• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi Usia 1 Tahun di Lingkungan III Kelurahan Jati Karya Binjai Utara Tahun 2021

N/A
N/A
keynes keynes

Academic year: 2024

Membagikan "Pelaksanaan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi Usia 1 Tahun di Lingkungan III Kelurahan Jati Karya Binjai Utara Tahun 2021"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Pelaksanaan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi Usia 1 Tahun di Lingkungan III Kelurahan Jati

Karya Binjai Utara Tahun 2021

Rini Susanti

Akademi Kebidanan Langkat E-mail: [email protected]

ABSTRACT

Provision of complete basic immunization is useful to provide comprehensive protection against dangerous diseases Provision of complete basic immunization is useful to provide comprehensive protection against dangerous diseases. By providing complete basic immunizations according to schedule, the baby's body is stimulated to have immunity so that his body is able to defend against dangerous diseases.This study aims to determine "maternal factors related to the implementation of complete basic immunization in infants aged 1 year in environment III of the teak village of northern binjai in 2021". This research is correlated by using the chi square test and primary data through questionnaires. In this study the study population was mothers who had a 1 year old baby living in environment III of the teak village of northern binjai as many as 54 people, the sample used was total sampling. In a study conducted on 54 people showed that from 54 people based on maternal education that there is a relationship between the implementation of immunization with a significant value of 0.01 <0.05. Based on the work of mothers that there is a relationship between the implementation of immunization with a significant value of 0.01 <0.05. Based on the provision of immunization that there is a correlation between the implementation of immunization with a significant value of 0.04 <0.05. It is expected that mothers who have a 1-year-old baby listen to counseling more often and come to the posyandu to seek information about complete basic immunization.

Keywords : Implementation, basic immunization, 1 year old baby

ABSTRAK

Pemberian imunisasi dasar lengkap berguna untuk memberikan perlindungan menyeluruh terhadap penyakit- penyakit yang berbahaya Pemberian imunisasi dasar lengkap berguna untuk memberikan perlindungan menyeluruh terhadap penyakit-penyakit yang berbahaya. Dengan memberikan imunisasi dasar lengkap sesuai jadwal, tubuh bayi dirangsang untuk memiliki kekebalan sehingga tubuhnya mampu bertahan melawan serangan penyakit berbahaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “faktor-faktor ibu yang berhubungan dengan pelaksanaan pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi usia 1 tahun di lingkungan III kelurahan jati karya binjai utara tahun 2021”. Penelitian ini bersifat colerasi dengan menggunakan uji chi square dan data primer melalui pembagian kuesioner. Dalam penelitian ini populasi penelitian adalah ibu yang memiliki bayi berusia 1 tahun yang tinggal di lingkungan III kelurahan jati karya binjai utara sebanyak 54 orang, sampel yang digunakan adalah total sampling. Pada penelitian yang dilakukan terhadap 54 orang menunjukan bahwa dari 54 orang berdasarkan pendidikan ibu bahwa ada hubungan pelaksanaan pemberian imunisasi dengan nilai signifikan 0,01<0,05. Berdasarkan pengetahuan ibu bahwa ada hubungan pelaksanaan peberian imunisasi dengan nilai signifikan 0,01<0,05. Berdasarkan pemberian imunisasi bahwa ada hubungan pelaksanaan imunisasi dengan nilai signifikan 0,04<0,05. Diharapkan kepada ibu-ibu yang mempunyai bayi usia 1 tahun agar lebih sering mendengarkan penyuluhan dan datang ke posyandu untuk mencari informasi tentang imunisasi dasar lengakap.

Kata Kunci : Pelaksanaan, imunisasi dasar, bayi usia 1 tahun

(2)

PENDAHULUAN

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga kelak ia tidak akan mudah terpapar dengan penyakit tersebut. (Yuliasti 2012).

Imunisasi dalam system kekebalan nasional adalah salah satu bentuk interversi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita.Dasar utama pelayanan kesehatan kesehatan, bidang preventif merupakan prioritas utama, dengan melakukan imunisasi terhadap seorang anak atau balita, tidak hanya memberikan pelindungan pada anak lainnya.Karena terjadi tingkat imunitas umum yang meningkat dan mengurangi penyebab infeksi (Ranuh dkk 2011).

Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal pada bayi untuk mencapai kadar kekebalan diatas ambang perlindungan (Depkes RI 2012). Jenis-jenis imunisasi dasar, yaitu BCG adalah imunisasi dasar yang diberikan untuk mencegah penyakit TBC. Kemudian imunisasi dasar Hepatitis B yang diberikan untuk mencegah penyakit Hepatitis B. Selanjutnya DPT yaitu imunisasi dasar yang diberikan untuk mencegah penyakit difteri,pertusis, dan tetanus. Kemudian imunisasi dasar Campak , yang diberikan untuk mencegah penyakit campak dan yang terakhir imunisasi dasar Polio, yang diberikan untuk mencegah penyakit polio (IDAI,2014).

Imunisasi polio adalah suatu vaksin yang melindungi anak

terhadap penyakit

poliomyelitis.Poliomyelitis adalah suatu penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus polio. Virus polio masuk melalui makanan dan akan berkembang biak dikelenjar getah bening saluran cerna, kemudian menyebar melalui melalui darah ke system syaraf, dang mengakibatkan kelumpuhan serta cacat seumur hidup (hadinegoro 2011).

Pemberian imunisasi dasar lengkap berguna untuk memberikan perlindungan menyeluruh terhadap penyakit-penyakit yang berbahaya.

