Page 1
DRAFT PEDOMAN RENCANA KAWASAN TRANSMIGRASI
“WORKSHOP PERENCANAAN PEMBANGUNAN KAWASAN TRANSMIGRASI”
Integrasi Perencanaan Kawasan Transmigrasi dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang No. 29 Tahun 2009 Tentang Ketransmigrasian yang mengatur perencanaan pembangunan kawasan transmigrasi, maka dalam rangka perwujudan pengembangan kawasan transmigrasi secara efisien dan efektif, penyusunan rencana kawasan transmigrasi diamanatkan oleh RPP tentang Pelaksanaan UU 15/1997 yang telah diubah dengan UU 29/2009. Proses perencanaan harus dilaksanakan secara baik dan benar serta implementasinya harus disepakati oleh semua pemangku kepentingan baik di pusat maupun daerah.
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan dalam penyusunan RKT oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah serta para pemangku kepentingan lainnya.
Pedoman ini bertujuan mewujudkan RKT yang sesuai dengan
ketentuan UU 26/2007 tentang Penataan Ruang dan Undang-Undang 29 Tahun 2009 tentang Perubahan UU Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian serta peraturan pelaksanaannya.
• Keputusan Presiden Nomor 150 Tahun 2000 tentang Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu.
• Permen PU Nomor : 15/PRT/M/2012, tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis.
• Peraturan Presiden RI Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
(MP3EI) 2011-2025.
Pedoman bidang penataan ruang saling terkait satu sama lain sehingga masing-masing mempunyai fungsi tersendiri dan bersifat
komplementer.
UU No. 26 Th 2007, tentang Penataan
Ruang UU 29 / 2009 tentang perubahan UU 15
/ 1997 tentang Ketransmigrasian
PP No. 15 Th 2010, tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
Rancangan PP Tentang Penyelenggraan Transmigrasi
Pedoman Penyusunan RTR
KSN Pedoman Bidang Penataan
Ruang Lainnya Pedoman Penyusunan
RTRW Provinsi Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten/Kota
a) Pedoman RTR Kawasan Strategis Provinsi
b) Pedoman RTR Kawasan Strategis Kabupaten
c) Pedoman Penyusunan RDTR Kabupaten/Kota
d) Pedoman Terkait Lainnya.
PEDOMAN RKT
RKT RTRKawasan
Perdesaan Kabupaten
Dikegorikan pada isu Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis
Kabupaten
Tipologi Kawasan Perdesaan
Isu Strategis
RKT
Sudut kepentingan dan kriteria nilai strategis menurut PP 26/2008 tentang tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
Sudut kepentingan pengembangan kawasan transmigrasi;
Keputusan Menteri Nakertrans
No.293/MEN/IX/2009 tahun 2009 tentang penetapan 44 KTM.
WPT, adalah: wilayah potensial yang ditetapkan sebagai pengembangan permukiman transmigrasi yang terdiri atas beberapa satuan kawasan pengembangan yang salah satu di antaranya direncanakan untuk mewujudkan pusat
pertumbuhan wilayah baru sebagai kawasan perkotaan baru sesuai dengan rencana tata ruang wilayah.
LPT, adalah: lokasi potensial yang ditetapkan sebagai permukiman transmigrasi untuk mendukung pusat
pertumbuhan wilayah yang sudah ada atau yang sedang
berkembang sebagai kawasan perkotaan baru sesuai dengan rencana tata ruang wilayah.
