• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelajar pengguna NARKOBA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pelajar pengguna NARKOBA "

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA, FASILITAS PENDIDIKAN, INTERNET DAN SELF ESTEEM TERHADAP KENAKALAN REMAJA

DI SMP NEGERI 29 PADANG

Nurmawasih siringoringo, Yolamalinda, Meri Rahmania Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat

[email protected]

ABSTRACT

This study aims to analyze the influence of family environment, educational facilities, internet, and self esteem against juvenile delinquency in SMPN 29 Padang.

The results showed that: (1) family environment has significant effect on juvenile delinquency. Where indicated by coefficient value of 0,096. The coefficient value is significant because the value of tcount 2.165> ttable of 1.97190. (2) educational facilities have a significant effect on juvenile delinquency. Where indicated by the coefficient value of 0.255. The value of this coefficient is significant because the tcount value of 2.524> ttable is 1.97190. (3) internet significant effect on juvenile delinquency. Where indicated by the coefficient value of 0.156. The value of this coefficient is significant because the tcount 2.705> ttable of 1.97190. (4) self esteem has a significant effect on juvenile delinquency. Where indicated by the coefficient value of 0.108. The coefficient value is significant because the value of t count 9,354> ttabel equal to 1,97190. This means Ha is accepted and H0 is rejected.

Keywords: Family Environment, Educational Facilities, Internet And Self Esteem, Juvenile Delinquency

PENDAHULUAN

Masa remaja adalah masa akan beralihnya ketergantungan hidup kepada orang lain. Dia mulai menentukan jalan hidupnya.Selama menjalani pembentukan kematangan dalam sikap, berbagai perubahan kejiwaan terjadi, bahkan mungkin kegoncangan.Kondisi semacam ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan di

mana dia tinggal.Lingkungan yang pertama dan utama bagi tumbuh dan berkembangnya anak adalah pada keluarga. Pada sisi lain remaja seringkali tidak mempunyai tempat mengadu untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, sehingga sebagai pelarian remaja seringkali terjerumus kedalam hal-hal yang melanggar norma-norma.

(2)

Pada akhir-akhir ini bentuk kenakalan remaja di Indonesia cenderung meluas, beragam dan fenomena kenakalan tersebut banyak dibicarakan dan didiskusikan oleh para ilmuan, para pakar hukum, ulama dan mereka mencoba mengupas tuntas permasalahan yang terjadi dan

berusaha mencari pemecahannya.

Salah satu kenakalan yang dilakukan oleh remaja adalah menggunakan narkoba atau pun obat-obat terlarang.

Tingginya tingkat penggunaan narkoba dikalangan pelajar dapat kita lihat dari grafik berikut:

Sumber: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2013) Gambar I : Grafik Pengguna Narkoba

Berdasarkan pada grafik diatas menunjukkan bahwa menurut data Kemenkes (2013) di Indonesia banyak siswa yang menggunakan narkoba di usia yang masih sangat muda dan tidak layak untuk di konsumsi, adapun data yang diperoleh dari tahun 2008 sampai dengan 2012. Tahun 2008 jumlah siswa yang menggunakan narkoba sebanyak 654 kasus dan mengalami

penurunan pada tahun 2009 menjadi 635 kasus narkoba. Penurunan kasus narkoba berlanjut sampai ke tahun 2010 menjadi 531 kasus dan mengalami peningkatan di tahun 2011 menjadi 605 kasus. Kemudian terjadi peningkatan secara signifikan di tahun 2012 dari 605 kasus menjadi 695 kasus pelajar yang menggunakan narkoba.

Selain kenakalan remaja yang berupa narkoba, remaja disekolah juga banyak yang melakukan bullying.

0 200 400 600 800

Thn 2008 Thn 2009 Thn 2010 Thn 2011 Thn 2012

Pelajar pengguna NARKOBA

Pelajar pengguna NARKOBA 654

531

635 605 695

(3)

Remaja cenderung melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan seusia mereka dan melakukan hal yang membuat masyarakat resah akan kelakuan mereka yang bertindak seperti orang dewasa. Tidak hanya dikalangan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang mengalami perubahan diri mereka tetapi kenalan remaja juga sudah masuk dikalangan Sekolah

Menengah Pertama (SMP). Baik buruknya kelakukan remaja akan berakibat terhadap nilai siswa. Artinya bila siswa memiliki sifat kenakalan yang tinggi, maka nilai siswa juga akan menurun. Tetapi jika tingkat kenakalan yang rendah, maka nilai siswa juga akan meningkat. Hal ini dapat dilihat berdasarkan tabel di bawah ini:

