PEDAGOGIK, Vol. XI, No 1. FEBRUARI 2023
1 PENDEKATAN MODEL CONNECTING, ORGANIZING, REFLETING, EXTENDING
(CORE) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR
Apit Dulyapit, Ahmad Nuralif Universitas Islam 45 Bekasi
[email protected], [email protected] ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan Model Pembelajaran Connecting, Organizing, Refleting, Extending (CORE) yang dilaksanakan bersama guru di MIS Sirojul Athfal Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart yang dilaksanakan secara bertahap melalui 2 siklus. Setiap siklus dilakukan secara bertahap dari rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi, dan diakhiri refleksi. Subjek penelitian berjumlah 23 siswa yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan laki-laki 10 siswa dan perempuan 13 siswa. Tahapan-tahapan yang dilakukan sesuai prosedur Model Pembelajaran Connecting, Organizing, Refleting, Extending (CORE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa dibuktikan dengan rata-rata pada siklus I adalah 76,69 meningkat pada siklus II menjadi 85,52 berada pada kategori “Sangat Baik”. Berdasarkan temuan-temuan pada saat penelitian dapat disimpulkan bahwa menggunakan Model Pembelajaran Connecting, Organizing, Refleting, Extending (CORE) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV di MIS Sirojul Athfal Kabupaten Bogor pada mata pelajaran IPS materi kegiatan ekonomi berdasarkan potensi alam. Hasil ini diharapkan dapat memberikan dampak bagi siswa dan memberikan wawasan bagi guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran di sekolah.
Kata kunci: Model Pembelajaran (CORE), Hasil Belajar, Sekolah Dasar
ABSTRACT
This study aims to determine student learning outcomes using the Connecting, Organizing, Refleting, Extending (CORE) Learning model which is carried out with teachers at MIS Sirojul Athfal, Kabupaten Bogor. This study used Classroom Action Research developed by Kemmis and Mc Taggart which was carried out in stages through 2 cycles. Each cycle is carried out in stages from action plans, implementation of actions, observation/evaluation, and ends with reflection. The research subjects totaled 23 students who had different characteristics from 10 male students and 13 female students. The stages are carried out according to the Connecting, Organizing, Reflecting, Extending (CORE) Learning Model procedure. The results showed that there was an increase in student learning outcomes as evidenced by the average in cycle I was 76.69, increasing in cycle II to 85.52 in the "Very Good" category. Based on the findings at the time of the research, it can be concluded that using the Connecting, Organizing, Refleting, Extending (CORE) Learning Model can improve the learning outcomes of class IV students at MIS Sirojul Athfal, Kabupaten Bogor in the social studies subject matter of economic activities based on natural potential. These results are expected to have an impact on students and provide insight for teachers in carrying out learning activities at school.
Keyword: (CORE) Learning Models, Learning Outcomes, Elementary School.
PEDAGOGIK, Vol. XI, No 1. FEBRUARI 2023
2 I. PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin nyata menjadi tantangan bagi perkembangan zaman bagi bangsa Indonesia untuk bersaing dengan negara yang lainnya. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan cara meningkatkan kualitas pendidikan dan mengembangkan potensi sumber daya manusia yang dapat mengelola sumber daya alam dengan baik (Anisa et al., 2021).
Pendidikan yang berlandaskan pada kurikulum yang berlaku memiliki tujuan untuk mengembangkan potensi yang berguna bagi dirinya maupun lingkungannya. Tujuan tersebut sejalan dengan fungsi dan tujuan nasional yang tertuang dalam pasal 3 Undang-undang No.
20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Bertujuan untuk berkembangnya potensi untuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan perundang-undangan tersebut bahwa
pendidikan memiliki fungsi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki baik aspek ilmu pengetahuan, keterampilan, maupun sikap yang baik. Hal yang perlu dilakukan agar tercapainya fungsi dan tujuan nasional adalah dengan melaksanakan kurikulum sebagaimana mestinya.