SP
SP SP
SP SP
SP SP
SP SP
SP
SP SP
SP
SP SP
SP SP
SP
SP SP
KIM KIM
KIM KIM
KPB
SKP SKP
SKP Kampung SKP
Kampung
Kampung
Kampung Kampung
Kampung
Kampung
Pusat KPB Pst
SKP
Pst SKP
Pst SKP
ke PKW/
PKL/ PKSN
Batas deliniasi Kawasan Transmigrasi
SP KIMTRANS Baru SP
Desa
Desa penduduk setempat yang dikembangkan menjadi KIMTRANS sistem produksi
pertanian dan pengelolaan sda
ke PKW/
PKL/ PKSN
9
sistem produksi pertanian dan pengelolaan sda
Pst SKP
Kawasan
Perkotaan Baru sebagai PPK atau PKLp Setiap SP tersedia:
sarana : perumahan, pelayanan umum, pelayanan
pendidikan dasar, pelayanan
kesehatan, pasar mingguan;
prasarana
Setiap SP tersedia:
sarana : perumahan, pelayanan umum, pelayanan
pendidikan SD, pelayanan kesehatan
Poskesdes, pasar mingguan;
prasarana
Setiap SP sebagai puat SKP tersedia:
sarana : perumahan, pelayanan umum, pelayanan pendidikan SD & SLP, pelayanan kesehatan
Puskesmas, pasar harian;
prasarana
PENETAPAN TIPOLOGI RKT
PENYUSUNAN KERANGKA MUATAN RKT
UU 29 / 2009 tentang perubahan UU 15 / 1997 tentang Ketransmigrasian
UU No. 26 Th 2007, tentang Penataan Ruang
PP No. 15 Th 2010, tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
Rancangan PP Tentang Penyelenggraan Transmigrasi
TIPOLOGI RTR KS K
Identifikasi Bentuk DELINIASI
PENETAPAN FOKUS
PENANGANAN Penentuan Skala Peta
Arah Pemanfaatan Kawasan Transmigrasi Tujuan, Kebijakan dan Strategi
Pengelolaan
Arah Pengendalian Kawasan Transmigrasi
Konsep Pengembangan PERUMUSAN MUATAN RKT
1. Delineasi RKT
Pertimbangan dalam penentuan delineasi RKT mengacu kepada tipologi kawasan pedesaan yang ditetapkan oleh RTR KS, mencakup:
a. Daya dukung fisik lingkungan, ekologis dan sumber daya air b. Intreraksi sosial budaya masyarakat
c. Sebaran fasilitas perekonomian kawasan d. Ketentuan peraturan perundang-undangan
2. Fokus Penanganan
Merupakan muatan pokok yang menjadi pertimbangan utama dalam perumusan muatan RKT sebagai upaya untuk mengatur hal-hal penting yang perlu ditangani RKT. Muatan RKT mencakup:
a. Tujuan, kebijakan, dan strategi pembangunan kawasan transmigrasi.
b. Luasan kawasan transmigrasi;
c. Rencana struktur kawasan transmigrasi;
d. Rencana peruntukan kawasan transmigrasi;
e. Arahan pengembangan pola usaha pokok;
f. Arahan jenis transmigrasi yang akan dilaksanakan;
g. Arahan penataan persebaran penduduk dan kebutuhan SDM;
h. Arahan indikasi program utama;
i. Tahapan perwujudan kawasan transmigrasi; dan
j. Ketentuan pengendalian pemanfaatan kawasan transmigrasi.
Page 12
3. Skala Peta
Penetapan skala peta RKT dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan informasi yang diperlukan dalam proses perencanaan kawasan, serta mempertimbangkan luasan geografis yang dinilai strategis. Skala peta RKT, minimal 1 : 25.000.
4. Muatan RKT
Muatan yang diatur dalam RKT dirumuskan dengan mempertimbangkan:
a. Posisi geografis kawasan terhadap pusat-pusat pertumbuhan di sekitar kawasan
b. Kondisi lingkungan nonterbangun, terbangun, dan kegiatan di sekitar kawasan
c. Daya dukung fisik dasar terkait dengan potensi bencana yang mengancam kawasan
d. Kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat
e. Kondisi sistem jaringan prasarana pendukung kawasan
Muatan RKT terdiri atas :
1. Muatan tujuan, kebijakan dan strategi,
Tujuan : difokuskan pada perwujudan kawasan perdesaan dalam batas area tertentu melalui dukungan jaringan prasarana yang memadai;
Kebijakan : difokuskan pada kebijakan penetapan kegiatan, kebijakan penataan pesebaran penduduk dan penyediaan permukiman, kebijakan penetapan aksesibilitas kawasan, kebijakan penetapan spm sarana dan prasarana pendukung dan kebijakan perlindungan kawasan;
Strategi pencapaian tujuan disusun sesuai dengan arah kebijakan yang ditetapkan.