Tabel 1. Data Perbandingan Peringkat Ujian Nasional Tingkat SMP Sekecamatan Nanggalo TP 2014/2015 dan 2015/2016

No Nama Sekolah

2014/2015 2015/2016

Rangking Jumlah Nilai

Rangking Jumlah Nilai

1 SMP 12 N 1 337.36 1 204.43

2 SMP 22 N 2 313.10 2 279.64

3 SMP 29 N 3 290.88 3 239.75

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Padang Berdasarkan dari tabel diatas menunjukkan bahwa nilai UN SMP Negeri 29 Padang pada tahun 2014/2015 berada di peringkat 3 dari 3 sekolah yang berada di satu kecamatan Nanggalo dengan total nilai UN sebesar 290.88, kemudian pada tahun 2015/2016 nilai UN SMP Negeri 29 Padang berada di peringkat 3 dari 3 sekolah yang berada di satu kecamatan Nanggalo dengan total nilai UN sebesar 239.75 dari 4 mata pelajaran.

Dari tahun 2014/2015 ke tahun 2015/2016 nilai UN siswa SMP Negeri 29 padang mengalami penurunan.

Adapun alasan mengapa peneliti memilih tempat penelitian di SMP Negeri 29 Padang adalah karena peneliti telah membatasi tempat penelitian hanya dalam satu kecamatan yaitu kecamatan Nanggalo.Di kecamatan Nanggalo hanya terdapat 3 sekolah yakni SMPN 12 Padang, SMPN 22 Padang dan SMPN 29

(4)

Padang.Dari 3 SMP Negeri yang berada di kecamatan Nanggalo, SMP Negeri 29 selalu berada di tingkat terendah.

Kenakalan yang terjadi dikota padang termasuk dalam kategori

tinggi, dimana banyak kasus remaja yang menyimpang dari aturan yang berlaku. Adapun kenakalan remaja yang berhasil tertangkap oleh Satpol PP di kota padang adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Data Kenakalan Remaja di Kota Padang Pada Bulan January s/d Desember 2016

Bulan Jumlah Kasus

January 83 Kasus

February 83 Kasus

Maret 106 Kasus

April 12 Kasus

Mei 45 Kasus

Juni 36 Kasus

Juli 10 Kasus

Agustus 28 Kasus

September 12 Kasus

Oktober 16 Kasus

November -

Desember -

Total 431 Kasus

Sumber: Kantor Satuan Polisi Pamong Praja (SATPOL PP) Berdasarkan pada tabel diatas,

tingkat kenakalan remaja yang berhasil di tangkap oleh satpol pp kota padang sebanyak 431 kasus. Kenakalan yang dilakukan oleh remaja bukan hanya di kota saja, kenakalan remaja juga banyak terjadi di dalam sekolah.

Adapun kenakalan yang dilakukan oleh siswa-siswa SMPN 29 Padang, diantaranya adalah cabut sekolah atau cabut pada saat jam pelajaran

berlangsung, bolos, merokok, berkelahi dan lain-lain.

A. Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja atau Juvenile Delinquency ialah perilaku jahat (dursila), atau kejahatan/kenakalan anak-anak muda; merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu mengembangkan

(5)

bentuk tingkah-laku yang menyimpang (Kartono, 2014:6) Anak-anak muda yang delinkuen atau nakal itu disebut pula sebagai anak cacat secara sosial.

Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada ditengah masyarakat.Juvenile berasal dari dari bahasa latinJuvenilis, artinya: anak-anak, anak muda, ciri karakteristik pada masa muda, sifat- sifat khas pada periode remaja.

Delinquency berasal dari kata latin“deliquere” yang berarti:

terabaikan, mengabaikan; yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, a-sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat rebut, pengacau, penteror, tidak dapat diperbaiki lagi, durjana, dursila, dan lain-lain.Menurut Hariyadi (2003: 159) beberapa indikator dari kenakalan remaja yaitu : 1. Terlihat adanya perbuatan atau

tingkah laku yang bersifat pelanggaran hukum yang berlaku dan pelanggaran nilai-nilai moral.

2. Kenakalan tersebut mempunyai tujuan yang a-sosial yakni dengan perbuatan atau tingkah laku tersebut

ia bertentangan dengan nilai atau norma sosial yang ada dilingkungan hidupnya.

