• Tidak ada hasil yang ditemukan

penerapan mode pembelajaran cooperative learning

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "penerapan mode pembelajaran cooperative learning"

Copied!
181
0
0

Teks penuh

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN PENDEKATAN SAINS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES ILMIAH SISWA KELAS VIII TAHUN PELAJARAN. Mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan saintifik dalam meningkatkan KPS siswa kelas VIII A tahun pelajaran 2019/2020.

Tabel 3.2     Pedoman Konversi Kategori Aktivitas Guru,   Tabel 3.3    Kriteria Pemberian Skor,
Tabel 3.2 Pedoman Konversi Kategori Aktivitas Guru, Tabel 3.3 Kriteria Pemberian Skor,

PENDAHULUAN

Sasaran Tindakan

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat dan Hasil Penelitian

  • Pengertian pembelajaran kooperatif
  • Tujuan pembelajaran kooperatif
  • Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima temannya dari latar belakang yang berbeda. Dalam lingkungan belajar yang demikian, nilai, sikap, moral, dan perilaku siswa akan tumbuh dan berkembang.

Pendekatan Saintifik

Konsep “penalaran” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang dianut dalam kurikulum 2013 digunakan untuk menggambarkan bahwa guru dan siswa adalah aktor yang aktif. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan saintifik, ranah sikap melibatkan transformasi mata pelajaran atau bahan ajar agar siswa “tahu mengapa”.

Keterampilan Proses Sains

Menurut Marjan, keterampilan proses ilmiah adalah semua keterampilan terarah (baik kognitif maupun psikomotorik) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep. 30Elma Nurshinta, Keterampilan Proses Ilmiah (KPS) Siswa melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada Materi Sistem Ekskresi Manusia di SMA N 1 Labuhanhaji, (Skripsi, FTK UIN AR-Raniry Darussalaman, Kelompok Aceh, 2018).

Rencana Tindakan

  • Tahap Perencanaan
  • Tahap Pelaksanaan Tindakan
  • Tahap Observasi
  • Tahap Refleksi

Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun dengan menggunakan pendekatan saintifik. Pengamat (peneliti) dan teman-teman akan mengamati kegiatan pembelajaran sesuai dengan format pembelajaran yang telah disiapkan. 4) Fase refleksi.

Jenis Instrumen dan Cara Penggunaannya

  • Lembar Observasi

Pelaksanaan Tindakan

Cara Pengamatan (Monitoring)

Analisis Data dan Refleksi 1. Analisis Data

  • Refleksi
  • Sejarah SMPN 13 Mataram
  • Keadaan guru dan staf SMPN 13 Mataram Tabel 4.1
  • Keadaan Sarana dan Prasarana SMPN 13 Mataram
  • Keadaan siswa SMPN 13 Mataram
  • Keadaan sarana dan prasarana SMPN 13 Mataram
  • Struktur Organisasi SMPN 13 Mataram

Untuk menganalisis keterampilan proses saintifik, setiap indikator dapat diidentifikasi dengan cara menghitung banyaknya siswa yang mendapat kategori Sangat Terampil, Terampil, Terampil Menengah, Kurang Terampil, Tidak Terampil untuk setiap item indikator. Indikator keberhasilan penelitian tindakan ini didasarkan pada penilaian pencapaian dua indikator, yaitu: 1) keterlaksanaan pendekatan saintifik, jika semua tahapan pembelajaran sesuai dengan sintaks pembelajaran pendekatan saintifik dengan persentase implementasi (baik – cukup baik), dan 2) KPS jika persentase berhasil setiap aspek KPS secara keseluruhan mencapai rata-rata 76% (mahir) 43. Pertama SMP Negeri 13 Mataram didirikan dan diresmikan pada tanggal 5 Mei 1992 dengan nama SMP Negeri 6 Mataram, dengan Kepala Sekolah Ibu Sumiharti, S.Pd.

Selang waktu kurang lebih 3 tahun, nama SMP Negeri 6 Mataram diubah menjadi SMP 13 Mataram dengan kepala sekolah masih dikepalai oleh Ibu Sumiharti, S.Pd. Seiring berjalannya waktu nama SMP 13 Mataram berubah menjadi SLTPN 13 Mataram dan seiring berjalannya waktu maka nama SLTPN 13 Mataram berganti nama menjadi SMP Negeri 13 Mataram. Untuk menunjang kegiatan kepala sekolah SMPN 13 Mataram disediakan ruang khusus dimana kepala sekolah dapat melaksanakan tugasnya dengan tenang, nyaman dan aman.

