1 PENDAHULUAN
Ketepatan waktu merupakan hal penting dalam mempublikasikan laporan keuangan. Ketepatan waktu pelaporan keuangan merupakan cerminan bahwa informasi yang tersedia di dalam laporan keuangan merupakan informasi yang relevan, dikatakan relevan karena informasi tersebut terbaru dan tepat waktu, sehingga laporan keuangan memiliki manfaat untuk pembuatan keputusan ekonomi perusahaan. Pada pengumuman yang dikeluarkan Bursa Efek Indonesia tanggal 31 Desember 2017-2019, dapat diketahui bahwa terdapat 30 perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) belum menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan waktu yang sudah ditetapkan, sehingga perusahaan tersebut dikenakan denda dan peringatan tertulis oleh Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id).
Ketepatan waktu pelaporan keuangan sudah ditetapkan dalam Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-346/BL/2011 tentang penyampaian laporan keuangan berkala emiten atau perusahaan publik. Sesuai dengan peraturan tersebut, laporan keuangan tahunan harus diberikan kepada Bapepam serta lembaga keuangan (LK), dan dipublikasikan kepada masyarakat paling lambat akhir bulan ketiga sesudah tanggal laporan keuangan tahunan. Keterlambatan pada waktu pelaporan bisa berakibat buruk terhadap perusahaan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Secara tidak langsung para investor akan menganggap keterlambatan pelaporan merupakan sinyal yang buruk bagi perusahaan, sehingga mengakibatkan ketidak percayaan investor terhadap perusahaan. Secara langsung perusahaan akan dikenakan sanksi yaitu dilarang memperdagangkan sahamnya. Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor keuangan dan non keuangan (Budiyanto dan Aditya, 2015).
Faktor keuangan yang dapat mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan diantaranya adalah profitabilitas dan leverage. Penelitian ini bermaksud menguji kembali profitabilitas dan leverage, karena terjadi inkonsistensi pada penelitian sebelumnya terkait pengaruh profitabilitas dan leverage terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Prasetyo et al. (2016); Nurfauziah (2016) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif dan leverage berpengaruh negatif terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan, sedangkan Aulawy dan
2 Utomo (2021); Nugraha dan Hapsari (2017) menemukan bahwa profitabilitas dan leverage tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
Profitabilitas menggambarkan keberhasilan sebuah perusahaan di dalam menghasilkan laba, mengukur kinerja manajemen perusahaan dan efisiensi penggunaan modal kerja (Suprapti, 2017). Leverage merupakan salah satu indikator yang dipakai sebagai landasan dalam pengambilan keputusan perusahaan, leverage juga merupakan suatu cerminan dari struktur modal perusahaan. Leverage mengacu sejauh mana suatu perusahaan tergantung pada kreditor dalam membiayai aset perusahaan yang diukur dengan perbandingan dari total kewajiban dengan total ekuitas (Chandra, 2020).
Astuti dan Erawati (2018); Ismail dan Chandler (2015) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu pelaporan laporan keuangan karena profitabilitas mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, sehingga laba dikatakan sebagai berita baik untuk perusahaan.
Perusahaan yang mendapatkan laba dalam kegiatan bisnisnya cenderung melaporkan laporan keuangannya dengan tepat waktu (Sanjaya dan Wirawati, 2016). Riswan dan Saputri (2015); Chandra (2020) dalam penelitiannya menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
Leverage adalah tolok ukur dari seberapa mampu perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansial pada jangka pendek ataupun jangka panjang dan mengukur sejauh mana aktivitas perusahaan didanai dengan menggunakan hutang.
Effendi (2019) mengatakan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat leverage tinggi akan berisiko mengalami kegagalan dalam mengembalikan pinjaman. Oleh karena itu, kegagalan mengembalikan pinjaman merupakan bad news bagi perusahaan, sehingga perusahaan akan menunda mempublikasikan laporan keuangannya. Effendi (2019); Susilo dan Fatmayeti (2015) mengatakan tingginya leverage berpengaruh negatif terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Utami (2017) menyatakan bahwa leverage tidak mempengaruhi waktu pelaporan keuangan.
3 Selain faktor keuangan yang mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan, juga terdapat faktor non keuangan yang mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan yaitu koneksi politik dan kualitas audit. Laporan keuangan yang disampaikan kepada Bapepam merupakan laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik. Budiyanto dan Aditya (2015) mengatakan kualitas audit tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Sedangkan Jayanti (2018); Candraningtiyas et al. (2017) menyatakan bahwa kualitas auditor berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Kualitas audit sering dilihat dari afiliasi KAP, KAP Big Four dinilai mampu mengerjakan pekerjaan auditnya secara lebih efisien dan efektif sehingga dapat selesai dengan tepat waktu (Jayanti, 2018)
Koneksi politik merupakan suatu kondisi jika didalam perusahaan terdapat satu atau lebih pemegang saham besar, dewan komisaris dan direksi yang memiliki latar belakang sebagai politisi di parlemen, panglima militer dan polisi (Braam et al., 2015; Habib et al., 2017) . Khan et al. (2016) menyatakan bahwa koneksi politik mempunyai unsur yang dapat mempengaruhi kualitas dari laporan keuangan.
Koneksi politik memungkinkan pada suatu perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari pemerintah dalam bentuk kemudahan mendapatkan kontrak (Goldman et al., 2009); pengurangan pajak (Wu et al., 2012); aturan yang lebih lunak terhadap perusahaan (Correia, 2014); kemudahan dalam mengatasi hambatan industry (Yao et al., 2018); kemudahan mengatasi masalah financial (Faccio, 2006);
dan juga meningkatkan pangsa pasar (Bencheikh dan Taktak, 2017). Manfaat tersebut mendukung peningkatan kinerja, sehingga perusahaan cenderung tepat waktu. Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari dan Raharja (2013) menunjukkan bahwa koneksi politik yang terjadi di perusahaan Indonesia memberikan pengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Penelitian ini menambahkan variabel koneksi politik karena penelitian mengenai pengaruh koneksi politik terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan masih terbatas. Fenomena hubungan politik di Indonesia sudah terjadi di bawah pemerintahan Suharto, yaitu pemberian izin impor secara gratis kepada perusahaan- perusahaan yang memiliki ikatan politik dengan pemerintahan Suharto (Habib et
4 al., 2017; Rahman dan Nugrahanti, 2021). Koneksi politik yang terjadi di Indonesia dinilai mampu memberikan manfaat seperti peningkatan kinerja di perusahaan.
