i
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN
KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMAN 1 PEMENANG TIMUR
OLEH :
WAHDANIAH NIM : 180108008
PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MATARAM 2022
ii
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN
KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMAN 1 PEMENANG TIMUR
Skripsi
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram Untuk Memenuhi Gelar Sarjana pendidikan fisika
OLEH :
WAHDANIAH NIM : 180108008
PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MATARAM 2022
iii MATAR20
iv
vi
vii
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah kepada Allah SWT , skripsi ini saya persembahkan kepada :
1. Kedua orang tua tercinta, terimakasih atas kasih saying, dukungan, nasehat dan do’a yang senantiasa mengiringi bagi kberhasilanku, semoga Allah SWT rahmat dan kasih sayang-Nya.
2. Saudara –saudariku tercinta, terimakasih yang telah memberikan dukungan dan motivasi sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. Untuk dosen pembimbing dan dosen-dosen di jurusan tadris fisika, saya ucapkan terimakasih karena telah memberikan ilmu dan membimbing dengan penuh kesabaran.
4. Teman – teman fisika seperjuanganku angkatan 2018, terimakasih atas motivasi dan persaudaraannya.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam dan shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad, juga kepada keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya. Amin.
Penulis menyadari bahwa proses penyelesaikan proposal skripsi ini tidak akan sukses tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih kepada pihakpihak yang telah membantu sebagai berikut.:
1. Prof. Dr. Masnun Tahir M.Ag selaku Rektor UIN Mataram yang telah memberi tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan memberi bimbingan dan peringatan untuk tidak berlama-lama di kampus tanpa pernah selesai.
2. Dr. Jumarim, M.HI selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang sealu memberikan dorongan dan motivasi untuk tetap semangat belajar.
3. Lalu Ahmad Didik Meliyadi, MS sebagai ketua jurusan Program Studi Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan bekal ilmu selama menempuh bangku perkuliahan.
4. Lalu Usman Ali M.Pd sebagai sekretaris ketua jurusan Program Studi Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan bekal ilmu selama menempuh bangku perkuliahan.
5. Ahmad Zohdi M.Ag sebagai Pembimbing I yang memberikan bimbingan, motivasi, dan koreksi mendetail, terus-menerus tanpa bosan di tengah kesibukannya menjadikan proposal skripsi ini lebih matang dan cepat selesai.
6. Kurniawan Arizona M.Pd sebagai Pembimbing II yang memberikan bimbingan, motivasi, dan koreksi mendetail, terus-menerus tanpa
ix
bosan di tengah kesibukannya menjadikan proposal skripsi ini lebih matang dan cepat selesai.
7. Bapak/Ibu dosen dan staf Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Khususnya Program Studi Tadris Fisika UIN Mataram yang telah memberikan berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan bantuan selama masa studi .
Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semesta.
Aamiin.
Mataram, 2022 Penulis,
Wahdaniah
x DAFTAR ISI
Halaman Sampul ... i
Halaman Judul ... ii
Persetujuan Pembimbing ... iii
Nota Dinas Pembimbing ... iv
Peryataan Keaslian Skripsi ... v
Pengasahan Dewan Penguji ... vi
Persembahan ... vii
Kata Pengantar ... viii
Daftar isi ... x
Daftar Tabel ... xii
Daftar Bagan ... xiii
Daftar Lampiran ... xiv
Abstrak ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Msalah ... 11
C. Tujuan Penelitian ... 11
D. Manfaat Penelitian dan Hasil Penelitian ... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA DA HIPOTESIS PENELITIAN ... 15
A. Kajian Pustaka ... 5
xi
B. Keraangka Berpikir ... 36
C. Hipotesis Tindakan ... 36
BAB III METODE PENELITIAN ... 38
A. Setting Penelitian ... 38
B. Sasaran Tindakan ... 38
C. Desain Penelitian Tindakan Kelas ... 39
D. Rencana Tindakan ... 42
E. Jenis Instrumen dan Cara Penggunaannya ... 46
F. Pelaksanaan Tindakan ... 49
G. Cara Pengamatan ... 49
H. Indicator Keberhasilan ... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51
A. Deskripsi Setting Penelitian ... 51
B. Hasil Penelitian ... 55
C. Pembahasan ... 79
BAB V PENUTUP ... 84
A. Kesimpulan ... 84
B. Saran ... 84 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Aspek dan Indikator Keterampilan Berpikir kreatif (KBK), 20 Tabel 2.2 Instrumen Pengumpulan Data, 33
Tabel 3.1 Daftar Subjek Penelitian, 40
Tabel 4.1 Hasil tes penguasaan konsep setelah pembelajaran siklus I, 46 Tabel 4.2 Hasil tes KBK setelah pembelajaran siklus I,48
Tabel 4.3 Hasil tes penguasaan konsep setelah pembelajaran siklus II, 54 Tabel 4.4 Hasil tes KBK setelah pembelajaran siklus II, 57
Tabel 4.5 Perbandingan Observasi Aktivitas Guru dan Peserta Didik, 60 Tabel 4.6 Perbandingan Hasil Tes Penguasaan Konsep dan KBK, 61
xiii
DAFTAR BAGAN Bagan 2.1 Kerangka Berpikir, 26
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Kartu Konsultasi
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian
Lampiran 3 Surat Rekomendasi Sekolah Lampiran 4 Lembar Validasi
Lampiran 5 Silabus
Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (Siklus I) Lampiran 7 Instrumen Soal (Penguasaan Konsep) (Siklus I)
Lampiran 8 Instrumen Soal (Keterampilan Berpikir Kreatif) (Siklus I) Lampiran 9 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) (Siklus I)
Lampiran 10 Rubrik Penilaian Penguasaan Konsep (Siklus I)
Lampiran 11 Rubrik Penilaian Keterampilan Berpikir kreatif (Siklus I) Lampiran 12 Lembar Observasi Aktivitas Guru (Siklus I)
Lampiran 13 Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik (Siklus I) Lampiran 14 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (Siklus II) Lampiran 15 Instrumen Soal (Penguasaan Konsep) (Siklus II)
Lampiran 16 Instrumen Soal (Keterampilan Berpikir Kreatif) (Siklus II) Lampiran 17 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) (Siklus II)
Lampiran 18 Rubrik Penilaian Penguasaan Konsep (Siklus II)
Lampiran 19 Rubrik Penilaian Keterampilan Berpikir kreatif (Siklus II)
xv
Lampiran 20 Lembar Observasi Aktivitas Guru (Siklus II)
Lampiran 21 Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik (Siklus II) Lampiran 21 Dokumentasi Penelitian
xvi
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN
KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMAN 1 PEMENANG TIMUR
Oleh : Wahdaniah NIM 180108008
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan terhadap penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif peserta didik setelah diterapkannya model pembelajaran berbasis masalah. Sampel dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X IPA 2 SMAN 1 Pemenang Timur Lombok Utara dengan menggunakan metode pendekatan deskriptif kualitatif dan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Adapun materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tekanan Zat. Penelitian ini dilaksanakan pada semester kedua (genap) tahun pelajaran 2022/2023.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif, dengan diperoleh skor sebagai berikut:
Untuk penguasaan konsep pada siklus I diperoleh skor 67. 64% dan siklus II diperoleh 88.23%. Sedangkan untuk keterampilan berpikir kreatif menggunakan tes yang berupa soal essay diperoleh skor 35.29% dan siklus II diperoleh 91. 17%.