3. Kenakalan remaja merupakan kenakalan yang dilakukan oleh mereka yang berumur 13-17 tahun dan belum menikah.

4. Kenakalan remaja dapat dilakukan oleh seorang remaja saja, dan dapat juga dilakukan bersama-sama suatu kelompok remaja.

B. Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memberikan fondasi primer bagi perkembangan anak.Sedang lingkungan sekitar dan sekolah ikut memberikan nuansa pada perkembangan anak. Karena itu baik buruknya struktur keluarga dan masyarakat sekitar memberikan pengaruh baik atau buruknya pertumbuhan kepribadian anak (Kartono, 2014:57). Adapun indikator lingkungan keluarga yang dalam penelitian ini adalah (Slameto, 2010:60-63):

1. Cara orangtua mendidik 2. Relasi antara anggota keluarga

(6)

3. Suasana rumah

4. Keadaan ekonomi keluarga 5. Pengertian/perhatian orangtua 6. Latar belakang kebudayaan C. Fasilitas Pendidikan

Sekolah merupakan tempat pendidikan kedua setelah rumah tangga. Karena ia cukup berperanan dalam membina anak untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab (Willis, 2005:113). Menurut Sanjaya, (2008: 55) indikator fasilitas belajar menjadi 2 yaitu:

1. Sarana

Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran, meliputi:

a. Media pembelajaran seperti komputer, infokus, gambar atau mapping, buku referensi dan perpustakaan.

b. Alat-alat pengajaran seperti papan tulis, buku pengajaran dan alat peraga.

c. Perlengkapan sekolah seperti meja, kursi, lemari dan alat praktek.

2. Prasarana

Prasarana merupakan segala sesuatu yang tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran misalnya:

a) Jalan menuju sekolah

b) Ruang kelas, labotorium dan perpustakaan

c) Penerapan sekolah D. Internet

Internet adalah sebuah jaringan komputer yang menghubungkan jutaan jaringan-jaringan kecil diseluruh dunia, pengguna bisa mengakses informasi apapun tanpa memandang tipe komputer yang mereka miliki.

Karena protocol standar yang memungkinkan semua komputer berkomunikasi satu sama lain (Mudlofir, 2016:168).

(Setiawan, 2009: 428) memaparkan bahwa aktivitas-aktivitas internet dibagi dalam empat kelompok kepentingan pengguna internet, yakni:

1. E-mail melalui internet dapat mengirim maupun menerima surat elektronik ke seluruh dunia.

(7)

2. Aktivitas kesenangan (fun activities), yaitu aktivitas yang sifatnya browsing untuk kesenangan atau hiburan, seperti chatting, bermain situs-situs pornografi, blogging, dan membaca komik online.

3. Kepentingan informasi (information utility) yaitu aktivitas internet untuk mencari informasi yang berskala nasional maupun internasional.

Bahkan situs Koran atau majalah tertentu juga menyediakan berita- berita terkini yang akan dikirim melalui e-mail apabila kita mendaftar untuk ikut menerima berita tersebut.

4. Transaksi (transaction) yaitu aktvitas transaksi (jual beli) melalui internet, seperti membeli sesuatu, memesan tiket perjalanan, atau online banking.

E. Self Esteem

Self esteem merupakan sesuatu yang sangat penting dan berpengaruh pada proses berpikir, emosi, keinginan, nilai-nilai, dan tujuan kita (Rahman, 2013: 64). Wells dan Marwell (dalam

Mruk, 2006) menyebutkan 4 tipe pengertian self esteem:

1. Self esteem dipandang sebagai sikap. Yang melibatkan reaksi kognitif, emosi, dan perilaku, baik positif maupun negatif.

2. Self esteem dipandang sebagai perbandingan antara ideal self dan real self.

3. Self esteem dianggap sebagai respons psikologis seseorang terhadap dirinya sendiri, lebih dari sekedar sikap.

4. Self esteem dipahami sebagai komponen dari kepribadian atau self system seseorang.

Menurut Santrock (2003:338) indikator perilaku positif dari rasa percaya diri atau harga diri (self esteem) adalah:

1. Mengarahkan atau memerintah orang lain

2. Menggunakan kualitas suara yang disesuaikan dengan situasi

3. Mengekspresikan pendapat

4. Duduk dengan orang lain dalam aktivitas sosial

(8)

5. Bekerja secara koperatif dalam kelompok

6. Memandang lawan bicara ketika mengajak atau diajak bicara

7. Menjaga kontak mata yang ramah dengan orang lain

8. Memulai kontak mata yang ramah dengan orang lain

9. Menjaga jarak yang sesuai antara diri sendiri dengan orang lain 10. Berbicara dengan lancar, hanya

mengalami sedikit gangguan.