Setiap perusahaan yang terdaftar di BEI wajib untuk mempublikasikan laporan keuangan setiap tahunnya di BEI dengan tepat waktu. Akan tetapi banyak sekali faktor yang menghambat dalam proses penyampaian laporan keuangan, sehingga perusahaan dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku, seperti 30 perusahaan yang terlambat dalam menerbitkan laporan keuangannya pada tahun 2017-2019. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh profitabilitas, leverage, kualitas auditor dan koneksi politik terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Pada penelitian ini juga memberikan kontribusi dalam menguji signalling theory dan resource based view theory.
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi bagi penelitian mendatang mengenai pengaruh profitabilitas, leverage, kualitas audit dan koneksi politik terhadap ketepatan waktu laporan keuangan. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perusahaan, investor dan pembuat kebijakan.
Pertama, bagi perusahaan bermanfaat agar dapat memahami pentingnya faktor profitabilitas, leverage, kualitas audit dan koneksi politik, sehingga bisa mendukung dalam membuat laporan keuangan dan menyampaikannya dengan tepat waktu. Kedua, bagi investor bermanfaat untuk dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam menentukan investasi dimasa mendatang dan memahami faktor yang dapat mempengaruhi ketepatan waktu yaitu profitabilitas, leverage, kualitas audit dan koneksi politik. Ketiga, bagi pembuat kebijakan penelitian ini bisa digunakan sebagai informasi dalam mengevaluasi kebijakan tentang publikasi laporan keuangan terhadap perusahaan yang tidak tepat waktu dalam pelaporan keuangannya.
TELAAH TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Sinyal (Signalling Theory)
Teori signalling merupakan teori penjabaran tentang perusahaan yang dengan sengaja memberikan sinyal kepada pasar agar menunjukkan bahwa perusahaan itu berkualitas baik, sehingga pasar dapat membedakan perusahaan mana yang berkualitas baik dan buruk (Ross, 1997). Oleh sebab itu, perusahaan
5 yang berkualitas baik akan menunjukkan sinyal baiknya dengan cara mempublikasikan laporan keuangannya.
Perusahaan yang mempunyai prospek baik di masa mendatang akan segera menyampaikan hal baik itu kepada investor. Perusahaan berkualitas baik pasti akan memberi sinyal baik dengan menyampaikan laporan keuangan tepat waktu, hal itulah yang tidak dapat ditiru oleh perusahaan berkualitas buruk, karena perusahaan berkualitas buruk cenderung terlambat saat menyampaikan laporan keuangannya.
Sinyal perusahaan berkualitas baik disebut sebagai berita baik (good news), sedangkan sinyal perusahaan berkualitas buruk disebut sebagai berita buruk (bad news).
Menurut teori signalling, sebuah perusahaan yang yang memiliki profitabilitas tinggi dan menggunakan auditor yang berafiliasi dengan Big Four akan memiliki kualitas laporan yang baik, dengan adanya hal tersebut maka perusahaan pasti akan memberikan sinyal bagus dengan menyampaikan laporan keuangannya dengan tepat waktu. Tetapi leverage yang tinggi merupakan risiko bagi perusahaan karena bisa terjadi gagal bayar hutang perusahaan dan merupakan kabar buruk, sehingga perusahaan akan tidak tepat waktu dalam penyampaian laporan keuangan karena perusahaan akan menutupi kabar buruk tersebut.
Resource Based View Theory
Resource based view (RBV) merupakan teori yang menjelaskan bahwa perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif dapat meningkatkan nilai perusahaan, sehingga kinerja perusahaan bisa optimal. Keunggulan kompetitif adalah sesuatu yang sudah melekat di perusahaan dan tidak mudah untuk ditiru oleh perusahaan lainnya. Koneksi politik merupakan sesuatu yang melekat pada perusahaan dari direksi, komisaris atau pemegang saham terbesar yang terkoneksi.
Barney (2001) mengatakan teori RBV berasumsi bahwa perusahaan mampu untuk mencapai dan mempertahankan keunggulan kompetitif yang dimilikinya melalui penerapan yang bersifat strategik dalam proses penciptaan nilai perusahaan yang tidak mudah untuk ditiru oleh perusahaan lainnya.
6 Penelitian Barney (2001) menyatakan bahwa perusahaan akan memakai informasi yang berkaitan dengan koneksi politik dari top manajemen perusahaan.
Perusahaan yang terkoneksi politik merupakan perusahaan yang memiliki ikatan politik atau ada hubungan dengan pemerintah dan politisi. Koneksi politik yang dimiliki top manajemen merupakan sumber daya yang dapat meningkatkan keunggulan kompetitif dan kinerja perusahaan.
Menurut teori RBV, koneksi politik memberikan manfaat terhadap perusahaan yaitu: perusahaan tidak akan mengalami kesulitan untuk mendapatkan kontrak dan bantuan keuangan, sehingga hal tersebut akan berdampak positif terhadap kinerja perusahaan. Dengan adanya dampak positif tersebut, perusahaan pasti ingin cepat-cepat menyampaikannya kepada pihak investor, sehingga perusahaan akan lebih tepat waktu dalam melaporkan laporan keuangannya.
Ketepatan Waktu
Effendi (2019) mengatakan bahwa ketepatan waktu merupakan suatu pemanfaatan informasi oleh pihak yang berkepentingan, sebelum informasi kehilangan kemampuan sebagai dasar pengambilan keputusan. Sebuah informasi bisa tidak relevan jika informasi tersebut tidak tepat waktu. Ketepatan waktu tidak dapat menjamin sebuah informasi itu relevan, akan tetapi informasi yang relevan tidak akan bisa tercapai tanpa tepat waktu. Oleh sebab itu, informasi mengenai kondisi perusahaan yang sebenarnya harus bisa sampai ke pemakai laporan keuangan dengan cepat dan tepat waktu.