Kata Kunci : PBM, Penguasaan Konsep, Keterampilan Berpikir Kreatif
1 BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi yang ada dalam diri manusia melalui kegiatan pengajaran. Pendidikan adalah suatu proses untuk memperoleh pengetahuan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar oleh guru, dan belajar oleh siswa.1
Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan dimasa mendatang yaitu pendidikan yang mampu mengembangkan potensi maupun kemampuan peserta didik. Karena dalam menghadapi perkembangan teknologi yang semakin pesat dituntut sumber daya manusia yang handal, yang memiliki kemampuan serta kreatifitas yang tinggi. Ketika seseorang menentukan suatu permasalahan, memecahkan masalah, ataupun memahami sesuatu, maka orang tersebut melakukan aktifitas berpikir.2
Pendidikan yang baik menuntut adanya pembelajaran yang melatih berbagai keterampilan, salah satunya adalah keterampilan berpikir kreatif, melalui sebuah kegiatan yang menantang, siswa
1 Marojahan dan Sri, Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning Di Kelas X SMA, Vol. 3 Nomor 2, Agustus 2017, hlm. 2
2 Imam Bukhori dan Ibrohim, Penerapan Model Problem Based Learning Pada Matakuliah Ekologi Tumbuhan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Malang 2014/2015, (Malang: Program Studi Pendidikan Biologi, Pascasarjana, 2015), hlm. 618.
2
diharapkan mampu berpikir secara ilmiah yang salah satu diantaranya adalah berpikir secara kreatif.3
Untuk meningkatkan mutu pendidikan diperlukan perubahan paradigma dalam pembelajaran. Orientasi pembelajaran yang semula terfokus pada pengajar (teacher centered) beralih pada pembelajar (student centered). Pendekatan pada umumnya lebih banyak bersifat tekstual berubah menjadi kontekstual.4
Masalah utama dalam pendidikan formal (sekolah) saat ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik terhadap pelajaran.
Hal ini tampak bahwa dari kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar. Dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran masih memberikan dominasi kepada guru dan tidak memberikan akses bagi peserta didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya.5
3Ahmad, Muslimin Dan Wahono, Implementasi Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Melatihkan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Penguasaan Konsep Siswa Kelas V Sekolah Dasar, Vol 3, Nomor 1, Januari 2017, hlm. 379.
4Wan Syafi’i, Evi Suryawati dan Ardiyas Robi Saputra, Kemampuan Berpikir Kreatif dan
Penguasaan Konsep Siswa Melalui Model Problem Based Learning (Pbl) Dalam Pembelajaran Biologi Kelas XI IPA SMAN 2 Pekanbaru Tahun Ajaran 2010/2011, Vol. 8, Nomor 1, Juli 2011, hlm. 1.
5Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Pada Konsep Usaha dan Energi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Siswa SMA,Siska, Halim Dan Nasrullah, Vol. 03, Nomor 01, 2015, hlm. 207.
3
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada hakikatnya adalah merupakan suatu produk, proses, dan sikap. Sebagai produk, IPA merupakan hasil penemuan dari berbagai kegiatan penyelidikan atau penelitian yang berupa fakta, konsep,prinsip, hukum-hukum, dan teori ataupun model. Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses untuk menemukan, mengembangkan dan menguji informasi ilmiah yang telah diperoleh. Dan IPA sebagai sikap, dapat diartikan sebagai proses penemuan, pengamatan, pengukuran, dan penyelidikan ilmiah yang dilakukan dengan memerlukan proses mental dan sikap yang berasal dari suatu pemikiran ilmiah.6
Berhasilnya suatu tujuan pembelajaran ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar karena secara langsung dapat mempengaruhi, membina, dan meningkatkan kecerdasan maupun keterampilan peserta didik. Untuk mengatasi permasalahan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, guru memiliki peran yang sangat penting dan diharapkan memiliki cara ataupun model pembelajaran yang sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan. Untuk itu diperlukan cara meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran, salah satunya adalah dengan memilih strategi maupun metode serta model pembelajaran yang sesuai dalam menyampaikan suatu materi pelajaran agar diperoleh peningkatan prestasi belajar peserta didik khususnya pelajaran IPA
6 Shinta, Ahmad dan Gunawan, Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah BerbantuanSimulasi Virtual Terhadap Penguasaan Konsep dan Kreativitas Fisika Siswa SMAN 2 Mataram, Vol. IINomor 3, Juli 2016, hlm. 123.
4
(fisika). Misalnya dengan membimbing peserta didik untuk ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu membantu peserta didik untuk berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya yang akan lebih menguatkan pemahamannya terhadap konsep- konsep yang telah disampaikan. Pemahaman ini memerlukan minat dan motivasi. Tanpa adanya minta, peserta didik tidak memiliki motivasi untuk belajar. Untuk itu guru harus memberikan dorongan berupa motivasi sehingga peserta didik dapat keluar dari kesulitan belajar.
Motivasi tidak hanya menjadikan peserta didik terlibat dalam kegiatan akademik, akan tetapi motivasi juga penting dalam menentukan seberapa jauh peserta didik akan belajar dari suatu kegiatan pembelajaran dan seberapa jauh peserta ddik menyerap informasi yang telah disajikan. Peserta didik yang termotivasi untuk mempelajari sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu dan mampu berpikir secara kreatif. Tugas penting guru adalah merencanakan bagaimana mendorong dan memotivasi peserta didik. Disamping itu, tugas guru tidak hanya menguasai materi akan tetapi guru diharapkan mampu menetapkan dan melaksanakan penyajian materi yang sesuai dengan kemampuan dan kesiapan peserta didik, sehingga menghasilkan penguasaan materi maupun konsep-konsep yang optimal bagi peserta didik tersebut.
