commit to user
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MELUKIS DI SANGGAR LUKIS ANAK BOBBO SANGGRAHAN MAKAMHAJI SUKOHARJO
SKRIPSI
Oleh :
Ichwan Budi Prasetyo K3205017
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2010
commit to user
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MELUKIS DI SANGGAR LUKIS ANAK BOBBO SANGGRAHAN MAKAMHAJI SUKOHARJO
Oleh :
Ichwan Budi Prasetyo K3205017
Skripsi
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapat Gelar Sarjana Pendidikan Program Seni Rupa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2010
commit to user PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Margana,M.Sn Dra. M.Y.N Yuliastuti, M.Pd
NIP. 19600612 199103 1 001 NIP. 19580705 198702 2 001
commit to user PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Rabu
Tanggal : 14 Juli 2010
Tim Penguji Skripsi
(Nama Terang) (Tanda Tangan)
Ketua : Drs. Tjahjo Prabowo, M.Sn. : ………..
NIP. 19530429 198503 1 001131 472 203
Sekretaris : Endang Widiyastuti, S.Pd, M.Pd : ………
NIP. 19710527 200501 2 001
Anggota I : Drs. Margana, M.Sn : ………
NIP. 19600612 199103 1 001
Anggota II : Dra. M.Y.N Yuliastuti, M.Pd : ………
NIP. 19580705 198702 2 001 Disahkan oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.
NIP.19600727 198702 1 001
commit to user ABSTRAK
Ichwan Budi Prasetyo. PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MELUKIS DI SANGGAR LUKIS ANAK BOBBO SANGGRAHAN MAKAMHAJI SUKOHARJO. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Juni 2010.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran melukis, hasil karya lukis anak dan apa saja kendala/hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran melukis di sanggar lukis anak Bobbo Sanggrahan Makamhaji Sukoharjo.
Berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian, maka penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif. Objek yang diteliti adalah kegiatan pelaksanaan pembelajaran melukis, aktivitas pengajar dan siswa dalam proses belajar mengajar, mengamati hasil karya siswa sanggar Bobbo. Teknik sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling (Sampel Bertujuan). Sedangkan validitas data yang digunakan adalah triangulasi data dengan memanfaatkan sumber data dan metode review informan. Analisis data menggunakan Flow model of analysis (Model Mengalir).
Penelitian menyimpulkan bahwa: pelaksanaan pembelajaran melukis di sanggar Bobbo terdiri dari persiapan alat dan bahan, menentukan tema, membuat sketsa, proses mewarnai, dan finishing. Namun dalam pengajaranya pendidik cenderung selalu memberikan contoh baik dalam membuat sketsa maupun mewarnai, hal tersebut dapat membatasi kreativitas siswa. Belum adanya penggolongan umur dalam pelaksanaan pembelajarannya. Hasil karya siswa di sanggar Bobbo mampu melukis dalam berbagai tema, tetapi objek yang ditampilkan satu anak dengan anak yang lain hampir sama, hal tersebut dikarenakan kecenderungan pengajar yang selalu memberikan contoh. Sedangkan kendala yang dihadapi yaitu: kurangnya sarana dan alat bantu atau pendukung dalam kegiatan belajar mengajar, tempat yang belum memadai, materi dan waktu yang belum tersusun rapi.
commit to user MOTTO
Lakukan dengan semangat dan kerja keras, bagaimanapun hasilnya itulah yang terbaik untuk kita menurut-Nya”.
(Penulis)
commit to user PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan Kepada :
Bapak dan Ibu terhormat
Adik-adikku tersayang
Almamater tercinta
Sahabat K3204
“Ndut”
commit to user KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad, hidayah, dam inayah-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh mahasiswa untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, atas segala bentuk bantuannya, penulis sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. sebagai Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta.
2. Drs. Suparno, M.Pd. sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP UNS Surakarta.
3. Drs. Tjahjo Prabowo, M.Sn. sebagai Ketua Program Pendidikan Seni Rupa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP UNS Surakarta.
4. Drs. Margana, M.Sn. selaku pembimbing I yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Dra. M.Y.N Yuliastuti, M.Pd. Selaku pembimbing II yang dengan sabar memberikan petunjuk dan bimbingannya sehingga dapat memperlancar penulisan skripsi ini.
6. Nur Taufiq, A.Md. selaku pimpinan sanggar Bobbo, yang banyak membantu dalam mengumpulkan data-data di lapangan.
7. Ainita Syafi’ah. selaku salah satu staf pengajar, yang telah bersedia menyempatkan waktunya untuk membantu mengumpulkan data-data di lapangan.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu.
commit to user
Semoga amal kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan pahala dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih ada kekurangan, tetapi diharapkan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam pendidikan kesenirupaan.
Surakarta, Juni 2010
Penulis
commit to user DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGAJUAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
HALAMAN MOTO ... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II KAJIAN TEORI ... 5
A. Kajian Teori ... 5
1. Tinjauan Pendidikan ... 5
a. Pengertian Pendidikan ... 5
b. Pendidikan Non Formal ... 6
c. Komponen dalam Pembelajaran ... 8
1) Materi Pembelajaran ... 8
2) Metode Pembelajaran ... 8
commit to user
3) Model pembelajaran... 9
4) Media Pembelajaran... 11
5) Evaluasi Pembelajaran ... 12
2. Tinjauan seni lukis anak ... 12
a. Pengertian Seni ... 12
b. Pengertian seni Lukis ... 13
c. Unsur-unsur Dalam Seni Lukis ... 14
d. Media dan Alat ... 16
e. Periode Perkembangan Anak ... 17
f. Seni Lukis Anak ... 18
B. Kerangka Berpikir ... 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 21
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 21
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ... 21
C. Sumber Data ... 22
D. Teknik Pengumpulan Data ... 22
E. Teknik Sampling ... 24
F. Validitas Data ... 24
G. Analisis Data ... 25
H. Prosedur Penelitian ... 27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 28
A. Diskripsi Lokasi Penelitian ... 28
1. Sejarah Berdirinya Sanggar Bobbo ... 28
2. Pendidikan Seni di Sanggar Bobbo ... 30
B. Pelaksanaan Pembelajaran Melukis di Sanggar Bobbo ... 31
1. Persiapan Alat dan Bahan ... 31
2. Persiapan Pengajar Sebelum Pelaksanaan Kegiatan Melukis .... 32
commit to user
3. Menentukan Tema ... 39
4. Membuat Sketsa dan proses Mewarnai... 39
5. Finishing ... 42
C. Media dan Teknik yang Digunakan Anak Dalam Melukis ... 43
D. Hasil Karya Seni Lukis yang diciptakan Siswa Sanggar Bobbo... 45
E. Kendala atau Hambatan yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Melukis di Sanggar Bobbo ... 54
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 55
A. Simpulan ... 55
B. Implikasi ... 57
C. Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 59
LAMPIRAN ... 60
commit to user DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Bagan Kerangka Berpikir………..………...…… 20
Gambar 2 : Flow model of analysis (Model Mengalir) ………. 26
Gambar 3 : Tampak Depan Sanggar Bobbo……… 29
Gambar 4 : Gambar papan tulis yang digunakan di sanggar Bobbo……….. 33
Gambar 5 : Salah seorang pengajar sedang memberikan materi dengan metode ceramah……… 35
Gambar 6 : Salah seorang pengajar sedang menggunakan metode demonstrasi... 36
Gambar 7 : Salah seorang pengajar menggunakan metode latihan dalam mewarnai 37 Gambar 8 : Pengajar sedang menggunakan metode bimbingan……… 38
Gambar 9 : Siswa sedang membuat sketsa dengan spidol……… 40
Gambar 10 : Seorang siswa sedang mewarnai dengan pastel... 42
Gambar 11 : Hasil karya lukis siswa yang bernama Rara, kelas TK B …...…...……. 46
Gambar 12 : Hasil karya lukis siswa yang bernama Ditha Permata Kusala, kelas II... 47
Gambar 13 : Hasil karya lukis siswa yang bernama Rikha Elisa, kelas III …………. 48
Gambar 14 : Hasil karya lukis siswa yang bernama Bonifasius Amara, Kelas TK A.. 49
Gambar 15 : Hasil karya lukis siswa yang bernama Ivenna, kelas TK B………. 50
Gambar 16 : Hasil karya lukis siswa yang bernama Anugrah Pratama Putra, kelas II. 51 Gambar 17 : Hasil karya lukis siswa yang bernama Zalita, kelas III……… 52
Gambar 18 : Hasil karya lukis siswa yang bernama Mario Divo W, kelas TK A…… 53
commit to user DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Foto hasil observasi………... 60
Lampiran 2 : Foto hasil karya siswa……….. 62
Lampiran 3 : Peta lokasi………... 68
Lampiran 4 : Daftar wawancara... 69
Lampiran 5 : Surat keterangan dari pimpinan sanggar Bobbo………. 78
Lampiran 6 : Presensi sanggar Bobbo……….. 79
Lampiran 7 : Permohonan Ijin Menyusun Skripsi……….. 80
Lampiran 8 : SK Dekan Tentang Ijin Menyusun Skripsi………... 81
Lampiran 9 : Permohonan Ijin Research pada Rektor……… 82
Lampiran 10 : Permohonan Ijin Research ke sanggar Bobbo………..……... 83
Lampiran 11 : Kurikulum………... 84
ABSTRACT
Ichwan Budi Prasetyo. THE IMPLEMENTING OF DRAWING TEACHING LEARNING PROCESS IN BOBBO CHILDREN DRAWING COURSE IN SANGGRAHAN MAKAMHAJI SUKOHARJO. Thesis, Surakarta:
Teacher Training and Education Faculty, Surakarta Sebelas Maret University. June, 2010.