Ketepatan waktu pelaporan keuangan adalah penyampaian laporan keuangan sesuai aturan yang sudah di tetapkan oleh Bursa Efek Indonesia, yaitu penyampaian laporan keuangan tahunan yang telah di audit kepada publik sejak tanggal tutup buku perusahaan (31 Desember) sampai tanggal penyerahan ke Bapepam-LK. Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-346/BL/2011 tentang penyampaian laporan keuangan berkala emiten atau perusahaan publik menjelaskan bahwa laporan keuangan tahunan wajib disampaikan kepada Bapepam-LK dan diumumkan kepada publik paling lambat pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan (31 Maret). Oleh sebab itu, perusahaan yang terlambat
7 melaporkan laporan keuangannya akan dikenakan denda dan peringatan tertulis oleh Bursa Efek Indonesia.
Profitabilitas
Profitabilitas merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, semakin tinggi profitabilitas maka semakin tinggi juga kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba (Devi dan Suaryana, 2016 ; Menurut Saleh, 2004 dalam Mardyana, 2012). Perusahaan yang mengumumkan tingkat profitabilitas yang rendah akan mendapatkan respon negatif dari pasar dan penilaian atas kinerja perusahaan turun. Iyoha (2012) mengatakan bahwa manajer perusahaan akan menyampaikan good news (laba) lebih cepat daripada bad news (rugi), karena akibat berita tersebut bisa berdampak pada harga saham dan indikator lainnya.
Leverage
Leverage merupakan kesanggupan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansial pada jangka panjang dan pendek atau untuk mengukur sejauh mana aktivitas perusahaan didanai dengan menggunakan hutang (Maharani, 2015).
Perusahaan yang memiliki leverage yang tinggi akan tidak tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangan karena leverage tinggi merupakan kabar buruk yang menggambarkan bahwa perusahaan dapat berisiko mengalami gagal bayar pinjamannya, sehingga perusahaan tidak akan segera mempublikasikan berita buruk itu kepada investor.
Kualitas Auditor
Kualitas auditor adalah kerangka dasar dalam meningkatkan kredibilitas laporan keuangan bagi pengguna informasi tersebut melalui intelegensi seorang auditor (Tehupuring et al., 2016). Kualitas auditor berkaitan dengan kantor-kantor penyedia jasa audit eksternal yang berafiliasi dengan KAP Big Four. Kantor akuntan publik besar memiliki auditor-auditor yang handal dan keterampilan yang lebih. Hal ini menyebabkan kantor akuntan publik tersebut akan memberi pengaruh terhadap kualitas keluaran laporan keuangan yang diaudit. Oktorina dan Suharli (2005) menyatakan bahwa penggunaan kantor akuntan besar mempengaruhi
8 ketepatan waktu pelaporan keuangan. Kantor akuntan besar akan selalu menjaga reputasinya dimata publik. Kantor akuntan besar juga memiliki auditor yang handal dan terlatih dalam melaksanakan pekerjaan audit. Kantor akuntan besar dinilai mampu mengerjakan pekerjaan auditnya secara lebih efisien dan efektif sehingga dapat selesai dengan tepat waktu.
Koneksi Politik
Braam et al. (2015); Habib et al.(2017) sebuah perusahaan dapat dianggap memiliki koneksi politik jika memiliki setidaknya pemegang saham terbesar atau jika salah satu eksekutif puncak perusahaan (direksi dan dewan komisaris) pernah atau menjabat sebagai anggota parlemen/ menteri/ polisi/ TNI atau berafiliasi erat dengan seorang politikus dan partai politik. Chaney et al. (2011) mengatakan bahwa perusahaan yang memiliki koneksi politik memiliki manfaat yaitu kemudahan untuk akses pasar, kemudahan mendapatkan kontrak dan mudah mendapatkan utang. Penelitian Preuss dan Königsgruber (2021) menunjukkan bahwa koneksi politik telah mempengaruhi hampir 25% dalam operasional dan sistem regulasi perusahaan, koneksi politik tersebut berperan dalam menjaga perusahaan agar dapat terus going concern.
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Profitabilitas dan Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan
Teori signalling menjelaskan bahwa perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi, berarti bahwa perusahaan tersebut memiliki kinerja yang bagus. Oleh karena itu, profitabilitas yang tinggi merupakan sinyal yang baik bagi perusahaan, sehingga perusahaan ingin cepat-cepat menyampaikannya kepada investor melalui publikasi laporan keuangan dengan tepat waktu. Profitabilitas mencerminkan kesuksesan perusahaan untuk meraih laba dalam penjualan, aset ataupun laba dari modal itu sendiri. Tingginya tingkat profitabilitas mencerminkan bahwa kinerja perusahaan baik, sehingga mendorong perusahaan untuk segera menyampaikan informasi kepada pihak yang berkepentingan dengan tepat waktu.
Dewi dan Wirakusuma (2014); Effendi (2019); Kadir (2011); Sanjaya dan Wirawati
9 (2016); Susilo dan Fatmayeti (2015) mengatakan profitabilitas berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Maka dari itu disimpulkan semakin tinggi tingkat profitabilitas, perusahaan cenderung melaporkan keuangannya dengan tepat waktu, sebaliknya perusahaan dengan tingkat profitabilitas rendah cenderung tidak tepat waktu saat penyampaian laporan keuangan, karena laporan tersebut mengandung berita buruk. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis:
H1: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
Leverage dan Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan
Teori signalling menjelaskan perusahaan dengan tingkat leverage tinggi, berarti memiliki sinyal yang buruk. Dengan leverage yang tinggi berarti semakin tinggi perusahaan berisiko mengalami kegagalan dalam mengembalikan pinjaman.
Dengan adanya sinyal buruk tersebut perusahaan pasti akan menunda menyampaikannya kepada investor, sehingga perusahaan akan tidak tepat waktu untuk menyampaikan laporan keuangannya.