SMAN Pemenang Timur merupakan salah satu sekolahan Negeri yang ada di Dusun Karang Montong, Desa Pemenang, Kabupaten Lombok Utara. Berdasarkan hasil Observasi awal yang telah dilakukan pada tanggal 06 September 2022 pada peserta didik
5
kelas X IPA 2 di SMA tersebut, terlihat jelas bahwa peserta didik masih kurang dalam penguasaan konsep dan masih kurang kreatif dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Dan pada saat dilakukan wawancara dengan salah guru mata pelajaran Fisika khususnya pada mata pelajaran fisika di SMAN 1 Pemeang Timur tersebut, ternyata masih banyak peserta didik kurang terlibat dalam kegiatan pembelajaran sehingga menyebabkan kemampuan terhadap penguasaan konsep dan berpikir kreatif peserta didik kurang optimal, dan peserta didik lebih mengoptimalkan kemampuan menghafal konsep yang tersedia hanya sebatas untuk persiapan dalam mengerjakan soal-soal pada saat ujian. Selain itu peserta didik juga belum terlatih untuk menganalisa dan membuat pemecahan masalah dalam mengerjakan soal-soal yang dikaitkan dengan materi dan permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.7
Permasalahan yang diuraikan di atas menunjukkan bahwa peserta didik masih kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Artinya, dalam menyelesaikan permasalahan tersebut, peserta didik belum mampu memahami dan terampil dalam melakukan tahapan-tahapan yang harus diperbaiki pada saat proses pembelajaran. Pembelajaran selama ini dilaksanakan belum optimal. Hal ini disebabkan ada peserta didik yang dominan dan aktif dan ada peserta didik yang pasif, sehingga pembelajaran belum maksimal. Adapun hasil observasi yang diperoleh pada saat wawancara untuk tahun pelajaran 2022/2023 diperoleh data yang menunjukkan bahwa peserta didik belum maksimal terhadap
7 I Made Sadia, wawancara, 06 september 2022
6
penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif. Untuk penguasaan konsep secara klasikal hanya 60%, sedangkan keterampilan berpikir kreatif sebesar 62.75%.
Cara yang digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan konsep siswa dilakukan dengan penerapan taksonomi Bloom dalam Anderson & Karthwohl (2010) untuk mengukur proses kognitif siswa. Adapun kategori-kategori dalam dimensi proses kognitif siswa yaitu; (1) Mengingat, mengambil kembali pengetahuan dari memori jangka panjang. Aspek ini mengacu pada kemampuan mengenal dan mengingat materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada hal-hal yang sukar. (2) Memahami, mengkonstruksi makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis dan digambar oleh guru. (3) Mengaplikasikan, menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu. (4) Menganalisa, memecah-mecah materi menjadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan hubungan- hubungan antar bagian itu dan hubungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur dan tujuan. (5) Mengevaluasi, mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan/atau standar. (6) Mencipta, memadukan bagian-bagian untukmembentuk sesuatu yang baru dari koheren atau membuat suatu proyek yang orisinal.8 Untuk mengetahui penguasaan konsep peserta didik, dalam penelitian ini hanya ditinjau lima ranah kognitif yaitu mengingat,
8Wa Ode Lidya Arisanti, Wahyu Sopandi, dan Ari Widodo, Analisis Penguasaan Konsep dan Berpikir Kreatif Siswa SD Melalui Project Based Learning, Vol. 8, Nomor 1, Januari 2016, hlm. 87.
7
memahami, mengaplikasikan, menganalisis dan mengevaluasi karena disesuaikan dengan standar kompetensi (SK).
Sedangkan Munandar (2009), memberikan beberapa indikator kemampuan berfikir kreatif, yaitu: (1) berfikir lancar (fluency), (2) berfikir luwes (Flexibility), (3) berfikirorisinil (originality) dan (4) berfikir memerinci (elaboration).9
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada tanggal 06 September 2022 memperlihatkan dengan jelas yang muncul pada peserta didik kelas X IPA 2 SMAN 1 Pemenang Timur adalah masih menekankan pada aspek pengetahuan dan penugasan. Selama ini guru lebih banyak memberikan latihan dan mengerjakan soal-soal yang terdapat pada buku paket peserta didik. Hal inilah yang menyebabkan kurang terlatihnya kemampuan peserta didik terhadap penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif. Oleh karena itu, untuk dapat merangsang penguasaan konsep serta keterampilan berpikir kreatif, diperlukan adanya model pembelajaran yang mendukung dan mengarahkan peserta didik untuk dapat mengatasi permasalahan yang mereka hadapi. Kemampuan tersebut adalah kemampuan dalam memecahkan masalah, yang dimana kemampuan ini dapat dikembangkan melalui pembelajaran dimana masalah dihadirkan di
9Dewi, Lina dan Ruspeni, Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif dan Hasil Belajar Siswa, Vol. 5, Nomor 1, April 2017, hlm. 12.
8
dalam kelas dan peserta didik dimana untuk menyelesaikan dengan segala pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki.
Pembelajaran terhadap penguasaan konsep cenderung abstrak dan menggunakan metode ceramah sehingga membuat peserta didik menjadi kurang aktif dan lebih banyak didominasi oleh guru. Selain itu, ketika mengajar pada umumnya guru kurang memperhatikan kemampuan berpikir peserta didik, sehingga terdapat beberapa peserta didik yang kurang tepat memahami konsep-konsep materi yang disampaikan. Maka diperlukan suatu model pembelajaran yang lebih efektif yaitu membuat peserta didik menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran. Dalam upaya untuk mengatasi permasalahan pembelajaran tersebut diperlukan suatu inovasi model pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dan memberi peluang peserta didik dalam memahami konsep dan berpikir kreatif terhadap konsep fisika adalah model pembelajaran berbasis masalah yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan kehidupan nyata dan mendorong peserta didik dalam membuat hubungan antara pengetahuan ataupun kemampuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Berdasarkan permasalahan di atas perlu diupayakan inovasi- inovasi model pembelajaran meliputi penerapan strategi, metode dan pendekatan pembelajaran yang inovatif. Proses pembelajaran fisika tidak cukup dilaksanakan dengan penyampaian informasi tentang konsep dan prinsip-prinsip tetapi peserta didik juga harus memahami proses terjadinya fenomena fisika dengan melakukan penginderaan sebanyak mungkin, mengamati peristiwa yang terjadi
9
melalui eksperimen, melakukan percobaan, mencatat data dan pola yang muncul dari peristiwa tersebut. Dengan demikian proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan bermakna sebab peserta didik memperoleh pengalaman langsung dari hasil eksperimen yang dilakukan. Dan dalam penelitian ini penulis mencoba menerapkan salah satu model pembelajaran, yaitu model pembelajaran berbasis masalah untuk mengetahui apakah dengan menggunakan model tersebut dapat meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif dalam pembelajaran fisika atau tidak. Pembelajaran berbasis masalah adalah merupakan pendekatan dengan menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk dapat belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan dalam memecahkan permasalahan, serta memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial.10
Salah satu model pembelajaran yang dapat melatih siswa untuk mampu meningkatkan penguasaan konsep dan berpikir kreatif adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). PBL terpusat melalui masalah-masalah yang relevan dan siswa diarahkan untuk mencari situasi masalah. Proses pencarian tersebut diharapkan dapat menguji kesenjangan antara pengetahuandan keterampilan mereka untuk menemukan informasi mana yang perlu diperoleh untuk menyelesaikan dan mengelola situasi masalah yang ada.11
10 Iyam Maryati, Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Materi Pola
Bilangan Di Kelas VII Sekolah Menengah Pertama, Volume 7, Nomor 1, Januari 2018, hlm. 64
11 Imam Bukhori dan Ibrohim, Penerapan Model Problem Based Learning Pada
Matakuliah Ekologi Tumbuhan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas
10
Siswono (2009) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat mengembangkan berpikir kreatif peserta didik, dengan melatih keterampilan prosesnya dalam memecahkan suatu permasalahan serta mencari sendiri atas solusi dari permasalahan tersebut. Selain akan meningkatkan penguasaan materi peserta didik maka akan menumbuhkan juga rasa tanggung jawab yang besar terhadap apa yang dikerjakan dan kepercayaan pada diri sendiri.12 Adapun karakteristik model pembelajaran berdasarkan masalah adalah sebagai berikut :
a. Pengajuan pertanyaan atau masalah
Bukannya mengorganisasikan di sekitar prinsip-prinsip atau keterampilan akademik tertentu, pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang dua-duanya secara sosial dan secara pribadi bermakna untuk peserta didik.13
b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin
Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin hanya berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, ilmu- ilmu sosial), masalah yang akan diselidiki benar-benar nyata telah dipilih agar dalam pemecahannya, peserta didik meninjau masalah tersebut dari banyak mata pelajaran.
