• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF Gambaran Penderita Dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik ... - Unibos

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PDF Gambaran Penderita Dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik ... - Unibos"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

Karakteristik penderita penyakit paru obstruktif kronik di berbagai lokasi di Indonesia periode 2010 hingga 2018”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar dokter dari Fakultas Kedokteran Universitas Bosowa Makassar. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit peradangan paru kronik yang menyebabkan terhambatnya aliran udara dari paru-paru dan bersifat progresif serta berhubungan dengan respon inflamasi akibat paparan gas atau partikel tertentu yang mengiritasi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pasien penyakit paru obstruktif kronik dengan menggunakan metode meta analisis yaitu penelitian deskriptif berdasarkan studi literatur. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi sosialisasi oleh para profesional kesehatan untuk mengedukasi masyarakat mengenai penyakit paru obstruktif kronik.

DAFTAR TABEL

DAFTAR SINGKATAN

PENDAHULUAN

  • Latar Belakang
  • Rumusan Masalah
  • Pertanyaan Penelitian
  • Tujuan Penelitian
    • Tujuan Umum
    • Tujuan Khusus
  • Manfaat Penelitian
    • Manfaat Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan dan Kedokteran a. Hasil penelitian bisa dipakai sebagai bahan rujukan untuk penelitian
    • Manfaat Bagi Petugas Kesehatan
    • Manfaat Bagi Peneliti
  • Ruang Lingkup Penelitian
  • Sistematika dan Organisasi Penelitian
    • Sistematika Penelitian
    • Organisasi Penelitian a. Penulisan proposal

Bagaimana gambaran penderita penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) di beberapa lokasi di Indonesia pada tahun 2010 hingga 2018?" Bagaimana sebaran penderita penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) di beberapa lokasi di Indonesia periode 2010-2018 berdasarkan pada kelompok umur pasien Bagaimana sebaran penderita penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) di beberapa lokasi di Indonesia periode 2010-2018 berdasarkan jenis kelamin penderita.

Bagaimana sebaran penderita penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) di beberapa lokasi di Indonesia periode tahun 2010 hingga 2018 berdasarkan riwayat pekerjaan penderitanya. Untuk mengetahui gambaran penderitaan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) di beberapa tempat di Indonesia pada periode tahun 2010 hingga 2018.

TINJAUAN PUSTAKA

Landasan Teori 1. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

  • Tipe A atau tipe emfisema
  • Tipe B atau tipe bronchitis
  • Gabungan tipe A dan tipe B
  • Merokok Pasif
  • Genetik
  • Jenis Kelamin
  • Polusi Indoor
  • Polusi outdoor
  • Polusi di tempat kerja
  • Riwayat infeksi saluran napas berulang
  • Epitel Saluran Nafas
  • Makrofag Alveolar
  • Sel Dendritik
  • Peneriksaan Fisik a) Ronkhi
  • Pemeriksaan Penunjang
  • Beta -2 agonist

A: Sesak napas biasanya berkembang kemudian dan berhubungan dengan gangguan pertukaran gas dan disfungsi ventrikel5. Temuan klinis ditandai dengan adanya batuk, produksi sputum berlebihan atau hipersekresi, disertai sesak napas, yang biasanya terjadi secara berkala saat penderita batuk. Sel dendritik merupakan “sel sentinel” dalam respon imunitas bawaan dan berperan penting sebagai antigen-presenting cell (APC) dan sebagai perantara antara imunitas bawaan dan adaptif.

Pada penderita asma dan PPOK terdapat beberapa perbedaan, antara lain penderita PPOK jarang disertai atopi, sedangkan pada penderita asma sering terdapat riwayat atopi, pada penderita asma dan PPOK sama-sama tidak terdapat makrofag, sedangkan neutrofil dapat ditemukan. pada keduanya, perbedaannya adalah asma pada penderita disertai dengan ditemukannya sel eosinofilik di dalamnya. Penderitanya tidak dapat lagi melakukan aktivitas seperti biasa karena sesak napas. Pasien ini tidak dapat lagi melakukan aktivitas apa pun dan menghentikan segala macam aktivitas yang biasa dilakukannya karena sesak napas.

Sesak nafas memaksa untuk mencari pekerjaan yang lebih ringan dan mengurangi jumlah aktivitas atau intensitas aktivitas. Pada pasien PPOK, kelemahan otot perifer terjadi akibat hipoksia, hiperkapnia, inflamasi dan malnutrisi kronis14. Pasien PPOK tidak mampu dan tidak memiliki kemampuan dasar untuk memperoleh aliran udara yang normal dan berkualitas baik pada saat bernapas, terutama pada fase ekspirasi.