Berkaitan dengan teori sinyal, rasio leverage mencerminkan tingginya risiko keuangan perusahaan. Risiko keuangan perusahaan yang tinggi mengindikasikan atau memberi sinyal bahwa perusahaan mengalami kesulitan keuangan (Ferdina dan Wirama, 2017). Sedangkan perusahaan yang memiliki tingkat leverage rendah menunjukkan perusahaan mampu membayar kewajiban perusahaan pada suatu periode. Apabila perusahaan memiliki kemampuan membayar hutang tinggi, dapat diasumsikan perusahaan tersebut memiliki keuangan yang sehat. Jika perusahaan memiliki kewajiban atau hutang yang tinggi maka perusahaan tersebut akan menunda untuk mempublikasikan laporan keuangan karena hal ini merupakan bad news. Sebaliknya, jika perusahaan mempunyai kewajiban atau hutang yang rendah maka perusahaan akan cenderung cepat menyampaikan laporan keuangannya kepada publik karena menunjukkan laporan keuangan dalam keadaan yang sehat dan baik (good news), sehingga publikasi laporan keuangan akan lebih tepat waktu (Kasin dan Arfianti, 2018).
10 Ezat dan El-Masry (2008) mengatakan bahwa bahwa leverage tinggi berpengaruh negatif terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Perusahaan dengan tingkat leverage tinggi akan menyampaikan laporan keuangan secara tidak tepat waktu. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis:
H2: Leverage berpengaruh negatif terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
Kualitas Auditor dan Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan
Teori signalling menjelaskan perusahaan yang menggunakan auditor yang berafiliasi dengan KAP Big Four, berarti memiliki sinyal yang baik. Oleh sebab itu, kantor akuntan besar memiliki auditor yang handal dan terlatih dalam melaksanakan pekerjaan audit, selain itu kantor akuntan besar dinilai mampu mengerjakan pekerjaan auditnya secara lebih efisien dan efektif sehingga dapat selesai dengan tepat waktu. Menurut Desyana (2020), KAP besar memiliki keunggulan sumber daya yang besar dan teknologi yang digunakan juga lebih canggih dibandingkan dengan KAP kecil, sehingga dalam mengaudit laporan keuangan lebih cepat. Selain itu untuk menjaga reputasinya, KAP yang berafiliasi dengan Big Four menyelesaikan pekerjaannya dengan professional dan tepat waktu.
Perusahaan yang menggunakan kualitas audit berafiliasi dengan Big Four merupakan sinyal yang baik, karena kantor akuntan besar seperti big four memiliki auditor yang handal dan terlatih. Dengan adanya sinyal baik tersebut perusahaan pasti tidak akan menunda menyampaikannya kepada investor, karena sinyal baik tersebut akan cepat- cepat disampaikan kepada investor. Oktorina dan Suharli (2005) mengatakan bahwa kualitas auditor berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Perusahaan dengan kualitas auditor yang baik akan menyampaikan pelaporan keuangan tepat waktu. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis:
H3: Kualitas auditor berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
Koneksi Politik dan Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan
Resource Based View Theory yang dikembangkan oleh Barney (2001) menjelaskan bahwa koneksi politik memberikan manfaat perusahaan untuk
11 mendapat kemudahan mendapatkan bantuan keuangan, kemudahan mendapatkan kontrak dan kemudahan akses pasar (Purnomo, 2011). Perusahaan yang terkoneksi politik memiliki dukungan terhadap kinerja perusahaannya yang berarti good news, sehingga perusahaan ingin cepat-cepat menyampaikan laporan keuangan tepat waktu. Pada umumnya perusahaan yang memiliki koneksi politik akan mendapatkan pengawasan lebih intens dari publik dibandingkan perusahaan yang tidak memiliki koneksi politik(Wulandari dan Raharja, 2013). Dengan demikian, perusahaan yang terkoneksi politik cenderung lebih taat dengan aturan-aturan yang telah di tetapkan pemerintah, termasuk dengan aturan tentang ketepatan waktu pelaporan keuangan.
Perusahaan yang memiliki koneksi politik akan memberikan sinyal kepercayaan mengenai laporan keuangannya dengan menunjukkan proses audit yang lebih cepat dibandingkan yang tidak memiliki koneksi politik. Dengan proses audit yang lebih cepat menunjukkan bahwa perusahaan dalam keadaan baik (Chaney et al., 2011). Melalui proses audit yang lebih cepat, perusahaan dapat melaporkan keuangannya dengan tepat waktu. Habib dan Muhammadi (2018) mengatakan perusahaan yang memiliki koneksi politik mengalami proses audit yang cepat, sehingga perusahaan dapat mempublikasikan laporan keuangan dengan tepat waktu. Perusahaan yang terkoneksi politik mempunyai beberapa manfaat salah satunya yaitu kemudahan dalam mendapatkan pinjaman keuangan. Oleh sebab itu, perusahaan tidak akan mengalami kerugian karena perusahaan mendapatkan bantuan keuangan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja perusahaan dengan optimal untuk menghasilkan laba yang lebih besar. Perusahaan yang dapat menghasilkan laba yang besar tidak memiliki alasan untuk menunda penerbitan laporan keuangan. Sebaliknya, perusahaan yang menderita kerugian akan berusaha memperlambat penerbitan laporan keuangan, sehingga auditor akan berhati-hati selama proses audit dalam merespon kerugian perusahaan apakah kerugian tersebut disebabkan oleh kegagalan finansial atau kecurangan manajemen.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis:
H4: Koneksi politik berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
12 Gambar 1 Model Penelitian
METODE PENELITIAN Populasi Dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang sudah terdaftar di BEI pada periode 2017-2019.Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan kriteria tertentu yaitu: (a) perusahaan manufaktur yang telah menerbitkan laporan keuangan tahunan dengan lengkap dan berturut-turut pada periode 2017-2019, serta sudah diaudit yang berakhir pada 31 Desember. (b) laporan keuangan dicatat dalam satuan mata uang rupiah, karena untuk menyelaraskan data agar semua sampel menggunakan satuan mata uang rupiah.
