• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEDOMAN TEKNIS - Repositori Kementerian Pertanian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PEDOMAN TEKNIS - Repositori Kementerian Pertanian"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PEDOMAN TEKNIS

SEKOLAH LAPANGAN

PENGOLAHAN USN PEMASARAN HASIL PERIANIAN ESL PPHP)

DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN - KEMENTERIAN PERTANIAN

2010

(2)

PEDOMAN TEKNIS

SEKOLAH LAPANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN

(SL PPHP)

3 r' X63

J

DIREKTORAT MUTU DAN STANDARDISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN

PEMASARAN HASIL PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

2010

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya sehingga Pedoman Teknis Sekolah Lapang Pengolahan dan Pemasaran Hash l Pertanian (SL PPHP) telah selesai disusun.

Pedoman Teknis Sekolah Lapang PPHP meliputi Pendahuluan, Tujuan, Sasaran, Dasar Hukum, Pengertian, Pelatihan PL-I, Pelatihan PL-II, Pelatihan Pelaku Usaha Agribisnis dan/atau Agroindustri (PUA), Monitoring dan Bimbingan Lanjutan.

Kami menyadari bahwa pedoman ini masih belum sempurna, untuk itu saran yang membangun dani pembaca sangat diharapkan untuk penyempurnaannya di masa depan. Semoga pedoman ini dapat bermanfaat.

Jakarta, Januari 2010

Direktur Jenderal Pengolahan dan Pem.saran Hasil Pertanian

Prof. Dr. Ir. Zaenal Bachruddin, M.Sc NIP. 19520428 197803 1 001

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR TABEL vii

I PENDAHULUAN 1

II TUJUAN 3

III SASARAN 3

IV PENGERTIAN 4

V KONSEPSI SL PPHP 7

VI PELATIHAN PL-I 10

VII PELATIHAN PL II 16

VIII PELATIHAN PELAKU USAHA 22

AGRIBISNIS

IX MONITORING EVALUASI DAN 27

BIMBINGAN LANJUTAN

X PENUTUP 27

(5)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Pola Penyelenggaraan SI-PPHP 7 Gambar 2. Strategi Pelaksanaan SL- PPHP 8 Gambar 3. Strategi Keberlanjutan SL-PPHP 9 Gambar 4. Bagan Money dan Bimbingan 27

Lanjutan

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Pola Pelatihan PL - 1 10 Tabel 2. Pola Pelatihan PL — II 16 Tabel 3. Provinsi Penyelenggara dan Peserta 20

Pelatihan PL II

(7)

PEDOMAN TEKNIS

SEKOLAH LAPANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN (SL- PPHP)

I. PENDAHULUAN

Dalam era globalisasi, persaingan khususnya untuk komoditi pertanian tidak dapat dihindari lagi dalam menghadapi persaingan yang sangat ketat, apabila pengaruh era globalisasi tersebut tidak dapat diantisipasi, maka tidak mustahil akan berakibat pada menurunnya daya saing yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap nilai ekspor komoditi pertanian Indonesia yang dipasarkan ke negara- negara mitra bisnis. Dalam kondisi ini tantangan aspek mutu di sektor pertanian perlu diikuti dengan pemantapan penerapan sistem standardisasi dalam seluruh rangkaian kegiatan pertanian sesuai dengan dinamika pasar di tingkat internasional.

Tujuan yang akan dicapai oleh Departemen Pertanian adalah: (1) meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian petani dan kelembagaan pertanian, (2) meningkatkan pemanfaatan sumberdaya pertanian secara berkelanjutan, (3) memanfaatkan ketahanan pangan dan keamanan pangan, (4) meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk pertanian, (5) menumbuhkan usaha pertanian yang akan memacu aktivitas ekonomi perdesaan, (6) membangun sistem manajemen pembangunan pertanian yang berpihak kepada petani.