Guru sebagai garda terdepan dalam melaksanakan pendidikan di sekolah harus memiliki strategi dalam kegiatan belajar dan mengajar di sekolah. Proses belajar yang dapat dilakukan salah satu caranya adalah dengan melaksanakan penilaian tindakan kelas. Sebagai mana seorang pendidik yang mengajar di sekolah pada dasarnya sering menemukan permasalahan yang berhubungan dengan proses pembelajaran. Permasalahan tersebut perlu adanya tindakan yang tepat guna mendapat solusi dan menyelesaikannya dengan baik.
Melalui laporan penelitian tindakan kelas dapat dijadikan salah satu acuan dalam memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia.
Guru yang memiliki peran dan tugas dalam mencari strategi sebuah kegiatan pembelajaran. Perlu melakukan berbagai vareatif atau model pembelajaran yang tepat untuk diterapkan pada sebuah pembahasan mata pelajaran. Guru jangan terfokus hanya satu model pembelajaraan
PEDAGOGIK, Vol. XI, No 1. FEBRUARI 2023
3 yang menyebabkan siswa bosan dan kurang
aktif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Beberapa metode atau model pembelajaran bisa dijadikan pilihan oleh seorang guru diantaranya Model Pembelajaran Connecting, Organizing, Refleting, Extending (CORE) yang memiliki pengaruh terhadap kegiatan belajar siswa (Hadiyati et al., 2019; Suci et al., 2020; Sukaesih et al., 2020). Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran terbaru Kurikulum 2013 yang terdiri dari tahap connecting, organizing, reflecting dan extending (Konita et al., 2019; Suci et al., 2020). Model pembelajaran yang dapat mendukung keaktifan siswa salah satunya adalah model pembelajaran CORE (Wati et al., 2019).
Menurut Calfee et al., 2010 dalam (Aida Lathifaturohmah, 2018; Anisa et al., 2021; Fatimah, 2019) model pembelajaran ini mengkontruksikan pengetahuan siswa dengan cara menghubungkan (connecting), mengorganisasikan (organizing) pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah dimiliki, serta berpikir kembali dengan konsep yang sedang dipelajari (reflecting), dan harapannya siswa dapat memperluas pengetahuan yang sedang dipelajari dari proses belajar mengajar dilaksanakan (reflecting). Pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran
Connecting, Organizing, Refleting, Extending (CORE) telah dilakukan dan terbukti dapat meningkatkan hasil pembelajaran siswa (Fatimah, 2019;
Indriani & Noordyana, 2021; Sampurna &
Rodiyana, 2020). Model pembelajaran CORE (connecting, organizing, reflecting, reflecting) banyak manfaat yang dapat dirasakan oleh siswa (Muhammad Farif Nasrullah et al., 2023; Nurmalasari, 2019).
Penelitian dilaksanakan di kelas V pada mata pelajaran IPS materi kegiatan ekonomi berdasarkan potensi alam. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial sebuah mata pelajaran yang berhubungan dengan kehidupan sosial di masyarakat.
Diharapkan setelah pembelajaran dilaksanakan di kelas, pemahaman siswa akan mata pelajaran IPS akan meningkat dan sebagai acuannya adalah hasil belajar siswa.
