Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)
197 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
(CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA MATERI STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN
SISWA KELAS XI IPA 2 MAN 1 BANDA ACEH Suraiya Harun1
Guru Biologi / MAN 1 Banda Aceh
Diterima : 10 Juni 2021 Disetujui : 18 Juni 2021 Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar Biologi pada materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Metodologi penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari dua siklus dan setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Pada setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Teknik pengumpulan data yaitu mengumpulkan nilai tes yang dilaksanakan pada setiap akhir pembelajaran pada setiap siklus dengan menggunakan instrument soal (tes tertulis). Data observasi dilakukan dengan melihat aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Data dianalisis dengan cara statistik persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 35,14% pada pra penelitian meningkat menjadi 59,46% pada siklus I dan meningkat menjadi 91,89% pada siklus II.
Penerapan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) dapat meningkatkan hasil belajar Biologi pada materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan siswa kelas XI IPA 2 MAN 1 Banda Aceh Tahun Pelajaran 2018/2019.
Kata kunci: Hasil Belajar, Model CTL, Struktur dan fungsi jaringan tumbuhan.
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat, Indonesia sebagai bangsa yang menginginkan kemajuan membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas terutama dalam bidang pendidikan formal sebagai lembaga pendidikan yang selalu mengalami perubahan untuk mencapai keberhasilan.
Pendidikan merupakan kebutuhan utama setiap warga negara, di mana mereka dapat mengembangkan potensi yang dimiliki seluas-luasnya sehingga mampu ikut serta dalam pembangunan demi kemajuan suatu negara. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 dinyatakan bahwa “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertangggung jawab”. (UU. Nomor 20 Tahun 2003: Pasal 3).
Belajar mengajar pada dasarnya adalah hubungan timbal balik antara siswa dan seorang guru dalam suatu proses pendidikan, oleh karena itu seorang guru diwajibkan memiliki karakter yang sabar, ulet dan sikap saling terbuka terhadap siswanya. Demikian pula dari siswa dituntut untuk memiliki dorongan dan semangat belajar yang tinggi, karena dalam suatu pembelajaran pasti memiliki sebuah kelemahan yang harus diselesaikan.
Mata pelajaran Biologi di SMA/MA merupakan perluasan dan pendalaman pelajaran IPA biologi di SMP yang bertujuan untuk mempelajari pola interaksi komponen-komponen yang ada di dalam bumi serta upaya manusia untuk mempertahankan keberadaannya di bumi. Tujuan belajar biologi di sekolah khususnya pada jenjang SMA/MA adalah untuk mengetahui dan mempelajari kehidupan makhluk hidup yang berada di bumi. Sehingga mempelajari biologi harapannya dapat digunakan untuk kehidupan
seharihari. Dalam hal ini diharapkan siswa mendapatkan hasil prestasi yang tinggi guna menjaga kelestarian hidup di muka bumi ini.
Namun berdasarkan pengalaman peniliti diketahui bahwa proses pembelajaran biologi kelas XI IPA 2 MAN 1 Banda Aceh, ditemukan kelemahan-kelemahan yaitu 1) Partisipasi siswa masih rendah dalam proses pembelajaran serta peranan guru yang masih dominan untuk menyampaikan materi. 2) Siswa juga cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran dan belum ada peran aktif siswa dalam interaksi edukatif di kelas yaitu rendahya hasil belajar siswa yang belum mencapai target (KKM) 75 dan sebagian besar siswa kurang termotivasi dan tertarik untuk belajar. Selain itu dalam segi afektif juga banyak masalah yang terjadi antara lain 1). Siswa kurang aktif (bertanya) dalam proses pembelajaran. 2). Siswa tidak memperhatikan penjelasan guru pada saat proses pembelajaran. Namun juga terdapat fakta-fakta kelemahan yang terjadi pada guru antara lain: guru menyampaikan materi dengan metode ceramah, sehingga siswa cenderung hanya mendengarkan penjelasan yang di sampaikan oleh guru. Keadaan seperti itu membuat siswa beranggapan bahwa biologi merupakan pelajaran yang membosankan. Akibatnya belum optimalnya proses pembelajaran mata pelajaran biologi. Sehingga hasil prestasi hasil belajar yang diperoleh masih di bawah standar KKM.
Asumsi dasar yang menyebabkan prestasi hasil belajar belum optimal tersebut karena strategi dan media pembelajaran yang digunakan belum melibat aktifan siswa dalam proses pembelajaran sehingga pemahaman konsep biologi kurang menyeluruh. Mengetahui keadaan tersebut maka perlu diadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di MAN 1 Banda Aceh.