Jenis Dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder yang diambil berupa laporan keuangan tahunan auditan semua perusahaan manufaktur dan sudah terdaftar di bei pada periode 2017-2019. Data sekunder (total asset, utang, ekuitas dan laba bersih) diperoleh melalui website BEI (www.idx.co.id). Sedangkan data terkait koneksi politik diperoleh melalui catatan atas laporan keuangan dan daftar riwayat dari dewan komisaris dan dewan direksi dalam laporan keuangan tahunan.
Variabel Penelitian Kualitas audit
Koneksi politik Leverage
Ketepatan waktu pelaporan keuangan Profitabilitas
13 Variabel Dependen
Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan
Ketepatan waktu pelaporan keuangan merupakan cerminan bahwa informasi yang tersedia di dalam laporan keuangan relevan, sehingga laporan keuangan memiliki manfaat untuk digunakan dalam hal pengambilan sebuah keputusan ekonomi perusahaan. Pada penelitian ini perusahaan dikatakan tepat waktu jika perusahaan menyampaikan laporan keuangan selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (31 Maret) setelah tanggal laporan keuangan (Susilo dan Fatmayeti, 2015). Variabel ini diukur menggunakan nilai dummy 0 untuk perusahaan yang tidak tepat waktu (menerbitkan laporan keuangan melebihi tanggal 31 Maret) dan nilai dummy 1 untuk perusahaan yang tepat waktu.
Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah profitabilitas, leverage, kualitas audit dan koneksi politik berikut ini adalah cara pengukuran variabel independen:
Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam mengelola aset untuk menghasilkan laba pada masa mendatang dan laba merupakan informasi penting bagi investor sebagai pertimbangan dalam menanamkan modalnya (Devi dan Suaryana, 2016). Tingkat profitabilitas perusahaan dapat diukur dengan Return On Equity (ROE). ROE dapat diukur menggunakan rumus di bawah ini (Chandra dan Kellin, 2020) :
ROE = Net Income
Total Equity X 100%
Leverage
Leverage menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban atau hutangnya dengan menggunakan aset yang dimiliki oleh perusahaan. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan Debt to Equity Ratio (DER)
14 sebagai indikator dalam meneliti leverage. DER dapat diukur menggunakan rumus di bawah ini ( Chandra, 2020):
DER = Total Debt Total Equity
Kualitas Auditor
Untuk meningkatkan kredibilitas dari laporan keuangannya, perusahaan menggunakan jasa kantor akuntan publik (KAP) yang mempunyai reputasi atau nama baik. Hal ini biasanya ditunjukkan dengan kantor akuntan publik yang berafiliasi dengan kantor akuntan publik besar yang berlaku universal yang dikenal dengan Big Four Worlwide Accounting Firm yaitu Deloitte Touche Tohmatsu, PWC (Price Water House Coopers), EY (Ernst & Young), dan KPMG. Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy. Kategori perusahaan yang menggunakan jasa KAP yang berafiliasi dengan KAP Big Four diberi nilai dummy 1 dan kategori perusahaan yang menggunakan jasa selain KAP Big Four diberi nilai dummy 0.
Koneksi Politik
Sebuah perusahaan dapat dianggap memiliki koneksi politik jika memiliki setidaknya pemegang saham terbesar atau jika salah satu eksekutif puncak perusahaan pernah atau menjabat sebagai anggota parlemen, menteri, polisi, TNI atau berafiliasi erat dengan seorang politikus dan partai politik (Braam et al., 2015;
Habib et al., 2017). Dari penelitian ini, koneksi politik diukur dengan menghitung jumlah dari direksi, dewan komisaris dan pemegang saham terbesar yang pernah atau menjabat anggota parlemen, menteri atau wakil menteri, TNI, polri atau berhubungan dengan politisi dan partai politik (Rahman dan Nugrahanti, 2021).
Variable Control Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan yang besar membuat perhatian pihak eksternal pada perusahaan akan semakin tinggi. Hal ini dikarenakan, perusahaan yang berukuran besar menandakan kepemilikan atas aset juga semakin besar dan sumber daya
15 banyak daripada perusahaan yang berukuran kecil, sehingga pihak eksternal lebih memilih perusahaan berukuran besar (Prena et al., 2018; Suryandani, 2018). Aset dan sumber daya yang besar merupakan good news bagi perusahaan, karena perusahaan besar memiliki teknologi yang lebih handal dan mendapatkan informasi yang lebih cepat. Oleh sebab itu, perusahaan pasti segera menyampaikannya kepada pihak investor dengan tepat waktu. Fortuna dan Khristiana (2021) menemukan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Untuk menentukan ukuran perusahaan maka dapat digunakan rumus di bawah ini :
SIZE = Ln Total Aset
Teknik Analisis Data
Data dalam penelitian ini, analisis menggunakan statistik deskriptif, kemudian dilakukan pengujian model dan pengujian hipotesis. Dalam pengujian ini, statistik deskriptif dipakai untuk menampilkan informasi-informasi dari data yang tersedia dengan digambarkan dalam bentuk nilai atau angka pada sebuah tabel. Data yang ada dalam statistik deskriptif seperti jumlah sampel, standar deviasi, nilai minimum, nilai maksimum, mean, median. Pengujian model data dengan menguji koefisien regresi, menilai kelayakan model regresi, dan menilai keseluruhan model dilakukan dahulu sebelum pengujian hipotesis.
1. Menguji Kelayakan Model Regresi
Ghozali (2011) menyatakan bahwa kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow's Goodness of Fit Test. Hosmer and lemeshow's Goodness of Fit Test menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit). Jika nilai Hosmer and Lemeshow's Goodness of Fit Test sama dengan atau kurang dari 0.05, maka hipotesis nol ditolak yang berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga goodness fit model tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Jika nilai Hosmer and Lemeshow's Goodness of Fit Test lebih besar dari 0.05, maka
16 hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima.