Jumlah ruang kelas satu sampai tiga adalah 28 kelas. Ruang kelas ini digunakan secara eksklusif selama belajar pagi. SMPN 13 Mataram dibangun dengan konstruksi permanen. Ruang kelas siswa dibangun dengan sangat kokoh. Struktur organisasi SMPN 13 Mataram terdiri dari beberapa komponen yang memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing. Guru bertanggung jawab dan bertanggung jawab atas terselenggaranya pendidikan dan pengajaran di madrasah sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

HASIL PENNELITIAN

  • Siklus I

Kegiatan pembelajaran IPA dengan model pembelajaran Cooperative Learning pada siklus 1 dilaksanakan pada minggu kedua bulan Oktober tepatnya hari Jumat tanggal 18 Oktober 2019 dan tanggal 7 November. Kegiatan yang dilakukan pada siklus 1 adalah penjelasan dan pengamatan struktur dan fungsi jaringan pada akar dan batang Berikut adalah tahapan pelaksanaan tindakan siklus 1. Mempersiapkan daftar periksa seperti tes penilaian KPS, lembar observasi guru, dan lembar observasi siswa.

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan semua kegiatan yang telah direncanakan peneliti untuk menerapkan apa yang telah disusun pada tahap perencanaan. Dalam pembukaan kegiatan pembelajaran, guru mengawali dengan salam, mengecek kehadiran siswa dan mengajak siswa berdoa bersama sesuai agama masing-masing, serta menanyakan kepada siswa tentang pelajaran hari itu yaitu tentang struktur dan fungsi alat peraga. jaringan pada daun. Setelah selesai membuka pelajaran, guru menjelaskan materi tentang struktur dan fungsi jaringan pada akar tanaman bayam dan akar tanaman jagung. Namun di dalam kelas masih ada siswa yang tidak memperhatikan saat guru menjelaskan, dan ada yang bermain Setelah menjelaskan materi tentang struktur dan fungsi, jaringan akar guru memungkinkan siswa untuk mengajukan pertanyaan terkait materi yang belum ada. mengerti, tetapi tidak ada yang bertanya dan guru langsung melanjutkan pelajaran. Guru membagikan kelompok. terlebih dahulu sebelum membagikan lembar kerja dan menjelaskan cara mengerjakan lembar kerja.

Namun ketika siswa mengerjakan LKS dan melakukan pengamatan pada akar tanaman bayam dan jagung, siswa lebih banyak bermain dan. Sebelum proses pembelajaran berakhir, guru meminta salah satu siswa untuk membuat kesimpulan pembelajaran hari ini yaitu struktur dan fungsi jaringan akar. Pada tahap ini peneliti melakukan observasi terhadap aktivitas guru dan siswa yang melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif.

I Jumlah langkah yang

I Skor langkah yang

PEMBAHASAN

Terdapat beberapa perbaikan pada desain penyampaian pembelajaran pada siklus I dan siklus II, perbaikan tersebut berupa penambahan alokasi waktu untuk setiap kegiatan yang telah dirancang dalam kurikulum sehingga peneliti dapat menggunakan waktu lebih efisien dalam setiap kegiatan pembelajaran. Hal itu dilakukan agar waktu belajar yang sebelumnya tidak efisien menjadi lebih efisien. Keterampilan proses ilmiah (SPS) adalah seperangkat keterampilan kompleks yang biasanya digunakan para ilmuwan ketika melakukan penelitian ilmiah melalui serangkaian proses pembelajaran. Dilihat dari data observasi KPS siswa untuk setiap kategori, KPS siswa pada pertemuan I menempati kategori tertinggi yaitu kategori keterampilan sedang dengan persentase 93,3% dan juga pada pertemuan kedua, kategori tertinggi cukup terampil dengan persentase 72%. Berdasarkan data hasil observasi keterampilan proses saintifik masing-masing indikator mencapai kategori cukup terampil.