Apabila kita mengharapkan pembelajaran yang menekankan kepada pencapaian tingkat pemahaman siswa yang lebih tinggi, kita harus dapat memilih dan menggunakan model pembelajaran yang baik dan tepat. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan dalam meningkatkan pemahaman siswa adalah dengan menggunakan Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning).
Model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Trianto, 2008).
Tujuan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, melatih siswa agar dapat berpikir kritis dan terampil dalam memproses pengetahuan agar dapat menemukan dan menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain.
Keunggulan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) yaitu, setiap materi yang telah dipelajari siswa dapat dikorelasikan dengan pengalaman dalam kehidupan sehari- hari, dalam kegiatan belajar mengajar siswa mampu berperan aktif mengenai materi pelajaran, penerapan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) mampu menciptakan siswa yang berpikir kreatif sesuai dengan ilmu yang telah dipelajarinya. Kejenuhan dalam belajar dapat diminimalkan dengan mengkolaborasikan pengalaman siswa dengan bahan materi pelajaran.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis ingin membuktikan kegunaan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan mengambil judul: Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Pada Materi Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan Siswa Kelas XI IPA 2 MAN 1 Banda Aceh Tahun Pelajaran 2018/2019.
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui hasil belajar Biologi pada materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan sebelum menggunakan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) pada siswa kelas XI IPA 2 MAN 1 Banda Aceh.
2. Untuk mengetahui hasil belajar Biologi pada materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan setelah menggunakan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) pada siswa kelas XI IPA 2 MAN 1 Banda Aceh.
3. Untuk meningkatkan hasil belajar Biologi pada materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan
2. Metode Penelitian 2.1. Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan peneliti yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau (Classroom Action Research). Penelitian Tindakan Kelas merupakan jembatan untuk mengatasi berbagai masalah kekurangan penelitian di bidang pendidikan pada umumnya.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan yang dilaksanakan di dalam kelas ketika pembelajaran berlangsung. PTK dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran. PTK berfokus pada kelas atau pada proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas.
Arikunto, Suhardjono, dan Supardi (2015) mengungkapkan bahwa:
“Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. Penelitian Bahkan McNiff, dalam Supardi, dalam bukunya Action Research Pricipoles and Practice menjelaskan bahwa PTK sebagi bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri terhadap kurikulum, pengembangan sekolah, meningkatkan prestasi belajar, pengembangan keahlian, dan sebaginya.”
Dari pengertian di atas disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar yang berupa sebuah tindakan yang di munculkan secara sengaja dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama, tindakan tersebut diberikan oleh guru yang dilakukan oleh siswa. Dengan melaksanakan PTK, seorang guru akan dapat menemukan penyelesaian masalah yang terjadi di kelas. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan berbagai ragam teori dan teknik pembelajaran yang relevan. Selain itu, PTK dilaksanakan secara bersamaan dengan pelaksanaan tugas utama guru yaitu mengajardi dalam kelas, tidak perlu harus meninggalkan siswa. Dengan demikian, PTK merupakan suatu bentuk penelitian yang melekat pada guru, yaitu mengangkat masalah-masalah aktual yang dialami oleh guru di lapangan.
Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalah nyata yang terjadi di dalam kelas sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan melalui tindakan yang akan dilakukan. PTK bertujuan untuk meningkatkan kegiatan nyata guru dalam pengembangan profesinya.
Tujuan khusus PTK adalah untuk mengatasi berbagai persoalan nyata guna memperbaiki atau meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas.
Jadi, PTK bertujuan unuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Sedangkan secara khusus adalah : memperbaiki pembelajaran, menumbuh kembangkan budaya meneliti bagi guru, dan meningkatkan kolaborasi, meningkatnya pengalaman dan keterampilan guru, dan meningkatnya profesionalitas guru. PTK memiliki manfaat akademis, Praktis dan institusional. Manfaat akademis untuk membantu guru mendapatkan pengetahuan dan kemampuan memperbaiki kinerja secara profesional. Menurut Suyanto dalam buku Penelitian Tindakan Kelas, PTK bermanfaat secara praktis, yakni: inovasi, pengembangan kurikulum, dan peningkatan profesionalisme guru secara berkelanjutan.
Sedangkan manfaat institusional adalah meningkatnya kualitas pendidikan, meningkatnya hubungan kolegiat antar guru, dan memberikan kontribusi terhadap kemajuan sekolah.