Sejalan dengan itu menurut Santrock (2003: 338) indikator perilaku negative dari rasa percaya diri atau harga diri (self esteem) adalah sebagai berikut:

1. Merendahkan orang lain dengan cara menganggu, memberi nama panggilan dan menggosip.

2. Menggerakkan tubuh secara dramatis atau tidak sesuai konteks.

3. Melakukan sentuhan yang tidak sesuai atau menghindari kontak fisik.

4. Memberikan alasan ketika gagal melakukan sesuatu

5. Melihat sekeliling untuk memonitor orang lain.

6. Membual secara berlebihan tentang prestasi, keterampilan, penampilan fisik.

7. Merendahkan diri sendiri secara verbal, depresiasi diri

8. Berbicara terlalu keras, tiba-tiba, atau dengan nada suara yang dogmatis.

9. Tidak mengekspresi pandangan atau pendapat terutama ketika ditanya.

10. Memposisikan diri secara submitif.

METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono, (2012:80) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dan dalam penelitian ini yang akan menjadi populasi adalah siswa-siswi yang berada pada sekolah SMPN 29 Padang tersebut.

Sampel menurut (Arikunto, 2014: 174) adalah “sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.”

Teknik pengambilan sampel dalam

(9)

penelitian ini adalah simple random sampling atau sampel acak. Menurut Sugiyono (2011:120) dikatakan simple (sederhana) karena dalam pengambilan

anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata dalam populasi itu.

Tabel 3. Hasil Analisa Uji Reliabilitas No Variabel Cronbach’s

alpha

Niai Kritis

Jumlah Pernyataan

Keterangan

1 Kenakalan Remaja (Y)

0,760 0,70 17 Reliable

2 Lingkungan Keluarga (X1)

0,862 0,70 6 Reliable

3 Fasilitas Pendidikan (X2)

0,818 0,70 12 Reliable

4 Internet (X3) 0,859 0,70 53 Reliable

5 Self Esteem (Harga Diri) (X4)

0,914 0,70 12 Reliable

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan TCR dari masing- masing variabel bahwa rata-rata variabelkenakalan remaja adalah sebesar 3,57 dengan tingkat capaian responden (TCR) sebesar 71,46%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kenakalan remaja berada pada kategori baik, rata-rata variabel lingkungan keluarga adalah sebesar 3,90 dengan tingkat capaian responden (TCR) sebesar 77,99%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel lingkungan keluarga berada pada kategori baik, untuk variabel fasilitas pendidikan adalah

sebesar 3,90 dengan tingkat capaian responden (TCR) sebesar 78,09%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel fasilitas pendidikan berada pada kategori baik, dan rata rata-rata variabel internet adalah sebesar 3,88 dengan Tingkat Capaian Responden (TCR) sebesar 77,53%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel internet berada pada kategori baik, dan untuk rata-rata variabel self esteem adalah sebesar 4,10 dengan tingkat capaian responden (TCR) sebesar 81,95%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel self esteem berada pada kategori sangat baik.

(10)

Analisis Regresi Linear Berganda Menurut (Arikunto, 2006:295) regresi berganda adalah suatu perluasan dari teknik regresi apabila terdapat lebih dari satu variabel bebas

untuk mengadakan prediksi terhadap variabel terikat. Adapun hasil uji regresi linear berganda dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 16.0 adalah sebagai berikut : Tabel 4. Hasil Uji Regresi Linear Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 67.468 1.821 37.047 .000

Lingkungan

Keluarga -.096 .044 -.128 -2.165 .031

Fasilitas

Pendidikan -.255 .101 -.155 -2.524 .012

Internet -.156 .058 -.182 -2.705 .007

Self Esteem -.108 .012 -.481 -9.354 .000

a. Dependent Variable: Kenakalan Remaja Sumber: Olahan Data Prime (penelitian), Agustus 2017

Model persamaan regresi linear berganda yang dapat dituliskan dari hasil tersebut adalah sebagai berikut:

Y= a + bı Xı + b2 X2 + b3 X3 +b4X4

Y= 67,468 -0,096X1 - 0,255X2 - 0,156X3. - 0,108X4

Dari model persamaan regresi linear berganda di atas dapat diketahui bahwa:

1) Nilai konstanta sebesar 67,468 berarti tanpa adanya pengaruh dari

variabel bebas maka nilai variabel terikat nilainya hanya sebesar - 67,468. (Lingkungan Keluarga, Fasilitas Pendidikan, Internet dan Self Esteem). Maka besarnya nilai kenakalan remaja adalah sebesar konstanta yaitu -67.468.