2. Arahan rencana struktur dan pemanfaatan kawasan transmigrasi : a. Mewujudkan permuiman di kawasan transmigrasi yang berfungsi
sebagai tempat tinggal, tempat berusaha dan tempat bekerja
b. Mewujudkan penataan persebaran penduduk di kawasan transmigrasi yang serasi dan seimbang dengan daya dukung dan daya tampung
lingkungan
c. Menyediakan prasarana dan sarana dasar kawasan transmigrasi
3. Arahan pengendalian dan pemanfaatan kawasan a. Arahan pembangunan SKP;
b. Arahan pembangunan SP;
c. Arahan Pembangunan KPB dan
d. Arahan pembangunan jaringan prasarana dan sarana dasar kawasan transmigrasi
4. Pengelolaan RKT, disusun dengan memperhatikan :
a. Kelembagaan yang telah diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan,
b. Keterkaitan RKT dengan kewenangan Pemerintah, c. Keterkaitan RKT dengan kewenangan pemerintah
daerah (provinsi, kabupaten/kota), dan d. Pemangku kepentingan lainnya
5. Hak, Kewajiban dan Peran Masyarakat
Pelibatan peran masyarakat dalam proses perencanaan
dimulai sejak awal hingga akhir kegiatan, meliputi; persiapan penyusunan, pengumpulan data dan informasi, pengolahan dan analisis data serta perumusan konsep rencana. Hak,
kewajiban, dan peran masyarakat diatur sesuai dengan
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Masyarakat sebagai pemangku kepentingan, meliputi :
a. Orang perseorangan atau kelompok orang b. Organisasi masyarakat di tingkat kabupaten c. Perwakilan organisasi masyarakat kabupaten
d. Perwakilan organisasi masyarakat kabupaten yang secara sistemik dengan wilayah yang sedang disusun RKT.
6. Format Penyajian a. Materi teknis RKT
1) Buku data dan analisis yang dilengkapi dengan peta- peta;
2) Buku rencana yang disajikan dalam format A4;
3) Album peta yang disajikan dengan skala minimal dalam format A1 yang dilengkapi dengan peta digital disusun sesuai dengan ketentuan Sistem Informasi Geografis yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang.
b. Naskah rancangan peraturan daerah (Raperda) tentang RKT
1) Naskah Raperda berupa rumusan pasal per pasal disajikan dalam A4
2) Lampiran terdiri atas peta rencana struktur dan pemanfaatan kawasan transmigrasi yang disajikan
dalam format A3, serta tabel indikasi program utama.
5. Masa Berlaku
RKT berlaku dalam jangka waktu 15 (lima belas) tahun dan dapat ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahun. Peninjauan kembali RKT dapat dilakukan lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun apabila terjadi perubahan lingkungan strategis berupa:
a. Bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan;
b. Perubahan batas teritorial negara yang ditetapkan dengan undang-undang;
c. Perubahan batas wilayah daerah yang ditetapkan dengan undang-undang; dan/atau
d. Perubahan RTRW P/K yang menuntut perubahan terhadap RKT.
Pelaksanaan perencanaan kawasan transmigrasi meliputi serangkaian prosedur penyusunan dan penetapan RKT.
Proses penyusunan RKT meliputi:
a. Persiapan penyusunan;
b. Pengumpulan data dan informasi;
c. Pengolahan dan analisis data;
d. Perumusan konsepsi rencana; dan e. Penyusunan Konsep Naskah Raperda.
TAHAPAN PROSES PENYUSUNAN RKT Uraian Kegiatan Persiapan
Penyusunan
Pengumpulan Data dan Informasi
Pengolahan dan Analisis Data
Perumusan Konsep RKT
Penyusunan Konsep Naskah
Raperda
Perkiraan Waktu yang Dibutuhkan
1 bulan 1 bulan 2 bulan 1 bulan 1 bulan
6 bulan
a. Persiapan Penyusunan
b. Hasil Pelaksanaan Kegiatan Persiapan Administrasi dan Teknis
c. Waktu Pelaksanaan Kegiatan
Page 20
a. Kegiatan Pengumpulan Data dan Informasi ;
b. Hasil Pelaksanaan Kegiatan Pengumpulan Data dan Informasi ;
c. Waktu Pelaksanaan Kegiatan.