Sejalan dengan itu Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (Ditjen PPHP) mengemban salah satu tugas Departemen Pertanian yakni merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang pengolahan dan pemasaran hasil pertanian. Dalam pelaksanaan tugas ini Ditjen PPHP menyelenggarakan fungsi (1) meyiapkan perumusan kebijakan di bidang penanganan

1

(8)

pasta panen, pengolahan hasil pertanian, mutu dan standardisasi, pemasaran domestik dan pemasaran interasional, (2) melaksanakan kebijakan di bidang penanganan pasta panen, pengolahan hasil pertanian, mutu dan standardisasi, pemasaran domestik dan pemasaran intemasional, (3) penyusunan standar, norma, pedoman, kritena dan prosedur di bidang penanganan pasca panen, pengolahan hasil pertanian, mutu dan standardisasi, pemasaran domestik dan pemasaran intemasional, (4) pembenan bimbingan teknis dan evaluasi penanganan pasca panen, pengolahan hasil pertanian, mutu dan standardisasi, pemasaran domestik dan pemasaran intemasional, (5) pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal

Perkembangan agroindustn di perdesaan selama ini menghadapi permasalahan di lapangan seperti lemahnya kemampuan sumberdaya manusia untuk menggali, menganalisa dan memecahkan permasalahan serta mamanfaatkan peluang dan potensi yang ada dalam menjalankan usahatani berorientasi agnbisnis. Faktor penting yang sangat berperan dalam mendorong pengembangan agroindustn di perdesaan adalah kesiapan sumberdaya manusia pelaku usaha dan aparat pembina di lapangan.

Dalam upaya meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian, khususnya pada aspek pengolahan dan pemasaran hasil pertanian, dipandang perlu diselenggarakan kegiatan pelatihan bagi penyuluh, pendamping dan poktan/gapoktan melalui pola sekolah lapangan. Sekolah Lapangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (SL- PPHP) dikembangkan atas dasar pemikiran untuk memberdayakan pelaku usaha dalam bidang pengolahan dan pemasaran hasil pertanian yang akan mengubah sasaran dan sikap ketergantungan kearah kemandirian; dan i saling kerja perorangan (individu) kearah kerja dalam kelompok; dani pekerja terampil menjadi pekerja profesional.

Kegiatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan produktivitas usaha pengolahan hasil pertanian, peningkatan

(9)

nilai tambah yang diperoleh para pelaku usaha pengolahan serta diversifikasi olahan hasil pertanian yang berkualitas sesuai dengan permintaan pasar. Akhirnya dengan adanya kegiatan SL-PPHP seperti ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan pelaku usaha pengolahan hash l pertanian. Kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan tujuan dan sasaran yang diharapkan, maka dibutuhkan standar operasional pelaksanaan di lapangan. Untuk itu disusunlah "Pedoman Teknis Kegiatan Sekolah Lapangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (SL-PPHP)".

II. TUJUAN

Pedoman Teknis SL-PPHP bertujuan sebagai acuan dalam penyelenggaraan Sekolah Lapangan bagi PL-I, PL-II dan Pelaku Usaha Agribisnis dan/atau Agroindustri (PUA) agar lebih terpadu dan terkoordinasi dan i Tingkat Pusat sampai ke Daerah.

III. SASARAN

Terselenggaranya SL PPHP sesuai ketentuan sehingga terwujud :

1. Kelembagaan usaha gapoktan yang mandiri dan profesional

2. Manajemen usaha yang berjalan dengan baik 3. Terjadinya diversifikasi usaha PPHP

4. Menghasilkan produk aman dan bermutu 5. Mampu mengakses pasar

6. Terjalin kemitraan yang berkeadilan dan transparan 7. Mampu mengakses permodalan

3

(10)

IV. PENGERTIAN

A. Sekolah Lapangan adalah suatu model pelatihan yang dilaksanakan melalui kegiatan belajar sambil mengerjakan dan belajar untuk menemukan/

memecahkan masalah sendiri dengan berazas kemitraan antara pelatih dan peserta, secara bertahap dan berkesinambungan untuk mempercepat proses peningkatan kompetensi sasaran.

B. Sekolah Lapangan Pengolahan dan Pemasaran Hashl Pertanian yang selanjutnya disingkat dengan SL PPHP adalah sekolah lapangan yang berbasis kepada pasca panen, pengolahan dan pemasaran hash l pertanian.

C. Usaha tani adalah usaha di bidang pertanian, peternakan dan perkebunan

D. Pelaku Usaha Agribisnis dan/atau Agroindustri (PUA) adalah perorangan Warga Negara Indonesia, kelompok tani (poktan), gabungan kelompok tani (gapoktan) atau korporasi yang dibentuk menurut hukum Indonesia yang mengelola usaha pertanian.

E. Kelompok Tani adalah kumpulan petani/peternak/

pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.

F. Gapoktan adalah kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha.

G. Pelatihan berdasarkan kompetensi kerja adalah pelatihan yang kurikulumnya dirancang dengan mengukur / membandingkan kemampuan kerja patokan yang dibutuhkan oleh sasaran untuk melaksanakan tugas dengan kemampuan kerja nyata yang dimilikinya, sehingga pelaksanaan pelatihan dapat memenuhi

(11)

kebutuhan untuk meningkatkan kompetensi kerja yang diharapkan.