Dengan memberikan imunisasi dasar lengkap sesuai jadwal, tubuh bayi dirangsang untuk memiliki kekebalan sehingga tubuhnya mampu bertahan melawan serangan penyakit berbahaya.Imunisasi memang menyebabkan KIPI atau kejadian ikutan pasca imunisasi, yakni umumnya kejadian sakit dan kematian yang terjadi sebagai reaksi berat yang tidak terduga dan jarang terjadi. Namun, sebagian KIPI hanya ringan dan akan mereda sendiri (Proverawati, 2010).

Menurut penelitian dari Nurul Hidayah Imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap tubuh anak. Tetapi hamper seperempat dari 130 bayi yang dilahir tiap tahun tidak diimunisasi.

Cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL) di Indonesia tahun 2016 belum mencapai target. Pemerintah menargetkan cakupan IDL sebesar 91,5 %, namun hingga akhir tahun hanya 82,1% yang berhasil tercapai.

Ada beberpa faktor yang menyebabkan ibu tidak memberikan imunisasi pada bayinya, yaitu : keterbatasan waktu ibu, informasi,

(3)

dukungan keluarga yang kurang serta komposisi vaksin.

Cakupan Imunisasi di Dunia, rata-rata telah mencapai angka 93%.

Dengan cakupan imunisasi terendah diperoleh Equatorial Guinea (3%) sedangkan cakupan imunisasi tertinggi mencapai angka (99%) diperoleh Alberia, Antigua dan Barbuda, Brunei Darussalam, Czech Republic, Ecuador,Fiji,Greece, Guyana,Iran, Kazakhstan, Maldives, Niue, Qatar, Saint Lucia, Sri Langka, dan Uzbekistan. Indonesia sendiri memperoleh cakupan imunisasi sebesar (85%), masih dibawah rata- rata cakupan imunisasi di dunia dan jauh dibawah Singapore (97%) dan Malaysia (96%) (WHO, 2014).

Program imunisasi dilaksanakan di Indonesia sejak 1956. Kementerian Kesehatan

melaksanakan Program

Pengembangan Imunisasi (PPI) pada anak dalam upaya menurunkan kejadian penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), yaitu tuberculosis, difteri, pertusis, campak,polio, tetatus serta hepatitis B. Menurut Keputusan Menteri

Kesehatan RI Nomor

1611/MENKES/SK/XI/2005,

program pengembangan imunisasi mencakup satu kali HB-0, satu kali imunisasi polio, dan satu kali imunisasi BCG, tiga kali imunisasi DPT-HB, empat kali imunisasi polio, dan satu kali imunisasi campak.

Imunisasi BCG diberikan pada bayi umur kurang dari tiga bulan, imunisasi polio pada bayi baru lahir, dan tiga dosis berikutnya diberikan dengan jarak paling cepat empat minggu, imunisasi DPT-HB pada bayi umur dua bulan, tiga bulan

empat bulan dengan interval minimal empat minggu dan imunisasi campak paling dini umur sembilan bulan (Riskesdas, 2013).

PPI merupakan program pemerintah guna mencapai komitmen Internasional, yaitu Universal Child Imunization (UCI).Program UCI secara nasional dapat dicapai tahun 1990, yaitu cakupan DPT 3, Polio 3, dan Campak minimal 80% sebelum umur 1 tahun.Sedangkan untuk DPT 1, Polio 1 dan BCG minimal mencakup 90% (Ranuh dkk, 2011).

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan vaksin sudah terbukti aman.Tingkat perlindungan jauh lebih besar ketimbang efek samping yang mugkin timbul.Efek samping imunisasi juga lebih ringan ketimbang efek bila anak tidak diimunisasi (Depkes RI, 2011).

Imunisasi BCG, Polio, Hepatitis B, DPT, dan Campak.BCG (bacillus Calmette Guerin) sering kali digunakan sebagai cerminan proporsi anak-anak yang dilindungi dari bentuk penyakit tuberculosis yang parah selama satu tahun pertama hidupnya, dan juga digunakan sebagai salah satu indicator akses ke pelayanan kesehatan. Selain BCG, vaksin lain yang wajib diberikan pada bayi adalah polio. Imunisasi polio merupakan imunisasi untuk mencegah penyakit polio.Tidak seperti imunisasi BCG, atau Campak yang membutuhkan 1 dosis, imunisasi polio membutuhkan 4 dosis.( Proverawati,2010).

Tanpa imunisasi di Indonesia kira-kira 3 dari 100 kelahahiran anak

(4)

akan meninggal karena penyakit tetanus, dan dari anak 1 akan menderita penyakit polio. Apabila ini dibiarkan dapat menimbulkan wabah yang menyebar kemana-mana dan dapat menyebabkan cacat atau kematian lebih banyak.Perlindungan imunisasi tidak 100% artinya setelah diimunisasi bayi dan anak masih bisa terkena penyakit.Tetapi hanya kemungkinan kecil sekitar 5-15%

(Proverawati, 2010).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat 4,5 juta kematian dari 10,5 juta per tahun adalah akibat penyakit infeksi yang bisa dicegah dengan imunisasi , misalnya pneumococcus (28%), campak (21%), tetanus (18%), rotavitus penyebab diare (16%), dan hepatitis B (16%). Setiap tahun imunisasi rutin dilakukan terhadap sekitar 4,5 juta anak usia 0-1 tahun, imunisasi rutin itu mencakup BCG,Polio, DPT/HB, Campak (Mahdi, 2010).