Dan pada siklus II terjadi peningkatan data hasil observasi keterampilan proses sains siswa untuk masing-masing kategori yaitu pertemuan pertama mendapat kategori terampil dengan persentase didapat 50,0% dan pertemuan kedua mendapat kategori terampil dengan persentase didapat 60,0%. Meskipun nilai KPS siswa meningkat, namun siswa terlalu banyak bermain dalam melakukan penelitian, sehingga menjadi bahan refleksi bagi peneliti untuk diperbaiki pada Siklus II. Pada siklus II peneliti mengubah pola pembelajaran menjadi lebih interaktif sehingga pada siklus II peningkatannya sangat signifikan, siswa menguasai proses pembelajaran dan pada saat penelitian dilakukan agar siswa tersebut bermain minimal sehingga pada siklus II rata-rata klasikal. siswa mencapai kategori Keterampilan dengan persentase 79,1% pada pertemuan I dan 85,5% pada pertemuan II. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa sangat efektif karena meningkatkan keterampilan proses sains siswa menjadi lebih tinggi dari sebelumnya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Marjan menjelaskan bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik lebih baik dibandingkan model pembelajaran langsung dalam meningkatkan hasil belajar biologi dan KPS. Yustina menyimpulkan bahwa pendekatan saintifik efektif dalam meningkatkan keterampilan proses ilmiah dan sikap ilmiah siswa terhadap materi pemisahan campuran. 46 Yustina Retno Kusuma Wardani, Efektifitas Pendekatan Saintifik dalam Meningkatkan Keterampilan Proses Ilmiah dan Sikap Ilmiah Mahasiswa pada Materi Separasi Campuran, (Skripsi, FKIP Universitas Lampung, Bandarlampung, 2017), h.

PENUTUP

KESIMPULAN

Saran

Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian yang sama, disarankan untuk mengembangkan penelitian ini dengan mempersiapkan pemaparan materi yang lain dan mampu mengoptimalkan waktu untuk meningkatkan keterampilan proses ilmiah siswa. Dwi Wulandari, Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Kelas II SD Negeri II Kemloko Menggunakan Model Make A Match, Jurnal Taman Cendekia, Vol. Insar Damopoli, dkk, Meningkatkan keterampilan proses ilmiah dan hasil belajar siswa melalui pembelajaran inkuiri, Bioedukatika, vol.

Laely Mahmudah, Pentingnya Pendekatan Keterampilan Proses Sains Dalam Pembelajaran IPA di Madrasah SD, Vol 4, Nomor 1, Januari 2016, h. Poppy Kamalia Devi, Keterampilan Proses Pembelajaran IPA, Jakarta, PPPPTK-SB Yogyakarta, Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Bagi Pengawas Sekolah, Jakarta: Penerbit Kemendikbud RI 2013, s.99. Yustina Retno Kusuma Wardani, Keefektifan Pendekatan Saintifik dalam Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Sikap Sains Mahasiswa pada Materi Pemisahan Campuran, Jurusan, FKIP Universitas Lampung, BandarLampung, 2017, h.

Yustina Retno Kusuma Wardani, Keefektifan Pendekatan Saintifik dalam Meningkatkan Keterampilan Proses Ilmiah dan Sikap Ilmiah Mahasiswa pada Materi Separasi Campuran, Skripsi, FKIP Universitas Lampung, BandarLampung, 2017, pp.11-12. Yustina Retno Kusuma Wardani, Keefektifan Pendekatan Saintifik dalam Meningkatkan Keterampilan Proses Ilmiah dan Sikap Ilmiah Mahasiswa pada Materi Separasi Campuran, Skripsi, FKIP Universitas Lampung, BandarLampung, 2017, hlm. 19-20. Yustina Retno Kusuma Wardani, Keefektifan Pendekatan Saintifik dalam Meningkatkan Keterampilan Proses Ilmiah dan Sikap Ilmiah Mahasiswa pada Materi Separasi Campuran, Skripsi, FKIP Universitas Lampung, BandarLampung, 2017, hlm. 21-22.

KOMPETENSI DASAR

2 2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, objektif, jujur, teliti, teliti, tekun, cermat, tanggung jawab, terbuka, kritis, kreatif, inovatif dan peduli lingkungan) dalam kegiatan sehari-hari.