This reserch study is aimed to know the drawing learning proess, the result work of the student and all of the problems that faced in drawing learning process in Bobbo children drawing course Sanggrahan Makamhaji Sukoharjo.
Interrelated with the problem and the goal of the reserch, so this problem using deskriptive qualitative reserch. The reserch objects are the drawing learning process, teacher and students activity in teaching learning process, to see the result of the study by the students of Bobbo children drawing course. The sampling technique used Purposive Sampling. While validity data used triangulation data with exploit the data source and review informant method. Analysis data using flo model of analysis.this reserch concludes that : drawing learning proess in Bobbo children drawing course consist of tool and material preparations, establish the theme, make the sketch, coloring process and finishing. But in teaching process the teacher always gives good exanple to make sketch or coloring, it can restrict students creativity. Not yet the existence of age category in learning process. The result work of the students in Bobbo drawing course can draw the kind of the object, but the object that show from one student with the other students are same, it cause the teacher always gives example.the problems faced are : the fault of medium and tool or proporent in teaching learning process, places or class not yet suitable, not well manage the time and material.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan di masa sekarang ini cukup berkembang pesat, perkembangan pendidikan tersebut berkembang seiring dengan semakin banyaknya kebutuhan manusia dalam kehidupannya. Manusia dalam kelangsungan hidupnya sangat membutuhkan pendidikan, manusia tidak hanya tumbuh dan berkembang dengan menggunakan instingnya, namun juga menggunakan akal pikiran dan memerlukan bantuan dari orang lain. Pada dasarnya pendidikan dimulai sejak manusia lahir ke dunia. Orang tua akan memberikan bantuan, tuntunan, pertolongan kepada anaknya, hal tersebut merupakan salah satu bentuk pendidikan di lingkungan keluarga.
Pendidikan did pellagra merupakan suatu hal yang pertama dan utama bagi seorang anak, selain itu lingkungan sekitar juga sangat berpengaruh dalam proses pendidikan seorang anak. Menurut Abu Ahmadi (2001: 69) UU No. 20 tahun 2003 menyebutkan mengenai definisi pendidikan.
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangakan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Dalam palaksanaan pendidikan seorang anak akan mengalami proses pembelajaran. Selama proses pembelajaran tersebut berjalan akan terjadi interaksi belajar mengajar antara pendidik dengan anak didiknya. Interaksi tersebut dapat dikatakan seorang pendidik/pengajar akan mentransfer ilmunya kepada anak didiknya, materi akan disampaikan dengan metode tertentu yang dianggap pendidik akan lebih efektif dan efisien, sehingga anak didik lebih mudah dalam menangkap materi tersebut. Selain itu dalam interaksi belajar mengajar juga sangat berkaitan dengan komponen-komponen belajar seperti media dan alat yang digunakan,
sehingga pendidik harus menguasainya, hal tersebut sangat berpengaruh pada hasil belajar seorang anak didik.
Akhir-akhir ini banyak muncul lembaga pendidikan non formal atau lembaga pendidikan luar sekolah yang menawarkan bimbingan belajar pada mata pelajaran umum dan ketrampilan/kesenian. Ketrampilan dan kesenian dapat melatih serta mengasah kreatifitas seorang anak dalam proses menuju kedewasaannya dan dapat menunjang dalam kegiatan belajarnya di sekolah, keluarga, maupun lingkungan.
Banyak munculnya lembaga pendidikan non formal atau lembaga pendidikan luar sekolah merupakan salah satu bentuk perkembangan di dunia pendidikan, lembaga pendidikan tersebut dapat sebagai pendamping sekolah dan pendukung dalam proses pembelajaran seorang anak.
Penulis memilih pembelajaran lukis pada anak sebagai objek penelitian.
Penulis tertarik pada pendidikan ketrampilan dan kesenian bagi anak karena pendidikan pada masa kanak-kanak merupakan pendidikan awal bagi seorang anak dalam pembentukan karakternya. Selain itu pendidikan ketrampilan pada anak-anak dapat membentuk anak menjadi anak yang lebih kreatif. Penelitian ini akan meneliti tentang proses pembelajaran melukis di sanggar lukis Bobbo, sanggar tersebut mengkhususkan pada bimbingan dan pelatihan melukis bagi anak-anak. Sanggar merupakan salah satu bentuk pendidikan non formal atau dapat diartikan sebagai pendidikan luar sekolah (PLS). Menurut Abu Ahmadi & Nur Uhbiyati (2001: 164)
“pendidikan luar sekolah (PLS) dapat diartikan sebagai bentuk pendidikan yang diselenggarakan dengan sengaja, tertib, dan berencana diluar kegiatan persekolahan”.
Komponen yang diperlukan harus sesuai dengan keadaan dan kebutuhan anak/peserta didik agar memperoleh hasil yang memuaskan dan dapat maksimal, namun di sanggar Bobbo hanya memberikan bimbingan dan pelatihan pada melukis bagi anak- anak baik secara klasikal maupun privat. Dengan mengetahui pelaksanaan pembelajaran melukis maka akan diketahui sejauh mana kreatifitas dan apresiasi seni anak-anak dalam proses pembelajaran melukis.
Peneliti mengambil lokasi di Sanggar Lukis Anak Bobbo yang berada di daerah Sanggrahan, Makam Haji, Sukoharjo. Peneliti mengambil lokasi tersebut karena di sanggar lukis anak tersebut belum pernah digunakan sebagai lokasi penelitian, selain itu sanggar tersebut juga telah terdaftar di Dinas Pendidikan sebagai Lembaga Pendidikan Ketrampilan, sehingga sanggar ini merupakan lembaga pendidikan yang resmi dan legal, hal tersebut juga menjadi daya tarik pada penelitian ini dimana banyak munculnya sanggar kesenian yang menawarkan pendidikan kesenian namun tidak memperhatikan tentang hal perijinan pada Dinas Pendidikan setempat. Sanggar ini juga mempunyai kurikulum dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajarnya sehingga dalam kegiatan belajar mengajarnya terprogam dan terencana.
Peneliti lebih membahas tentang pelaksanaan pengajaran melukis pada anak mulai dari pengenalan garis, warna, mewarnai, sampai melukis. Dengan mengetahui pelaksanaan pengajaran melukis di sanggar Bobbo baik dari segi materi, metode, media, dan evaluasi pengajarannya maka akan diketahui hasil pembelajaran melukis di sanggar lukis anak Bobbo. Lokasi sanggar tersebut berada di pinggir jalan besar sehingga mudah dijangkau baik menggunakan angkutan umum maupun alat transportasi lain.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran melukis di sanggar lukis anak Bobbo?
2. Bagaimana hasil karya lukis anak yang mengikut kegiatan di sanggar Bobbo?
3. Apa saja kendala/hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran melukis di sanggar lukis anak Bobbo?
C. Tujuan Penelitian
Dari masalah-masalah diatas yang dihadapi, penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran melukis di sanggar lukis anak Bobbo.
2. Untuk mengetahui hasil-hasil karya lukis anak yang mengikuti kegiatan di sanggar Bobbo.
3. Untuk mengetahui kendala/hambatan dalam pembelajaran melukis di sanggar lukis anak Bobbo.
D. Manfaat Penelitian
Dalam hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manafaat teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang pendidikan pada anak, dan seni lukis anak pada kkususnya.
