dalam persiapan persiapan tersebut. Untuk menyiapkan sesajen, ketua adat menunjuk pejanggi, yaitu perempuan yang sudah tua dan tidak haid (uas sari), dan memiliki pengetahuan adat. Untuk menyiapkan perlengkapan lain seperti kereta api, replika kapal, situs gunungan, hiasan kelapa, ketua adat menunjuk beberapa pemuda yang mampu melakukan tugas tersebut.

Persiapan kurban, ubo-rampe dan cok akan ini dilakukan di rumah kepala adat, sehingga persiapannya selalu berada di bawah kendali, pengawasan dan bimbingan tokoh adat. Persembahan ini merupakan panduan bagi tokoh adat untuk melakukan ritual bakar kemenyan, nyanyian dongo dan jampi-jampi untuk mengantarkan tumpeng agung di tepi pantai. Kemudian diakhiri dengan acara larung yang diawali dengan ritual adat oleh ketua adat dengan menyimpan sesaji dan alat musik di pinggir dermaga.

Upacara diakhiri dengan larung atau upacara persembahan yang dipimpin oleh seorang pemimpin adat dan dihadiri oleh para pejabat dan nelayan yang membawa tumpeng gunungan, tumpeng emas dan kedua mempelai ke laut. Meski sudah ada warok (pemimpin sakti), bagian ini tetap berada di bawah kekuasaan pemimpin biasa untuk mengendalikan situasi. Oleh karena itu, selama sepekan ini, pemuka adat biasa berkomunikasi secara gaib dengan pasukan Danyang yang disebut dalam Sembonyu.

Alam dan Mitosnya

Gambar

Tabel 1.1. Pemetaan Hasil Penelitian Hubungan Islam dan Tradisi Lokal : Pendukung dan Penolak Teori Cliffort Geertz  No  Nama Peneliti  Judul Penelitian  Lokasi Penelitian  Pendekatan Penelitian  Hasil Penelitian
Tabel 2.3. Asal-usul Kebudayaan Jawa / Kejawen  Corak
Tabel 2.4. Penyebab Muncul dan Berkembangnya Kejawen
Tabel 2.5. Jenis Sesaji pada Masyarakat Jawa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peran kepala madrasah dalam menerapkan Manajemen Peningkatan Mutu

Pandangan tentang matematika dan budaya tidak memiliki keterkaitan dapat diubah dengan penelitian etnomatematika, Etnomatamatika ialah suatu golongan budaya

Penelitian mengenai globalisasi budaya ini akan mendeskripsikan produk-produk budaya Jepang apa saja yang tersaji dalam sebuah pertunjukan seni musik di Indonesia, untuk

Indonesia pada saat ini sedang menghadapi berbagai masalah baik itu di bidang politik, ekonomi, sosial dan Budaya. Namun demikian pemerintah terus berusaha untuk

Memberikan kontribusi pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian yang berhubungan dengan tradisi konflik perguruan Setia Hati Terate dan perguruan Setia Hati Tunas

Yang sepenuhnya bertitik tolak dari tujuan ajaran Islam itu sendiri, yaitu membentuk manusia yang berkepribadian muslim yang bertaqwa dalam rangka melaksanakan tugas kekhalifahan dan

Menurut Dato’ Boli, salah seorang tokoh adat Kedang yang tinggal di Desa Leubatang Kecamatan Omesuri, beliau selalu jadi rujukan setiap kali ada penelitian tentang Budaya Kedang,

Suatu masyarakat tanpa hukum tidak akan pernah menjadi masyarakat yang baik.6 Hukum berfungsi sebagai pedoman bagi setiap orang untuk bertingkah laku mengingat masyarakat adalah sebuah