Berdasarkan hasil sementara survey penduduk antar sensus (SUPAS) pada tahun 2015, angka kematian bayi (AKB) di Indonesia mencapai 22/1.000 kelahiran hidup yang sudah mampu mencapai target MDG tahun 2015 sebesar 23/1.000 kelahiran hidup.Angka kematian balita (AKABA) mencapai 26/1.000 kelahiran hidup yang sudah mencapai target MDG tahun 2015 sebanyak 32/1.000 kelahiran hidup.

Laporan UNICEF yang dikeluarkan terakhir menyebutkan bahwa 27 juta anak balita dan 40 juta ibu hamil diseluruh dunia masih belum mendapatkan layanan imunisasi rutin. Sekalipun imunisasi telah menyelamatkan 2 juta anak pada tahun 2003, data yang terbaru

menyebutkan 1,4 juta anak meninggal karena mereka tidak di vaksin. Hampir seperempat dari 130 juta bayi yang lahir tiap tahun tidak diimunisasi agar terhindar dari penyakit anak yang umum.Rata-rata angka imunisasi di Indonesia hanya 72% artinya, angka dibeberapa daerah sangat rendah. Ada sekitar 2400 anak di Indonesia meninggal setiap hari termasuk yang meninggal setiap hari termasuk yang meninggal karena sebab-sebab yang seharusnya dapat dicegah. Misalnya, tuberculosis,campak,pertusis,dipteri, dan tetanus. Masalah ini mencerminkan perlunya pendanaan yang sesuai ditingkat nasional untuk mendukung dan mempertahankan pengawasan program imunisasi di Indonesia (UNICEF,2010).

Imunisasi mencegah 2-3 juta kematian anak di dunia akibat penyakit infeksi seperti difteri,tetanus,pertusis, dan campak sehingga imunisasi merupakan salah satu upaya intervensi kesehatan masyarakat yang paling berhasil dan cost-effective, terutama bagi negara berkembang (WHO, 212).

Kematian bayi diindonesia disebabkan salah satu nya oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang diperkirakan 1,7 juta (5%) kematian. Agar target nasional dan global dapat mecapai eradikasi,eliminasi, dan reduksi terhadap PD3I maka cakupan imunisasi harus dipertahankan tinggi dan merata sampai mencapai tingkat polulation imuniti (kekebalan masyarakat ) yang tinggi. Salah satu program yang telah terbukti efektif untuk menekan angka kesakitan dan kematian akibat PD3I imunisasi,

(5)

persentase imunisasi menurut jenisnya yang tertinggi sampai terendah pada saat ini diindonesia adalah untuk BCG (77,9%),Campak (74,4%),Polio 4 (66,7%), dan terendah DPT-HB 3(61,19%) (Rikesdas,2010).

Dinas Kesehatan Sumatra Utara menargetkan pencapaian imunisasi untuk usia 0-11 bulan hingga 90% target sasaran bayi 331.930 ditahun 2011. Sedangkan untuk tingkat kabupaten/kota harus menjangkau 95% serta desa uji imunisasi sebanyak 82%. Ikatan dokter anak Indonesia (IDAI) Sumatera Utara bertekad mencegah anak dari segala penyakit dengan sosialisasi imunisasi dan pemanfaatan Air susu ibu (ASI).

IDAI Sumut mengajak para dokter spesialis, dokter umum dan tenaga kesehatan serta jurnalis kesehatan untuk berperan aktif dalam meningkatkan kewaspadaan penyakit infeksi yang bisa menyerang bayi karena tidak imunisasi (Dinkes Sumut, 2011).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan di Lingkungan III Kelurahan Jati Karya Binjai Utara dengan jumlah sasaran 54 bayi perbulan dan hanya 25 bayi yang datang perbulan. Dari beberapa ibu yang di wawancarai ternyata ibu mempunyai alasan yang berbeda- beda seperti, bayi ibu tidak datang dikarnakan sakit pada saat jadwal imunisasi.

Faktor-faktor ini seperti,pendidikan,pekerjaan,pendap atan,dukungan keluarga, umur ibu, dan pengetahuan sebagainya akan sangat mempengaruhi pelaksanaan

pemberian imunisasi dasar bayi.

(Kemenkes RI 2010).

Berdasarkan latar belakang diatas, akibat dari rendahnya cakupan imunisasi dan tingginya PD3I di Lingkungan III Kelurahan Jati Karya Binjai Utara menyebabkan Morbiditas dan mortalitas pada bayi sehingga penulis tertarik untuk meneliti Faktor-faktor yang berhungan dengan pelaksanaan pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi usia 1 tahun Lingkungan III Kelurahan Jati Karya Binjai Utara Tahun 2021.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi analitik dengan desain studi croos sectional.

Dalam penelitian ini dilihat adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi usia 1 tahun. Dalam penelitian ini menggunakan instrument berupa kuesioner . variable independent (variable bebas) dalam penelitian ini adalah factor-faktor yang berhubungan dengan tindakan ibu yaitu pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dukungan keluarga, umur ibu, pengetahuan ibu dalam pemberian imunisasi. Dukungan Keluarga Dengan pelaksanaan Imunisasi Dasar.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Setelah penulis melakukan penelitian diLingkungan III Kelurahan Jati Karya Kelurahan Binjai Utara dengan menggunakan kuesioner terhadap sampel yang

(6)

berjumlah 54 orang maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Berdasarkan Pendidikan Ibu Di Lingkungan III Kelurahan Jati Karya Kelurahan Binjai Utara Tahun 2021

N o

Berdasar kan Pendidika

n

Freku ensi

Presenta se

1 Rendah 11 20,3

2 Menengah 37 68,6

3 Tinggi 6 11,1

TOTAL 54 100

Berdasarkan tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa frekuensi Pendidikan ibu yang melakukan imunisasi Di Lingkungan III Kelurahan Jati Karya Binjai Utara Mayoritas Pendidikan ibu Menengah (SMA) sebanyak 37 (68,5 %) dan minoritas pendidikan ibu Tinggi (Perguruan Tinggi) sebanyak 6 (11,1%).