2. Manfaat praktis, diharapkan dapat mengembangkan kemampuan pendidik dan calon pendidik pada pendidikan seni untuk anak-anak.
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Kajian Teori
1. Tinjauan Tentang Pendidikan a. Pengertiaan Pendidikan
Pendidikan merupakan masalah yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia, manusia sejak lahir akan mengalami proses pembelajaran, dimana pembelajaran tersebut merupakan salah satu bagian dari proses pendidikan.
Pendidikan sangat dibutuhkan manusia dalam kelangsungan hidupnya dan dalam proses menuju kedewasaan. Banyak para ahli mengemukakan tentang batasan dan pengertian pendidikan yang berbeda satu sama lainya. Menurut John Dewey dalam Abu Ahmadi (2001: 69) ”Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan- kecakapan fondamental secara intelektual dan emosional ke arah alam sesama manusia”. Menurut S.A.Bratanata dalam Abu Ahmadi (2001: 69) ”Pendidikan adalah usaha yang sengaja diadakan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk membantu anak dalam perkembanganya mencapai kedewasaanya”. Sedangkan Rousseau dalam Abu Ahmadi (2001: 69) berpendapat bahwa ”pendidikan merupakan memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, akan tetapi kita membutuhkanya pada waktu dewasa”.
Dari berbagai pendapat mengenai pendidikan tersebut diatas, walaupun terdapat perbedaan mengenai batasan maupun pengertian tentang pendidikan. Namun pada hakekatnya sama, pendidikan merupakan proses bimbingan, pengarahan, pengajaran, latihan yang dilakukan dalam rangka pengembangan pengetahuan pada seseorang dalam menuju kedewasaan.
b. Pendidikan Non Formal
Pendidikan non formal merupakan salah satu bentuk pendidikan disamping pendidikan formal dan informal, menurut Abu Ahmadi & Nur Uhbiyati (2001: 164)
“pendidikan menurut sifatnya dibedakan menjadi tiga, yaitu pendidikan informal, formal dan, non formal”. Pendidikan informal merupakan pendidikan yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari khususnya dalam keluarga. Sedangkan pendidikan formal yaitu pendidikan yang berlangsung secara teratur, bertingkat dan terdapat syarat- syarat tertentu yang didalamnya terdapat jenjang, kurikulum, tingkat pengetahuan dan evaluasi hasil belajar, sebagai contoh adalah pendidikan di sekolah. Pendidikan non formal menurut Abu Ahmadi & Nur Uhbiyati (2001: 164) ” merupakan pendidikan yang dilaksanakan secara tertentu dan sadar tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan yang ketat seperti di sekolahan, pendidikan non formal melengkapi pelaksanaan pendidikan di sekolah dan menyiapkan anak didik dalam penguasaan ketrampilan- ketrampilan tertentu”. Komponen pembelajaran dalam pendidikan non formal harus sesuai dengan keadaan anak atau peserta didik agar memperoleh hasil yang memuaskan. Komponen tersebut antara lain: 1) Guru atau tenaga pengajar; 2) Fasilitas; 3) Cara menyampaikan atau metode; 4) Waktu yang dipergunakan (Abu Ahmadi & Nur Uhbiyati, 2001: 164).
Menurut surat keputusan menteri Dep. Dik.Bud nomor:079/O/1975 tanggal 17 April 1975, bidang pendidikan non formal meliputi: Pendidikan masyarakat, keolahragaan, dan pembinaan generasi muda. UU Nomor 20 Tahun 2003 dalam Hasbullah (2006: 56) menyebutkan bahwa ”lembaga pendidikan non formal bersifat fungsional dan praktis yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan kerja peserta didik yang berguna bagi usaha perbaikan taraf hidupnya”.
Pendidikan non formal tersebut mempunyai ciri sebagai berikut: 1) Pendidikan diselenggarakan dengan sengaja di luar sekolah; 2) Pendidikan tidak mengenal jenjang, dan program pendidikan untuk jangka waktu pendek; 3) Peserta tidak perlu homogen; 4) Ada waktu belajar dan metode formal, serta evaluasi yang sistematis; 5)
Isi pendidikan bersifat praktis dan khusus; 6) Ketrampilan kerja sangat ditekankan sebagai jawaban terhadap kebutuhan meningkatkan taraf hidup.
Pendidikan non formal tidak hanya sebagai pelengkap, akan tetapi juga dapat sebagai penambah dan pendukung dari pendidikan formal dan informal, sering kali pada pendidikan formal tidak dapat atau kurang dalam pemberian materi pada mata pelajaran tertentu, disini peran pendidikan non formal dapat mendukung kekurangan tersebut, sehingga kekurangan tersebut dapat terpenuhi. Lembaga pendidikan non formal dapat menyediakan tambahan meteri pelajaran diluar jam sekolah sehingga dapat memberikan materi yang belum diperoleh di sekolahan. Seiring perkembangan di dunia pendidikan dan kebutuhan manusia akan pendidikan semakin beragam, hal tersebut menyebabkan munculnya tempat-tempat semacam kursus ketrampilan, lembaga bimbingan belajar, sanggar seni dan lain-lain. Dengan demikian orang akan mencari dan menambah pengetahuan dan ketrampilanya untuk memenuhi kebutuhanya akan pendidikan. Salah satunya adalah sanggar seni yang meliputi seni lukis, seni pertunjukan, dan seni musik. Sebuah situs di internet menyebutkan bahwa,
”sanggar seni merupakan tempat atau sarana yang digunakan oleh suatu komunitas atau sekumpulan orang untuk berkegiatan seni seperti seni tari, seni lukis, seni kerajinan, dan seni peran. Kegiatan yang ada dalam sebuah sanggar seni berupa kegiatan pembelajaran tentang seni” ("http://id.wikipedia.org/wiki/Sanggar_seni").
Sanggar seni biasanya didirikan secara mandiri atau perorangan, tempat dan fasilitas belajar dalam sanggar biasanya sangat terbatas, selain itu sistem atau seluruh kegiatan yang terjadi dalam sanggar seni sangat fleksibel, seperti menyangkut prosedur administrasi, pengadaan sertifikat, pembelajaran yang menyangkut metode pembelajaran hingga evaluasi pembelajaran. Suwarno Wirosetomo dari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta mengemukakan tentang fungsi sanggar seni, fungsi tersebut meliputi: 1) Membuka dan menggali potensi, bakat dan minat anak dalam berkesenian; 2) Menjadikan anak-anak sehingga memiliki apresiasi terhadap kesenian; 3) Sebagai lembaga kebudayaan yang mampu mengisi celah pendidikan
kesenian; 4) Sanggar seni anak merupakan media pendidikan semua pihak ("http://id.wikipedia.org/wiki/Sanggar_seni").
c. Komponen dalam Pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses belajar mengajar dalam upaya seseorang menuju kedewasaan, pembelajaran dipengaruhi beberapa komponen yang
mempengaruhi hasil belajar seseorang. Komponen tersebut antara lain sebagai berikut: 1) Materi Pembelajaran; 2) Metode Pembelajaran; 3) Model pembelajaran;
4) Media pembelajaran; 5) Evaluasi pembelajaran.
1) Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran dalam suatu kegiatan melajar mengajar harus disusun dan dibuat secara terprogam sehingga memudahkan siswa dalam menangkap materi yang diberikan. Komponen-komponen dalam materi pembelajaran harus sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik siswa, sehingga akan tercapai tujuan pembelajaran tersebut.
2) Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan pengajar dalam menyampaikan materi. Metode dalam mengajar sangat menentukan keberhasilan siswa dalam manangkap materi yang diberikan. Metode mengajar yang tepat dan dilaksanakan secara benar dapat membantu siswa memahami materi yang diberikan dan mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Metode dalam mengajar merupakan salah satu komponen yang cukup penting untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Ada beberapa metode pengajaran yang sering digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran, antara lain sebagai berikut :
a) Ceramah
Metode ceramah merupakan cara penyampaian atau penyajian bahan pelajaran dangan lisan.
b) Latihan
Metode latihan adalah cara mengajar dimana siswa melakukan hal yang sama, berulang-ulang secara sungguh-sungguh dengan tujuan untuk menyempurnakan suatu ketrampilan.
c) Pemberian tugas
Metode pemberian tugas dalam pengertian ini adalah suatu cara penyampaian pelajaran dengan perencanaan bersama antara guru dan adak didik mengenai masalah yang harus diselesaikan oleh anak didik dalam waktu tertentu.
d) Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara mengajar dimana seorang guru menunjukan atau memperlihatkan suatu proses, misalnya cara melukis dengan menggunakan media pastel diatas kertas, pengajar akan mempertunjukan proses tersebut, sehingga siswa dapat mengamati dan merasakan kegiatan tersebut.
e) Teknik karya wisata
Cara mengajar ini dilaksanakan dengan mengajak siswa ke tempat atau objek tertentu diluar untuk mempelajari sesuatu, seperti mendatangi musium, melihat pameran seni dan sebagainya (Roestiyah, 1991 : 83-137).