2) Koefisien

regresivariabellingkungan keluarga (X1) bertanda negatif sebesar 0,096. Dengan demikian dapat dimaknai ketika diasumsikan

(11)

terjadi peningkatanlingkungan keluarga sebesar satu satuan, akan menurunkan kenakalan remaja sebesar 0,096 satuan dengan asumsi faktor lain selain lingkungan keluarga dianggap tetap atau konstan atau sebaliknya.

3) Koefisien regresi variabel fasilitas pendidikan (X2) bertanda negatif sebesar 0,255. Dengan demikian dapat dimaknai ketika diasumsikan terjadi peningkatanfasilitas pendidikan sebesar satu satuan, akan menurunkan kenakalan remaja sebesar 0,255 satuan dengan asumsi faktor lain selain fasilitas pendidikan dianggap tetap atau konstan atau sebaliknya.

4) Koefisien regresi variabel internet (X3) bertanda negatif sebesar 0,156. Dengan demikian dapat dimaknai ketika diasumsikan terjadi peningkataninternet sebesar satu satuan, akan menurunkan kenakalan remaja sebesar 0,156 satuan dengan asumsi faktor lain selain internet dianggap tetap atau konstan atau sebaliknya.

5) Koefisien regresi variabel self esteem (X4) bertanda positif sebesar 0,108. Dengan demikian dapat dimaknai ketika diasumsikan terjadi peningkatan self esteem sebesar satu satuan, akan menurunkan kenakalan remaja sebesar 0,108 satuan dengan asumsi faktor lain selain self esteem dianggap tetap atau konstan atau sebaliknya.

Koefisien Determinasi

Berdasarkan hasil pengujian koefisien determinasi (R2) diperoleh nilai R2sebesar 0,652 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lingkungan keluarga, fasilitas pendidikan, internet dan self esteem mampu memberikan variasi kontribusi untuk mempengaruhi kenakalan remaja sebesar 0,652 atau 65,2%. Sedangkan sisanya 34,8% lagi dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan pada model penelitian ini.

Hasil Uji Hipotesis

pengaruh masing-masing variabel bebas yang mempengaruhi kenakalan remaja adalah:

(12)

1) Hipotesis 1, terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara lingkungan keluarga (X1) terhadap kenakalan remaja (Y).

Koefisien regresi variabel lingkungan keluarga (X1) sebesar 0,096 satuan, diperoleh nilai thitung

sebesar 2,165> ttabel sebesar 1,65251 dengan nilai signifikan 0,031 < = 0,05, berarti Ha diterima dan H0

ditolak dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh negatif dan signifikan secara parsial antara lingkungan keluarga terhadap kenakalan remaja. Hal ini berarti semakin baik lingkungan keluarga maka akan semakin menurun kenakalan remaja.

2) Hipotesis 2, terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara fasilitas pendidikan (X2) terhadap kenakalan remaja (Y).

Koefisien regresi variabel fasilitas pendidikan (X2) sebesar 0,255 satuan, diperoleh nilai thitung sebesar 2,524> ttabel sebesar 1,65251 dengan nilai signifikan 0,012 < = 0,05, berarti Ha diterima dan H0 ditolak

dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh negatif dan signifikan secara parsial antara fasilitas pendidikan terhadap kenakalan remaja. Hal ini berarti semakin baik fasilitas pendidikan maka akan semakin menurun kenakalan remaja.

3) Hipotesis 3, terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara Internet (X3) terhadap kenakalan remaja (Y).

Koefisien regresi variabel internet (X3) sebesar 0,156 satuan, diperoleh nilai thitung sebesar 2,705>

ttabel sebesar 1,65251 dengan nilai signifikan 0,007 < = 0,05, berarti Ha

diterima dan H0ditolak dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh negatif dan signifikan secara parsial antara internet terhadap kenakalan remaja.

Hal ini berarti semakin baik penggunaan internet maka akan semakin menurun kenakalan remaja.

4) Hipotesis 4, terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara self

(13)

esteem (X4) terhadap kenakalan remaja (Y).