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Ibu Di Lingkungan III Kelurahan Jati Karya

Binjai Utara Tahun 2021

N o

Berdasar kan Pekerjaa

n Ibu

Frekue nsi

Present asi (%)

1 Tidak Bekerja

34 63.0

2 Bekerja 20 37.0

Jumlah 54 100%

Berdasarkan tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa frekuensi Pekerjaan ibu yang melakukan imunisasi Di Lingkungan III Kelurahan Jati Karya Binjai Utara

Mayoritas Pekerjaan ibu yang tidak bekerja sebanyak 34 (63,%) dan minoritas pekerjaan ibu yang bekerja sebanyak 20 (37%).

Distribusi Frekuensi

Sosiodemografi Berdasarkan Pendapatan di

Lingkungan III Kelurahan Jati Karya Binjai Utara Tahun 2021

N o

Berdasar kan Pendapat

an

Frekue nsi

Present asi (%)

1 Tidak Ada Pendapata

n

34 63,0

2 <2.614.78 1

8 14,8

3 >2.614.78 1

12 22,2 Jumlah 54 100

Berdasarkan tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa frekuensi Pendapatan ibu yang melakukan imunisasi Di Lingkungan III Kelurahan Jati Karya Binjai Utara Mayoritas Pendapatan ibu yang tidak ada pendapatan sebanyak 34 (63%) dan minoritas pendapatan ibu yang

>2.614.781 sebanyak 12 (22,2%).

Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga

Distribusi Frekuensi Sosiodemografi Berdasarkan Dukungan Keluarga

Lingkungan III Kelurahan Jati Karya Binjai UtaraTahun 2021

N o

Berdasar kan Dukunga

n Keluarga

Frekue nsi

Present asi (%)

(7)

1 Menduku ng

49 90,7 2 Tidak

mendukun g

5 9,3

Jumlah 54 100 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa frekuensi Dukungan Keluarga yang melakukan imunisasi Di Lingkungan III Kelurahan Jati Karya Binjai Utara Mayoritas Dukungan Keluarga yang mendukung sebanyak 49 (90,7%) dan minoritas Dukungan Keluarga ibu yang tidak mendukung sebanyak 5 (9,3%).

Distribusi Frekuensi Sosiodemografi Berdasarkan Umur Di Lingkungan III Kelurahan Jati Karya Kelurahan Binjai Utara Tahun 2021

N o

Berdasar kan Umur

Frekue nsi

Present asi (%)

1 20-25 43 79,6

2 26-30 8 14,8

3 31-35 3 5,6

Jumlah 54 100 Berdasarkan tabel 5 di atas, dapat dilihat bahwa frekuensi Umur ibu yang melakukan imunisasi Di Lingkungan III Kelurahan Jati Karya Binjai Utara Mayoritas Umur ibu 20- 26 sebanyak 43 (79,6%) dan minoritas Umur ibu 31-35 sebanyak 3 (5,6%)

Distribusi Frekuensi Sosiodemografi Berdasarkan Pengetahuan DiLingkungan

Kelurahan Jati Karya Binjai Utara Tahun 2021

No Berdasarkan Pengetahuan

Frekuensi Presentasi (%)

1 Baik 42 77,8

2 Cukup 8 14,8

3 Kurang 4 7,4

Jumlah 54 100

Berdasarkan tabel 6 di atas, dapat dilihat bahwa frekuensi Pengetahuan ibu yang melakukan imunisasi Di Lingkungan III Kelurahan Jati Karya Binjai Utara Mayoritas Pengetahuan Ibu yang baik 42 (77,8%) dan minoritas Pengetahuan ibu yang kurang sebanyak 4 (7,4%).

Distribusi Frekuensi Sosiodemografi Berdasarkan Pemberian Imunisasi Di Lingkungan III Kelurahan Jati Karya Kelurahan Binjai Utara Tahun 2021

N o

Berdasar kan Pemberia

n Imunisasi

Frekue nsi

Present asi (%)

1 Tidak Melakuka n

29 53,7

2 Melakuka n

25 46,3 Jumlah 54 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa frekuensi Pemberian Imunisasi ibu yang melakukan imunisasi Di Lingkungan III Kelurahan Jati Karya Binjai Utara Mayoritas Pemberian Imunisasi yang tidak melakukan sebanyak 29(53,7%) dan minoritas Pemberian Imunisasi yang melakukan sebanyak 25 (46,3%).

(8)

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan

Berdasarkan dari hasil penelitian menunjukan bahwa frekuensi Pekerjaan ibu yang melakukan imunisasi Di Lingkungan III Kelurahan Jati Karya Binjai Utara Mayoritas Pekerjaan ibu yang tidak bekerja sebanyak 34 (63%) dan minoritas pekerjaan ibu yang bekerja sebanyak 20 (37%).

Berdasarkan ibu yang tidak bekerja Mayoritas yang melaksanakan imunisasi sebanyak 33 orang (61,1%) dan minoritas ibu yang tidak bekerja yang tidak melaksanakan imunisasi sebanyak 1 orang (1,9%).