Metode mengajar yang digunakan sangat dipengaruhi beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut antara lain tujuan pembelajaran, karakteristik siswa, situasi belajar mengajar, fasilitas, materi, dan kemampuan pengajar. Menurut Joyce dan Weil dalam Mulyani dan johar (2001: 37) mengemukakan bahwa “model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar”.
3) Model pembelajaran
Model pembelajaran merupakan kerangka yang menggambarkan prosedur
tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Ada banyak model atau strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa.
Diantaranya adalah model pembelajaran pencapaian konsep, mopel pengajaran tanpa arahan, model pencapaian konsep, dan model sinteksis.
Model pengajaran tanpa arah merupakan model pengajaran dimana seorang pengajar sebagai fasilitator yang mempunyai hubungan pribadi dengan siswa serta membimbingnya dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Model ini beranggapan bahwa siswa mau bertanggung jawab tentang belajarnya, keberhasilan bergantung pada kemauan siswa dan guru berbagi secara terbuka serta saling berkomunikasi secara jujur (Mulyani dan Johar, 2001:70-72).
Model sintektiks merupakan model yang intinya adalah pengembangan kreativitas. Model ini didesain oleh J.J. Gordon. Simtektiks mempunyai empat gagasan, yang pertama kreativitas penting dalam kegiatan sehari-hari, untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah pengungkapan yang kreatif. Kedua, proses kreatif bukan hal misterius, tetapi dapat dijelaskan dan mungkin saja melatih orang secara langsung untuk meningkatkan kreativitasnya. Ketiga, temuan kreatif ditandai oleh proses intelektual. Keempat, penemuan individu dan kelompok adalah sama melalui berpikir kreatif (Mulyani dan Johar, 2001:73).
Model pencapaian konsep dikembangkan Jerome Bruner, Jacqueline G, dan G Austin. Model ini dilandasi asumsi bahwa lingkungan banyak ragam dan isinya, kita sebagai manusia mampu membeda-bedakan objek dengan aspek-aspeknya.
Pengajaran konsep memberikan kesempatan untuk menganalisis proses berpikis siswa dan membantu mereka untuk mengembangkan strategi yang lebih efektif (Mulyani dan Johar, 2001:41).
4) Media pembelajaran
Media merupakan sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan, sedangkan pembelajaran merupakan proses komunikasi antara pembelajar,
pengajar, dan bahan ajar. Menurut Bovee dalam Hujair AH. sanaky (2009:3) menyebutkan bahwa “media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran”. Agar materi materi yang disampaikan oleh pengajar lebih mudah dipahami oleh siswa, maka dalam proses belajar mengajar digunakan media pembelajaran. Alat pembelajaran tersebut dapat berupa benda yang sesungguhnya, gambar, foto, bagan, tabulasi dan sebagainya yang dituangkan dalam media. Menggunakan media pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan, siswa, materi, dan metode pembelajaran. Hujair AH. Sanaky (2009:5) mengemukakan bahwa manfaat media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut: a) Pengajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar; b) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami pembelajar, serta memungkinkan pembelajar menguasai tujuan pengajar dengan baik; c) Metode pembelajaran bervariasi, tidak hanya semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata lisan pengajar, pembelajar tidak bosan, dan pengajar tidak kehabisan tenaga; d) Pembelajar lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan penjelasan dari pengajar saja, tetapi juga aktivitas lain yang dilakukan seperti: mengamati, melakukan, mendemonstrasikan.
Menentukan media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, ada beberapa hal yang harus diperhatikan sehingga pemilihan media pembelajaran tepat dan dapat berfungsi dengan baik. Menurut Mulyani dan Johar (2001: 157) mengemukakan tentang prinsip-prinsip atau faktor-faktor yang harus dipertimbangan dalam memilih suatu media. Adapun prinsip-prinsip pemilihan media tersebut adalah:
a) Memilih media harus berdasarkan pada tujuan pengajaran dan bahan pengajaran yang akan disampaikan; b) Memilih media harus sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik; c) Media harus disesuaikan dengan kemampuan pendidik, baik dalam pengadaannya dan penggunaannya; d) Memilih media harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi atau pada waktu, tempat dan situasi yang
5) Evaluasi pembelajaran
Evaluasi dalam bahasa Indonesia berarti menilai dengan cara mengukur terlebih dahulu. Menurut Cronbach dan Stufflebeam dalam Suharsimi (2005: 3) menyebutkan bahwa proses evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan. Sedangkan Ralph Tyler (1950) mengatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, di dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Evaluasi dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar siswa dan sejauh mana keberhasilan pengajar dalam menyampaikan materi dengan metode dan media pembelajaran tertentu.
2. Tinjauan Seni Lukis Anak a. Pengertian Seni
Seni merupakan aktivitas manusia untuk menciptakan sesuatu apapun bentuknya, dimana terdapat ungkapan perasaan sang pencipta karya tersebut kemudian dapat disampaikan kepada orang lain. Herbert Read dalam Darsono Soni Kartika (2004: 3) menyebutkan bahwa “seni merupakan usaha manusia untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan, bentuk yang menyenangkan dalam arti bentuk yang dapat membingkai perasaan keindahan dan perasaan keindahan itu dapat trerpuaskan apabila dapat menangkap harmoni atau kesatuan dari bentuk yang disajikan”. Sedangkan Sudarso SP dalam Edy Tri Sulistyo (2005: 2) Memberikan batasan tentang seni sebagai berikut. “Seni adalah hasil karya manusia yang mengkomunikasikan penglaman-pengalaman batinya, disajikan secara indah dan menarik sehingga merangsang timbulnya pengalaman batin manusia yang menghayatinya”. Menurut Sujoko dalam Edy Tri Sulistyo (2005: 3) mengemukakan
“Seni adalah kemahiran membuat/melakukan sesuatu yang dipakai/dimaksudkan sebagai perangsang pengalaman estetik yang memuaskan. Pengertian rasa puas disini masih dalam pengertian yang luas, sebab perasaan puas bisa meliputi rasa senang,
sedih, marah, muak. Tanpa rasa puas ia tidak dapat menciptakan hasil karya seni yang baik”.
Dari pendapat-pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan seni melibatkan perasaan batin atau jiwa sang senimanya, yang kemudian diekspresikan ke dalam sebuah karya seni, disini seniman sangat berperan tidak hanya secara materi dan fisik, namun lebih kearah mengungkapkan perasaan kedalam sebuah karya seni.
b. Pengertian Seni Lukis
Seni lukis merupakan cabang dari seni rupa yang termasuk dalam karya seni rupa dua dimensi atau dwi matra, yang di maksud karya seni dua dimensi disini diartikan sebagai sebuah bentuk karya seni yang dapat dilihat dari satu sisi saja dengan mempertimbangkan unsur-unsur didalmnya, seperti garis, warna, bidang, tekstur, dan gelap terang. Sudarso SP (1979: 7) mengungkapkan bahwa “seni lukis adalah suatu pengucapan pengalaman artistik yang ditumpahkan dalam bidang dua dimensional dengan menggunakan garis dan warna”. Sedangkan Edy Tri Sulistyo (2005: 1) menjelaskan bahwa “Seni lukis merupakan salah satu hasil karya seni rupa dwi matra, di samping seni grafis, ilustrasi, desain komunikasi visual, gambar dan sketsa”. Dalam sebuah website disebutkan mengenai batasan melukis, disebutykan bahwa
Melukis adalah kegiatan mengolah medium dua dimensi atau permukaan dari objek tiga dimensi untuk mendapat kesan tertentu. Medium lukisan bisa berbentuk apa saja, seperti kanvas, kertas, papan, dan bahkan film di dalam fotografi bisa dianggap sebagai media lukisan. Alat yang digunakan juga bisa bermacam-macam, dengan syarat bisa memberikan imaji tertentu kepada media yang digunakan ("http://id.wikipedia.org/wiki/Melukis").