2. Model Regresi Logistik Yang Terbentuk
Uji hipotesis dilakukan dengan model regresi logistik, karena metode tersebut cocok digunakan pada penelitian yang sifat variabel dependennya kategorikal (non matrik dan nominal) dan sifat variabel independennya kombinasi antara non metrik dan metrik (Ghozali, 2011). Model regresi logistik yang digunakan adalah sebagai berikut:
Ln Tw
1 − Tw = Β0 + β1ROE + β2DER + β3KAP + β4KPOL + β5SIZE + Ε Keterangan:
ROE : Tingkat Profitabilitas Perusahaan DER : Tingkat Leverage Perusahaan KAP : Kualitas Auditor
KPOL : Koneksi Politik SIZE : Ukuran Perusahaan
HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN Penentuan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode 2017-2019
Tabel 1 Kriteria Sampel Penelitian
17 Sampel perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan kriteria sampling didapat jumlah awal observasi sebesar 279 perusahaan, kemudian dilakukan uji outlier dengan studentized residual didapatkan sejumlah 262 perusahaan yang terdaftar di BEI selama 3 tahun berturut-turut pada periode 2017- 2019 (Sarwono, 2013).
Statistik Deskriptif
Tabel 2 merupakan hasil pengolahan data untuk uji statistik deskriptif terhadap variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian, baik variabel dependen, variabel independen maupun variabel kontrol.
Tabel 2 Statistik Deskriptif
Variabel Minimal Maksimal Rata-Rata Std. Deviasi
ROE -54,60% 139.97% 8,33% 17,96%
DER -5,21 14,89 1024.50% 1,53
KPOL 0,00 0,50 0,025 0,06
SIZE 21,22 33.49 24,81 1,65
No Kriteria Sampel Jumlah
1 Total perusahaan manufaktur 2017-2019 127
2 Perusahaan yang tidak melaporkan laporan keuangan di website idx.co.id selama 3 tahun berturut-turut
(19)
3 Laporan keuangan di website idx.co.id yang tidak dicatat dalam satuan mata uang rupiah.
(15)
5 Jumlah sampel yang dipakai (n) 93
6 Jumlah observasi periode 2017-2019 (3 tahun) 279
18 Tabel 3 Proporsi Kualitas Audit dan Ketepatan Waktu
Variabel N Presentase
KAP Big Four 114 43,51%
Non Big Four 148 56,49%
Ketepatan Waktu
Tepat waktu 247 94,27
Tidak tepat waktu 15 5,73%
Berdasarkan tabel 1 di atas, dari total 262 jumlah observasi setelah uji Outlier yang digunakan diketahui bahwa sejumlah 248 (94.656%) perusahaan selama 3 tahun sudah melaporkan laporan keuangannya dengan tepat waktu, yaitu melaporkan laporan keuangannya tidak lebih dari 31 Maret. sedangkan 14 (5,34%) perusahaan lainya diketahui terlambat dalam melaporkan laporan keuangannya yaitu melebihi tanggal 31 Maret.
Tabel 2 di atas, menunjukkan bahwa variabel profitabilitas (ROE) memiliki nilai rata-rata 8,33% dari keseluruhan perusahaan sampel. Artinya bahwa perusahaan rata-rata mampu menghasilkan laba sebesar 8,33% dari nilai ekuitasnya. Pada keseluruhan perusahaan sampel, perusahaan Unilever Indonesia Tbk (UNVR) pada tahun 2019 adalah perusahaan yang memiliki profitabilitas yang paling besar yaitu dengan rasio sebesar 139.97%. Sedangkan perusahaan Keramika Indonesia Assosiasi Tbk pada tahun 2019 memiliki profitabilitas paling rendah yaitu dengan rasio sebesar -54,60%.
Sementara itu, variabel leverage (DER) yang memiliki nilai rata-rata 10,245 dari keseluruhan perusahaan sampel. Hal ini memiliki arti bahwa rata-rata total utang sebesar 10 kali dari total ekuitas perusahaan. Rasio leverage tertinggi sebesar 14,89 yang dimiliki oleh perusahaan Argha Karya Prima Industry Tbk pada tahun 2018, sedangkan rasio terendah sebesar -5,21 yang dimiliki oleh perusahaan Eterindo Wahanatama Tbk pada tahun 2018.
Berdasarkan tabel 3, kualitas auditor (KAP) yang lebih banyak digunakan oleh perusahaan manufaktur adalah KAP Non Big Four dari pada KAP Big Four.
KAP Big Four digunakan oleh 114 perusahaan atau 43,51% dari jumlah seluruh
19 perusahaan observasi, sedangkan sisanya yaitu sebanyak 148 perusahaan atau 56,49% menggunakan KAP Non Big Four. Dari tabel statistik deskriptif di atas, dapat disimpulkan jika lebih dari 50% perusahaan manufaktur yang digunakan sebagai sampel penelitian belum menggunakan KAP ukuran besar, yaitu KAP yang berafiliasi dengan KAP Big Four.
Untuk variabel koneksi politik (KPOL) dari 262 perusahaan manufaktur selama 3 tahun, yang memiliki koneksi politik hanya 48 (18,32%) perusahaan sedangkan sisanya sebanyak 214 (81,68%) tidak memiliki koneksi politik.
Keberadaan koneksi politik dalam 48 perusahaan tersebut tidak semuanya terjadi selama 3 periode secara berturut-turut, dalam 3 periode terdapat minimal 1 periode di mana perusahaan terlibat hubungan politik. Jumlah anggota dewan komisaris maupun dewan direksi terbanyak dalam perusahaan yang terlibat dalam koneksi politik adalah empat orang, perusahaan tersebut antara lain PT Arwana Citramulia (ARNA) selama tahun 2017-2019.
Berdasarkan tabel 2, ukuran perusahaan (SIZE) manufaktur memiliki nilai rata-rata 28,41. Dari tabel statistik deskriptif di atas, dapat disimpulkan bahwa perusahaan manufaktur yang digunakan sebagai sampel penelitian memiliki ukuran aset yang besar, yaitu dengan nilai tertinggi Rp 351,958,000,000,000 pada perusahaan Astra International Tbk di tahun 2019 dan nilai terendah Rp 1,640,886,147 pada perusahaan Darya-Varia Laboratoria Tbk pada tahun 2019.