H. Siklus belajar berdasarkan pengalaman (Experiential Learning Cycle/ELC) adalah suatu model berlatih yang diarahkan pada siklus berlatih-melatih secara induktif, dimana kesimpulan dan teori diperoleh dan i pengalaman empiris peserta pelatihan itu sendiri, terdiri atas siklus pembelajaran berdasarkan pengalaman melalui tahapan mengalami (experiencing), mengolah hasil pengalaman (processing), menyimpulkan (generalizing), dan menerapkan (applying).

I. Identifikasi Masalah Lapangan (IML) adalah kegiatan untuk mengidentifikasi dan merumuskan masalah lapangan baik pada tingkat petani/pelaku usaha maupun pada tingkat petugas dengan tujuan untuk menemukan dan merumuskan masalah lapangan yang berkaitan dengan kompetensi kerja yang dibutuhkan oleh sasaran.

J. Analisa Kebutuhan Lapangan (AKL) adalah kegiatan menganalisa hasil kegiatan IML yang selanjutnya dipakai untuk menetapkan kebutuhan pelatihan baik materi, metoda maupun sarana pelatihan yang kemudian dituangkan dalam bentuk kurikulum pelatihan.

K. Pemandu Lapangan I (PL-I) adalah penyuluh/

widyaiswara / pejabat teknis / fungsional perekayasa/

pengembang teknologi yang telah mengikuti pelatihan SL-PPHP bagi PL-I dan bersertifikat yang bertugas sebagai fasilitator bagi PL-II.

L. Pemandu Lapangan II (PL-II) adalah penyuluh/ petugas teknis/fungsional yang telah mengikuti pelatihan SL- PPHP bagi PL-II dan bersertifikat yang bertugas sebagai fasilitator bagi PUA.

M. Rencana Tindak Lanjut (RTL) adalah rumusan rencana penerapan hasil pelatihan di lokasi tugas/kerjanya yang dituangkan dalam bentuk rencana kerja terprogram,

(12)

tahapan pelatihan, dalam pelaksanaannya perlu diinformasikan serta dikoordinasikan dengan instansi/pihak terkait.

N. Bimbingan berkelanjutan (Bimjut) adalah kegiatan pemberian bimbingan lebih lanjut kepada PL-I, PL-II dan PUA dalam melaksanakan tugas/pekerjaannya di lokasi masing-masing, sesuai dengan perkembangan teknologi.

O. Field Day adalah kegiatan memperagakan/ekspose hasil kerja kelompok, menyampaikan pengalaman selama mengikuti SL untuk menarik minat kelompok lain agar mau mengikuti proses yang sama, serta diperolehnya masukan dan i pihak terkait untuk perbaikan dan penyempurnaan program SL tersebut.

P. Temu Usaha adalah kegiatan pertemuan antara petani/pelaku usaha dengan pengusaha untuk membuat transaksi dalam pemasaran hasil.

Q. Temu Bisnis adalah kegiatan pertemuan antara petani / pelaku usaha dengan pelaku agribisnis yang bergerak dalam bidang pemasaran hasil/ penjamin pasar, permodalan / penyandang dana, sarana produksi dan teknologi/ penyedia sarana produksi dan teknologi.

R. Pemasyarakatan adalah penyebarluasan hasil-hasil pelatihan dan i purnawidya Pelatihan Bagi Petani/Pelaku Usaha kepada petani/pelaku usaha serta sasaran lain yang ada di lingkungannya. Penyebarluasan ini dilakukan oleh purnawidya tersebut dalam melaksanakan tugas/pekerjaannya

(13)

V. KONSEPSI SL PPHP

A. Penyelenggaraan SL- PPHP

Ditjen PPHP/Pusat melakukan persiapan dan perencanaan dengan melakukan identifikasi masalah lapang (IML) dan analisa kebutuhan lapang (AKL) serta melakukan pelatihan bagi PL-I, sedangkan dinas lingkup pertanian daerah menyelenggarakan Pelatihan untuk PL-II dan PUA. Bimbingan berkelanjutan dilaksanakan setelah pelaksanaan pelatihan PL-I, PL-II dan PUA sesuai dengan kebutuhan. Secara lengkap pada diagram berikut :