Gambar biasanya lebih menonjolkan unsur garis dan arsiran, walapun sekarang banyak kita jumpai eksplorasi garis dalam berbagai warna. Melukis yang lazimnya menggunakan cat minyak di atas kanvas maupun media yang lain biasanya lebih menonjolkan unsur warna. Dharsono Sony Kartika (2004: 36) mengemukakan bahwa ”seni lukis dapat dikatakan sebagai suatu ungkapan pengalaman seseorang
yang dituangkan dalam bidang dua dimensi (dua matra), dengan menggunakan medium rupa, yaitu garis, warna, tekstur, bentuk, dan sebagainya”.
Dari uraian mengenai pengertian seni lukis diatas maka dapat disimpulkan bahwa seni lukis merupakan hasil karya seni rupa dua dimensional yang merupakan pengalaman batin atau jiwa seseorang yang dituangkan dalam suatu media dengan memperhatikan unsur garis, warna, bidang, tekstur, dan gelap terang.
c. Unsur-Unsur Dalam Seni Lukis
Dalam seni lukis terdapat beberapa unsur, dimana unsur-unsur sangat berperan dalam penciptaan sebuah karya seni lukis. Unsur-unsur tersebut terdiri dari:
subject matter, bentuk dan isi.
1) Subject matter
Subject matter dapat dikatakan sebagai inti masalah yang diangkat oleh seniman dalam karya seninya. Menurut Dharsono Sony Kartika (2004 : 28) “subject matter adalah rangsangan cipta seniman dalam usahanya untuk menciptakan bentuk- bentuk yang menyenangkan. Bentuk menyenangkan adalah bentuk yang dapat memberikan konsumsi batin manusia secara utuh, dan perasaan keindahan kita dapat menangkap harmoni bentuk yang disajikan serta mampu merasakan lewat sensitivitasnya”. Subject matter sebagai stimulus atau rangsangan yang ditimbulkan oleh objek, inti atau pokok persoalan yang dihasilkan sebagai akibat adanya pengolahan objek yang terjadi dalam ide seorang seniman dengan pengalaman pribadinya. Subject matter merupakan bentuk dalam ide sang seniman, artinya bentuk yang belum dituangkan dalam media atau belum lahir sebagai bentuk fisik, maka dapat dikatakan bahwa seni adalah pengejawantahan dari dunia ide sang senimanya.
2) Bentuk
Bentuk merupakan unsur dalam karya seni lukis yang dapat dilihat dan diraba dengan panca indra manusia, Menurut Dharsono Sony Kartika (2004 : 30) “bentuk adalah totalitas dari pada karya seni, bentuk itu merupakan organisasi atau satu kesatuan atau komposisi dari unsur pendukung lainya”. Bentuk tersebut merupakan
organisasi atau satu kesatuan dari unsur-unsur pendukung karya. Dalam bentuk terdapat unsur-unsur garis, warna, bidang, tekstur dan gelap terang. Edy Tri Sulistyo (2005: 116-119)
a) Garis adalah rentetan (rangkaian) titik yang mempunyai dimensi memanjang dan punya arah tertentu.
b) Bidang merupakan hasil perpotongan dari beberapa garis atau garis lengkung yang bertemu ujung pangkalnya sehingga merupakan silhuet dari sesuatu, bidang juga dapat terjadi pada sekelompok warna.
c) Warna merupakan elemen dalam seni lukis yang dapat merangsang indra penglihatan dan juga besar pengaruhnya terhadap jiwa atau pribadi senimanya disamping memberikan nilai estetis.
d) Tekstur dalam dunia seni rupa adalah sifat dari permukaan bidang atau kuwalitas suatu permukaan. Menghadirkan tekstur ada banyak cara yang dapat ditempuh oleh seniman, namun pada garis besarnya tekstur dapat dibagi menjadi dua yaitu tekstur nyata, artinya kesan yang ditimbulkan dengan permukaan bidangnya memang sesuai, dan tekstur sumu yaitu kesan permukaan bidang merupakan tipuan, hal ini dapat muncul dari penguasaan gelap terang.
e) Ruang pada seni rupa muncul karena pengolahan gelap terang atau pengetrapan ilmu perspektif. Munculnya ruang dalam seni lukis dapat dicapai dengan gradasi warna dan arsiran pada gelap terang.
3) Isi
Isi merupakan kandungan yang terdapat dalam suatu karya, dapat juga dikatakan sebagai segala sesuatu makna yang bersifat fakta umum maupun khusus.
Menurut Dharsono Sony Kartika (2004 : 30) ”isi atau arti sebenarnya bentuk psikis dari seseorang penghayat yang baik. Perbedaan bentuk dan isi hanya terletak pada diri penghayat. Bentuk cukup dihayati dengan indrawi namun isi dihayati dengan mata batin seseorang penghayat”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa isi disamakan
dengan suject matter seorang penghayat, disinilah terdapat persamaan antara pencipta dan penghayat.
d. Media dan Alat
Media dan alat sangat berkaitan dengan material dalam pencitaan suatu karya seni dan hal-hal lain sebagai penunjangnya dalam proses penciptaanya.
Menurut Edy Tri Sulistyo (2005: 91) menyebutkan bahwa bahan atau media merupakan sesuatu yang dibutuhkan dalam proses karya seni. Diantara bahan dan alat seni lukis tersebut sebagai berikut :
1) Kertas
Kertas sering digunakan dalam menggambar atau melukis, kertas mempunyai bidang yang berbeda, yakni bagian yang halus, mengkilat, kasar.
Namun sering digunakan pada bagian yang kasar. Jenis kertas yang sering digunakan antara lain sebagai berikut: Kertas padalarang, kertas karton, kertas manila.
2) Kanvas
Kanvas biasanya digunakan dalam melukis dengan media cat minyak, berbentuk seperti kain, mempunyai serat yang berbeda-beda, ada yang kasar dan ada yang halus. Biasanya pada kanvas terdapat lapisan zat tertentu sehingga cat yang dikuaskan tidak tembus di bagian belakang kanvas, hal tersebut juga memudahkan dalam proses berkarya. Kanvas biasa digunakan dalam melukis denan media cat minyak.
3) Pensil
Pensil mempunyai berbagai jenis, dari pensil hitam biasa sampai pensil warna. Pensil dapat digolongkan atas lembut dan kerasnya, dan dapat dilihat dari kode yang tertera pada pensil tersebut. Tanda B berarti untuk pensil yang lembut, tanda H untuk pensil yang keras, sedang tanda HB untuk pensil yang sedang. Biasanya digunakan untuk membuat sketsa sebelum mernggambar.
4) Konte
Konte sebenarnya termasuk jenis pensil, dibedakan dengan tanda H berarti keras, M berarti sedang, dan S berarti halus. Konte sering digunakan dalam menggambar dan sketsa. Ukuranya hampir sama dengan pensil tetapi isinya lebih besar dari pensil.
5) Pastel
Pastel biasanya digunakan dalam melukis diatas kertas, karena sifatnya kering sehingga mudah dalam penggunaanya, tidak perlu dilarutkan tinggal mencoret seperti kapur, pada pastel bahan mengandung minyak sehingga agak lunak dan mudah dalam menggoreskan pada kertas dan dalam pencampuran warnanya, berbentuk batangan kecil seperti kapur dengan warna yang variatif.
6) Cat
Cat yang biasa digunakan terdiri dari dua macam, yaitu cat minyak dan cat air atai akrilik. Cat minyak pemakaianya dicampur dengan minyak seperti: oil painting, tiner, afduner. Sedang cat air atau akrilik cukup dicampur dengan air.