PTK merupakan bentuk penelitian tindakan yang diterapkan dalam aktivitas pembelajaran di kelas. Ciri khusus PTK adalah adanya tindakan nyata yang dilakukan sebagai bagian dari kegiatan penelitian dalam rangka memecahkan masalah. Tindakan tersebut dilakuakn pada situasi alami serta ditujukan untuk memecahkan masalah praktis. Tindakan yang diambil merupakan kegiatan yang sengaja dilakukan atas dasar tujuan tertentu. Tindakan dalam PTK dilakukan dalam suatu siklus kegiatan.
2.2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah kelas XI IPA 2 MAN 1 Banda Aceh Tahun Pelajaran 2018/2019 yang berjumlah 37 siswa dengan jumlah 9 siswa laki-laki dan 28 siswi perempuan.
2.3. Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPA 2 MAN 1 Banda Aceh yang berada di Jalan Pocut Baren No.116 Desa Keuramat Kec. Kuta Alam Kota Banda Aceh. Dilaksanakan dilaksanakan mulai dari bulan September 2018 s.d November 2018 pada semester ganjil.
2.4. Analisis Data
Secara umum studi ini bertujun untuk mencari data dan informasi yang kemudian dianalisis dan ditata secara sistematis dalam rangka menyajikan gambaran yang semaksimal mungkin tentang penerapan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) dalam upaya meningkatkan hasil belajar Biologi siswa materi struktur dan fungsi jarigan tumbuhan.
Analisis ini menggunakan analisis deskripsi yaitu mendeskripsikan hasil belajar mata pelajaran Biologi kelas XI IPA 2 MAN 1 Banda Aceh Tahun Pelajaran 2018/2019. Dalam teknik ini data yang diperoleh secara sistematis dan obyektif melalui tes akan diolah dan dianalisis.
Analisis data untuk tujuan tindakan dilakukan dengan membandingkan isi catatan yang dilakukan kolaborator (guru pengampu) dan peneliti dengan harapan unsur subyektifitas dapat dikurangi.
Analisis data hasil belajar dilakukan dengan rumus persentase menurut Depdiknas (2003):
Keterangan : P = Persentase
= Jumlah siswa yang tuntas N = Jumlah seluruh siswa 2.5. Indikator Penelitian
Keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini ditentukan oleh indikator penelitian. Indikator penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Indikator Penelitian
No. Ukuran Indikator Capaian Siklus 1 Capaian Siklus 2 1. Siswa yang mencapai angka
KKM (nilai ≥ 75) ≥ 75.00 % ≥ 85.00 %
2. Nilai rata-rata kelas ≥ 70.00 ≥ 80.00
3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Deskripsi Kondisi Awal
Sebelum melakukan penelitian, guru memberikan pretest kepada siswa. Pretes ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum penerapan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) dalam pembelajaran. Hasil pretes siswa sebelum penerapan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) dalam pembelajaran dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2. Hasil Pretest Siswa
No Jenis data yang diamati Hasil yang diperoleh
1 Nilai tertinggi 90
2 Nilai terendah 20
3 Rata-rata 61,62
4 Ketuntasan Klasikal 35,14%
Berdasarkan tabel 2 di atas, hasil pretes siswa yang dilakukan pada saat pra penelitian masih tergolong sangat rendah, dengan jumlah nilai 2280 dari jumlah nilai keseluruhan siswa, nilai rata-rata siswa 61,62 didapat dari jumlah keseluruhan nilai siswa dibagi jumlah siswa, dan nilai tertinggi siswa 90 dan nilai terendah 20. Terbukti dari 37 siswa hanya 13 orang yang mampu mencapai nilai ketuntasan belajar (35,14%).
3.2. Hasil Penelitian Siklus 1 a. Perencanaan
Kegiataan perencanaan yang dilakukan pada siklus I yaitu merancang silabus, merancang RPP, menyusun instrument tes, mendesain bahan ajar sesuai dengan materi, mendesain model pembelajaran yaitu model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning).