Koefisien regresi variabel self esteem (X4) sebesar 0,108 satuan, diperoleh nilai thitung sebesar 9,354>

ttabel sebesar 1,65251 dengan nilai signifikan 0,000 < = 0,05, berarti Ha

diterima dan H0 ditolak dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh negatif dan signifikan secara parsial antara self esteem terhadap kenakalan remaja.

Hal ini berarti semakin baik self esteem maka akan semakin menurun kenakalan remaja.

KESIMPULAN

Berdasarkan kepada

permasalahan dan pertanyaan penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

Kemampuan lingkungan keluarga berpengaruh signifikan terhadap kenakalan remaja di SMP N 29 Padang. Dimana ditunjukkan oleh nilai koefisien sebesar 0,096 Nilai koefisien ini signifikan karena nilai thitung 2,165 > ttabel sebesar 1,97190.

Artinya apabila lingkungan keluarga meningkat sebesar 1%, maka kenakalan remaja akan menurun 0,096 dalam setiap satuannya.

Fasilias pendidikan berpengaruh signifikan terhadap kenakalan remaja di SMP N 29 Padang. Dimana ditunjukkan oleh nilai koefisien sebesar 0,255 Nilai koefisien ini signifikan karena nilai thitung 2,524 >

ttabel 1,97190. Artinya, apabila fasilitas pendidikan meningkat sebesar 1%, maka kenakalan remaja akan menurun sebesar 0,255 dalam setiap satuannya.

Internet berpengaruh signifikan terhadap terhadap kenakalan remaja di SMP N 29 Padang. Dimana ditunjukkan oleh nilai koefisien sebesar 0,156. Nilai koefisien ini signifikan karena nilai thitung 2,705 >

ttabel 1,97190. Artinya, apabila internet meningkat sebesar 1%, maka kenakalan remaja akan menurun sebesar 0,156 dalam setiap satuannya.

Self esteem berpengaruh signifikan terhadap kenakalan remaja di SMP N 29 Padang. Dimana ditunjukkan oleh nilai koefisien

(14)

sebesar 0,108. Nilai koefisien ini signifikan karena nilai thitung 9,354 >

ttabel 1,97190. Artinya, apabila Self

esteemmeningkat sebesar 1%, maka kenakalan remaja akan menurun sebesar 0,156 dalam setiap satuannya.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

PT Rineka Cipta.

Hariyadi Sugeng. (2003). Psikologi Perkembangan. Semarang: UPT MLDK Unnes.

Irawan. (2000). Logika dan Prosedur Penelitian. Jakarta: STIA-LAN.

Kartono Kartini. (2014). Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.

Mudlofir Ali. (2016). Desain Pembelajaran Inovatif. Jakarta:

Rajawali Pers.

Rahman A Abdul. (2013). Psikologi Sosial. Jakarta: Rajawali Pers.

Sanjaya. (2008). Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana.

Setiawan. (2009). Internet Untuk Anak:

Panduan Wajib Bagi Orangtua.

Pengaruh Internet Terhadap Kenakalan Anak.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor- Faktor Yang Mempengaruhinya.

Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuatitatif Kualitatif R&D. Bandung:

Alfabeta.

Willis, S. S. (2005). Remaja dan

Masalahnya. Bandung:

ALFABETA.

Nurtia, W. (2017). Journal of Economic and Economic Education Vol . 5 No . 2 ( 209- 216 ) Pengaruh Disiplin Belajar Siswa Fasilitas Belajar diSekolah dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa KelasVIII SMP N 4 Sutera Pendidikan merupakan salah unsur da. Jurnal Economica, 5(2), 209–216.

http://dx.doi.org/10.22202/econo mica.2017.5.414

Cendiana, B. (2017). Journal of Economic and Economic Education Vol . 6 No . 1 ( 37-44 ) Pengaruh Lingkungan Keluarga, Teman Sebaya, Pemberian Pada Mata Pelajaran IPS TerpaduKelas VIII di SMP N 3 Pulau PunjungOleh Bella Cendiana Pendidikan merupakan bagian dari. Jurnal Economica, 6(1), 37–

44.

http://dx.doi.org/10.22202/econo mica.2017.6.2.2167.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk variabel kualitas produk diperoleh nilai thitung sebesar 2,228 > ttabel sebesar 1,661 dengan nilai signifikan 0,028 < 0,05, berarti Ha diterima dan H0 ditolak dengan demikian