7) Kuas
Kuas bentuknya menyerupai sapu, terbuat dari serabut serabut lembut dari bulu maupun bahan-bahan sintetik. Kuas dapat dibedakan untuk kuas cat minyak dan kuas cat air, kuas pada cat minyak lebih lembut dibandingkan dengan kuas cat minyak.
e. Periode Perkembangan Anak
Manusia sejak lahir sampai berakhir hidupnya terdapat masa-masa atau periode dalam perkembanganya, mulai dari lahir, bayi, anak-anak, remaja, dan dewasa. Periode anak-anak merupakan periode dimana seorang bayi setelah lahir ke dunia sampai mengalami masa remaja. Menurut Elizabeth B. Hurlock (1978: 38)
1) Periode pralahir (pembuahan sampai lahir) 2) Masa neonatus (lahir sampai 10-14 hari) 3) Masa bayi (2 minggu sampai 2 tahun) 4) Masa kanak-kanak (2 tahun sampai remaja) 5) Masa puber (11 sampai 16 tahun)
Dari periode perkembagan di atas dapat kita lihat bahwa masa kanak-kanak merupakan masa setelah bayi sampai sebelum remaja. Elizabeth B. Hurlock (1978:
38) mengemukakan ”periode masa kanak-kanak biasanya terdiri atas dua bagian, yaitu masa kanak-kanak awal (2 sampai 6 tahun) adalah usia prasekolah dan akhir masa kanak-kanak (6 sampai 13 tahun untuk anak perempuan, 14 tahun untuk anak laki-laki) ini merupakan usia sekolah atau usia kelompok”.
Setiap masa dalam perkembangan anak terdapat ciri-ciri yang berbeda dari satu masa dengan masa yang lainnya. Elizabeth B. Hurlock (1978: 108-109) menyebutkan bahwa ciri-ciri anak pada masa kanak-kanak awal adalah sebagai berikut: 1) Anak mempelajari dasar-dasar perilaku sosial; 2) Anak ingin mengetahui keadaan lingkungannya; 3) Anak sering bertanya dalam lingkungannya; 4) Anak sering meniru pembicaraan dan tindakan orang lain. Sedangkan ciri-ciri akhir masa kanak-kanak adalah sebagai berikut: 1) Anak ingin diterima oleh teman-temanya dalam anggota kelompok; 2) Anak lebih mengarah ke dalam kegiatan-kegiatan kreatif; 3) Anak mempunyai minat dan kegiatan bermain yang luas. Manusia dikatakan dalam periode anak ketika setelah melewati masa bayi yang kemudian menuju remaja.
f. Seni Lukis Anak
Seni lukis anak merupakan bentuk ekspresi atau ungkapan seorang anak yang dituangkan kedalam sebuah bentuk karya seni lukis, walaupun tidak seperti karya seni lukis orang dewasa yang sangat memperhatikan komponen-komponen dan unsur-unsur dalam seni lukis, namun hasil karya lukis seorang anak tetaplah sebuah karya seni. Kehidupan anak pada umumnya bersifat bermain-main, gembira, bebas,
dan ekspresif, maka sifat-sifat tersebut akan muncul di setiap karya seni lukis anak.
Dalam memahami lukisan anak, banyak para ahli membagi tingkatan perkembangan gambar anak. Menurut Cyril Burt dalam Muharam dan Warti Sudaryanti (1992: 34) membagi umur tingkat perkembangan gambar anak menjadi 7 tingkatan, yaitu:
Masa coreng : 2 – 3 tahun
Masa garis : 4 tahun
Masa simbolisme deskriptif : 5 – 6 tahun Masa realisme deskriptif : 7 – 8 tahun Masa realisme visual : 9 – 10 tahun
Masa represi : 10 – 14 tahun
Masa permunculan artistik : masa adolesen
Sedangkan Victor Lowenfeld dalam Muharam dan Warti Sudaryanti (1992: 34) membagi menjadi 6 masa, yaitu:
Masa coreng mencoreng : 2 – 4 tahun
Masa pra bagan : 4 – 7 tahun
Masa bagan : 7 – 9 tahun
Masa permulaan realisme : 9 – 11 tahun Masa psendo realisme : 11 – 13 tahun Masa krisis puber : 13 – 17 tahun
Kedua pendapat diatas yang membagi, menggolongkan atau megklasifikasikan umur anak sehingga diketahui tingkat-tingkat perkembangan gambar anak. Hal tersebut dapat menjadi acuan untuk mengetahui tingkat perkembangan dan kemampuan anak dalam berkarya seni.
B. Kerangka Berpikir
Interaksi antara pendidik dengan anak didik akan terjadi dalam proses pembelajaran. Selama interaksi tersebut berlangsung pendidik mendampingi anak didiknya, memberikan bimbingan, arahan, tuntunan kepada anak didiknya. Pendidik
pelaksanaan pembelajaran sehingga dari hasil pembelajaran tersebut kemudian dapat dilihat hasil karya anak didik. Setelah mengetahui hasil karya anak didiknya maka pendidik akan dapat memberikan penilaian, saran, masukan, dan kritik sehingga dapat memotivasi anak lebih maju dalam berkarya seni. Hubungan pembelajaran, melukis, pendidik, anak didik dan hasil karya anak didik dapat digambarkan seterti pada gambar dibawah.
Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir Materi Pembelajaran Pendidik
Metode Pembelajaran
Media Pembelajaran
Anak Didik
Play Group dan TK : 4-6 tahun SD Kelas 1-3 : 7-9 tahun SD Kelas 4-6 : 10-12 tahun
Pelaksanaan Pembelajaran Melukis
Hasil Karya
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian merupakan obyek dan sumber data, sehingga informasi yang diperoleh dapat memberikan data yang akurat dan valid. Tempat penelitian dilaksanakan di Sanggar Lukis Anak Bobbo, yang beralamat di Jalan Joko Tingkir No. 13 Sanggrahan, Makam Haji, Sukoharjo. Penelitian ini telah di mulai bulan September sampai bulan Oktober 2009.
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Dalam penelitian ini bentuk yang digunakan adalah bentuk penelitian deskriptif kualitatif, data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dokumen, bukan angka-angka. Menurut Bogdan, Taylor dalam Lexy J. Moleong (2004: 4) mengemukakan ”metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”. Sedangkan Kirk, miller dalam Lexy J. Moleong (2004: 4) mendefinisikan ”penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahanya”.
Penelitian kualitatif ini bersifat deskriptif yakni berupa laporan penelitian yang berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Dalam penelitian ini strategi yang digunakan adalah studi kasus tunggal, karena yang diteliti hanya satu tempat sehingga dalam kegiatan pengumpulan data lebih terarah
C. Sumber Data
Menurut Lofland dalam Lexy J Moleong (2004: 157) menyatakan bahwa
”sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain”.
Dengan demikian sumber data utama dan tambahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Informan, yaitu data yang diperoleh dari orang yang dianggap mengetahui tentang permasalahan yang akan diteliti, sehingga data-data tersebut dapat dipertanggung jawabkan. Informan tersebut adalah pimpinan, pendidik dan siswa di Sanggar Lukis Anak Bobbo Sanggrahan, Makam Haji, Sukoharjo.
2. Tempat yang digunakan dalam pengumpulan data dengan melihat dan mengamati secara langsung yaitu di Sanggar Lukis anak Bobbo, Sanggrahan, Makam Haji, Sukoharjo, pada saat proses pembelajaran melukis pada anak berlangsung.
3. Dokumen, dalam hal ini berupa gambar foto pada saat proses pembelajaran melukis berlangsung, dan arsip-arsip yang berkaitan dengan obyek penelitian.
4. Sumber kepustakaan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti sehingga dapat mendukung data-data yang diperoleh, berupa buku yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, kualitas data sangat ditentukan oleh kualitas alat atau teknik pengambil data. Hal tersebut sangat penting dalam sebuah penelitian agar setiap data yang diperoleh merupakan data yang akurat, terperinci dan dapat dipertanggung jawabkan. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud dan tujuan tertentu secara sistematis, maksud dan tujuan wawancara adalah untuk mendapatkan suatu hal,disini hal tersebut adalah data yang diperlukan dalam penelitian yang dilakukan. H.B
Sutopo (2002: 58) mengemukakan bahwa ”untuk mengumpulkan informasi dan sumber data diperlukan wawancara, dan dalam penelitian kualitatif khususnya dilakukan dalam bentuk wawancara mendalam yaitu wawancara yang tidak terstruktur, biasanya dilakukan secara tidak formal terstruktur”. Dalam pelaksanaan wawancara situasi diusahakan seakrab mungkin sehingga pada proses tanya jawab tidak kaku dan terkesan seperti introgasi. Wawancara ini dilakukan beberapa kali sesuai dengan keperluan penelitian yang berkaitan dengan data yang diperlukan
Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan terhadap pimpinan, tenaga pendidik di Sanggar Lukis Anak Bobbo. Sehingga diperoleh data-data secara langsung mengenai pelaksanaan pembelajaran lukis pada anak dengan media pastel.