Mayoritas ibu yang bekerja yang melaksanakan imunisasi sebanyak 13 orang (24,1%) dan minoritas ibu yang bekerja yang tidak melakukan imunisasi sebanyak 7 orang (13%).

Hal ini sejalan dengan penelitian Mursyida (2013) yang berjudul faktor-faktor yang berhubungan dengan cakupan imunisasi dasar lengkap menunjukan bahwa adanya hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian imunisasi. Hal ini menunjukan bahwa pekerjaan ibu merupakan faktor yang menyebabkan ketidak lengkapan imunisasi dasar pada bayi.

Hal ini sejalan dengan teori Notoadmodjo (2010) bahwasanya pekerjaan merupakan salah satu penyebab terjadinya kurangnya pengetahuan seseorang tentang Pemberian Imunisasi Dasar yang terjadi pada Anak, berdasarkan dari pengertian pekerjaan merupakan kegiatan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari apakah ibu bekerja dirumah atau diluar.

Berdasarkan dari asumsi penulis menunjukan bahwa sebagian besar ibu yang tidak bekerja lebih banyak memiliki waktu sehinggan ibu lebih memperhatikan kesehatan bayinya untuk melakukan Imunisasi Dasar dan ibu yang bekerja tidak memiliki banyak waktu sehingga ia lebih sering terlambat melakukan imunisasi.

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendapatan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa frekuensi Pendapatan ibu yang melakukan imunisasi Di Lingkungan III Kelurahan Jati Karya Binjai Utara Mayoritas Pendapatan ibu yang tidak ada pendapatan sebanyak 34 (63%) dan minoritas pendapatan ibu yang

>2.614.781 sebanyak 12 (22,2%).

Berdasarkan Mayoritas ibu yang tidak ada pendapatan yang melaksanakan imunisasi sebanyak 32 orang (59,3%) dan minoritas ibu yang tidak ada pendapatan yang tidak melaksanakan imunisasi sebanyak 2 orang (3,7%). Mayoritas ibu yang berpendapatan <2.614.781 yang melaksanakan imunisasi sebanyak 7 orang (13%) dan minoritas ibu yang berpendapatan

<2.614.781 yang tidak melaksanakan imunisasi sebanyak 1 orang (1,9%).

Mayoritas ibu yang berpendapatan

>2.614.781 yang melaksanakan imunisasi sebanyak 7 orang (13%) dan minoritas ibu yang berpendapatan >2.614.781 yang tidak melaksanakan imunisasi sebanyak 5 orang (9,5%)

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Elly Istriyati (2011) yang berjudul faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan

(9)

imunisasi dasar lengkap menunjukan bahwa adanya hubungan antara pendapatan ibu dengan pemberian imunisasi. Hal ini menunjukan bahwa pendapatan ibu merupakan faktor yang sangat penting dalam pelaksanaan imunisasi dasar lengkap pada bayi.

Hal ini tidak sejalan dengan teori Notoadmodjo (2007).

Pendapatan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi. Ibu yang keluarganya berpenghasilan rendah akan sulit mendapatkan fasilitas sumber informasi. Tetapi apabila berpenghasilan cukup maka dia mampu menyediakan fasilitas sumber informasi sehingga pengetahuannya akan bertambah.

Berdasarkan dari asumsi peneliti bahwa terdapat 34 IRT yang tidak memiliki pendapatan tetapi lebih banyak yang melakukan imunisasi dasar lengkap dikarenakan IRT lebih banyak mendapatkan informasi dari media sosial ataupun dengan penyuluhan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan sehingga tidak ada hubungan antara pendapatan ibu dengan pelaksanaan pemberian imunisasi dasar lengkap.

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dukungan Keluarga

Berdasarkan dari hasil penelitian menunjukan bahwa frekuensi Dukungan Keluarga yang melakukan imunisasi Di Lingkungan III Kelurahan Jati Karya Binjai Utara Mayoritas Dukungan Keluarga yang

mendukung sebanyak 49 (90,7%) dan minoritas Dukungan Keluarga ibu yang tidak mendukung sebanyak 5 (9,3%). Berdasarkan dukungan keluarga mayoritas keluarga yang mendukung yang melaksanakan imunisasi sebanyak 44 (81,5%) dan minoritas keluarga yang mendukung yang tidak melaksanakan imunisasi sebanyak 5 orang (9,3%). Mayoritas keluarga yang tidak mendukung yang tidak melaksanakan imunisasi sebanyak 3 orang (5,6%) dan minoritas keluarga yang tidak mendukung yang melakukan imunisasi sebanyak 2 orang (3,7%).

Hal ini sejalan dengan penelitian Gallo (2015) yang berjudul faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi dasar menunjukan bahwa adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian imunisasi. Hal ini menunjukan bahwa dukungan keluarga merupakan faktor yang sangat mendukung untuk kelengkapan imunisasi dasar pada bayi.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian (Friedman, 2010).

Dukungan keluarga adalah suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosialnya yang dapat diakses oleh keluarga yang dapat bersifat mendukung dan memberikan pertolongan kepada anggota keluarga.

Berdasarkan dari asumsi penulis sebagian besar ibu yang selalu di dukungan keluarga kebanyakan akan selalu melakukan imunisasi dasar lengkap yang juga bertujuan untuk kesehatan bayi karna jika tidak adanya dukungan dari keluarga maka ibu akan merasa takut

(10)

bayinya demam dan bengkak pada tempat penyuntikan saat setelah melakukan imunisasi.