Muhammadiyah Malang 2014/2015, (Malang: Program Studi Pendidikan Biologi, Pascasarjana, 2015), hlm. 618.
12Raudhah Awal dan Irma Sari, Pembelajaran Berbasis Masalah melalui Keterampilan Proses Sains terhadap Berpikir Kreatif Siswa pada Materi Sistem Gerak Kelas XI IPA 2 T.A 2015/ 2016 SMA Nurul Falah Pekanbaru, Vol. 8, Nomor 1, Februari 2017, hlm. 71.
13Hikmawati, Strategi Pembelajaran Fisika, UNRAM, Mataram, 2014, hlm. 41.
11 c. Penyelidikan autentik
Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan peserta didik melakukan penyelidikan autentik untuk menemukan penyelesaian nyata terhadap masalah yang nyata pula. Sudah barang tentu, metode penyelidikan yang digunakan berdasarkan pada masalah yang sedang dipelajari.
d. Menghasilkan produk dan memamerkannya
Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut peserta didik untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan.
e. Kolaborasi
Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh peserta didik yang bekerja sama antara satu dengan yang lainnya, paling sering dilakukan secara berpasangan atau dalam kelompok- kelompok kecil.14
Berpikir kreatif merupakan suatu proses yang memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi dengan mengkombinasikan berpikir logis dan berpikir divergen. Dimana berpikir divergen digunakan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan sedangkan berpikir logis digunakan untuk memverifikasi ide-ide tersebut menjadi penyelesaian yang kreatif.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
14 Ibid, hlm. 42
12
1. Apakah model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi getaran, gelombang dan bunyi?
2. Apakah model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan keterampilan proses berpikir kreatif siswa?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai ataupun diharapkan adalah:
1. Untuk menentukan nilai peneningkatan penguasaan konsep siswa pada materi getaran, gelombang dan bunyi dengan model pembelajaran berbasis masalah.
2. Untuk menentukan peneningkatan keterampilan proses berpikir kreatif siswa dengan model pembelajaran berbasis masalah.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan yang positif dan menambah sumbangan bagi ilmu pengetahuan untuk kajian lebih lanjut mengenai penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif peserta didik pada mata pelajaran fisika dengan pokok bahasan Getaran, Gelombang dan bunyi
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait dalam penelitian ini, diantaranya:
13 a. Bagi Sekolah
Mendorong sekolah untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif peserta didik dalam mata pelajaran fisika.
Dapat memberikan masukan bagi sekolah dalam menerapkan model pembelajaran yang baik sesuai yang digunakan dalam meningkatkan standar mutu pembelajaran fisika khususnya dan di sekolah pada umumnya.
b. Bagi Guru
Melalui penelitian ini guru dapat memilih model pembelajaran yang tepat untuk peserta didik dalam meningkatkan kemampuan terhadap penguasaan konsep dan memiliki keterampilan untuk berpikir kreatif serta dapat memberikan variasi dalam teknik bahkan cara pengajaran fisika.
Dengan penelitian ini juga guru dapat memberikan penerapan secara kontekstual dalam kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran fisika.
Dengan membiasakan peserta didik menggunakan model pembelajaran yang
14
baik, maka akan meningkatkan hasil belajar semaksimal mungkin.
c. Bagi Peserta Didik
Dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah diharapkan peserta didik dapat meningkatkan kemampuan dalam pemahaman belajar, meningkatkan keaktifan dan kemampuan berpikir kreatif serta berpotensi mengembangkan hasil belajar. Peserta didik pun semakin termotivasi untuk belajar karena partisipasi aktif dalam proses kegiatan pembelajaran dan suasana pembelajaran semakin variatif dan tidak monoton.
15 BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Pustaka
1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ( PBL )
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran yang didasarkan pada prinsip menggunakan masalah sebagai titik awal akuisisi dan integrasi pengetahuan baru. PBL adalah salah satu model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dengan cara menghadapkan para peserta didik tersebut dengan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Dengan pembelajaran model ini, peserta didik dari sejak awal sudah dihadapkan kepada berbagai masalah kehidupan yang mungkin akan ditemuinya kelak pada saat mereka sudah lulus dari bangku sekolah. Problem Based Learning (PBL) dapat dimaknai sebagai metode pendidikan yang mendorong mahasiswa untuk mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata. Simulasi masalah digunakan untuk mengaktifkan keingin tahuan mahasiswa sebelum mulai mempelajari suatu subyek. PBL menyiapkan mahasiswa untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta mampu untuk mendapatkan dan menggunakan secara tepat sumber-sumber pembelajaran. Model pembelajaran PBL merupakan cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan atau jawabannya oleh mahasiswa. Permasalahan itu dapat diajukan atau diberikan
16
dosen kepada mahasiswa, dari mahasiswa bersama dosen, atau dari mahasiswa sendiri, yang kemudian dijadikan pembahasan dan dicari pemecahannya sebagai kegiatan-kegiatan belajar mahasiswa.15
Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pembelajaran melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui metode ilmiah (Sanjaya, 2009). Dengan demikian perpaduan antara pembelajaran berbasis masalah dengan keterampilan proses sains akan saling melengkapi satu sama lain.16
Menurut Sanjaya (2009) pembelajaran berdasarkan masalah yang nyata membuat peserta didik belajar mandiri dan dapat meningkatkan aktivitas peserta didik karena pembelajaran ini lebih menekankan peserta didik dalam beraktivitas serta mampu membuat peserta didik aktif dan mengakibatkan penyimpanan yang lebih lama pada ingatan peserta didik terhadap informasi yang diterima peserta didik tersebut.17
Pembelajaran berbasis masalah berstandar kepada psikologi kognitif yang berangkat dari asumsi bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman belajar. Belajar bukan semata hanya proses menghafal sejumlah fakta, tetapi juga suatu proses interaksi yang secara sadarantara
15 Marhamah Saleh. Strategi Pembelajaran Fiqh dengan Problem-Based Learning, Jurnal
Ilmiah DIDAKTIKA Vol. 15, No. 5, 2013) hal 203-204
16Raudhah Awal dan Irma Sari, Pembelajaran Berbasis Masalah melalui Keterampilan Proses Sains terhadap Berpikir Kreatif Siswa pada Materi Sistem Gerak Kelas XI IPA 2 T.A 2015/ 2016 SMA Nurul Falah Pekanbaru, Vol. 8, Nomor 1, Februari 2017, hlm. 72.