b. Pelaksanaan
Penelitian siklus I yang telah di jelaskan pada Bab III dilaksanakan sesuai perencanaan dengan melakukan tes pada tanggal 12 September 2018 yaitu pada pertemuan kedua. Setelah penerapan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) pada siklus I, siswa telah mengalami peningkatan pemahaman terhadap materi struktur dan fungsi jarigan tumbuhan, hal ini terlihat dari hasil tes belajar yang diperoleh oleh siswa. Hasil belajar siswa yang diperoleh setelah penerapan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) pada siklus I dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3. Hasil Belajar Siswa pada Siklus I
No Jenis data yang diamati Hasil yang diperoleh
1 Nilai tertinggi 90
2 Nilai terendah 40
3 Jumlah siswa dengan nilai
mencapai KKM 22
4 Jumlah siswa yang nilai belum
mencapai KKM 15
5 Rata-rata 75,68
6 Ketuntasan Klasikal 59,46%
Berdasarkan tabel 3 di atas, hasil belajar siswa pada siklus I telah mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan hasil pretest sebelum diterapkannya model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning), dengan jumlah nilai 2800 dari jumlah nilai keseluruhan siswa. Nilai rata-rata siswa 75,68 didapat dari jumlah keseluruhan nilai siswa dibagi jumlah siswa, dan nilai tertinggi siswa 100 dan nilai terendah 40. Terbukti dari 37 siswa hanya 22 (59,46%) orang yang mampu mencapai nilai ketuntasan belajar. Hasil tes pada siklus I jelas menunjukkan bahwa nilai presentase ketuntasan mencapai 59,46%. Masih berada dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditentukan peneliti sebelumnya yaitu 75, perlu dilakukan kembali perbaikan pembelajaran pada siklus II yang mungkin dapat mencapai presentase ketuntasan klasikal yang ditetapkan.
c. Refleksi
Setelah seluruh proses pembelajaran pada siklus I selesai dilaksanakan, peneliti mengamati dalam menemukan kelemahan dan kekurangan yang terdapat pada siklus I. Selanjutnya hasil temuan dimanfaatkan untuk melakukan perbaikan tindakan siklus II.
Adapun perbaikan pada siklus I adalah : 1. Berkaitan dengan siswa
Pada umumnya siswa antusias terhadap materi struktur dan fungsi jarigan tumbuhan pelajaran yang disampaikan, dan aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Namun ada beberapa siswa masih hanya sekedar ikut aktif namun belum mampu memahami materi pelajaran dengan baik.
2. Berkaitan dengan guru
Peneliti masih belum dapat mengalokasikan waktu secara efektif dan efisien kemudian peneliti belum mampu mengelola kelas dan siswa dengan baik ketika proses pembelajaran berlangsung.
3.3. Hasil Penelitian Siklus 2 a. Perencanaan
Kegiataan perencanaan yang dilakukan pada siklus II yaitu Merancang silabus, merancang RPP, menyusun instrument tes, mendesain bahan ajar sesuai dengan materi, mendesain model pembelajaran yaitu model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning).
b. Pelaksanaan
Penelitian siklus II yang telah di jelaskan pada Bab III di laksanakan sesuai perencanaan dengan melakukan tes pada tanggal 26 September 2018 yaitu pada pertemuan kedua. Setelah penerapan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) pada siklus II, siswa telah mengalami peningkatan pemahaman terhadap materi struktur dan fungsi jarigan tumbuhan, hal ini terlihat dari hasil tes belajar yang diperoleh oleh siswa. Hasil belajar siswa yang diperoleh setelah penerapan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) pada siklus II dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4. Hasil Belajar Siswa pada Siklus II
No Jenis data yang diamati Hasil yang diperoleh
1 Nilai tertinggi 100
2 Nilai terendah 60
3 Jumlah siswa dengan nilai
mencapai KKM 34
4 Jumlah siswa yang nilai belum
mencapai KKM 3
5 Rata-rata 85,14
6 Ketuntasan Klasikal 91,89%
Berdasarkan tabel 4 di atas, dari 34 siswa terdapat 30 siswa yang sudah mencapai ketuntasan nilai klasikal dan 4 siswa yang belum mencapai ketuntasan klasikal. Nilai tertinggi siswa yang diperoleh pada siklus II yaitu 100 dan nilai terendah adalah 70. Persentase ketuntasan siswa hasil belajar siswa pada siklus II adalah sebesar 88,24 % dengan nilai rata-rata 87,94. Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh pada siklus II, maka peneliti mencukupkan penelitian sampai pada siklus II, hal ini dilakukan karena siswa telah mencapai indikator ketuntasan yang harapkan oleh guru.
c. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dan data hasil belajar siswa pada siklus II ditarik kesimpulan:
1. Berkaitan dengan siswa :
a) Berdasarkan perhitungan rata-rata pada siklus II tingkat penguasaan siswa terhadap materi dengan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) bernilai 84.00.
b) Siswa sudah terbiasa untuk merespon segala kegiatan di dalam proses belajar mengajar. Siswa sudah mau bertanya dan menjadi pembicara kelompok walaupun tidak semua melakukan hal tersebut.
c) Siswa tidak lagi mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal. Terlihat dari masih banyaknya siswa yang memperoleh nilai tinggi dan tercapainya persentase ketuntasan yang ditetapkan.