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur

Berdasarkan dari hasil penelitian menunjukan bahwa frekuensi Umur ibu yang melakukan imunisasi Di Lingkungan III Kelurahan Jati Karya Binjai Utara Mayoritas Umur ibu 20-25 sebanyak 43 (79,6%) dan minoritas Umur ibu 31-35 sebanyak 3 (5,6%).

Berdasarkan umur ibu 20-26 tahun mayoritas yang melaksanakan imunisasi sebanyak 40 orang (74.1%) dan minoritas umur ibu 20- 25 tahun yang tidak melakukan imunisasi sebanyak 3 orang (5,6%).

Mayoritas ibu yang berusia 26-30 tahun yang melaksanakan imunisasi sebanyak 5 orang (9,3%) dan minoritas ibu yang berusia 26-30 tahun yang tidak melaksanakan imunisasi sebanyak 3 orang (5,6%).

Mayoritas ibu yang berusia 31-35 tahun yang tidak melaksanakan imunisasi sebanyak 2 orang (3,7%) dan minoritas ibu yang berusia 31-35 tahun yang melaksanakan imunisasi sebanyak 1 orang (1,9%).

Hal ini sejalan dengan penelitian Desti Diana Sari (2018) yang berjudul faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi dasar bahwa adanya hubungan antara umur ibu dengan pemberian imunisasi. Hal ini menunjukan bahwa umur ibu sangat berkaitan dengan pemberian imunisasi dasar lengkap

Hal ini sejalan dengan teori Notoadmodjo (2007. Makin tua umur seseorang maka proses

perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Selain itu daya ingat seseorang dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu mengingat atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mngigat suatu pengetahuan akan berkurang. Seorang ibu yang berumur 40 tahun pengetahuannya akan berbeda dengan saat dia sudah berumur 60 tahun.

Berdasarkan dari asumsi penulis sebagian besar ibu yang berusia lebih muda akan melakukan imunisasi dasar pada bayinya karna kebanyakan ibu yang berusia muda memiliki banyak akses informasi bahwasannya imunisasi dasar sangat penting pada bayinya. sedangkan ibu yang berusia lebih tua kebanyakan akan takut melakukan imunisasi pada bayinya karna ibu tersebut kurang mendapatkan informasi.

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan

Berdasarkan dari hasil penelitian menunjukan bahwa frekuensi Pengetahuan ibu yang melakukan imunisasi Di Lingkungan III Kelurahan Jati Karya Binjai Utara Mayoritas Pengetahuan Ibu yang baik 42 (77,8%) dan minoritas Pengetahuan ibu yang kurang sebanyak 4 (7,4%). Berdasarkan pengetahuan ibu mayoritas ibu yang berpengetahuan baik yang

(11)

melaksanakan imunisasi sebanyak 39 orang (72,2%) dan minoritas ibu yang berpengetahuan ibu yang tidak melaksanakan imunisasi sebanyak 3 orang (5,6%). Mayoritas

pengetahuan ibu yang

berpengetahuan cukup yang melaksanakan imunisasi sebanyak 6 orang (11,1%) dan minoritas ibu yang berpengetahuan cukup yang tidak melaksanakan imunisasi sebanyak 2 orang (93,7%). Mayoritas

pengetahuan ibu yang

berpengetahuan kurang yang tidak melaksanakan imunisasi sebanyak 3 orang (5,6%) dan minoritas

pengetahuan ibu yang

berpengetahuan kurang sebanyak 1 orang (1,9%).

Hal ini sejalan dengan penelitian Eka Fitriani (2017) yang berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan pemberian imunisasi dasar bahwa adanya hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi. Hal ini menunjukan bahwa pengetahuan ibu sangat berkaitan dengan pelaksanaan pemberian imunisasi dasar lengkap.

Hal ini sejalan dengan teori Notoadmodjo (2010). Pengetahuan adalah hasil pengidraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

Berdasarkan dari asumsi penulis sebagian besar ibu memiliki pengetahuan yang baik dikarnakan pada saat ini telah banyak bagian

kesehatan yang mengadakan penyuluhan tentang imunisasi dasar pada bayi selain itu kebanyakan dari ibu-ibu saat ini telah meemiliki pemikiran yang terbuka sehingga mudah bagi ibu untuk menerima informasi tentang imunisasi dasar pada bayi dan menjalankannya .

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pemberian Imunisasi.

Berdasarkan hasil peneliti menunjukan bahwa frekuensi Pemberian imunisasi ibu yang melakukan imunisasi Di Lingkungan III Kelurahan Jati Karya Binjai Utara Mayoritas Pemberian Ibu yang tidak melakukan imunisasi sebanyak 29 (53,7%) dan minoritas pemberian imunisasi ibu yang melakukan imunisasi sebanyak 25 orang (46,3%). Berdasarkan pemberian imunisasi mayoritas ibu yang melaksanakan imunisasi sebanyak 46 orang dan minoritas ibu yang tidak melaksaanakan imunisasi sebanyak 8 orang. Mayoritas ibu yang tidak melakukan imunisasi sebanyak 21 orang (38,9%) dan minoritas ibu yang tidak melakukan imunisasi sebanyak 8 orang (14,8%). Mayoritas ibu yang melakukan imunisasi sebanyak 25 orang (46,3%) dan tidak ada ibu yang memberikan imunisasi pada bayinya.

Hal ini sejalan dengan dengan penelitian Mulyani (2010) di ciputat bahwa ibu yang tidak memberikan imunisasi dasar lengkap, menggangap bahwa bayi yang diimunisasi akan selalu demam atau sakit sehingga mereka tidak memberikan imunisasi pada bayinya.