17 Ibid, hlm. 73
17
individu dengan lingkungannya (Sanjaya, 2009). 18 Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pembelajaran didasarkan pada banyaknya permasalahanyang membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan nyata pula (Trianto, 2009).19
Pembelajaran berbasis masalah menggambarkan suatu lingkungan belajar dimana masalah yang memandu maupun mengarahkan pembelajaran. Pembelajaran dimulai dengan suatu permasalahan yang harus diselesaikan, dan masalah tersebut diajukan dengan cara sedemikian rupa sehingga peserta didik membutuhkann tambahan pengetahuan baru sebelum mereka menyelesaikan masalah tersebut. 20 Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata.21
Model pembelajaran berbasis masalah adalah merupakan model pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud menyusun pengetahuannya sendiri, mengembangkan keterampilan lebih tinggi dan
18 Ibid, hlm. 68
19 Ibid, hlm. 68
20 Maria Ulfah, Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Melalui Pendekatan
Saintifik untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IX C SMPN 7 Kota Bima Pokok Bahasan Potensi Sumber Daya Manusia Tahun Pelajaran 2017/2018, Vol. 1, Nomor 2, November 2017, hlm.
21 Iyam Maryati, Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Materi Pola
Bilangan DiKelas VII Sekolah Menengah Pertama, Volume 7, Nomor 1, Januari 2018, hlm. 65
18
memandirikan siswa serta meningkatkan kepercayaan diri siswa. Modelpembelajaran berbasis masalah mendorong siswa mencari sendiri pemecahan masalah yang menyertainya dan mampu menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.22 Implementasi Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang berorientasikan pada kerangka kerja teoritik konstruktivisme. Dalam model pembelajaran ini, fokus pembelajaran ada pada masalah yang dipilih sehingga peserta didik tidak hanya mempelajari konsep- konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut.23
Pembelajaran PBL mendasarkan pada masalah, maka pemilihan masalah menjadi hal yang sangat penting. Masalah untuk PBL seharusnya dipilih sedemikian hingga menantang minat peserta didikdalam menyelesaikannya, menghubungkan dengan pengalaman dan belajar sebelumnya, serta membutuhkan kerjasama dan berbagai strategi untuk menyelesaikannya.24
Menurut Suradijono (2004), pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana peserta didik mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat
22 Gusti, Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Mind Map Terhadap
Keterampilan Berpikir Kreatif dan Hasil Belajar Biologi Pada Siswa SMK, Vol. 1, Nomor 1, Maret 2017, hlm. 70.
23 Ibid, hlm. 67.
24 Ibid, hlm. 68.
19
tinggi,mengembangkan kemandirian dan percaya diri.25 Model pembelajaran berbasis masalah bercirikan mengenai masalah- masalah pada kehidupan nyata, dan juga merupakan pembelajaran yang menekankan pada aktivitas penyelidikan dalam menyelesaikan masalah (Kurniasih, 2014).26
Padmavathy dan Maaresh (2013) mengemukakan bahwa problem based learning adalah suatu pembelajaran yang menggambarkan kegiatan belajar dimana dengan adanya masalah mendorong proses pembelajaran. 27 Menurut Komalasari (2013) pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari mata pelajaran. Arends (Hariyanto dan Warsono, 2012) mengemukakan sintaks pembelajaran berbasis masalah yaitu:
a. Orientasi peserta didik pada masalah.
b. Mengorganisasi peserta didik.
25 Wan Syafi’i, Evi Suryawati dan Ardiyas Robi Saputra, Kemampuan Berpikir Kreatif
Dan Penguasaan Konsep Siswa Melalui Model Problem Based Learning (Pbl) Dalam Pembelajaran Biologi Kelas Xi Ipa Sman 2 Pekanbaru Tahun Ajaran 2010/2011, Vol. 8, Nomor 1, Juli 2011, hlm. 2.
26 Dewi Hari Puspitasari, Lina Listiana dan Ruspeni Daesusi, Penerapan Strategi
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berfik, Vol. 5, Nomor 1, April 2017, hlm. 11.
27 Marojahan dan Sri, Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning Di Kelas X SMA, Vol. 3 Nomor 2, Agustus 2017, hlm. 6.
20
c. Membimbing penyelidikan indvidu maupun kelompok d. Mengembangkan dan menyajikan hasil.
e. Menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah.28
Menurut Nurhadi (dalam Bahtiar, 2015), Problem Based Learning terdiri atas lima tahapan utama. Kelima tahapan tersebut dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengansuatu situasi masalah dan diakhiri dengan Penyajian dan analisis hasil kerja siswa.29
Tahapan-tahapan dalam penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
a. Tahap ke-1 (Fase 1): Orientasi peserta didik pada masalah.
Pada tahap ini, pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Halini sangat penting untuk memberikan motivasi agar peserta didik dapat mengetahui pembelajaran yang akan dilakukan.30
b. Tahap ke-2 (fase 2), mengorganisasi peserta didik dalam belajar.
28 Erik Susanto, Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Upaya Meningkatkan
Kemampuan Pemahaman Matematika Siswa, Vol. 2, Nomor. 2, Januari 2018, hlm. 82.
29(Bahtiar. 2015. Strategi Belajar Mengajar SAINS (IPA)). hlm. 76.
30Iyam Maryati, Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Materi Pola Bilangan Di Kelas VII Sekolah Menengah Pertama, Volume 7, Nomor 1, Januari 2018, hlm. 69.
21
Pada tahap ini aktivitas utama guru adalah membantu peserta didik untuk belajar (mengorganisasikan peserta didik untuk belajar yang berhubungan dengan masalah yang diberikan.31 c. Tahap ke-3 (fase 3), membimbing penyelidikan secara
individu maupun kelompok.
Pada tahap ini, guru membimbing peserta didik dalam memecahkan masalah melalui penyelidikan individu maupun kelompok.
d. Tahap ke-4 (fase 4), mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Pada tahap ini guru dapat membimbing peserta didik untuk mengembangkan hasil penyelidikan dan meminta peserta didik mempresentasikan hasil temuannya.
e. Tahap ke-5 (fase 5), menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Pada tahap ini guru memandu/memfasilitasi peserta didik untuk menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah yang diperolehnya.32
Menurut Smith (Amir, 2013), manfaat pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:
a. Menjadi lebih ingat dan meningkat pemahamannya atas materi ajar.
31Ibid, hlm. 70
32Ibid, hlm. 71.
22
Kedua hal ini ada kaitannya, kalau pengetahuan itu didapatkan lebih dekat dengan konteks praktiknya, maka kita akan lebih ingat.
b. Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan.