POLA PENYELENGGARAAH SL-PPHP

DIT7EN PPHP/PUSAT DINAS DAERAH

Persiapan dan Perencanaan

IML AKL

1 1 1

DIKLAT PL -I y

DIKLAT

PL -11 DIKLAT PU Pelaksanaan SL

BIM JUT

4 4

MONITORING EVALUAS

Keterangan :

IML : Identifikasi Masalah Lapangan AKL : Analisa Kebutuhan Latihan PL : Pemandu Lapangan PU : Petani Nelayan

BIMJUT : Bimbingan Berkelanjutan

Gambar 1. Pola Penyelenggaraan SL-PPHP 7

(14)

VI. PELATIHAN PL-I A. Tujuan

1. Meningkatkan kompetensi peserta pelatihan PL-I untuk menjadi fasilitator PL-ll

2. Menyusun bahan ajar SL bagi PL-II.

B. Keluaran

Tersedianya tim fasilitator bagi PL-II, yang mampu memandu PL-II dalam menggali, menganalisis kebutuhan dan permasalahan petani/pelaku usaha dalam kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian.

C. Pola Pelatihan

Pola pelatihan meliputi pembekalan, pendalaman dan pemantapan sebagaimana tabel 1 berikut m i.

Tabel 1. Pola pelatihan PL — I :

Uraian Pembekalan Pendalaman Pemantapan

Waktu 5 hari 5 hari 4 hari

Materi Kel. Dasar , Kel. Inti dan C2,

C3

b.1, b.3, b.4, b.6, b.7, b.8, b.9

c.1,

Seminar hashl Praktek Lapangan, Refleksi, Rencana Penerapan, Evaluasi

Tempat Kelas Lapangan Kelas

(15)

D. Peserta dan Narasumber/Facilitator 1. Peserta

Peserta Pelatihan adalah Penyuluh Pertanian/Petugas Dinas Tingkat Propinsi dengan persyaratan :

a. Pegawai Negeri Sipil dengan masa kerja minimal 10 tahun

b. Diutamakan yang pernah mengikuti pelatihan Sekolah Lapangan lainnya.

c. Bersedia menjadi fasilitator dan pemandu bagi pelatihan dan kegiatan PL-II selanjutnya.

d. Pendidikan minimal S1 2. Narasumber/Fasilitator

a. Pejabat fungsional dan struktural Lingkup Kementerian Pertanian

b. Para pakar dibidang agribisnis dan agroindustri sesuai kurikulum

c. Lembaga keuangan dan perbankan

d. Praktisi/pelaku usaha dibidang agribisnis dan agroindustriyang menguasai materi dan metode pelatihan serta mampu menilai hasil berlatih melatih.

E. Kurikulum 1. Materi

Kurikulum pelatihan PL-I disusun berdasarkan hasil IML / AKL dengan materi

a. Kelompok Dasar

a.1. Kebijakan Nasional Pengolahan dan Pemasaran Hashl Pertanian

a.2. Etika Moral dan Motivasi Berprestasi a.3. Konsepsi SL-PPHP

(16)

b. Kelompok Inti

b.1. Perencanaan, Permodalan dan Pembukuan Usaha b.2. Kelembagaan, Kemitrausahaan

b.3. Kewirausahaan

b.4. Pengolahan Hash l Pertanian b.5. Pemasaran Hasil Pertanian

b.6. Penerapan Jaminan Mutu berdasarkan GHP dan GMP b.7. Teknik Kepemanduan SL

b.8. Teknik Pemecahan Masalah c. Kelompok Penunjang c.1. Dinamika Kelompok

c.2. Menyusun Perencanaan Pelatihan bagi PL—II c.3. Dinamika Kelompok Belajar

c.4. Kapita Selekta 2. Metode

Metode yang digunakan dalam pelatihan PL—I menggunakan multi metode pelatihan dengan pendekatan belajar berdasarkan pengalaman (ELC).

3. Waktu

Waktu penyelenggaraan selama 14 hari dibagi menjadi 3 tahap kegiatan :

a. Pembekalan (5 hari ) b. Pendalaman (5 hari ) c. Pemantapan (4 hari )

(17)

4. Sarana dan Prasarana

Untuk mendukung kegiatan berlatih melatih diperlukan sarana dan prasarana antara lain:

a. Alat dan bahan berlatih / praktek b. Buku panduan pelatihan

c. Diktat / buku rujukan dan lain — lain 5. Lingkungan Berlatih

Agar tujuan berlatih dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka pelatihan PL—I dilaksanakan di Balai Pelatihan. Apabila tidak ada Balai Pelatihan Pertanian, maka dapat ditunjuk tempat lain yang menggambarkan situasi nyata yang sesuai dengan kebutuhan pelatihan.