2. Observasi
Observasi merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan mengamati secara langsung obyek yang diteliti. H.B Sutopo (2002:64) mengemukakan bahwa
”teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, dan benda, serta rekaman gambar. Observasi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung”. Dalam hal ini Lexy J. Moleong (2004: 176)
Dalam observasi pengamatan dapat dilakukan melalui cara ikut berperanserta dan tidak ikut berperanserta. Pada pengamatan tanpa peran serta pengamat hanya melakukan fungsi sebagai pengamat saja, berbeda dengan yang ikut berperanserta, disini pengamat ikut sebagai objek yang diamati dan sekaligus sebagai pengamat.
Observasi dilakukan dengan mengadakan kunjungan secara langsung ke Sanggar Lukis Anak Bobbo Sanggrahan, Makam Haji, Sukoharjo, agar dapat memperoleh data-data dalam pelaksanaan pembelajaran lukis pada anak dengan media pastel di sanggar tersebut.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pengumpulan arsip atau bukti-bukti dan keterangan yang dapat berupa tulisan sederhana, sampai catatan yang lebih formal. Dokumentasi dapat berupa gambar atau foto, selain itu juga dapat berupa arsip-arsip yang berkaitan dengan obyek yang diteliti, obyek yang diteliti adalah pelaksanaan pembelajaran melukis di sanggar lukis anak Bobbo.
E. Teknik Sampling
Sampling merupakan proses pemilihan atau penentuan sampel atau contoh dari sebuah populasi, dengan memilih dari sebagian populasi diharapkan hasil dari penelitian yang dilakukan dapat menggambarkan sifat populasi yang bersangkutan.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu suatu teknik pengambilan sampel dipilih berdasarkan pertimbangan- pertimbangan tertentu. Populasi yang digunakan sebanyak 32 sampai 40 anak yang semuanya terdaftar sebagai siswa sanggar Bobbo, dan sampel yang diambil sebanyak 10 anak, 10 anak yang diambil sebagai sampel tersebut terdiri dari kelompok PAUD/Playgroup, TK, Dan SD.
F. Validitas Data
Validitas data adalah kebenaran atau keabsahan data dari penelitian yang dilakukan, validitas data sangat mutlak dibutuhkan dalam suatu penelitian agar hasil penelitian dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Validitas data pada penelitian ini dilakukan dengan triangulasi, menurut Lexy J. Moleong (2004: 330)
”triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain atau melalui sumber yang lain”.
Triangulasi data dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1) Perbandingan data yang diperoleh sendiri lewat pengamatan obyek dengan wawancara ; 2) Perbandingan hasil pengamatan dengan dokumen-dokumen yang berkaitan ; 3) Perbandingan hasil wawancara antara informan satu dengan informan
lainnya. Penelitian ini data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan para informan maka kebenaranya dapat diperiksa melalui catatan-catatan yang ada di Sanggar Bobbo, juga dengan pengamatan secara langsung ditempat lokasi tersebut pada saat pelaksanaan pembelajaran melukis sedang berlangsung. Dengan demikian wawancara dan observasi dapat digunakan untuk memeriksa keabsahan data.
G. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Flow model of analysis (Model Mengalir) Bogdan dan Biklen dalam Lexy J Moleong (2004: 248) menyebutkan bahwa
Analisis data kualitatif merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritrakan kepada orang.
Sedangkan Miles dan Huberman dalam H.B Sutopo (2002: 91) menyatakan bahwa
”ada tiga komponen yang terlibat dalam proses analisis data dan ketiga komponen tersebut saling berkaitan serta menentukan hasil akhir analisis, ketiga komponen tersebut yaitu reduksi data, sajian data, penarikan simpulan”.
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis yang merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data. Proses ini berlangsung terus selama pelaksanaan penelitian dari awal penelitian sampai laporan hasil penelitian selesai ditulis. Reduksi data dilakukan dengan membuat ringkasan dari catatan data yang diperoleh dari lapangan. Dengan demikian reduksi data dilakukan dan berlangsung sejak menetapkan pokok masalah, menyusun rumusan masalah, dan teknik pengumpulan data yang diperlukan.
2. Sajian Data
Sajian data merupakan suatu rangkaian organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan, disusun secara logis dan sistematis sehingga mudah dipahami hal-hal yang terjadi di lapangan. Sajian data mengacu pada rumusan masalah yang telah dirumuskan dan merupakan deskripsi mengenai kondisi yang menjawab setiap permasalahan.
3. Penarikan Simpulan
Menarik simpulan dimulai sejak permulaan pengumpulan data, yaitu dengan cara mencari makna atau arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelas, konfigurasi yang mungkin yang kesemuanya berkaitan dengan reduksi dan penyajian data, kemudian simpulan perlu diverifikasi dengan melihat kembali data di lapangan (H.B Sutopo, 2002: 91). Verifikasi dapat diperoleh dengan cara mencari satuan data yang lain melalui catatan lapangan. Dengan demikian hasil penelitian yang dilakukan dapat dipertanggung jawabkan tingkan keabsahannya, serta kualitasnya.
Komponen-komponen dalam analisis data diatas dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2. Flow model of analysis (Model Mengalir) (Miles dan Huberman dalam Tjejtep Rohendi Rohidi, 1992: 20)
Pengumpulan Data
Reduksi Data Penyajian Data
Penarikan Simpulan (Verifikasi)
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan tahap-tahap kegiatan dalam menyelenggarakan suatu aktifitas dalam penelitian, tahap-tahap tersebut akan penulis uraikan sebagai berikut:
1. Tahap Pra Lapangan
Tahap pra lapangan merupakan tahap persiapan semelum mulai terjun ke lapangan atau pada obyek yang diteliti, adapun kegiatanya meliputi persiapan alat serta bahan yang diperlukan dalam penelitian.
2. Tahap Observasi Lapangan
Tahap obsevasi lapangan peneliti akan melakukan segala kegiatan di lapangan meliputi kegiatan mencari data mengetahui secara detail obyek penelitian. Kegiatan untuk mencari data dengan cara wawancara, observasi, dan dokumentasi.
3. Tahap Analisis Data
Tahap analisis data ini kegiatan berupa suatu rangkaian tahap observasi lapangan, dengan mengetahui data yang lengkap dadiperoleh kemudian data tersebut dianalisis untuk mempermudah dalam penyusunan lapl penelitian.
4. Tahap Penyusunan Laporan
Tahap penyusunan laporan merupakan kegiatan akhir dari segala bentuk penyusunan data yang ada dan diperlukan kemudian disusun dan diselesaikan dalam bentuk laporan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Sejarah Berdirinya Sanggar Lukis Anak Bobbo
Berawal dari kesenangan dan keinginan dekat dengan anak-anak, kemudian mencoba mengumpulkan beberapa anak di kampung khususnya yang gemar menggambar, akhirnya dengan menempati teras rumah dan meja seadanya terkumpul beberapa anak yang belajar menggambar dan mewarnai bersama-sama dengan bimbingan bapak Nur Taufiq, Amd. Selanjutnya kegiatan tersebut menjadi kegiatan rutin dilaksanakan seminggu 2 kali pertemuan. Dalam kegiatan tersebut diajarkan menggambar dengan tema kebebasan yang terarah, selain itu melalui kegiatan anak- anak menggambar dapat juga belajar tentang dunia kejiwaan dan perkembangan seni rupa anak-anak.
Melihat perkembangan dunia seni rupa anak khususnya di Solo banyak tersebar beberapa sanggar lukis anak, hal tersebut membuat bapak Nur Taufiq yang berdomisili di Sukoharjo rasanya ingin turut mengembangkan dunia seni rupa anak.
Akhirnya tanggal 2 Mei 2003 beliau mendirikan sanggar lukis anak BOBBO yang bertempat di kediamanya sendiri. Nama BOBBO diambil dari nama tokoh kartun cerita bergambar di majalah Bobo karena nama ini sudah bersifat nasional dan sudah cukup lekat dengan anak, bapak Nur Taufiq sangat berharap sanggar ini bisa mudah dikenal anak-anak di Solo dan sekitarnya. Sanggar ini berada didaerah perbatasan antara sukoharjo dan Solo, tepatnya di jalan Joko Tingkir No.13 Sanggrahan, Makam Haji, Sukoharjo.
Perkembangan selanjutnya sanggar yang bersifat sosial ini akhirnya menjadi jasa pendidikan yang ada penentuan biaya pendidikan, biaya pendaftaran dan sertifikat. Akhirnya dari biaya itu bisa membeli sepuluh meja dan tempat duduk untuk sarana menggambar serta perbaikan lokasi dengan dibuat seperti dunia anak-
anak. Ruangan didesain seperti taman kanak-kanak dengan dicat motif gambar- gambar yang dekat dengan dunia anak.