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas yang berdasarkan alur siklus yang terdiri dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, observasi, dan tahap refleksi akhir (Evi Irawati, 2022; Hasan Mahfud, 2020; Utomo & Rahman, 2022). Subjek penelitian yakni siswa kelas IV di MIS Sirojul Athfal Kabupaten Bogor dan pelaksanaan dilakukan dengan beberapa tahapan. Penelitian dilakukan sebanyak 2
PEDAGOGIK, Vol. XI, No 1. FEBRUARI 2023
4 siklus dan tahap tindakan digunakan adalah
Model Penelitian (Kemmis & McTaggart, 2018), yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Berikut gambar alur penelitian yang dilakukan:
Gambar 1: Skema Penelitian Tindakan Kelas
Tahap refleksi awal penelitian dilakukan untuk mengetahui strategi apa saja yang dapat dilakukan agar penelitian dapat dilakukan. Terlebih dahulu melakukan kerjasama dengan guru kelas agar berkenan melakukan penelitian bersama. Sebagaimana diketahui guru kelas lebih memahami berbagai macam karakterisik siswa dan kondisi keadaan dikelas, kekurangan atau kelebihan, dan apa saja yang akan dilakukan agar penelitian berjalan lancar seperti mencari akar permasalahan yang dihadapi siswa dan solusi dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.
Tahap perencanaan dilakukan untuk merumuskaan rencana sebelumnya yaitu
bersama guru membuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan dijadikan bahan penelitian. Selain itu menyusun lembar observasi yang dibagikan guru terhadap siswa dan menyiapkan sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan tersebut.
Tahap pelaksanaan dengan melakukan langkah-langkah yang telah disusun sesuai dengan perangkat pembelajaran. Bersama Guru membuat skenario pembelajaran yang sesuai dengan RPP yang sudah dibuat. Selain itu
mengamati, mencatat, dan
mendokumentasikan kegiatan yang sedang berlangsung.
Tahap refleksi akhir dari setiap siklus dengan menyimpulkan kekurangan dan kelebihan dari kegiatan pembelajaran.
Selanjutnya melakukan diskusi dersama guru dan memperbaiki segala kekurangan dan melakukan perbaikan guna dilakukan rencana yang lebih baik pada siklus selanjutnya.
Bahan yang menjadi pertimbangan dalam proses pengelompokan siswa berdasarkan pemetaan adalah dengan melihat hasil belajar siswa sebelumnya yang dijadikan patokan skor awal dari sebuah penelitian. Sebagai penentuannya dengan menggunakan indikator hasil belajar sesuai konversi acuan keberhasilan
PEDAGOGIK, Vol. XI, No 1. FEBRUARI 2023
5 belajar siswa yang telah ditetapkan oleh
sekolah. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥ 74 dengan kriteria “Tuntas”.
Keberhasilan suatu proses pembelajaran dapat dijadikan sebagai tolak ukur apabila ketercapaian hasil belajar rata-rata di atas KKM. Sebagai acuan persentase jumlah frekuensi yang muncul dalam ketercapaian menggunakan rumus ketuntasan belajar. Perhitungan data dari setiap aspek dilakukan dengan metode deskriptif persentase.
Bentuk analisis persentase dirumuskan sebagai berikut:
Dengan keterangan Σ = Jumlah
n = Jumlah seluruh item angka 100% = Bilangan tetap
Acuan yang digunakan untuk menafsirkan data kuantitatif menjadi data kualitatif sebagai berikut:
Tabel 1: Kriteria Keberhasilan NILAI DEFINISI 80 – 100% Sangat baik
60 – 79% Baik
40 – 59% Cukup
20 – 39% Kurang
0 – 19% Sangat kurang
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Berikut dokumentasi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan di MIS Sirojul Athfal Kabupaten Bogor mata pelajaran IPS materi kegiatan ekonomi berdasarkan potensi alam!
Gambar 2: Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian ini telah dilaksanakan di kelas IV atas kerjasama dengan guru kelas sehingga memudahkan pengambilan data yang diperlukan. Selama penelitian prosedur dilaksanakan dengan dua siklus
Persentase =Σ(Jawaban x bobot tiap pilihan) x 100%
n x bobot tertinggi
PEDAGOGIK, Vol. XI, No 1. FEBRUARI 2023
6 sesuai dengan alur penelitian tindakan
kelas. Setiap siklus dilaksanakan dengan adanya persiapan, pelaksanaan, obsrvasi, dan refleksi.