F. Sertifikat

Peserta pelatihan PL—I yang telah selesai mengikuti pelatihan diberikan Sertifikat yang halaman depannya ditandatangani oleh Kepala Pusat Pengembangan Pelatihan Pertanian dan Direktur Mutu dan Standardisasi Ditjen PPHP.

G. Pelaksanaan

Pelatihan PL-I pada tahun 2010 dilaksanakan di 3 provinsi yaitu :

1. Wilayah Barat, di Provinsi Jambi

Pelatihan diselenggarakan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi di Balai Pelatihan wilayah setempat.

Peserta berasal dan i Provinsi Jambi, Riau, Sumbar, Sumut, NAD, Sumsel, Bengkulu, Lampung, Banten, Babel, Kepri masing—masing provinsi 3 orang terdiri atas : 1 orang bidang

13

(18)

TPH, 1 orang bidang perkebunan dan 1 orang bidang petemakan.

2. Wilayah Tengah, di Provinsi Jawa Barat

Pelatihan diselenggarakan oleh Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat di Balai Pelatihan wilayah setempat. Peserta berasal dan i Provinsi Jabar, DKI Jakarta, Jatim, Jateng, DIY, Kalteng, Kalbar, Kalsel, Kaltim, NTB, Bali masing—masing provinsi 3 orang terdiri atas : 1 orang bidang TPH, 1 orang bidang perkebunan dan 1 orang bidang petemakan.

3. Wilayah Timur, di Provinsi Sulawesi Selatan

Pelatihan diselenggarakan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sulawesi Selatan di Balai Pelatihan wilayah setempat, dengan peserta berasal dani Provinsi Sulsel, Sulut, Sulteng, Sultra, Sulbar, Papua, Papua Barat, Maluku Utara, Maluku, Gorontalo, NTT masing—masing provinsi 3 orang terdiri atas : 1 orang bidang TPH, 1 orang bidang perkebunan dan 1 orang bidang peternakan.

H. Pembiayaan

Biaya untuk pelaksanaan pelatihan PL—I ini dialokasikan melalui APBN TA 2010 pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi; Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat; serta Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sulawesi Selatan.

I. Evaluasi dan Pelaporan 1. Evaluasi

Untuk mengetahui keberhasilan penyelenggaraan pelatihan serta untuk mendapatkan masukan perbaikan pelatihan sejenis dimasa mendatang, perlu dilakukan :

(19)

a. Evaluasi fasilitator

b. Evaluasi penyelenggaraan pelatihan c. Evaluasi materi pelatihan

d. Evaluasi peserta

2. Pelaporan

Pelaporan kegiatan pelatihan PL—I dibuat oleh pelaksana pelatihan yang disampaikan kepada Direktur Jenderal PPHP, Badan Pengembangan SDM Pertanian dan Dinas Lingkup Pertanian tingkat Propinsi.

15

(20)

VII. PELATIHAN PL-II A. Tujuan

1. Meningkatkan kompetensi peserta pelatihan PL-II untuk menjadi fasilitator bagi pelaku agribisnis dan/atau agroindustri (PUA)

2. Menyusun petunjuk lapangan (PET LAP) Sekolah Lapangan bagi pelaku agribisnis dan/atau agroindustri (SL -PUA)

B. Keluaran

Tersedianya tim fasilitator yang mampu memandu PUA mengelola kegiatan agribisnis dan agroindustri.

C. Pola Pelatihan

Pola pelatihan meliputi pembekalan, pendalaman dan pemantapan sebagaimana tabel 2 berikut m i.

Tabel 2. Pola Pelatihan PL — II

Pembekalan Pendalaman Pemantapan

Waktu 5 hari 5 hari 4 hari

Materi Kel. Dasar, , Kel. Inti dan c.2,

c.3

b.1, b.3, b.4, b.6, b.7, b.8, b.9,

c.1,

Seminar hasil Praktek Lapangan, Refleksi, Rencana Penerapan, Evaluasi

Tempat Kelas Lapangan Kelas

(21)

D. Peserta dan Narasumber/Fasilitator 1. Peserta

Peserta Pelatihan adalah Penyuluh Pertanian Tingkat Kabupaten/Kota, dengan persyaratan:

a. Pegawai negeri sipil dengan masa kerja minimal 10 tahun b. Diutamakan yang pernah mengikuti pelatihan sekolah

lapangan lainnya.

c. Bersedia menjadi fasilitator dan pemandu bagi PUA.

d. Pendidikan minimal D3 2. Narasumber/Fasilitator a. Tim fasilitator PL-I

b. Para pakar dibidang agribisnis dan agroindustri sesuai kurikulum.

c. Lembaga keuangan dan perbankan

d. Praktisi/pelaku usaha dibidang agribisnis dan agroindustri.

yang menguasai materi dan metode pelatihan serta mampu menilai hasil berlatih melatih.