Kondisi klinis yang diketahui terjadi pada pasien PPOK antara lain aktivitas sangat terbatas, batuk berdahak, sesak napas, penurunan nafsu makan. Pada pasien PPOK, hambatan aliran udara saat ekspirasi mempengaruhi hasil spirometri seperti FEV1 (volume ekspirasi paksa dalam satu detik), FVC (kapasitas vital paksa) dan volume total paru. Adrenergik bisa sangat efektif pada pasien usia lanjut, dan efek bronkodilator terhadap antikolinergik lebih besar dibandingkan adrenergik.

Hubungan antara perkembangan eksaserbasi dan perkembangan penyakit serta morbiditas dan mortalitas pada pasien PPOK menekankan pentingnya pencegahan dan pengurangan risiko. Selain itu, perkembangan penyakit ini juga berkaitan erat dengan beberapa situasi, yaitu: paparan asap rokok, pemberian oksigen, dan pemberian bronkodilator 70-80% dapat dihemat selama hanya terjadi episode gagal napas akut pada penderita PPOK24.

Gambar 1.Prevalensi COPD di Ontario pada 2006/2007 (Dewasa  Berumur 35 Tahun dan Lebih Tua)
Gambar 1.Prevalensi COPD di Ontario pada 2006/2007 (Dewasa Berumur 35 Tahun dan Lebih Tua)

Pengendalian

Jika FEV1 ialah 1 liter, maka jangka hayat adalah kira-kira 4 tahun, dan jika ia kurang daripada 1 liter, maka jangka hayat ialah 2 tahun, dan kurang daripada 2 tahun jika FEV1 kurang daripada 0.5 liter.

Kerangka Teori

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

Definisi Operasional

  • Penderita PPOK
  • Usia Penderita
  • Jenis Kelamin Penderita
  • Pekerjaan Penderita

Pasien PPOK dalam penelitian ini adalah pasien dewasa yang terdiagnosis penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) di berbagai lokasi di Indonesia antara tahun 2010 hingga 2018. Usia dalam penelitian ini adalah usia pasien yang terdiagnosis penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). di berbagai lokasi di Indonesia periode 2010 hingga 2018, yang dinyatakan dalam kelompok umur pasien. Jenis kelamin dalam penelitian ini adalah jenis kelamin pasien yang terdiagnosis penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) di berbagai lokasi di Indonesia selama periode 2010 hingga 2018.

Pekerjaan dalam penelitian ini merupakan pekerjaan para penderita penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) di berbagai lokasi di Indonesia periode tahun 2010 hingga 2018. Pekerjaan berisiko: jika disebutkan dalam artikel terkait bahwa pekerjaan penderita PPOK adalah pekerjaan penderita terkena polusi yang mengganggu pernapasan. Pekerjaan tidak beresiko: jika disebutkan pada artikel terkait bahwa pekerjaan penderita PPOK tidak memungkinkan penderitanya terkena polusi yang mengganggu pernafasan.

METODE PENELITIAN

  • Metode dan desain penelitian
  • Tempat dan Waktu Penelitian
    • Tempat Penelitian
    • Waktu Penelitian
  • Populasi dan Subyek Penelitian
    • Populasi Penelitian
    • Sampel Penelitian
  • Kriteria Jurnal Penelitian
  • Alur Penelitian
  • Prosedur Penelitian
  • Teknik Pengumpulan Data
    • Teknik Analisis Data
  • Etika Penelitian

Dr. RS Pirngadi dan RS Haji Adam Malik Medan, periode penelitian 2016 hingga 2017. Populasi penelitian ini adalah pasien di seluruh jurnal penelitian pasien penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) di berbagai lokasi di Indonesia periode 2010 hingga 2018. Sampel penelitian ini terdiri dari pasien dari seluruh jurnal penelitian pasien penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) di berbagai lokasi di Indonesia selama periode 2010 hingga 2018, yang memenuhi kriteria penelitian.

Artikel penelitian pasien PPOK di berbagai lokasi di Indonesia periode 2010 hingga 2018. Jurnal pasien penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) di berbagai lokasi di Indonesia periode 2010 hingga 2018 yang digunakan sebagai sumber data. Deskripsi karakteristik (faktor risiko/riwayat pengobatan dan pemeriksaan spirometri), pasien penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) datang ke rumah sakit untuk berobat.