Hal ini sejalan dengan teori (Proverawati, 2010).Pemberian

(12)

imunisasi dasar lengkap berguna untuk memberikan perlindungan menyeluruh terhadap penyakit- penyakit yang berbahaya. Dengan memberikan imunisasi dasar lengkap sesuai jadwal, tubuh bayi dirangsang untuk memiliki kekebalan sehingga tubuhnya mampu bertahan melawan serangan penyakit berbahaya.

Berdasarkan asumsi peneliti bahwasannya banyak ibu yang tidak melakukan imunisasi dasar dikarenakan ibu tidak mempunyai banyak waktu pada saat jadwal pemberian imunisasi dasar dan pada saat jadwal imunisasi dasar lengkap bayi ibu tersebut demam atau sakit sehingga ibu tidak melakukan imunisasi.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Setelah dilakukan penelitian mengenai “ faktor-faktor ibu yang berhubungan dengan pelaksanaan pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi usia 1 tahun di Lingkungan III Kelurahan Jati Karya Binjai Utara tahun 2021”.

Berdasarkan distribusi frekuensi dari Faktor ibu 54 yang menjawab kuesioner >80% 56 orang (71,8%), dan yang menjwab <80%

22 orang (28,2%). Berdasarkan pelaksanaan pemberian imunisasi dasar lengkap bahwa pendidikan mayoritas ibu Menengah (SMA) sebanyak 37 orang (68,5). Maka dari perhitungan dengan menggunakan analisa korelasi uji Chi squre didapatkan nilai singnifikan 0,01<

0,05 maka HO ditolak dan Ha di diterima, artinya dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pelaksanaan

imunisasi dasar lengkap dengan pendidikan ibu.

Berdasarkan distribusi frekuensi dari Faktor ibu 54 yang menjawab kuesioner >80% 56 orang (71,8%), dan yang menjawab <80%

22 orang (28,2%). Berdasarkan pelaksanaan pemberian imunisasi dasar lengkap bahwa mayoritas ibu yang tidak bekerja sebanyak 34 orang (63,0%). Maka dari perhitungan dengan menggunakan analisa korelasi uji Chi squre didapatkan nilai singnifikan 0,01<

0,05 maka HO ditolak dan Ha di diterima, artinya dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pelaksanaan imunisasi dasar lengkap dengan pekerjaan ibu.

Berdasarkan distribusi frekuensi dari Faktor ibu 54 yang menjawab kuesioner >80% 56 orang (71,8%), dan yang menjwab <80%

22 orang (28,2%). Berdasarkan pelaksanaan pemberian imunisasi dasar lengkap bahwa pendapatan mayoritas ibu sebanyak 34 orang (63,0%). Maka dari perhitungan dengan menggunakan analisa korelasi uji Chi squre didapatkan nilai singnifikan 0,11> 0,05 maka HO diterima dan Ha di ditolak, artinya dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pelaksanaan imunisasi dasar lengkap dengan pendapatan ibu.

Berdasarkan distribusi frekuensi dari Faktor ibu 54 yang menjawab kuesioner >80% 56 orang (71,8%), dan yang menjwab <80%

22 orang (28,2%). Berdasarkan pelaksanaan pemberian imunisasi dasar lengkap bahwa mendukung, mayoritas ibu sebanyak 49 orang

(13)

(90,4%). Maka dari perhitungan dengan menggunakan analisa korelasi uji Chi squre didapatkan nilai singnifikan 0,03< 0,05 maka HO ditolak dan Ha di diterima, artinya dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pelaksanaan imunisasi dasar lengkap dengan dukungan keluarga ibu.

Berdasarkan distribusi frekuensi dari Faktor ibu 54 yang menjawab kuesioner >80% 56 orang (71,8%), dan yang menjwab <80%

22 orang (28,2%). Berdasarkan pelaksanaan pemberian imunisasi dasar lengkap bahwa umur mayoritas ibu sebanyak 43 orang (79,6%).

Maka dari perhitungan dengan menggunakan analisa korelasi uji Chi squre didapatkan nilai singnifikan 0,03< 0,05 maka HO ditolak dan Ha di diterima, artinya dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pelaksanaan imunisasi dasar lengkap dengan Umur ibu.

Berdasarkan distribusi frekuensi dari Faktor ibu 54 yang menjawab kuesioner >80% 56 orang (71,8%), dan yang menjwab <80%

22 orang (28,2%). Berdasarkan pelaksanaan pemberian imunisasi dasar lengkap bahwa dengan pengetahuan,mayoritas ibu sebanyak 42 orang (77,8%). Maka dari perhitungan dengan menggunakan analisa korelasi uji Chi squre didapatkan nilai singnifikan 0,01<

0,05 maka HO ditolak dan Ha di diterima, artinya dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pelaksanaan imunisasi dasar lengkap dengan pengetahuan ibu.

Berdasarkan distribusi frekuensi dari Faktor ibu 54 yang menjawab kuesioner >80% 56 orang (71,8%), dan yang menjwab <80%

22 orang (28,2%). Berdasarkan pelaksanaan pemberian imunisasi dasar lengkap bahwa mayoritas ibu yang tidak melakukan pemberian imunisasi sebanyak 29 orang (53,7%). Maka dari perhitungan dengan menggunakan analisa korelasi uji Chi squre didapatkan nilai singnifikan 0,04< 0,05 maka HO ditolak dan Ha di diterima, artinya dapat disimpulkan bahwaada hubungan yang bermakna antara pelaksanaan imunisasi dasar lengkap dengan pemberian imunisasi ibu.