Tujuan Pembelajaran

Materi Pembelajaran Pertemuan Pertama

PENDEKATAN / MODEL / METODE PEMBELAJARAN

MEDIA, ALAT DAN SUMBER PEMBELAJARAN

LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Kesimpulan  Guru memberikan kesempatan kepada salah satu siswa untuk bertanya tentang materi yang dipelajari.

PENILAIAN PROSES DAN HASIL BELAJAR 1. Tekhnik Penilaian dan Bentuk Instrumen

  • Prosedur Penilaian
  • PENDEKATAN / MODEL / METODE PEMBELAJARAN

4 Guru menanyakan kepada siswa tentang pelajaran hari ini yaitu tentang struktur dan fungsi jaringan pada akar. 7 Guru menjelaskan secara singkat materi tentang struktur dan fungsi jaringan pada akar 8 Guru membagikan kelompok dengan masing-masing. 12 Guru menanyakan kepada siswa mengenai langkah-langkah pengerjaan LKS apakah sudah paham atau belum.

13 Guru menginstruksikan siswa untuk mulai mengamati akar-akar yang telah dibagikan ke masing-masing kelompok terkait. 17 Guru meminta salah satu siswa untuk menyelesaikan materi yang dipelajari. 18 Guru memberikan hadiah kepada siswa. 4 Guru menanyakan kepada siswa tentang pelajaran hari ini yaitu tentang struktur dan fungsi jaringan pada batang.

13 Guru memerintahkan siswa untuk mulai mengamati batang yang telah dibagikan kepada masing-masing kelompok.

MEDIA, ALAT DAN SUMBER PEMBELAJARAN

Oleh karena itu, bunga ini berfungsi sebagai tempat penyerbukan dan pembuahan, yang pada akhirnya dapat menghasilkan sarana perkembangbiakan. Mengingat pentingnya bunga bagi tumbuhan, maka bunga memiliki ciri-ciri yang bersifat adaptasi untuk menjalankan fungsinya sebagai penghasil organ reproduksi.

LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

PENILAIAN PROSES DAN HASIL BELAJAR 1. Tekhnik Penilaian dan Bentuk Instrumen

4 Guru menanyakan kepada siswa tentang pelajaran hari ini yaitu tentang struktur dan fungsi jaringan pada daun. 7 Guru menjelaskan secara singkat materi tentang struktur dan fungsi jaringan pada daun 8 Guru membagi setiap kelompok menjadi beberapa kelompok. 13 Guru menginstruksikan siswa untuk mulai melihat lembaran yang telah dibagikan kepada masing-masing kelompok asosiasi.

4 Guru menanyakan kepada siswa tentang pelajaran hari ini yaitu tentang struktur dan fungsi jaringan pada bunga. 13 Guru menginstruksikan siswa untuk mulai mengamati bunga yang telah dibagikan ke masing-masing Kelompok Asosiasi. Berdasarkan tabel pedoman konversi kategori aktivitas guru, aktivitas guru pada siklus II dikategorikan Sangat Baik.

Berdasarkan tabel pedoman konversi kategori kegiatan siswa, kegiatan siswa II. 3 Prediksi  Menggunakan fakta untuk merancang urutan proses selanjutnya. sampel/tautan untuk kasus di mana informasi tidak dikumpulkan. observasi/pengalaman masa lalu/pola tertentu dari data terpercaya.

Gambar

Tabel 3.2     Pedoman Konversi Kategori Aktivitas Guru,   Tabel 3.3    Kriteria Pemberian Skor,
Tabel  4.3  siklus  I  pertemuan  I  yaitu  jumlah  siswa  yang  mendapatkan kategori sangat terampil tidak ada sedangkan jumlah  siswa yang mendapatkan kategori terampil hanya I, cukup terampil  28  siswa  kurang  terampil  hanya  1  dan  tidak  terampil
Tabel  4.7  siklus  II  pertemuan  I  yaitu  jumlah  siswa  yang  mendapatkan  kategori  sangat  terampil  I  sedangkan  jumlah  siswa  yang  mendapatkan  kategori  terampil  I5,  cukup  terampil  14  siswa  kurang  terampil  tidak  ada  dan  tidak  teramp

Referensi

Dokumen terkait

Disini peneliti Pada indikator aktivitas kedua yaitu siswa mencari pasangan yang sesuai dengan kartu yang dipegang ketika guru menggunakan Metode Cooperative Learning tipe Make a