Hubungan status gizi dengan pola makan dan fungsi paru pada pasien penyakit paru obstruktif kronik. Seluruh jurnal penelitian dikumpulkan pada pasien penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) di beberapa lokasi di Indonesia selama periode 2010 hingga 2018. periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2018 yang sesuai dengan kriteria penelitian.

Kelompok usia: usia diambil dari jurnal yang relevan kemudian dikelompokkan ke dalam kelompok usia berisiko jika jurnal yang bersangkutan mendaftarkan pasien berusia ≥ 36 tahun, atau kelompok usia tidak berisiko jika jurnal terkait mendaftarkan pasien berusia <36 tahun . Jenis Kelamin: Jenis kelamin diambil dari jurnal terkait kemudian dikelompokkan ke dalam kelompok laki-laki jika jurnal yang bersangkutan mencatat jenis kelamin pasien PPOK sebagai laki-laki, atau kelompok perempuan jika jurnal yang bersangkutan mencatat jenis kelamin pasien PPOK tercatat sebagai perempuan. Pekerjaan: jenis kelamin diambil dari jurnal yang relevan kemudian dikelompokkan ke dalam kelompok pekerjaan berisiko tinggi jika jurnal terkait menyatakan bahwa pekerjaan pasien PPOK memungkinkan pasien terpapar polusi yang menghambat pernapasan, atau tidak beracun - risiko tinggi kelompok pekerjaan jika majalah yang bersangkutan menyatakan bahwa pekerjaan pasien PPOK tidak memungkinkan pasiennya terkena polusi yang menghambat pernapasan.

Tabel 6. Jurnal tentang Penderita dengan Penyakit Paru Obstruktif  Kronik  (PPOK)  di  Beberapa  Lokasi    di  Indonesia  periode  Tahun  2010  sampai  dengan  Tahun  2018,  yang    Dipakai  sebagai  Sumber  Data
Tabel 6. Jurnal tentang Penderita dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) di Beberapa Lokasi di Indonesia periode Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2018, yang Dipakai sebagai Sumber Data

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rangkuman data penelitian penderita penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) di berbagai lokasi di Indonesia periode 2010 hingga 2018. Selvam 2018 Deskripsi karakteristik (faktor risiko/riwayat pengobatan, dan pemeriksaan spirometri), penderita penyakit paru obstruktif kronik ( PPOK) menerima perawatan saat mencari rumah sakit. Emdat, dkk 2017 Pencitraan efikasi diri dan laju aliran ekspirasi puncak pada pasien penyakit paru obstruktif kronik.

Desy, dkk 2010 Hubungan status gizi dengan pola makan dan fungsi paru pada pasien penyakit paru obstruktif kronik. Sebaran penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) di beberapa lokasi di Indonesia periode 2010 hingga 2018 berdasarkan kelompok umur penderita.

Tabel 6. Rangkuman Data Hasil Penelitian  tentang Penderita dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) di Beberapa  Lokasi  di Indonesia periode Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2018
Tabel 6. Rangkuman Data Hasil Penelitian tentang Penderita dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) di Beberapa Lokasi di Indonesia periode Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2018

Proporsi Distribusi (%)

Studi stratifikasi yang dilakukan di Pulau Jawa menunjukkan bahwa angka kejadian PPOK pada kelompok umur ≥ 36 tahun (0-100%) sebanding dengan kelompok umur. Distribusi penderita penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) di beberapa lokasi di Indonesia selama periode 2010–2018 menurut jenis kelamin penderita. Hampir seluruh hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan dengan rata-rata rasio 3,73:1.

Dari 11 penelitian, tidak ada yang menunjukkan hasil bahwa frekuensi laki-laki dengan PPOK lebih tinggi dibandingkan perempuan dengan PPOK dan terdapat dominasi laki-laki (M=75,7-90%) dibandingkan perempuan di Pulau Jawa (P maupun di luar Pulau Jawa). Pulau Jawa didominasi oleh laki-laki dan bukan perempuan, menariknya perbandingan perempuan adalah 1 : 3. Menurut penelitian Kanker oleh Petar Prazast (2015) mengacu pada penelitian Raherison C, jenis kelamin merupakan salah satu faktor risiko penyakit kronis. penyakit paru obstruktif, Girodet PO (2009) menunjukkan bahwa jenis kelamin mempunyai kontribusi yang besar terhadap kejadian PPOK, dimana jumlah wanita dibawah usia 55 tahun meningkat karena volume saluran nafas dan paru wanita lebih kecil dibandingkan pria 10. Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Ronald M. Davis, menunjukkan bahwa peran sosial ekonomi memegang peranan penting dalam meningkatkan kejadian PPOK pada pria11.