a. Analisis Kebijakan Pembangunan Kawasan Transmigrasi b. Analisis Struktur dan Pemanfaatan Kawasan transmigrasi c. Analisis Sumberdaya dan Kemampuan Lahan
d. Analisis Pengembangan Ekonomi Kawasan Transmigrasi e. Analisis Sosial dan Kependudukan
f. Analisis Prasarana dan Sarana g. Analisis Transportasi
Page 21
Karateristik Fisik Dasar Yaitu:
Topografi, Jenis Tanah, Iklim Dll
Ketersediaan SDA: Jenis Dan Jumlah
Analisis Kesesuaian Lahan Analisis Ketersediaan Dan Pola Sebaran
Analisis Ketersediaan Dan Pola Sebaran
Potensi Pengembangan
Informasi Mengenai Daya Dukung Lingkungan Untuk Berbagai Kebutuhan Pengembangan
Proyeksi Jumlah
Penduduk 15 tahun ke depan
Kebutuhan Fasilitas:
Transportasi, Air Bersih, Jaringan Listrik,
Jaringan Telekomunikasi dan
Persampahan Permukiman
Kebutuhan Ruang Standar
Perencanaan Penyediaan Prasarana
Rencana Sistem Jaringan Dan Prasarana: Transportasi,
Jaringan Telekomunikasi, Jaringan Air Bersih, Jaringan Listrik, Pengembangan Permukiman Dan Pengelolaan
Persampahan
PROSEDUR PERSETUJUAN
RENCANA LOKASI KAWASAN TRANSMIGRASI
Persiapan Administrasi Kajian potensi lokasi kawasan mencakup penyediaan tanah untuk pembangunan kawasan
transmigrasi
dilaksanakan melalui proses pencadangan tanah/penegasan fungsi lahan oleh pemerintah daerah baik Bupati atau Gubernur
Persiapan Teknis
a) Kajian awal potensi lahan kawasan dengan mengacu pada kajian RTRW provinsi dan RTRW kabupaten/kota serta kebijakan dan peraturan lainnya.
b) Identifikasi informasi dan data awal kajian potensi kawasan;
c) Penyiapan metodologi pendekatan pelaksanaan kegiatan;
d) Penyiapan rencana kerja rinci; dan e) Penyiapan perangkat survei (checklist data
yang dibutuhkan, panduan wawancara, kuesioner, panduan observasi dan dokumentasi, dll) serta mobilisasi peralatan dan personil yang dibutuhkan.
f) Materi yang dihasilkan adalah Proposal Teknis/Hasil Kajian Awal Lokasi Kawasan Transmigrasi
Hasil Persiapan Administrasi dan Teknis 1. SK Bupati/Walikota atau Gubernur tentang
pencadangan lahan untuk kawasan transmigrasi.
Pencadangan tanah dalam hal ini berarti penunjukan area tanah oleh bupati/walikota atau gubernur yang disediakan untuk pembangunan kawasan transmigrasi.
2. Hasil kajian awal lokasi kawasan transmigrasi yang terdiri atas :
a) Gambaran umum wilayah perencanaan b) Identifikasi nilai strategis kawasan
transmigrasi;
c) Identifikasi dan perumusan isu strategis perlunya penyusunan RKT;
d) Identifikasi kebijakan terkait dengan wilayah perencanaan;
e) Potensi dan permasalahan awal wilayah perencanaan serta gagasan awal
pengembangan wilayah perencanaan; dan f) Identifikasi awal batas delineasi kawasan.
PROSES PENILAIAN DAN PERSETUJUAN CALON LOKASI KAWASAN TRANSMIGRASI
oleh KEMENTRIAN TERKAIT melalui GUBERNUR
(waktu proses maksimal 6 bulan) TIDAK DISETUJUI
DISETUJUI
PROSES PENYUSUNAN RKT, sampai Pengesahan Dokumen RKT melalui Peraturan Daerah
(pada tahapan proses penyusunan RKT, maka Pemerintah
Pusat/Kementrian Terkait bersama Pemerintah Daerah adalah sebagai unsur teknis dalam penyusunan materi RKT)
PROSES PERSETUJUAN
PROSEDUR PENYUSUNAN
RENCANA KAWASAN TRANSMIGRASI (RKT)
PENGENDALIAN
RENCANA KAWASAN TRANSMIGRASI (RKT)
Ketentuan pengendalian pemanfaatan kawasan transmigrasi berfungsi :
a. Sebagai alat pengendali pengembangan kawasan transmigrasi;
b. Menjaga kesesuaian pemanfaatan kawasan dengan rencana kawasan transmigrasi;
c. menjamin agar pembangunan baru tidak mengganggu
pemanfaatan kawasan transmigrasi yang telah sesuai dengan rencana tata ruang baik RTRW Kabupaten maupun RTRW
Provinsi;
d. meminimalkan pengunaan lahan yang tidak sesuai dengan rencana kawasan transmigrasi;
e. mencegah dampak pembangunan yang merugikan; dan f. melindungi kepentingan umum
Pengendalian pemanfaatan kawasan transmigrasi
diselenggarakan melalui kegiatan pengawasan dan penertiban terhadap pemanfaatan kawasan transmigrasi.
Pengawasan diselenggarakan melalui kegiatan sebagai berikut : a) pelaporan yang menyangkut segala hal yang tentang
pemanfaatan kawasan transmigrasi;
b) pemantauan terhadap perubahan pemanfaatan kawasan transmigrasi; serta
c) evaluasi sebagai upaya menilai kemajuan kegiatan
pemanfaatan kawasan transmigrasi dalam mencapai tujuan rencana kawasan transmigrasi (RKT).