E. Kurikulum 1. Materi

Kurikulum Pelatihan PL-II disusun berdasarkan hasil IML / AKL terdiri dan :

a. Kelompok Dasar

a.1. Kebijakan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian a.2 Konsepsi SL PPHP

a.3. Etika Moral dan Motivasi Berprestasi

17

(22)

b. Kelompok Inti

b.1. Perencanaan, Permodalan dan Pembukuan Usaha b.2. Kelembagaan, Kemitrausahaan

b.3. Kewirausahaan

b.4. Pengolahan Hasil Pertanian b.5. Pemasaran Hasil Pertanian

b.6. Penerapan Jaminan Mutu berdasarkan GHP dan GMP b.7. Teknik Kepemanduan SL

b.8. Teknik Pemecahan Masalah

C. Kelompok Penunjang c.1. Dinamika Kelompok

c.2. Menyusun Perencanaan Pelatihan bagi PL—II c.3. Dinamika Kelompok Belajar

c.4. Kapita Selekta 2. Metode

Metode yang digunakan dalam pelatihan PL—I menggunakan multi metode pelatihan dengan pendekatan belajar berdasarkan pengalaman (ELC).

3. Waktu

Waktu penyelenggaraan selama 14 hari dibagi menjadi 3 tahap kegiatan :

a. Pembekalan (5 hari ) b. Pendalaman (5 hari ) c. Pemantapan (4 hari )

(23)

4. Sarana dan Prasarana

Untuk mendukung kegiatan berlatih melatih diperlukan sarana dan prasarana antara lain:

a. Alat dan bahan berlatih / praktek b. Buku panduan pelatihan

c. Diktat / buku rujukan dan lain — lain 5. Lingkungan Berlatih

Agar tujuan berlatih dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka pelatihan PL—I dilaksanakan di Balai Pelatihan. Apabila tidak ada Balai Pelatihan Pertanian, maka dapat ditunjuk tempat lain yang menggambarkan situasi nyata yang sesuai dengan kebutuhan pelatihan.

F. Sertifikat

Peserta pelatihan PL—I yang telah selesai mengikuti pelatihan diberikan Sertifikat yang halaman depannya ditandatangani oleh Kepala Pusat Pengembangan Pelatihan Pertanian dan Direktur Mutu dan Standardisasi Ditjen PPHP.

G. Pelaksanaan

Pelatihan PL-I pada tahun 2010 dilaksanakan di 3 provinsi yaitu :

1. Wilayah Barat, di Provinsi Jambi

Pelatihan diselenggarakan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi di Balai Pelatihan wilayah setempat.

Peserta berasal dan Provinsi Jambi, Riau, Sumbar, Sumut, NAD, Sumsel, Bengkulu, Lampung, Banten, Babel, Kepn masing—masing provinsi 3 orang terdiri atas : 1 orang bidang

(24)

penyelenggara dan alokasi peserta pelatihan PL II tertera pada tabel 3 berikut.

Tabel 3. Provinsi Penyelenggara dan peserta Pelatihan PL II No. Penyeienggara Provinsi Peser#a 1. Dinas Pertanian Sumatera

Utara

Sumut, NAD, Sumbar 2. Dinas Tanaman Pangan

Riau

Riau, Kepulauan Riau, Jambi 3. Dinas Tanaman Pangan

dan Hortikultura Sumsel

Sumsel, Bengkulu, Babel

4. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Lampung

Lampung, Banten, DKI

5. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jabar

Jabar, Kalsel, Kalbar 6. Dinas Pertanian Tanaman

Pangan dan Hortikultura Jateng

Jateng, DIY, Kalteng

7. Dinas Pertanian Jatim Jatim, Bali, NTB .8. Dinas Pertanian Tanaman

Pangan Kaltim

Kaltim, Sulbar, Sulteng

9. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sulsel

Sulsel, NTT, Papua Barat

10. Dinas Pertanian dan Peternakan Sulut

Sulut, Sultra, Gorontalo

11. Dinas Pertanian Maluku Maluku, Malut, Papua

(25)

H. Pembiayaan

Biaya untuk pelaksanaan pelatihan PL—II ini dialokasikan melalui APBN TA 2010.