Penerapan Model Pembelajaran Connecting, Organizing, Refleting, Extending (CORE) merupakan penelitian yang mengutamakan pemecahan masalah pada siswa. Hal yang telah dilakukan dalam penggunaan Model Pembelajaran Connecting, Organizing, Refleting, Extending (CORE) telah dilakukan dengan baik diantaranya: 1) Guru telah menjelaskan dengan baik bagaimana siswa melakukan kegiatan yang telah disusun, 2) Fasilitas dan pendukung sarana dan prasarana telah disiapkan dengan baik, 3) Siswa telah mengikuti petunjuk yang telah diberikan oleh guru dan berperan secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar. 4) Siswa mengumpukan data-data dan mengorganisasikannya yang berhubungan dengan permasalahan, 5) Siswa menyusun laporan yang telah dilakukan dalam proses pembelajaran selanjutnya dipaparkan di depan kelas bagaimana permasalahan itu dapat diselesaikan.
Pada penelitian ini pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan pendekatan Model Pembelajaran Connecting, Organizing, Refleting, Extending (CORE). Indikator
yang menunjukkan ketercapaian dalam proses pembelajaran yaitu hasil belajar siswa. Hasil pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ini mengalami peningkatan pada setiap siklusnya.
Hasilnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini!
Gambar 3: Grafik Peningkatan Hasil Belajar
Grafik tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran sebelum menggunakan pendekatan Model Pembelajaran Connecting, Organizing, Refleting, Extending (CORE) sebanyak 16 siswa yang masih di bawah nilai KKM dengan kategori tidak tuntas dan nilai yang di atas KKM sebanyak 7 siswa dengan kategori tuntas.
Setelah dilakukan pembelajaran menggunakan pendekatan Model Pembelajaran Connecting, Organizing, Refleting, Extending (CORE) pemahaman siswa meningkat. Dilihat pada hasil tes akhir siklus I dengan nilai meningkat menjadi 18 siswa telah melewati batas
16
5
0 7
18
23
0 5 10 15 20 25
F F F
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Chart Title
Tidak Tuntas Tuntas
PEDAGOGIK, Vol. XI, No 1. FEBRUARI 2023
7 ketuntasan minimal. Dilanjutkan hasil tes
akhir siklus II mengalami peningkatan kembali dengan ketuntasan belajar menjadi 23 siswa.
Tolak ukur dalam ketercapaian suatu proses pembelajaran berpedoman pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
KKM yang ditetapkan oleh sekolah yang satu dengan yang lainnya berbeda.
Tergantung dari berbagai faktor yang menjadi aturan yang telah ditetapkan.
Berikut hasil analisis komparatif dari setiap siklus:
Tabel 1: Hasil Analisis Komparatif Setiap Siklus
No. Ketunta san
Pra Siklus Siklus I Siklus II
F % F % F %
1 Tidak Tuntas
16 69,57 5 21,74 0 0
2 Tuntas 7 30,43 18 78,26 23 100 Nilai
Maksimum
90 100 100
Nilai Minimum 43 67 76
Nilai Rata-rata 69,96 76,09 85,52
Tabel diatas dapat disimpulkan bahwa setelah melakukan penelitian menggunakan Model Pembelajaran Connecting, Organizing, Refleting, Extending (CORE) hasil belajar siswa kelas IV mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Pada prasiklus siswa yang tidak tuntas sebanyak 16 dengan persentase 69,57% sedangkan siswa yang tuntas sebanyak 7 dengan
persentase 30,43 %. Nilai maksimum pada prasiklus adalah 90 dan nilai minimum adalah 43 sedangkan untuk nilai rata-rata keseluruhan sebanyak 69,96. Setelah melakukan penelitian menggunakan Model Pembelajaran Connecting, Organizing, Refleting, Extending (CORE) pada siklus I terjadi peningkatan yaitu siswa yang tidak tuntas sebanyak 5 dengan persentase 21,74% sedangkan siswa yang tuntas sebanyak 18 dengan persentase 78,26%.