Dengan kemampuan pendidik membanguan masalah yang sarat dengan konteks praktik, pembelajaran bisa merasakan lebih baik konteks operasinya di lapangan
c. Mendorong untuk berfikir
Dengan proses yang mendorong pembelajaran untuk mempertanyakan, kritis, reflektif maka manfaat ini berpeluang terjadi.
d. Membangun kerja tim, kepemimpinan dan keterampilan sosial
Pembelajaran diharapkan memahami perannya dalam kelompok, menerima pandangan orang lain, bisa memberikan pengertian bahkan untuk orang-orang yang barangkali tidak mereka senangi.
e. Membangun kecakapan belajar
Pembelajaran perlu dibiasakan untuk mampu belajar terus menerus. Ilmu keterampilan yang mereka butuhkan nanti akan terus berkembang, apapun bidang pekerjaannya.
f. Memotivasi pembelajaran
Motivasi belajar pembelajaran, terlepas dari apapun metode yang kita gunakan, selalu menjadi tantangan.
Dengan model pembelajaran berbasis masalah, kita punya
23
peluang untuk membangkitkan minat dari dalam diri, karena kita menciptakan masalah dengan konteks pekerjaan.33
Adapun perencanaan dan pelaksanaan model pembelajaran berdasarkan masalah apabila seorang pendidik ingin menerapkan di kelas adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan dalam pembelajaran berbasis masalah memiliki peran yang sangat penting dan memerlukan upaya yang lebih banyak.
b. Pendidik perlu menetapkan terlebih dahulu tujuan pembelajaran umum dan khusus kemudian mengkomunikasikannya kepada peserta didik.
c. Pembelajaran berdasarkan masalah didasarkan pada premis bahwa situasi masalah yang mengundang pertanyaan dan belum terdefinisikan dengan jelas akan menimbulkan rasa ingin tahu peserta didik dan diharapkan melibatkanmereka dalam inkuiri.
d. Situasi masalah yang dipilih hendaklah otentik, terdefinisikan secara longgar, bermakna dan sesuai dengan tingkat intelektual peserta didik, cukup luas dan menguntungkan bagi kelompok.
e. Peserta didik perlu dilatih agar menjadi peneliti yang aktif dan terampil menggunakan berbagai metode untuk pengumpulan informasi.
f. Penyelidikan dapat dilakukan secara individu, berpasangan atau berkelompok.
33 Erik Susanto, Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Upaya Meningkatkan
Kemampuan Pemahaman Matematika Siswa, Vol. 2, Nomor. 2, Januari 2018, hlm. 83
24
g. Guru perlu merespon positif semua ide peserta didik dan memantau dalam pengembangan hipotesis mereka.34
Borich (2006) menyatakan pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah model pembelajaran yang menggunakan sebuah masalah untuk dianalisis, kemudian dapat ditentukan solusinya. Pembelajaran berbasis masalah menuntut peserta didik untuk berpikir lebih kreatif dalam menentukan pemecahan masalah.35
Menurut Arends (dalam Bahtiar, 2015), tujuan pembelajaran problem basedlearning adalah mengahasilkan peserta didik yang memiliki kemampuan:
1. Mengatasi masalah yang dihadapi dalam kehidupannya dengan inisiatif dan antusiasisme.
2. Melakukan pemecahan masalah secara efektif dengan berdasarkan pengetahuan yang terintegrasi, fleksibel, dan berguna.
3. Menggunakan keterampilan belajar mandiri dan efektif.
4. Secara berkesinambungan memantau dan menilai kelayakan pengetahuan, pemecahan masalah, dan keterampilan belajar mandiri.
5. Kolaborasi secara aktif sebagai anggota kelompok.36
34(Hikmawati. 2014. Strategi Pembelajaran FisikaI). hlm. 43-44.
35 Ahmad, Muslimin dan Widodo, Implementasi Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk
Melatihkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Penguasaan Konsep Siswa Kelas V Sekolah Dasar, Vol. 3, Nomor 1, Januari 2017, hlm. 380.
36 (Bahtiar. 2015. Strategi Belajar Mengajar SAINS (IPA)). hlm. 75.
25
Pembelajaran berdasarkan masalah memiliki beberapa kelebihan dibandingkan model pengajaran lainnya, diantaranya seagai berikut.37
a. Mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas
b. Mendorong peserta didik melakukan pengamatan dan dialog dengan orang lain
c. Melibatkan peserta didik dalam penyelidikan pilihan sendiri d. Membantu peserta didik menjadi pembelajar yang mandiri.
Sama halnya dengan model pembelajaran yang lain, pembelajaran berdasarkan masalah juga memiliki beberapa kelemahan dalam penerapannya, yaitu sebagai berikut.38
a. Kondisi kebanyakan sekolah tidak kondusif untuk model PBL. Dalam pelaksanaannya PBL memerlukan sarana dan prasarana yang tidak semua sekolah memilikinya.
b. Pelaksanaan PBL memerlukan waktu yang cukup lama.
c. Model PBL tidak mencakup semua informasi atau pengetahuan dasar.
Salah satu strategi instruksional student centered adalah pembelajaran berbasis masalah (problem basedlearning).
Pembelajaran berbasis masalah melatih peserta didik mengembangkan keterampilan berpikir (penalaran, komunikasi
37 Ibid, hlm. 77
38 Ibid, hlm. 78.
26
dan koneksi) dalam memecahkan suatu permasalahan (Rusman, 2011).39
2. Penguasaan Konsep
Anderson dan Krathwohl (Nurhasanah, 2007) menjelaskan bahwa penguasaan konsep didefinisikan sebagai tingkatan dimana seorang peserta didik tidak hanya mengetahui konsep- konsep, melainkan benar-benar memahaminya dengan baik yang ditunjukkan oleh kemampuannya dalam menyelesaikan berbagai persoalan, baik yang terkait dengan konsep itu sendiri maupun penerapannya dalam situasi baru.40 Penguasaan konsep dapat diartikan sebagai kemampuan dalam memahami makna materi, memadukan konsep dan mampu menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari (Usman, 1992).41 Cara pembelajaran konsep cenderung abstrak dan menggunakan metode ceramah sehingga membuat siswa menjadi pasif dan lebih banyak didominasi oleh guru. Selain itu, pada umumnya guru mengajar dengan tidakmemperhatikan kemampuan berpikir siswa, sehingga ada beberapa siswa
39 Asna Lutfa, Sugianto, dan Sulhadi, Penerapan Model Pembelajaran PBL Untuk MenumbuhkanKeterampilan Proses Sains Pada Siswa SMA, (Semarang, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 2014), hlm. 79.