A. Pengawasan B. Pelaporan
C. Pemantauan D. Evaluasi
E. Penertiban
a. Pengawasan selama proses pembangunan (construction),
bertujuan untuk mencegah terjadinya kelambatan atau masa idle (non-performing) yang berdampak negatif.
b. Pengawasan pasca pembangunan, bertujuan untuk mencegah terjadinya penyimpangan kegiatan yang dilaksanakan terhadap perijinan yang telah diterbitkan.
a. Fungsi pelaporan adalah sebagai salah satu sumber informasi bagi pemerintah atau instansi yang berwenang dalam memantau dan mengevaluasi
pemanfaatan kawasan transmigrasi sebagaimana yang telah ditetapkan dalam rencana kawasan transmigrasi.
b. Pelaporan, Subyek pelaporan, Obyek pelaporan, Bentuk pelaporan dan Mekanisme pelaporan
c. Tahapan pelaporan terdiri dari tahap-tahap pelaporan yang harus dilakukan oleh pengguna kawasan transmigrasi maupun masyarakat selama proses pelaksanaan kegiatan pembangunan dilakukan.
d. Pelaporan oleh pengguna kawasan transmigrasi
e. Pelaporan oleh masyarakat umum dapat dilakukan kapan pun selama dalam pelaksanaan kegiatan pemanfaatan kawasan transmigrasi
Subyek yang memiliki kewajiban untuk melaporkan adalah pihak
pengguna kawasan transmigrasi, sedangkan subyek yang memiliki hak untuk melaporkan adalah masyarakat luas dengan perincian sebagai berikut:
a. pengguna kawasan transmigrasi : berupa laporan kegiatan
pembangunan yang akan digunakan untuk menilai sampai sejauh mana pelaksanaan pemanfaatan kawasan transmigrasi
direalisasikan sesuai dengan rencana kawasan transmigrasi yang berlaku;
b. masyarakat luas (pihak-pihak di luar pengguna baik yang berada maupun tidak berada di sekitar kawasan pemanfaatan kawasan transmigrasi) : berguna sebagai penyeimbang informasi sekaligus sebagai kontrol terhadap laporan yang dibuat oleh pengguna
kawasan transmigrasi.
Pemantauan adalah aktivitas yang bertujuan mengamati, mengikuti dan mendokumentasikan perubahan status/kondisi suatu kegiatan pemanfaatan kawasan transmigrasi suatu kawasan/obyek tertentu dalam periode waktu tertentu. Pemantauan merupakan kegiatan
rutin dari instansi terkait dan merupakan tindak lanjut adanya laporan dari masyarakat, pengguna ruang, atau instansi terkait perihal adanya dugaan pelanggaran pemanfaatan kawasan transmigrasi.
Evaluasi merupakan tindak lanjut dari kegiatan pelaporan dan
pemantauan. Evaluasi merupakan bagian dari tindakan pengawasan yang menghasilkan kesimpulan dan rekomendasi pemanfaatan
kawasan transmigrasi untuk ditindaklanjuti.
Penertiban merupakan tindakan yang harus dilakukan sesuai peraturan perundangan yang berlaku dan berdasarkan hasil rekomendasi pada tahap evaluasi.
Penertiban dilakukan karena hasil rekomendasi dalam tahap evaluasi menunjukkan bahwa telah terjadi terhadap Rencana Kawasan
Transmigrasi (RKT) yang berlaku.
Penertiban dilakukan melalui pemeriksaan (penyidikan) dan
penyelidikan atas pemanfaatan kawasan transmigrasi yang tidak sesuai dengan rencana kawasan transmigrasi yang berlaku.
Kelembagaan mencakup lembaga-lembaga yang memiliki wewenang dalam pengendalian pemanfaatan kawasan transmigrasi. Lembaga-lembaga yang dimaksud meliputi
instansi pemerintah dan institusi-institusi terkait lainnya yang berwenang dalam pengendalian pemanfaatan ruang.
Pengendalian pemanfaatan kawasan transmigrasi diselenggarakan oleh pemerintah dengan melibatkan masyarakat, yang
dilaksanakan secara terkoordinasi antara pemerintah dan
masyarakat. Peran serta masyarakat merupakan hal yang penting karena hasil kegiatan penataan kawasan transmigrasi adalah untuk kepentingan masyarakat, serta terselenggaranya pengendalian
pemanfaatan kawasan transmigrasi.