Nilai maksimum pada Siklus I adalah 100 dan nilai minimum adalah 67 sedangkan untuk nilai rata-rata keseluruhan sebanyak 76,09. Hasil dari siklus I sudah mencapai indikator ketercapaian namun pembelajaran mengharapkan nilai maksimal sehingga dilaksanakan perbaikan dan dilakukan siklus II. Setelah pelaksanaan siklus II terjadi peningkatan yaitu siswa yang tidak tuntas sebanyak 0 siswa dengan persentase 0% sedangkan yang tuntas sebanyak 23 siswa dengan persentase 100%. Nilai maksimum pada Siklus II adalah 100 dan nilai minimum sebanyak 76 sedangkan untuk nilai rata-rata keseluruhan sebanyak 85,52.
Kelebihan setelah dilaksanakannya penerapan Model Pembelajaran Connecting, Organizing, Refleting, Extending (CORE) untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV di MIS Sirojul
PEDAGOGIK, Vol. XI, No 1. FEBRUARI 2023
8 Athfal Kabupaten Bogor mata pelajaran
IPS pada materi kegiatan ekonomi berdasarkan potensi alam setelah dilakukannya penelitian diantaranya:....
Kelemahan penerapan Model Pembelajaran Connecting, Organizing, Refleting, Extending (CORE) untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV mata pelajaran IPS pada materi kegiatan ekonomi berdasarkan potensi alam setelah dilakukannya penelitian diantaranya:....
IV. KESIMPULAN
Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penerapan Model Pembelajaran Connecting, Organizing, Refleting, Extending (CORE) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV di MIS Sirojul Athfal Kabupaten Bogor pada mata pelajaran IPS materi kegiatan ekonomi berdasarkan potensi alam. Penerapan model pembelajaran ini memiliki pengaruh yang cukup tinggi dalam meningkatkan hasil belajar dan kecenderungan siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran berlangsung. Pada penelitian terbukti mengalami peningkatan diantaranya pada
saat prasiklus didapatkan hasil belajar 16 siswa di di bawah KKM selanjutnya dilakukan penelitian menggunakan Model Pembelajaran Connecting, Organizing, Refleting, Extending (CORE) pada siklus I dan mengalami kenaikan siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM menjadi 18 dan pada siklus II mengalami peningkatan nilai siswa semuanya di atas KKM menjadi.
Berdasarkan hasil penelitian diharapkan guru dapat menerapkan Model Pembelajaran Connecting, Organizing, Refleting, Extending (CORE) pada kegiatan pembelajaran sebagai salah satu strategi agar pembelajaran tidak monoton menggunakan cara yang sama pada setiap pembelajaran. Sekolah juga perlu menyediakan fasilitas yang menunjang dan memadai serta mendukung ide aktif, inovatif, dan kreatif dalam melakukan penelitian tindakan kelas. Bagi pembaca dan peneliti perlu mengembangkan ini yang lebih baik lagi dan dilakukan secara berkesinambungan.
DAFTAR REFERENSI
Aida Lathifaturohmah. (2018). Penerapan Pembelajaran Core Berbasis Etnomatematika Berbantuan Theodolite Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Kelas X IPS. Prosiding Seminar Nasional Matematika Dan Terapannya 2018 P-ISSN : 2550- 0384; e-ISSN : 2550-0392, 1–23.
PEDAGOGIK, Vol. XI, No 1. FEBRUARI 2023
9 Anisa, D. S., Zulkarnain, I., & Ansori, H. (2021). Dalam Penerapan Model Pembelajaran Core
Di SMPN 4 Banjarmasin Tahun Pelajaran 2018 / 2019. Jurmadikta (Jurnal Mahasiswa Pendidikan Matematika), 1(2), 62–68.
