PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI
SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 RANAH PESISIR KABUPATEN PESISIR SELATAN
Nita Putri, Nursyahra, Febri Yanti
Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat [email protected]
ABSTRACT
This research beckground of the stady the low result of learning biology class XI students of SMAN 2 Ranah Pesisir. It is caused by a lack of curiosity and liveliness of students to biology.
Learning this research aims to know the learning model application examples of non examples of the learning outcomes in the cognitive, affective and psychomotor of biology class XI student of SMAN 2 Ranah Pesisir. This research type was experimental research with research design the Randomized Control Group Only Design. Technique take sample with using total sampling, XI IPA2 experimental class and XI IPA1 control class. The results of data analysis on the cognitive domain has average value higher in experimental class than the control class, it is 70.32 and 63.76.
The average value of affective mode for experimental class is 2,56 with a predicate C and 2.81 with predicate C in control class. The Psychomotor in experimental class has optimum average value is 3.76 with predicate A-, while the control class with optimum average value is 3.88 with predicate A +. This research result can be concluded that the implementation of cooperative learning type examples non examples can improve learning result of biology class XI student of SMAN 2 Ranah Pesisir on cognitive while affective and psychomotor not increasing.
Key word : Examples Non Examples, Kooperatif, Hasil Belajar.
PENDAHULUAN
Pendidikan tidak terlepas dari guru dan pemerintahan. Terbukti dengan usaha yang telah dilakukan pemerintah agar mutu pendidikan lebih baik, yaitu memasukkan IPA sebagai mata pelajaran wajib disetiap jenjang pendidikan dari tingkatan SD, SMP dan SMA, bahkan diperguruan tinggi.
Karena biologi salah satu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mendasari berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) terutama dalam bidang biologi.
Sebagai pendidik guru juga memegang peranan penting dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Peningkatan kualitas dan mutu pendidikan tersebut dapat dilakukan oleh guru, melalui perbaikan dalam proses pembelajaran di sekolah. Karena guru adalah penentu dan penunjuk arah jalannya pendidikan. Dengan demikian guru harus berupaya meningkatkan hasil belajar siswa, diantaranya dengan memilih model dan metode yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Berhasil atau
tidaknya suatu proses pembelajaran, tergantung kepada pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan. Hal ini berhubungan dengan pemilihan model dan metode yang sudah tepat atau tidak. Namun usaha tersebut tidak akan terlaksana dengan baik dan akan sia-sia jika siswa sebagai peserta didik tidak mau mengikuti dan memahaminya.
Berdasarkan hasil observasi dan pengalaman lapangan (PL), serta ditambah dengan hasil wawancara yang peneliti lakukan pada bulan Februari 2015 dengan guru biologi kelas XI SMA Negeri 2 Ranah Pesisir, penyebab rendahnya hasil belajar biologi pada materi struktur jaringan tumbuhan adalah kurangnya rasa keingintahuan dan keaktifan siswa terhadap pembelajaran biologi. Dalam proses pembelajaran masih berpusat kepada guru, guru menerapkan metode ceramah dan tanya jawab, pada saat proses pembelajaran siswa hanya menerima dan mencatat apa yang diterangkan guru sehingga tidak ada usaha dari dalam diri siswa itu sendiri.
Akibatnya ketika guru memberikan pertanyaan mengenai materi yang baru saja dipelajari, hanya beberapa orang yang berusaha untuk menjawab pertanyaan guru tersebut. Ketika guru menunjuk salah satu siswa, siswa tersebut asal menjawab dengan jawaban yang tidak tepat. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi hal di atas, adalah dengan memberikan suatu model pembelajaran yang mengajak siswa ikut berfikir dan mengembangkan idenya dalam proses pembelajaran. Dimana terdapat interaksi antara sesama siswa dan guru, sehingga konsep-konsep yang sulit dipahami mudah dipahami dan diingat oleh siswa.
Untuk itu guru perlu menerapkan model pembelajaran examples non examples.
Menurut Istarani (2012 : 9) examples non examples adalah suatu rangkaian penyampaian materi ajar kepada siswa dengan menunjukkan gambar- gambar yang relevan yang telah dipersiapkan dan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menganalisisnya bersama teman dalam kelompok yang kemudian dimintai hasil diskusi yang dilakukannya. Kelebihan dari model ini adalah dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir, meningkatkan kemampuan analisisnya, bekerja sama dan dapat meningkatkan interaksi antar individu.