Gambar 3. Tampak Depan Sanggar Bobbo.
(Dokumentasi oleh: Ichwan Budi P: 2009)
Karena perkembangan semakin baik, dan merasa bahwa peranan dunia seni rupa anak sangat penting bagi pendidikan akhirnya pada bulan Juli 2005 melalui Bapak Drs.Subari selaku pembina Pendidikan Ketrampilan Luar Sekolah Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo akhirnya dibantu diberi ijin usaha Lembaga pendidikan luar Sekolah. Dengan status terdaftar di Departemen pendidikan No. 4113 / 0406 / 2006 dan dari Dinas pendidikan Kabupaten Sukoharjo mendapat bantuan biaya perkembangan. Siswa berkembang menjadi 30 anak, dalam perkembanganya di sanggar tersebut di bimbing dua orang yang mereka sama-sama merupakan lulusan FKIP Seni Rupa UNS Surakarta.
Sanggar Lukis Anak oleh Dinas pendidikan Sukoharjo dijadikan Lembaga Pendidikan Ketrampilan Anak BOBBO. Sebagai pimpinan adalah bapak Nur Taufiq, sekaligus juga menjadi salah satu tenaga pengajar di sanggar tersebut, dibantu dua tenaga pengajar yaitu Siswanto dan Ainita serta administrasi dikelola ibu Nur Aini.
Kemudian setelah resmi sebagai badan pendidikan pada bulan November 2006 menjalin kerja sama dengan Komisi Nasional Indonesia UNESCO. Melalui badan ini
partisipasi siswa bisa mengikuti lomba lukis anak Internasional secara rutin. Beberapa kali mengikuti lomba lukis Internasional seperti di Kanagawa, Jepang dan lain lain.
Dan beberapa kali tutor di sanggar ini menjadi Juri Lomba Lukis Anak di Kabupaten Sukoharjo dan di Surakarta.
2. Pendidikan Seni Di Sanggar Bobbo
Pendidikan seni di sanggar Bobbo dikhususkan pada progam seni lukis, karena seni lukis dianggap lebih banyak diminati anak-anak di wilayah Surakarta dan sekitarnya dibanding dengan cabang seni yang lain, selain itu banyaknya perlombaan lukis untuk anak-anak di daerah Surakarta dan sekitarnya, menjadikan bidang seni lukis lebih popular di masyarakat. Di sanggar ini pendidikan yang diselenggarakan berupa bimbingan dan pengarahan dalam melukis untuk anak-anak mulai Playgroup sampai SMP. Pendidikan di sanggar ini hanya dikhususkan pada melukis, dalam pelaksanaanya bimbingan dilakukan bertahap dari pengenalan dasar-dasar melukis, mewarnai, dan melukis. Materi-materi awal yang diberikan antara lain pengenalan garis, warna, kemudian mencoba mewarnai gambar yang sudah disiapkan, sampai siswa dibebaskan untuk berekspresi sendiri. Dalam pemberian materi ini tidak dibatasi dengan jangka waktu tertentu, sehingga selama anak masih senang pada tahap ini pembimbing hanya akan mengawasi dan mengarahkan. Pelaksanaan bimbingan di sanggar ini lebih fleksibel, siswa dibebaskan masuk kapan saja antara hari senin sampai dengan hari sabtu, jadi tidak ada jadwal rutin kapan siswa harus berangkat, dan dalam setiap pertemuan disediakan waktu 1,5 jam yaitu pukul 16.00 – 17.30 WIB. Hal ini ditujukan agar ketika si anak berangkat untuk belajar dalam keadaan yang siap dan senang dalam kegiatan belajarnya sehingga hasilnya pun akan lebih maksimal.
Sarana dan prasarana yang digunakan sanggar Bobbo dalam proses bimbingan sudah cukup memadai. Ruangan yang digunakan adalah teras rumah yang telah didesain seperti dunia anak-anak, dengan dicat berbagai bentuk gambar-gambar seperti pada Taman Kanak-Kanak maupun Play Group sehingga anak akan senang
dengan ruangan belajarnya, selain itu gambar-gambar tersebut juga dapat merangsang daya imajinasi anak dalam berkarya. Ruangan yang digunakan berukuran 7 X 5 m dengan alas tikar saat proses belajar dimulai. Sarana yang digunakan dalam pelaksanaan bimbingan terdiri dari meja berjumlah 10 buah dan tempat duduk sekitar 20 buah, untuk sarana pendukung pembelajaran pengajar menggunakan satu buah papan tulis berukuran 1 X 1,5 m sebagai alat bantu pengajaran. Sedangkan alat dan bahan yang digunakan siswa membawa sendiri, seperti pastel, buku gambar atau kertas gambar, spidol, dan kuas. Pembimbing dalam pelaksanaan seni lukis untuk anak di sanggar Bobbo, adalah bapak Nur taufik selaku pimpinan dan sekaligus merangkap sebagai salah satu staf pengajar, bapak Siswanto, dan mbak Ainita S, ketiganya memiliki latar belakang pendidikan yang berkaitan dengan kesenirupaan.
B. Pelaksanaan Pembelajaran Melukis Pada Anak Dengan Media Pastel Di Sanggar Bobbo
Secara umum pelaksanaan pembelajaran seni lukis anak-anak di sanggar Bobbo Sukoharjo dapat dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu sebagai berikut : (1) persiapan alat dan bahan, (2) persiapan pengajar dalam pelaksanaan pembelajaran seni lukis, (3) menentukan tema, (4) membuat sketsa dan proses mewarnai, (5) finishing.
1. Persiapan Alat Dan Bahan
Sebelum pelaksanaan kegiatan melukis dimulai, langkah pertama yang dilakukan adalah mempersiapkan alat-alat dan bahan. Alat dan bahan tersebut meliputi spidol, pastel, kuas, dan kertas gambar. Untuk menunjang kelancaran dalam pelaksanaan pembelajaran setiap anak diwajibkan membawa sendiri alat dan bahan tersebut diatas. Spidol biasanya digunakan yang ukuran kecil, sedangkan pastel yang digunakan tidak ditentukan jumlah dan merk tertentu. Kuas menggunakan kuas besar sebagai alat pembersih sisa-sisa pastel yang tidak menempel pada kertas. Kertas
A4 biasanya digunakan pada tahap-tahap awal seperti pengenalan garis dan mewarnai, sedang ukuran A3 digunakan pada waktu anak mulai belajar melukis.
Biasanya ada yang didampingi para orang tua anak, sehingga dapat membantu menata dan menyiapkan alat yang telah dibawa oleh para siswa. Selain alat-alat diatas pengajar akan menyiapkan papan tulis dan beberapa alat peraga sebagai penunjang dalam pembelajaran yang akan dilakukan.
2. Persiapan Pengajar Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Melukis
Dalam pelaksanaan pembelajaran lukis pada anak di sanggar Bobbo, ada beberapa hal yang harus disiapkan pengajar sebelum pelaksanaan kegiatan tersebut berlangsung. Yaitu mempersiapkan alat bantu yang dibutuhkan sebagai penunjang kegiatan pembelajaran melukis. Selain itu pengajar juga akan mempersiapkan metode apa yang digunakan dalam proses belajar tersebut
a. Alat bantu atau pendukung pengajaran
Alat bantu atau pendukung dalam pengajaran merupakan alat-alat yang disiapkan dan disediakan pengajar sebelum pembelajaran dimulai, alat tersebut sebagai penunjang pengajar menyampaikan materi dan berinteraksi dengan anak.
Alat-alat bantu atau pendukung tersebut antara lain sebagai berikut:
1) Papan tulis
Papan tulis merupakan salah satu alat yang sangat mendukung dan membantu pengajar dalam proses pembelajaran, papan tulis dapat digunakan sebagai alat peraga atau media demonstrasi pengajar untuk mempermudah dalam pembelajaran yang dilakukan. Di sanggar Bobbo digunakan sebuah papan tulis dengan ukuran 120 X 150cm dengan bahan kayu lapis warna hitam dan menggunakan kapur sebagai midianya. Bentuk-bentuk yang didonstrasikan dan diperagakan pengajar tersebut dapat memberikan pemahaman kepada anak mengenai materi yang diberikan.
Gambar 4. Gambar papan tulis yang digunakan di sanggar Bobbo.