40 Imam Bukhori dan Ibrohim, Penerapan Model Problem Based Learning Pada
Matakuliah Ekologi Tumbuhan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Malang 2014/2015, (Malang: Program Studi Pendidikan Biologi, Pascasarjana, 2015), hlm. 618
41 Wan Syafi’i, Evi Suryawati dan Ardiyas Robi Saputra, Kemampuan Berpikir Kreatif dan
Penguasaan Konsep Siswa Melalui Model Problem Based Learning (PBL) Dalam Pembelajaran Biologi Kelas XI IPA SMAN 2 Pekanbaru Tahun Ajaran 2010/2011, Vol. 8, Nomor 1, Juli 2011, hlm. 3
27
yangkurang tepat memahami konsep-konsep materi yang diajarkan.42
Penguasaan konsep yang lebih komprehensif dinyatakan oleh kemampuan menangkap pengertianpengertian seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan ke dalam bentuk yang lebih dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu mengaplikasikannya. Penguasaan konsep tidak hanya sekedar memahami secara sederhana, namun dapat pula dijabarkan sebagai kemampuan mengerti, memahami, mengaplikasikan, mengklasifikasikan, mengeneralisasikan, mensintesis, dan menyimpulkan obyek–obyek. Dalam fisika, siswa dituntut untuk memahami konsep-konsep yang ada.
Pemahaman konsep akan membantu siswa dan menyelesaikan soal-soal ataupun menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dalam kehidupan. Dalam taksonomi tujuan pembelajaran ranah kognitif menurut Bloom terdiri atas enam tingkatan, yakni pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.43
Penguasaan konsep merupakan kemampuan siswa dalam memahami IPA secara ilmiah, baik konsep secara teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Siswa dikatakan menguasai konsep apabila ia mampu mendefinisikan konsep, mengidentifikasi dan memberi contoh dari konsep,sehingga
42 Ibid, hlm.2
43 Shinta, Ahmad, dan Gunawan, Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah
BerbantuanSimulasi Virtual Terhadap Penguasaan Konsep dan Kreativitas Fisika Siswa SMAN 2 Mataram, Vol. II Nomor 3, Juli 2016, hlm. 125.
28
dengan kemampuan ini ia bisa membawa suatu konsep dalam bentuk lain yang tidak sama dengan dalam buku teks.44
Pengertian konsep sendiri menurut Ibrahim (2012) didefinisikan sebagai kumpulan stimulus (fakta, benda, peristiwa dall) yang memiliki ciri-ciri yang sama (atribut), sedangkan atribut merupakan ciri esensial yang membedakan contoh konsep dari yang bukan contoh konsep. Dari uraian tersebut melatihkan penguasaan konsep merupakan hal yang penting untuk dapat melatihkan kemampuan berpikir kreatif.45 3. Berpikir kreatif
Menurut Munandar (2009), berpikir kreatif merupakan kemampuan untuk melihat berbagai macam kemungkinan penyelesain terhadap suatu permasalahan, dan menemukan cara yang tepat dalam menyelesaikan suatu permasalahan tersebut.46 Proses berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi yang menggabungkan berpikir logis dengan berpikir divergen.
Berpikir divergen digunakan dalam mencari ide-ide untuk menyelesaikan masalah sedangkan berpikir logis digunakan
44 Wa Ode Lidya Arisanti, Wahyu Sopandi, dan Ari Widodo, Analisis Penguasaan Konsep
dan Berpikir Kreatif Siswa SD Melalui Project Based Learning, Vol. 8, Nomor 1, Januari 2016, hlm. 86.
45 Ahmad, Muslimin Dan Wahono, Implementasi Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk
Melatihkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Penguasaan Konsep Siswa Kelas V Sekolah Dasar, Vol 3, Nomor 1, Januari 2017, hlm. 379.
46Raudha dan Irma Sari, Pembelajaran Berbasis Masalah melalui Keterampilan Proses Sains terhadap Berpikir Kreatif Siswa pada Materi Sistem Gerak Kelas XI IPA 2 T.A 2015/
2016 SMA NurulFalah Pekanbaru, Vol. 8, Nomor 1, Februari 2017, hlm. 69.
29
dalam memverifikasi ide-ide tersebut menjadi sebuah penyelesaian yang kreatif.47
Tabel 2.1 Aspek dan Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif48
Aspek KBK Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif
Fluency a. Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan
b. Lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya c. Dapat dengan cepat melihat kesalahan dan
kelemahan dari suatu objek atau situasi
Flexibility a. Memberikan bermacam-macam penafsiran terhadap suatu gambar, cerita atau masalah
b. Jika diberi suatu masalah biasanya memikirkan bermacam cara yang berbeda untuk menyelesaikannya
c. Menggolongkan hal-hal menurut pembagian (kategori) yang berbeda
Originality Menyelesaikan permasalahan dengan gagasan sendiri Elaboration a. Mencari arti yang lebih mendalam terhadap
jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah- langkah yang terperinci b. Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang
47 Wan Syafi’i, Evi Suryawati dan Ardiyas Robi Saputra, Kemampuan Berpikir Kreatif dan
Penguasaan Konsep Siswa Melalui Model Problem Based Learning Dalam Pembelajaran Biologi Kelas XI IPA SMAN 2 Pekanbaru Tahun Ajaran 2010/2011, Vol. 8, Nomor 1, Juli 2011, hlm. 2.
48 Ibid, hlm. 2.
30 lain
Keterampilan berfikir tingkat tinggi diantaranya adalah keterampilan berfikir kreatif. Menurut Putra, dkk (2012), berfikir kreatif adalah proses berfikir yang menghasilkan beragam kemungkinan ide dan cara. Dalam suatu permasalahan, apabila menerapkan berfikir kreatif, akan menghasilkan banyak ide yang berguna dalam menemukan penyelesaian. 49 Kemampuan berpikir kreatif tak akan pernah terwujud apabila seseorang belum dapat menguasai konsep suatuhal dengan baik, hal ini seperti yang diungkapkan oleh Gagna (dalam Ibrahim, 2012) bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan yang memungkinkan seseorang dapat berbuat sesuatu.50
Susanto (2012) menyatakan bahwa untuk berpikir kreatif perlu diberikan sebuah rangsangan yang berupa masalah.
Seseorang akan menjadi kreatif jika menghadapi sebuah masalah.51 Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir dengan berdasarkan data dan informasi yang tersedia sehingga dapat menentukan banyak kemungkinan jawaban
49Dewi, Lina dan Ruspeni, Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem BasedLearning) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif dan Hasil Belajar Siswa, Vol. 5, Nomor 1, April 2017, hlm. 11.
50Ahmad, Muslimin Dan Wahono, Implementasi Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Melatihkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Penguasaan Konsep Siswa Kelas V Sekolah Dasar, Vol 3, Nomor 1, Januari 2017, hlm. 379.
51 Ibid, hlm. 380.
31
terhadap suatu masalah, di mana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban.52
Kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan pola baru yang sesuai dengan kondisi/situasi tertentu. Kreativitas juga dapat diartikan sebagai kemampuan dalam mengatasi suatu permasalahan dengan mengeksplorasi potensi dan kemampuan sendiri. 53 Metode pengajaran atau teknik belajar kreatif berorientasikan pada pengembangan potensi berpikir siswa, yakni mengaktifkan fungsi berpikir divergen melalui teknik- teknik seperti sumbang saran, daftar penulisan gagasan, teknik pemecahan masalah yang merangsang peserta didikuntuk berpikir tentang berbagai kemungkinan yang dapat dilakukan (berpikir divergen), dalam setiap kegiatan belajar-mengajar, siswa dilibatkan secara aktif dalam masalah yang nyata dan menantang (Satiadarma dan Waruwu, 2003).54
Tanriseven (2014) menjelaskan bahwa penggunaan peta pikiran sebagai alat perencanaan akan memungkinkan peserta didik untuk memiliki pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana pemanfaatan peta pikiran untuk tujuanperencanaan,
52Imam Dan Ibrohim, Penerapan Model Problem Based Learning Pada Matakuliah EkologiTumbuhan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif MahasiswaPendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Malang 2014/2015, (Malang: Program StudiPendidikan Biologi, Pascasarjana, 2015), hlm. 619.