Penelitian relevan terhadap penelitian ini yaitu yang dilakukan oleh, Sari (2014), dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Inovatif Tipe Examples Non Examples Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Tembilan Hulu Riau”, Yang memberikan dampak yang positif terhadap hasil pembelajaran siswa, pada materi sistem reproduksi.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti telah melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran kooperatif Tipe Examples Non Examples Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Ranah Pesisir”.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Rancangan penelitian ini adalah Randomized Control Group Postest Only Design. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan kelas XI SMA Negeri 2 Ranah Pesisir yang terdaftar pada Tahun Pelajaran 2015/2016.
Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel ini adalah total sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2. SMA 2 Ranah Pesisir pada kelas XI yang terdiri dari 2 kelas untuk jurusan IPA.
Kelas ini dapat dijadikan kelas sampel setelah dilakukan uji homogenitas. Hasil uji homogenitas menunjukkan kedua kelas ini memiliki varians yang homogen, maka kedua kelas ini dapat dijadikan sebagai sampel. Penentuan kelas eksperimen dan kontrol dilakukan dengan pengundian. Kelas yang terambil pada lot pertama ditetapkan sebagai kelas eksperimen yaitu XI IPA 2, dan yang tidak terambil sebagai kelas kontrol yaitu XI IPA 1.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Gambar 1. Rata-rata Nilai Tes Akhir Ranah Kognitif.
Uji normalitas untuk kedua kelas sampel, diperoleh hasil bahwa L0 lebih kecil dari Ltabel sebagai berikut ini. Untuk kelas eksperimen diperoleh L0 = 0,0643 dengan Lt
= 0,200 dan kelas kontrol diperoleh L0= 0,1601 dengan Lt= 0,190 berarti kedua kelas terdistribusi normal. uji homogenitas maka hasil yang diperoleh Fhitung < Ftabel, yaitu Fhitung= 0,44 dengan Ftabel= 2,23 maka kedua kelas sampel memiliki varians yang homogen. Hasil analisis untuk uji hipotesis pada ranah kognitif adalah thitung > ttabel
dengan demikian hipotesis pada kedua kelas sampel diterima. Pada penilaian kognitif diperoleh thitung = 1,91 dengan ttabel = 1,68.
0,00 20,00 40,00 60,00 80,00
XI IPA 2
XI IPA 1 70,32 63,76
Kontrol Eksperimen
Ranah Kognitif
Gambar 2. Hasil Penilaian Afektif Siswa Kelas Sampel.
Nilai rata-rata untuk penilaian afektif pada kelas eksperimen adalah 2,56 dengan predikat C, sedang pada kelas kontrol memiliki rata-rata 2,81 dengan predikat C. Diperoleh hasil analisis uji normalitas pada kelas eksperimen L0= - 0,0364 dengan Lt= 0,173. Sedangkan hasil analisis pada uji normalitas kelas kontrol adalah L0 < Lt yaitu: L0 = -0,1661 dengan Lt= 0,173 maka data berditribusi normal.
Hasil analisis uji homogenitas kedua kelas sampel adalah Fhitung > Ftabel dengan demikian kedua kelas sampel tidak memiliki varians yang homogen. Fhitung= 2 dengan Ftabel= 1,98.
Gambar 3. Hasil Penilaian Psikomotor Siswa Kelas Sampel
Nilai rata-rata untuk penilaian psikomotor pada kelas eksperimen adalah 3,76 dengan predikat A-, sedangkan pada kelas kontrol adalah 3,88 dengan predikat A.
Uji normalitas pada kelas eksperimen L0= - 0,1162 dengan Lt= 0,173. Sedangkan hasil analisis pada uji normalitas kelas kontrol adalah L0 < Lt yaitu: L0 = 0,0262 dengan Lt= 0,173. Analisis uji homogenitas kedua kelas
sampel Fhitung > Ftabel dengan demikian kedua kelas tidak memiliki varians yang homogen.
Ftabel= 1,98 sedangkan Fhitung= 4,89. Karena kedua kelas normal, tetapi tidak memiliki varians yang homogen maka untuk uji hipotesis digunakan uji t’. Analisis uji hipotesis diperoleh ttabel= 2,06 sedangkan t’=
-0,86 karena t’ berada didalam daerah penerimaan H0 yaitu -2,06 < t’ < 2,06 maka hipotesis diterima.