Sebaran penderita penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) di berbagai lokasi di Indonesia periode tahun 2010 hingga 2018, berdasarkan pekerjaan penderitanya. Berdasarkan data menunjukkan bahwa dari total perbandingan rumah sakit di pulau jawa dengan rumah sakit di luar pulau jawa terdapat perbedaan yang signifikan pada kesimpulan yang didapat, dimana penelitian yang dilakukan oleh Tyas Shinta Anggraeni di RSUD Dr. RS Ario Wirawan Salatiga menjadi satu-satunya yang menunjukkan hal tersebut. Pada sebagian besar 10 penelitian, ditemukan bahwa proporsi PPOK yang terjadi pada orang yang memiliki pekerjaan berisiko lebih besar (85,7%) dibandingkan mereka yang tidak berisiko (14,2%).

Namun perbandingan proporsi penduduk yang bekerja di luar Pulau Jawa lebih besar (93,64%) dibandingkan proporsi penduduk yang bekerja di Pulau Jawa (75,59%). Beberapa penelitian juga telah dilakukan dan ditemukan bahwa paparan kronis terhadap polusi perkotaan dan udara berkontribusi terhadap penurunan fungsi paru-paru karena detail faktor lingkungan terkait dengan tren peningkatan polusi udara11. RSHAMM, RSDP : RSH Adam Malik Medan, Dr. RS Pringadi RSAASP : RS Asy-Syafii Pamekasan.

Tabel 8. Distribusi Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)  di Beberapa Lokasi  di Indonesia periode Tahun 2010 sampai dengan  Tahun 2018, Berdasarkan Jenis Kelamin Penderita
Tabel 8. Distribusi Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) di Beberapa Lokasi di Indonesia periode Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2018, Berdasarkan Jenis Kelamin Penderita

Penutup

Kesimpulan

Saran

15. 3) Dari 10 penelitian mengenai gambaran penderita penyakit paru obstruktif kronik yang diperoleh berdasarkan tinjauan literatur yang dikumpulkan, seluruh penelitian menggunakan kelompok penderita penyakit paru obstruktif kronik sebagai variabel yang diteliti.

DAFTAR PUSTAKA

Daftar Tim Peneliti

Biodata Peneliti Utama a. Data Pribadi

Gambar

Gambar 1.Prevalensi COPD di Ontario pada 2006/2007 (Dewasa  Berumur 35 Tahun dan Lebih Tua)
Gambar 2. Patomekanisme PPOK
Gambar 3. Mekanisme Innate dan Adaptive Immunity pada COPD Sumber: Rosa, D,W.
Gambar 4. Peranan neutrofil pada respon inflamasi COPD Sumber : Rosa, D,W.
+7

Referensi

Dokumen terkait

  Keywords: Kebiasaan merokok, PPOK 

Total 23 isolat yang didapatkan pada penelitian ini, memiliki sensitivitas tertinggi terhadap siprofloksasin sebesar 34,8% sebanyak 8 isolat dan levofloksasin

Hasil uji Independent T-test sesudah intervensi pada kedua kelompok didapatkan p=&lt;0.001 yang menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan terhadap penurunan

Metode Penelitian dimulai dari dilakukan proses amplifikasi isolat DNA pada mesin Thermal Cycler dengan menggunakan tekhnik PCR dengan amplifikasi terletak pada pita 137bp

Sebuah hipotesis yang menyatakan bahwa penyebab PPOK adalah ketidakseimbangan dari enzim proteolitik dan inhibitornya, berdasarkan penelitian bahwa defisiensi berat dari

pasien PPOK, hubungan antara sesak napas dan kualitas hidup sebelumnya sudah dilaporkan pada beberapa penelitian dan menunjukkan bahwa sesak napas memiliki dampak yang

Dengan demikian, karakteristik PPOK di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari-Desember 2016 paling banyak terjadi pada laki-laki dengan kelompok usia ≥ 61 tahun,

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 1.2 riwayat kebiasaan merokok pasien PPOK terbanyak adalah bekas perokok yang berjumlah 20 orang (66,67) dan perokok berjumlah 10