53 Shinta, Ahmad dan Gunawan, Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Berbantuan Simulasi Virtual Terhadap Penguasaan Konsep dan Kreativitas Fisika Siswa SMAN 2 Mataram, Vol. II Nomor 3, Juli 2016, hlm. 125.
54 Siska, Halim Dan Nasrullah, Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Pada
Konsep Usaha dan Energi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Siswa SMA,Vol. 03, Nomor 01, 2015, hlm. 213.
32
penetapan tujuan, persiapan ujian, dan kegiatan kelompok sehingga pembelajaran yang akan dilakukan menjadi lebih hidup, variatif, dan membiasakan peserta didik memecahkan permasalahan dengan cara memaksimalkan daya pikir dan kreatifitas.55 Kemampuan berpikir kreatif dapat dirumuskan sebagai suatu kemampuan untuk mengungkapkan jawaban dan gagasan beragam yang dianggap paling tepat dan paling baik dalam menyelesaikan suatu permasalahan dan gagasan tersebut asli atau berasal dari pemikirannya sendiri meskipun merupakan gabungan dari beberapa gagasan yang telah ada sebelumnya. Gie (2003) yang menyatakan bahwa berpikir kreatif (creative thinking) adalah suatu pemikiran yang berusaha menciptakan sesuatu gagasan yang baru.56
Berpikir kreatif merupakan komponen yang penting untuk kesuksesan seseorang dalam menjalani aktifitas hidup.
Berpikir kreatif menjadi penentu keunggulan suatu bangsa, Mahmudi (2010) dalam Ahmadi (2012). Kemajuan suatu bangsa tidak lagi ditentukan oleh seberapa banyak sumber daya yang dimiliki oleh bangsa, melainkan ditentukan oleh seberapa kreatif masyarakat yang ada dalam bangsa tersebut.57
55 Gusti, Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Mind Map Terhadap
Keterampilan Berpikir Kreatif dan Hasil Belajar Biologi Pada Siswa SMK, Vol. 1, Nomor 1, Maret 2017, hlm. 71.
56 Yoni Sunaryo, Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematik Siswa SMA Di Kota Tasikmalaya, Vol.
1 Nomor 2, 2014, hlm. 45.
57Suparman, Dwi Nastuti, Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Melalui Penerapan Model Problem Based Learning, Vol. 3, Nomor 2, 2015, hlm. 368.
33
Berpikir kreatif adalah suatu proses berpikir yang menghasilkan bermacam-macam kemungkinan ide dan cara secara luas dan beragam. Dalam menyelesaikan suatu persoalan, apabila menerapkan berpikir kreatif, akan menghasilkan banyak ide yang berguna dalam menemukan penyelesaiannya. Kreatif berhubungan dengan penemuan sesuatu, mengenai hal yang menghasilkan sesuatu yang baru dengan menggunakan sesuatu yang telah ada.58
B. Kerangka Berpikir
Fisika merupakan ilmu tentang alam dalam makna yang terluas.
Fisikamempelajari gejala alam yang tidak hidup atau materi dalam lingkup ruang dan waktu. Oleh karena itu, diharapkan dalam pembelajarannya, fisika disajikan dengan cara-cara yang dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa. Mata pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran sains yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis deduktif dengan menggunakan berbagai peristiwa alam dan penyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif dengan menggunakan
58 Tomi, Irwan, dan Dodi, Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dengan
PembelajaranBerbasis Masalah, Vol. 1, 2012, hlm. 23.
34
matematika serta dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri.59
Meskipun mata pelajaran fisika menjadi mata pelajaran yang sangat penting, mata pelajaran fisika masih dianggap mata pelajaran sulit bagi sebagian peserta didik, bahkan pelajaran fisika juga cenderung dijauhi atau dihindari, meskipun jumlah mata pelajaran fisika di sekolah lebih dominan dibandingkan mata pelajaran yang lain.
Jadi dari permasalahan di atas diperlukan model pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif, dan disini peneliti memilih model pembelarajan Problem Based Learning, karena model pembelajaran PBL ini cocok diterapkan dalam pembelajaran fisika karena di dalam pembelajaran fisika lebih banyak membahas materi dan mengerjakan soal-soal tanpa adanya praktikum maupun presentasi, sehingga peserta didik akan merasa bosan.
Menurut Boud & Feletti pembelajaran berbasis masalah sebagai suatu pendekatan kearah penataan pembelajaran yang melibatkan
59 Shinta, Ahmad dan Gunawan, Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah BerbantuanSimulasi Virtual Terhadap Penguasaan Konsep dan Kreativitas Fisika Siswa SMAN 2 Mataram, Vol. II Nomor 3, Juli 2016, hlm. 123.
35
para peserta didik untuk menghadapi pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk menghadapi permasalahan melalui praktik nyata sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Sementara menurut Duch, model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang menghadapkan peserta didik pada tantangan belajar untuk belajar.60
Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran dengan menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajartentang cara pemecahan masalah dan keterampilan berpikir kritis, serta memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi kuliah maupun materi pelajaran. Kegiatan belajar melalui pemecahan masalah merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual.61
Dan salah satu strategi pembelajaran untuk meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kreatif peserta didik
60 Anggayni, Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Meningkatkan
Kemampuan Memahami Materi KPK dan FPB Pada Siswa kelas IV A di MI Darun Najah Kloposepuluh Sukodono, (Skripsi, FTK UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2018), hlm. 16.
61Zainul Mustofa, Herawati Susilo, Mimien Heni Irawati Al Muhdhar, Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Melalui Pendekatan Kontekstual Berbasis Lesson Study Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah dan Hasil Belajar Kognitif Siswa SMA, Vol. 1, Nomor 5, Mei 2016, hlm. 886.
36
adalah model pembelajaran berbasis masalah (roblembasedlearnign). Model ini sangat baik diterapkan karena dapat meningkatkan kreativtas dan semangat keerja kelompok peserta didik dalam menyelesaikan suatu permasalahan.62
Dengan adanya aktivitas yang tinggi terhadap mata pelajaran fisika, maka tujuan pembelajaran akan tercapai dan dapat meningkatkan penguasaan konsep dan dan keterampilan berpikir kreatif peserta didik terhadap mata pelajaran fisika. Apabila kerangka berpikir tersebutdibuat gambar sebagai berikut
62 Rahmi, Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Pada Materi Dunia Tumbuhan, Vol. 1, Nomor 2, Desember 2013, hlm. 73.