Evi Irawati. (2022). Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Seni Budaya yang Memuat Seni Rupa 3 Dimensi dengan Penerapan Metode Pembelajaran Connecting, Organizing, Reflecting dan Extending (CORE) pada Siswa Kelas XI MIPA 2 Semester 1 SMA Negeri 1 Kedungwaru Tulungagung Tahun Pelajaran 2018/2019. Jurnal Terapan Pendidikan
Dasar Dan Menengah, 2(70), 277–283.
http://ojs.unublitar.ac.id/index.php/jtpdm/article/view/398
Fatimah, A. E. (2019). Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Melalui Pembelajaran Model Connecting-. Journal of Mathematics Education and Science, 5(1), 51–58.
Hadiyati, K. P., Suprapto, K. P., & Kamil, P. M. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Connecting, Organizing, Reflecting, Extending (CORE) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis. (JPB) Jurnal Pembelajaran Biologi: Kajian Biologi Dan Pembelajarannya Vol. 6, No. 2, 2019, 6(2), 2613–9936.
Hasan Mahfud, I. R. W. A. R. A. (2020). Penggunaan Model Connecting, Organizing, Reflecting, Extending (Core) Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Peraturan Perundangan Tingkat Pusat Dan Daerah). Jurnal Pendidikan Dasar, 8(2), 130–136.
Indriani, N. D., & Noordyana, M. A. (2021). Kemampuan Koneksi Matematis Melalui Model Pembelajaran Connecting, Organizing, Reflecting, and Extending dan Means Ends Analysis. Plusminus: Jurnal Pendidikan Matematika, 1(2), 339–352.
https://doi.org/10.31980/plusminus.v1i2.1266
Konita, M., Asikin, M., & Asih, T. S. N. (2019). Kemampuan Penalaran Matematis dalam Model Pembelajaran Connecting, Organizing, Reflecting, Extending (CORE).
PRISMA,Prosiding Seminar Nasional Matematika, 2, 611–615.
Muhammad Farif Nasrullah, Nurfaidah, R. S., & Sidiq, M. J. (2023). Pengembangan LKPD Menggunakan Pembelajaran Core pada Materi Statistika SMP. Management and Education Journal, 1(1), 1–5.
Nurmalasari, R. (2019). Kemampuan Representasi Matematik Ditinjau dari Self-Efficacy Peserta Didik Melalui Model Pembelajaran Connecting Organizing Reflecting Extending (CORE). Prosiding Seminar Nasional & Call For Papers Program Studi Magister Pendidikan Matematika Universitas Siliwangi, 516–522.
Sampurna, A. D., & Rodiyana, R. (2020). Model Connecting Organizing Reflecting Extending Dalam Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Seminar Nasional Pendidikan, 2, 122–130.
Suci, N. K. A. A., Pudjawan, K., & Parmiti, D. P. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran CORE Berbasis SETS Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD. Mimbar Pendidikan Indonesia (MPI) e-ISSN: 2745-8601, 1(3), 301.
Sukaesih, E., Nindiasari, H., & Fatah, A. (2020). Pengaruh Model Connecting, Organizing, Reflecting, Extending (Core) Terhadap Kemampuan Koneksi Ditinjau Dari Kemampuan Awal Matematis. TIRTAMATH: Jurnal Penelitian Dan Pengajaran Matematika, 2(1), 86.
https://doi.org/10.48181/tirtamath.v2i1.8734
Utomo, E. S., & Rahman, F. (2022). Implementasi Model CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa SMP Selama Pembelajaran
PEDAGOGIK, Vol. XI, No 1. FEBRUARI 2023
10 Tatap Muka (PTM) Terbatas. Jurnal Cendekia : Jurnal Pendidikan Matematika, 6(2), 1935–1945. https://doi.org/10.31004/cendekia.v6i2.1383
Wati, K., Hidayati, Y., Wulandari, A. Y. R., & Ahied, M. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Core (Connecting Organizing Reflecting Extending) Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Natural Science Education Research, 1(2), 108–116.
https://doi.org/10.21107/nser.v1i2.4249