I. Evaluasi dan Pelaporan 1. Evaluasi

Untuk mengetahui keberhasilan penyelenggaraan pelatihan serta untuk mendapatkan masukan perbaikan pelatihan sejenis dimasa mendatang, harus dilakukan :

a. Evaluasi fasilitator

b. Evaluasi penyelenggaran pelatihan c. Evaluasi materi pelatihan

d. Evaluasi peserta 2. Pelaporan

Pelaporan kegiatan pelatihan PL—II dibuat oleh pelaksana pelatihan yang disampaikan kepada Direktur Jenderal PPHP, Badan Pengembangan SDM Pertanian dan Dinas Lingkup Pertanian tingkat Kabupaten / Kota.

21

(26)

VIII. PELATIHAN PELAKU USAHA AGRIBISNIS A. Tujuan

Meningkatkan kemampuan pelaku usaha dalam mengelola agribisnis dan agroindustri.

B. Keluaran

Terwujudnya gapoktan yang mampu melakukan perencanaan dan pengelolaan usaha di bidang agribisnis dan /atau agroindustri

C. Pola Pelatihan

Pola pelatihan Pelaku Usaha Agribisnis dan/atau Agroindustri (PUA) adalah pola pendampingan berdasarkan hash identifikasi masalah lapang (IML) dan analisa kebutuhan latihan (AKL) pelaku usaha. Pertemuan dilakukan minimal 14 kali dengan jadwal disesuaikan kebutuhan dan kesepakatan antara PL-ll dan PUA. Sebelum pelaksanaan pendampingan diawali dengan penyusunan program yang disepakati bersama. Setiap pertemuan harus melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan rencana tindak lanjut sebelumnya dan diakhiri dengan penyusunan rencana tindak lanjut berikutnya.

Indikator keberhasilan :

1. Kelembagaan usaha gapoktan yang mandiri dan profesional

2. Manajemen usaha yang berjalan dengan baik 3. Terjadinya diversifikasi usaha PPHP

4. Menghasilkan produk aman dan bermutu 5. Mampu mengakses pasar

6. Terjalin kemitraan yang berkeadilan dan transparan 7. Mampu mengakses permodalan

(27)

D. Peserta dan Fasilitator 1. Peserta

a. Poktan/gapoktan dengan prioritas kriteria :

telah melaksanakan SL lainnya

telah menerima bantuan peralatan pengolahan hasil pertanian dan bantuan lainnya

terletak di kabupaten yang mendapat alokasi calon PL II (lihat hal 19 butir G)

b. Dapat berasal dan i pengurus dan atau anggota poktan/gapoktan dimaksud pada butir (a.) di atas

c. Sehat jasmani dan rohani d. Bisa membaca dan menulis

e. Peserta pelatihan disesuaikan antara bidang tugas dalam kelompok dengan materi yang akan disampaikan

f. Bersedia menyebarluaskan hasil pendampingan kepada poktan/gapoktan lainnya

2. Fasilitator

a. Penyuluh pertanian yang telah mengikuti Pelatihan PL—II.

b. Pakar dan atau praktisi bidang agribisnis dan atau agroindustri

E. Kurikulum 1. Materi

Materi pendampingan secara umum sebagai berikut : a. Kelompok Dasar

a.1. Kebijakan Pengolahan dan Pemasaran Hash l Pertanian a.2. Etika Moral dan Motivasi Berprestasi

23

(28)

b. Kelompok Inti

b.1. Pemasaran Hasil Pertanian b.2. Perencanaan Usaha b.3. Permodalan Usaha b.4. Kelembagaan Usaha b.5. Kewirausahaan b.6. Kemitraan Usaha b.7. Pasca Panen b.8. Pengolahan Hashl

b.9. Penerapan Jaminan Mutu berdasarkan GHP b.10. Penerapan Jaminan Mutu berdasarkan GMP b.11. Pembukuan Usaha

b.12. Teknik Pemecahan Masalah c. Kelompok Penunjang c.1. Dinamika Kelompok Belajar c.2. Kapita Selekta

2. Metode

Metode pembelajaran yang digunakan berdasarkan pendekatan pengalaman (ELC).

3. Lokasi

Pertemuan dilaksanakan di lokasi pelaku usaha atau di lokasi pelaku usaha yang berhasil.