Pembahasan 1. kognitif
Persentase ketuntasan siswa kelas eksperimen adalah 27,78% dengan 5 orang siswa. Tidak tuntas dengan persentase 72,22% dengan 13 orang siswa. Sedangkan nilai rata-rata hasil belajar kelas kontrol 63,76, persentase yang tuntas 13,64%
dengan 3 orang siswa, persentase tidak tuntas 86,34% dengan 19 orang siswa.
Berdasarkan presentase ketuntasan pada kelas eksperimen di atas dengan penerapan model pembelajaran examples non examples, berada pada tingkat yang kurang baik dalam proses pembelajaran. Sesuai dengan Djamarah dan Zain (2010 : 107) bahwa tingkat keberhasilan belajar dikatakan kurang baik apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.
Hasil belajar biologi siswa yang menggunakan model examples non examples pada ranah kognitif lebih tinggi, apabila dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Tingginya hasil belajar biologi pada kelas eksperimen, disebabkan karena siswa lebih bertanggung jawab terhadap suatu materi, lebih tepatnya pada suatu pertanyaan dilembar analisis gambar yang diberikan guru, sehingga siswa mampu mengkomunikasikan bersama teman kelompoknya, untuk saling bertukar pendapat. Menurut Majid (2014 : 284) bahwa “Keberhasilan kegiatan pembelajaran sangat tergantung kepada efektivitas proses komunikasi yang terjadi dalam pembelajaran”. Sehingga hal tersebut mudah diingat oleh siswa karena dalam menganalisis gambar siswa saling bertukar pikiran antar sesama anggota kelompoknya.
Pembentukan kelompok dilakukan secara heterogen, setiap kelompok terdiri dari 2-3 orang yang memiliki kemampuan
2,10 2,30 2,50 2,70 2,90
Rasa Ingin Tahu
Rasa Tanggung
Jawab Peduli 2,52
2,4
2,56 2,77 2,81 2,85
Eksperimen Kontrol Ranah Afektif
3,6 3,65 3,7 3,75 3,8 3,85 3,9
Kesesuaian Kejelasan Kerapian 3,75
3,9
3,71 3,73
3,87
3,83
Eksperimen Kontrol Ranah Psikomotor
akademis rendah, sedang dan tinggi.
Menurut Lie (2010 : 41) pembentukan kelompok berdasarkan kemampuan akademis ini akan cukup efektif dalam pelaksanaan pembelajaran. Namun pada saat guru membagi kelompok berdasarkan kemampuan akademis, siswa menolak.
Siswa memilih-milih teman kelompoknya, siswa beranggapan teman kelompok yang dibagi oleh guru kurang pandai darinya. Hal tersebut menyebabakan kondisi kelas menjadi ribut. Setelah diberikan masukan dan teguran, akhirnya siswa mau mengikutinya. Hal tersebut terjadi pada pertemuan pertama.
Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Dalam penelitian ini hanya beberapa kelompok yang diberikan kesempatan untuk tampil, karena keterbatasan waktu dalam proses pembelajaran. Kelompok yang tampil ditunjuk langsung oleh guru. Ini bertujuan agar setiap kelompok mempunyai kesiapan untuk tampil dan membacakan hasil diskusinya. Kelompok yang tidak tampil diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan kritikan kepada kelompok yang tampil. Kenyataannya hanya 2-3 orang yang memberikan pertanyaan. Diakhir proses pembelajaran guru memberikan penguatan mengenai pertanyaan, komentar dari diskusi siswa.
Penggunaan lembar analisis gambar pada model examples non examples ini bertujuan agar siswa lebih fokus dan mudah dalam menganalisis gambar. Sehingga tidak ada alasan siswa pergi kekelompok lain untuk bertanya mengenai gambar, karena guru sudah menyediakan gambar untuk masing-masing kelompok. Untuk lebih menunjang kegiatan pembelajaran guru juga menampilkan power point, agar gambar tersebut dapat terlihat lebih jelas oleh seluruh siswa . Widada (2010 : 1) menyatakan bahwa power point adalah suatu program yang sangat baik dan populer untuk presentasi. Banyak digunakan dalam berbagai keperluan seperti seminar, lokakarya, pelatihan dan pengajaran.
2. Afektif
Hasil belajar menggunakan model examples non examples pada ranah afektif memiliki rata-rata yang rendah dari pada
kelas kontrol. Hal ini disebabkan karena pada saat proses pembelajaran ada beberapa siswa yang meribut, ketika ada siswa yang bertanya dan menyampaikan sarannya ada beberapa siswa yang mencemooh.