Menguji Kelayakan Model Regresi
Untuk memperoleh model regresi yang tepat, maka perlu dilakukan uji kelayakan model regresi. Hasil uji kelayakan model regresi dengan Hosmer and Lemeshow Test didapat nilai statistik Hosmer and Lemeshow of Fit sebesar 7,879 dengan probabilitas signifikansi 0,445 (lebih dari 0,05). Hal ini berarti model regresi yang dipergunakan dalam penelitian layak digunakan untuk analisis selanjutnya, karena tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati (Sarwono, 2013).
Menilai Keseluruhan Model
20 Langkah selanjutnya menilai kelayakan model (Overall Mode Fit). Pada uji kelayakan dengan didapat nilai dengan memperhatikan angka pada awal -2 log Likelihood (LL) block number = 0, sebesar 109,258 dan angka pada -2 Log Likelihood (LL) block number = 1, sebesar 86,149. Hal ini menunjukkan terjadinya penurunan nilai -2 Log Likelihood (LL) block 0 dan block 1 sebesar 109,258 – 86,149 = 23,109. Artinya bahwa dengan adanya penurunan nilai secara keseluruhan model regresi logistik yang digunakan merupakan model yang baik (Sarwono, 2013).
PENGUJIAN HIPOTESIS
Berdasarkan hasil pengolahan data, berikut hasil pengujian regresi logistik.
Tabel 4 Hasil Uji Regresi Logistik
Pada tabel 4 menunjukkan bahwa penelitian ini melalui hasil output spss logistik memberikan nilai Cox & Snell R sebesar 0,068 dan nilai nagelkerke r2 sebesar 0,199. Berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel independen sebesar 19,1%. Artinya peluang perusahaan untuk melaporkan laporan keuangannya secara tepat waktu dipengaruhi oleh 19,1% dari
Model B S.E. Sig. Kesimpulan
Constant -5,238 6,493 0,420
ROE 0,041 0,021 0,046 H1 Diterima
DER -0,497 0,135 0,000 H2 Diterima
KAP 0,446 0,840 0,596 H3 Ditolak
KPOL -0,785 5,153 0,879 H4 Ditolak
SIZE 0,309 0,237 0,192
Cox & Snell R = 0,068 Nagelkerke R2 =0,199 Alpa = 0,05
21 variabel koneksi politik, profitabilitas, leverage dan kualitas audit, dan sisanya sebesar 80,9% ditentukan oleh faktor lain selain variabel independen penelitian ini (Sarwono, 2013).
Profitabilitas yang dilihat dari hasil pengujian pada tabel 4 menunjukkan bahwa nilai koefisien sebesar 0,041 dengan nilai signifikansi sebesar 0,046 (< 0,05).
Hal ini berarti bahwa H1 diterima dan dapat dikatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Artinya apabila profitabilitas meningkat, maka perusahaan cenderung lebih tepat waktu.
Variabel leverage pada table 4 memiliki nilai koefisien sebesar -0,497 dengan nilai signikansi sebesar 0,000 di bawah tingkat signifikansi 0,05. Artinya dapat disimpulkan bahwa H2 diterima, dengan ini dapat dikatakan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Artinya apabila nilai leverage meningkat, maka perusahaan cenderung untuk tidak tepat waktu dalam penyampaian laporan keuangan perusahaan.
Variabel kualitas audit menunjukkan nilai koefisien sebesar 0,446 dengan nilai signikansi sebesar 0,596 (diatas 0,05). Artinya dapat disimpulkan bahwa H3 ditolak, dengan ini dapat dikatakan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4, menunjukkan bahwa koefisien koneksi politik memiliki nilai -0,785 dan nilai signifikansi 0,879 (diatas 0,05), dengan ini dapat dikatakan bahwa koneksi politik tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan, sehingga H4 ditolak variabel ukuran perusahaan menunjukkan nilai koefisien sebesar 0,309 dengan nilai signifikansi sebesar 0,192 (diatas 0,05). Dengan ini dapat dikatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
PEMBAHASAN
Profitabilitas dan Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan
Hasil pengujian pada H1 menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Effendi (2019); Iyoha (2012) yang mengungkapkan bahwa
22 profitabilitas berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
Pada teori signalling juga telah menjelaskan bahwa perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi, berarti bahwa perusahaan tersebut memiliki kinerja yang bagus. Oleh karena itu, profitabilitas yang tinggi merupakan sinyal yang baik bagi perusahaan, sehingga publikasi laporan keuangan semakin tepat waktu. Perusahaan yang mempunyai nilai profitabilitas tinggi pasti akan menarik minat para investor, sehingga dengan adanya hal tersebut perusahaan berusaha untuk melaporkan laporannnya dengan tepat waktu (Sanjaya dan Wirawati, 2016). Sebagai contoh data dalam penelitian ini, perusahaan dengan ROE tinggi 139.97% yaitu PT.
Unilever Indonesia Tbk pada tahun 2019 melaporkan laporan keuangannya dengan tepat waktu. Sedangkan perusahaan Keramika Indonesia Assosiasi Tbk pada tahun 2019 memiliki ROE paling rendah -54,60% tidak melaporkan laporan keuangannya dengan tepat waktu.
Leverage Dan Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan
Hasil pengujian pada H2 menunjukkan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Chandra dan Kellin (2020); Effendi (2019); Utami (2017) yang mengungkapkan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Teori signalling menjelaskan perusahaan dengan tingkat leverage tinggi memiliki risiko gagal bayar pinjamannya yang berarti memiliki sinyal yang buruk. Perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi akan menunda untuk melaporkan laporan keuangannya ke pasar, karena tingginya leverage merupakan kabar buruk, sehingga perusahaan tidak tepat waktu dalam melaporkan laporan keuangnnya (Utami, 2017).
Sebagai contoh data dalam penelitian, PT. Argha Karya Prima Industry Tbk pada tahun 2018 memiliki leverage sebesar 14,89 melaporkan laporan keuangannya tidak tepat waktu. Sedangkan PT. Keramika Indonesia Assosiasi Tbk pada tahun 2018 yang memiliki nilai leverage rendah sebesar 0,26 melaporkan laporan keuangannya dengan tepat waktu.