(29)

4. Sarana dan Prasarana

Untuk mendukung kegiatan berlatih melatih diperlukan sara dan Prasarana antara lain:

a. Alat dan bahan berlatih / praktek b. Buku panduan pelatihan

c. Buku petunjuk lapangan (PET LAP) d. Diktat / buku rujukan dan lain — lain

F. Sertifikat

Poktan/gapoktan yang telah mengikuti SL PPHP diberik sertifikat yang ditandatangani oleh kepala instansi ya berwenang.

G. Pelaksanaan

Koordinasi pelaksanaan SL PPHP PUA dilakukan oleh din lingkup pertanian provinsi dan kabupaten/kota yang ditunjuk.

H. Pembiayaan

Biaya untuk pelaksanaan pelatihan PUA ini dialokasik melalui APBN TA 2010 pada dinas lingkup pertanian di provinsi.

(30)

I. Evaluasi Dan Pelaporan 1. Evaluasi

Untuk mengetahui keberhasilan penyelenggaraan pelatih serta untuk mendapatkan masukan perbaikan pelatih sejenis dimasa mendatang, harus dilakukan :

a. Evaluasi fasilitator

b. Evaluasi penyelenggaran pendampingan c. Evaluasi materi pelatihan

d. Evaluasi peserta pendampingan 2. Pelaporan

Pelaporan kegiatan pelatihan PUA dibuat oleh pelaksa pelatihan yang disampaikan kepada Direktur Jenderal PPF dan Badan Pengembangan SDM Pertanian.

(31)

IX. MONITORING EVALUASI DAN BIMBINGAN LANJUTAN

Untuk mengetahui efektifitas kegiatan SL - MUTU, perlu dilaksanakan kegiatan monitoring, evaluasi dan bimbingan lanjutan terhadap kegiatan pelatihan SL bagi PL - I, PL — II dan PUA. Money dilakukan oleh penyelenggara pelatihan tingkat Pusat dan Daerah sedangkan untuk kegiatan bimbingan lanjutan dilakukan oleh tenaga Fungsional dan purnawidya SL PL — I dan SL PL - II.

PROVINSI KAB/KEC DES A

SL PPHP PL -I

SL PPHP PL -II

MONEV DAN BINJUT

SL PPHP PUA

MONEY DAN BINJUT

PEMASYARA- KATAN

MONEV DAN BINJUT

Gambar 4. Bagan Money dan Bimbingan Lanjutan X. PENUTUP

Demikian pedoman teknis ini dibuat, agar dapat dijadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan pelatihan SL PPHP bagi PL — I, PL — II dan PUA. Hal — hal lain yang belum tercantum dalam pedoman teknis ini, akan dibuat dalam Panduan Pelaksanaan Pelatihan.

27

(32)

Direktorat Pemasaran Domestik

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hash l Pertanian Kementerian Pertanian

JI. Harsono R.M. No. 3 jakarta 12550

Gambar

Gambar 1. Pola Penyelenggaraan SL-PPHP  7
Tabel 1.  Pola pelatihan PL — I :
Tabel 2. Pola Pelatihan PL —  II
Tabel 3. Provinsi Penyelenggara dan peserta Pelatihan PL II  No.  Penyeienggara  Provinsi Peser#a  1
+2

Referensi

Dokumen terkait

1) Seksi Sarana dan Prasarana Usaha Pertanian;.. 3) Seksi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. Bidang Perikanan, terdiri dari :h. 1) Seksi Bina

(2) Seksi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian mempunyai tugas membantu Kepala Bidang melaksanakan pembinaan teknis, pengendalian, pemantauan, evaluasi

Pedoman Teknis Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan tahun 2016 disusun dalam rangka memberikan acuan terhadap pelaksanaan kegiatan di daerah yang

Sistem jaminan mutu dan keamanan pangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) pada budidaya, pasca panen dan pengolahan pangan hasil pertanian

Dalam rangka pelaksanaan UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik UU KIP, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian menerbitkan Pedoman Pengelolaan

Kata Pengantar Pedoman Pelaksanaan pemberian penghargaan Pengembangan Agribisnis Pangan dari aspek Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian dalam rangka peningkatan ketahanan pangan

Pedaman Uinum Pelayanan Infonnasi Pasar Direktorat Pemasaran Domestik, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, media r dterbitkan dengan tujuan dapat memberikan infommasi yang

Kegiatan budidaya di unit SL-PTT dilaksanakan oleh petani pemilik dengan menerapkan teknologi PTT dan pendampingan sehari-hari dilakukan oleh Pemandu lapangan PL III yang terdiri dari :