Saran

Diharapkan pada tenaga kesehatan agar memberikan penyuluhan secara rutin ke setiap ibu yang memiliki bayi yang berusia 1 tahun dan penjelasan mengenai bagaimana jika tidak melakukan imunisasi dasar.

Diharapakan pada seluruh ibu yang memiliki bayi yang berusia 1 tahun agar bayinya mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Dan agar mencari sumber informasi berdasarkan pengetahuan dari berbagai sumber baik dari media maupun dari tenaga kesehatan untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentangimunisasi dasar lengkap.

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar dapat melanjutkan penelitian ini dengan jumlah sampel, desain penelitian dan tempat yang berbeda agar dapat

(14)

menguatkan hasil penelitian dan teori yang sudah ada.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, N. 2012. Asuhan Keperawatan anak dan balita. Jakarta : Salemba.

Hadinegoro S.R, Pusponegoro H.D, soedjatmiko, dan Oswari H, 2011. Panduan Imunisasi Anak. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Indonesia.

Maryunani. Anik., 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Trans Info Media. Jakarta.

Notoatmodjo, 2007. Promosi Kesehaan dan Ilmu Perilaku . Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Proverawati, A. dan Dwi Andhini,C.S., 2010.

Imunisasi dan Vaksinasi.

Yogyakarta : Nuha Medika.

Purnamaningrum Yuliasti Eka. 2012.

Buku Saku Penuntun Imunisasi Dasar. Cetakan Keempat. Yogyakarta:

Fitramaya.

Proverawati, Adhini, dkk. 2010.

Imunisasi Dasar Pada Balita. Jakarta: EGC.

Proverawati, Adhini, 2010. Imunisasi dan Vaksinasi. Yogyakarta:

Nuha Medika

Ranuh, I.G.N. G. Suyitno H.

Hadinegoro S.R.S.

Kartasasmita C.B.

Ismoedijanto. Soedjatmiko.

2011. Pedoma Imunisasi di Indonesia. Jakarta : Badan

Penerbit Ikatan Dokter Indonesia.

UNICEF. 2010. Penuntun Hidup Sehat. Promosi Kesehatan Kementerian RI. Jakarta Pratiwi, L. N. 2012. Faktor-faktor

yang berhubungan dengan pemberian imunisasi dasar balita umur 12-23 bulan di Indonesia tahun 2010.

[skripsi]. Fakultas Kesehatan Masyarakat:

Universitas Indonesia.

Diakses pada tanggal 30 April 2019.

Istiyati, E. 2011. Faktor-faktor yang berhubungan dengan ketidaklengkapan imunisasi dasar pada bayi di desa kumpulrejo. Journal: Unair.

Ac. Id/download-

fullpapers.pdf. Diakses pada tanggal 01 Mei 2019

Novitasari, Y. D. 2015. Tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar pada bayinya usia 0-12 bulan di

Posyandu Kencana

Sedangrejo Grobongan.

[Karya Tulis Ilmiah].

Surakarta: Stikes Kusuma Husada. Diakses pada tanggal 13 Mei 2019

Kemenkes. RI. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 42 tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi. Diakses pada tanggal 14 Mei 2019

Kemenkes. RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar tahun 2013. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.

Diakses pada tanggal 27 April 2019

(15)

IDAI. 2014. Jadwal Imunisasi Anak dari 0-18 tahun. Retrieved

from IDAI :

http://idai.or.id/wp-

conent/uploads/2014/04/jad wal-imunisasi-2014-

lanscape-Final.pdf. Diakses pada tanggal 26 April 2019 Kemenkes RI. 2010. Profil

Kesehatan Indonesia. http//

www. Depkes.go. id/

resources/ download/

pusdatin/ profil-kesehatan- indonesia.pdf. Diakses pada tanggal 26 April 2019.

Yanti Mulyanti. 2013. Faktor-faktor internal yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar balita usia

1-5 tahun.

http://repository.uinjkt.ac.id /dspace/bitsteam/123456789 /25703/1yantimulyanti.pdf.

Diakses pada tanggal 7 Januari 2020.

Yusniar. 2012. Gambaran tingkat pengetahuan ibu mengenai imunisasi pada bayi usia 0-

12 bulan.

http://repositori.uin-

alauddin.ac.id/3481/KTI%y usniar.pdf. Diakses pada tangga 7 januari 2020.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terima kasih kepada Institusi Akademi Kebidanan Langkatyang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan penelitian ini, juga kepada seluruh pihak yang telah membantu Peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil Penelitian : Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di kelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu

Netty Herawaty Siagian : Pola Pemberian Makanan Bayi Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan Ibu Pada Gakin Di Kelurahan..., 2006.. Netty Herawaty Siagian : Pola Pemberian Makanan

Dari hasil penelitian yang dilakukan kepada ibu yang tinggal di Kelurahan Tiga Balata memiliki sikap tidak baik yaitu tentang ketepatan pemberian MP-ASI, seperti masih banyak ibu

Hasil Penelitian : Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di kelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu

Hasil Penelitian : Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di kelurahan Persiakan wilayah kerja Puskesmas Pabatu

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Faktor- faktor yang berhubungan dengan rendahnya pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja di lingkungan XX Kelurahan

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah bahwa pengetahuan ibu yang mempunyai bayi tentang imunisasi dasar pada bayi di Lingkungan ll Kelurahan Tanjung Gusta Medan

Susu Formula Menghambat Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi 6-11 bulan di Kelurahan Pa’baeng-baeng Makassar Tahun 2006, Bagian Epidemiologi FKM Unhas.. ASI Panduan Praktis Ibu