Kualitas Auditor dan Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan
23 Hasil pengujian pada H3 menunjukkan bahwa kualitas auditor tidak mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan yang diaudit oleh KAP Big Four maupun KAP Non Big Four, sama-sama melaporkan laporan keuangannya dengan tepat waktu sesuai dengan hasil penelitian (Budiyanto dan Aditya, 2015). Tidak berpengaruhnya kualitas audit memperlihatkan bahwa terdapat kesadaran perusahaan dalam mematuhi peraturan di pasar modal, khususnya mengenai prinsip keterbukaan penyampaian laporan keuangan tahunan perusahaan dan adanya rasa tanggung jawab perusahaan untuk pihak-pihak yang berkepentingan pada informasi laporan keuangan (Elviani, 2017). Sebagai contoh data dalam penelitian yaitu Pt Astra Otoparts pada tahun 2017 yang di audit oleh KAP Big Four dan PT Betonjaya Manunggal Tbk pada tahun 2019 yang di audit bukan KAP Big Four, melaporkan laporan keuangannya dengan tepat waktu.
Koneksi Politik Dan Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan
Hasil pengujian pada H4 menunjukkan bahwa koneksi politik tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Braam et al. (2015) yang mengungkapkan bahwa hubungan politik dalam perusahaan dapat mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan. Penelitian ini tidak berhasil membuktikan bahwa koneksi politik mempengaruhi ketepatan waktu, karena jumlah koneksi politik Dalam perusahaan sampel hanya sedikit, yaitu sekitar 48 (18,320%) perusahaan dari jumlah 262 observasi. Rata-rata jumlah dewan direksi maupun dewan komisaris yang terlibat dalam hubungan politik juga hanya sedikit, yaitu satu orang dalam setiap perusahaan. Selain itu, ketepatan waktu pelaporan keuangan sudah diatur dalam Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-346/BL/2011 pada peraturan tersebut tertulis bahwa perusahaan yang melaporakan keuangannya tidak tepat waktu akan dikenakan denda sesuai dengan peraturan yang sudah dibuat. Oleh karena itu perusahaan yang terkoneksi politik maupun yang tidak terkoneksi politik berusaha melaporkan keuangannya dengan tepat waktu untuk menghindari sanksi (Chaney et al., 2011). Sebagai contoh data dalam penelitian yaitu PT Arwana Citramulia Tbk yang memiliki jumlah koneksi politik paling banyak yaitu empat orang, melaporkan laporan keuangannya dengan tepat waktu. Begitu pula PT Delta
24 Djakarta Tbk yang tidak memiliki koneksi politik juga melaporkan laporan keuangannya dengan tepat waktu.
Ukuran Perusahaan dan Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan
Pengujian variabel kontrol berupa ukuran perusahaan mengindikasikan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Hal ini sejalan dengan penelitina Astuti dan Erawati (2018) yang menyatakan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Besarnya total aset perusahaan tidak selalu memberikan pengaruh pada ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan. Oleh karena itu, hal ini memperlihatkan bahwa perusahaan yang besar dan kecil memiliki kesadaran dalam mematuhi peraturan di pasar modal mengenai prinsip keterbukaan penyampaian laporan keuangan tahunan perusahaan dan adanya rasa tanggung jawab perusahaan untuk pihak-pihak yang berkepentingan pada informasi laporan keuangan.
Pengujian ini didukung oleh beberapa data perusahaan sampel, antara lain perusahaan Astra International Tbk di tahun 2019 dengan total asset tertinggi sebesar Rp 351.958.000.000.000 melaporkan laporan keuangannya dengan tepat waktu. Begitu pula dengan perusahaan Betonjaya Manunggal Tbk pada tahun 2017 yang memiliki total aset Rp 183.501.650.442 melaporkan laporan keuangannya dengan tepat waktu.
KESIMPULAN dan SARAN
Penelitian ini bermaksud untuk menguji pengaruh koneksi politik, profitabilitas, leverage, dan kualitas audit terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Berdasarkan pengujian yang sudah dilakukan, hasil peneitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu karena laba merupakan berita baik, sehingga perushaan cepat-cepat menyampaikan laporan keuangannya. Selain itu leverage terbukti berpengaruh negatif karena semakin tinggi leverage, semakin tinggi juga risiko perusahaan mengalami gagal bayar pinjamannya, sehingga perusahaan akan menunda publikasi laporan keuangan. Penelitian ini juga membuktikan bahwa kualitas audit dan koneksi politik tidak mempengaruhi ketepatan waktu, karena perusahaan yang terkoneksi
25 politik ataupun tidak terkoneksi serta perusahaan yang menggunakan KAP Big Four atau Non Big Four, sama-sama melaporkan laporan keuangannya dengan tepat waktu.
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah jumlah data terkait hubungan politik yang sangat sedikit, yaitu 48 perusahaan dari 262 jumlah observasi perusahaan selama tahun 2017-2019. Kedua, pada data kualitas audit hanya menggunakan nilai variabel dummy sebagai pengukuran. Saran dari penelitian ini yaitu, sebaiknya periode penelitian dapat diperpanjang dan memperluas kriteria koneksi politik dengan menambahakan kriteria pejabat pemerintah, agar jumlah perusahaan yang memiliki hubungan politik menjadi lebih banyak; bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan sekala pengukuran lain terhdap kualitas auditor seperti tenure KAP, sehingga dapat melihat masa perikatan KAP, dengan menghitung jumlah tahun perikatan dimana KAP yang sama melakukan perikatan audit terhadap perusahaan klien (Chi et al., 2011).
Secara teoritis, hasil penelitian ini menambah bukti empiris penerapan teori sinyal pada profitabilitas dan leverage yang menyatakan bahwa tingginya profitabilitas merupakan sinyal baik yang berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan dan leverage yang tinggi merupakan sinyal buruk yang berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Sedangkan secara praktis, hasil penelitian ini digunakan sebagai masukan kepada para investor supaya berinvestasi di perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi dan leverage rendah karena sudah terbukti lebih tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya. Begitu juga bagi manajer agar tetap mempertahankan tingkat profitabilitas dan menjaga tingkat leverage supaya mendukung ketepatan waktu dan terhindar dari sanksi.