Akibatnya siswa yang berani untuk bertanya hanya siswa yang memiliki keberanian dan mental yang kuat. Sementara yang lainnya lebih memilih untuk tidak bertanya. Namun ketika guru bertanya dan langsung menunjuk, siswa tersebut menjawab dengan benar. Hal tersebut tidak berpengaruh untuk kemampuan intelegtual siswa, terbukti ketika guru memberikan kuis diakhir pelajaran rata-rata nilai kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol ditunjang lagi oleh rata-rata tes akhir kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.
Ketepatan waktu siswa dalam menyelesaikan jawaban analisis belum sesuai dengan yang telah ditetapkan guru.
Karena gambar yang dianalisis siswa sulit dan butuh waktu dalam menyelesaikannya, selain itu siswa juga kurang memahami gambar yang dianalisis. Hal tersebut disebabkan karena siswa belum terbiasa dalam menganalisis gambar.
Pada saat kelompok
mempresentasikan hasil diskusinya, ada beberapa siswa yang kurang memperhatikan.
Ketika guru memberikan komentar hasil diskusi dan menjelaskan kembali tentang materi yang telah didiskusikan, ada sebagian siswa yang tidak mendengarkan. Hal tersebut karena kurangnya pengelolaan kelas oleh guru, akibatnya siswa kurang memperhatikan. Menurut Hasibuan dan Mudijono (2009 : 82) bahwasanya keterampilan mengelola kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal jika terjadi gangguan. Sedangkan pada kelas kontrol ada juga beberapa siswa yang kurang memperhatikan dan mendengarkan guru.
Namun sebagiannya lagi lebih mendengarkan dan mencatat yang disampaikan guru.
3. Psikomotor
Penilaian pada ranah psikomotor dinilai oleh peneliti. Kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata 3,76 dengan predikat A- sedangkan kontrol 3,88 dengan redikat A. Perbedaan rata-rata kedua kelas sampel disebabkan karena tugas serta
tanggung jawab yang diberikan untuk kedua kelas berbeda. Menurut Jufri (2013 : 68) ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar yang diekspresikan dalam bentuk keterampilan penyelesaian tugas-tugas manual dan gerakan fisik atau kemampuan bertindak.
Hasil penilaian pada indikator kesesuaian lebih tinggi dari kelas kontrol pada saat siswa menganalisis gambar guru juga mengecek masing-masing kelompok.
Jika ada yang kurang mengerti siswa bisa menanyakan langsung kepada guru. Selain itu siswa juga dapat menggunakan buku sumber untuk dijadikan pedoman dalam menganalisis gambar.
Pada indikator kejalasan kelas eksperimen memperoleh nilai lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hal tersebut dikarenakan setiap kelompok diberi gambar yang dianalisis. Selain itu guru juga menampilkan gambar dengan menggunakan power point. Sehingga setiap siswa dapat melihat dengan jelas gambar yang dianalisis, dengan demikian siswa dalam membuat jawaban analisis bisa lebih fokus bekerja.
Pada indikator kerapian tulisan kelas eksperimen memperoleh rata-rata nilai yang rendah dari kelas kontrol. Hal itu disebabkan karena dalam membuat jawaban analisis, siswa tentu berdiskusi dan membacanya berulang-ulang. Selain itu siswa juga membuatnya bergantian, karena tugas yang diberikan perkelompok bukan individu.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan, bahwa:
1. Penggunaan model pembelajaran examples non examples dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa pada ranah kognitif.
2. Penggunaan model pembelajaran examples non examples tidak dapat meningkatkan hasil belajar biologi pada ranah afektif.
3. Penggunaan model pembelajaran examples non examples tidak dapa meningkatkan hasi belajar pada ranah psikomotor.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Djamarah, Syaiful Bahri & Zain, Aswar.
2010. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Istarani. 2012. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada.
Jufri, Wahab. 2013. Belajar dan
Pembelajaran Sain. Bandumg:
Pustaka Reka Cipta
Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning.
Jakarta: Grasindo
.
Moedjiono & Hasibun. 2009. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Majid, Abdul. .2014. Strategi Pembelajaran.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Widada. 2010. Mudah Membuat Media Pembelajarn. Yogyakarta:
Pustaka Widyatama.