2. Berkaitan dengan guru
Guru telah mampu menarik perhatian atau respon anak-anak terhadap guru selama proses belajar mengajar dan guru juga sudah bisa membentuk dan mengatur kelompok sehingga kelas menjadi kondusif dan sesuai dengan yang diharapkan.
Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) dapat mengatasi kesulitan belajar siswa dan meningkatkan kemampuan siswa pada pelajaran Biologi materi struktur dan fungsi jarigan tumbuhan.
3.4. Pembahasan Perbandingan Antar Siklus
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada pra siklus, siklus I dan siklus II, penerapan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) telah memberikan nilai yang positif terhadap peningkatan hasil belajar Biologi siswa terutama pada materi struktur dan fungsi jarigan tumbuhan. Perbandingan persentase hasil belajar siswa pada pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Perbandingan Persentase Hasil Belajar Siswa pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II.
Berdasarkan gambar 4.1, terlihat bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa dari pra siklus ke siklus I dan siklus I ke siklus II. Pada pra siklus persentase ketuntasan belajar siswa sebelum penerapan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) dalam pembelajaran hanya 35,14%.
Pada siklus I, penerapan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) telah mampu memberikan persentase hasil belajar siswa yaitu sebesar 59,46%, dan telah mengalami peningkatan menjadi 91,89% pada siklus II.
4. Kesimpulan dan Saran 4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka terjadi peningkatan hasil belajar Biologi melalui model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning), simpulan yang diperoleh yaitu:
1. Hasil belajar siswa sebelum penerapan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) pada materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan di kelas XI IPA 2 MAN 1 Banda Aceh menunjukkan hasil yang sangat rendah.
2. Setelah dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) siswa mulai bersemangat dan aktif dalam mengikuti pembelajaran di kelas.
3. Hasil belajar siswa kelas XI IPA 2 MAN 1 Banda Aceh setelah dilakukan penelitian tindakan kelas terlihat bahwa pada siklus I yaitu nilai rata-rata 75,68 dan Siklus II yaitu nilai rata-rata 85,14. Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa pada bidang studi Biologi materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan antara sebelum dan sesudah dilakukan penelitian tindakan kelas.
4. Ketuntasan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 35,14% pada pra penelitian meningkat menjadi 59,46% pada siklus I dan meningkat menjadi 91,89% pada siklus II.
0,00%
20,00%
40,00%
60,00%
80,00%
100,00%
Pra Siklus Siklus I Siklus II 35,14%
59,46%
91,89%
PERSENTASE HASIL BELAJAR SISWA
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
5. Secara keseluruhan penerapan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) dapat meningkatkan hasil belajar Biologi pada materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan siswa kelas XI IPA 2 MAN 1 Banda Aceh Tahun Pelajaran 2018/2019.
4.2. Saran
Dengan terbuktinya pembelajaran menggunakan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) dapat meningkatkan hasil belajar Biologi pada materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan di kelas XI IPA 2 MAN 1 Banda Aceh Tahun Pelajaran 2018/2019, maka kami sarankan hal-hal sebagai berikut:
1) Pelaksanaan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan pembelajaran yang sangat positif, dengan belajar membentuk kelompok bersama teman-teman satu kelas.
2) Dalam kegiatan pembelajaran hendaknya guru bisa memanfaatkan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) sebagai salah satu alternatif strategi pembelajaran di kelas untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
3) Kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) sangat bermanfaat bagi guru maupun siswa, maka diharapkan pembelajaran ini dapat dilaksanakan secara berkesinambungan dalam pembelajaran Biologi maupun pembelajaran yang lain.
4) Untuk sekolah diharapkan dapat menyediakan sarana dan prasarana yang dianggap perlu untuk menunjang kegiatan pembelajaran Biologi.
5. Daftar Pustaka
[1] Arikunto, Suhardjono, dan Supardi. 2015. Penelitian Pendidikan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
[2] Depdiknas. 2003. Undang-undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang System Pendidikan Nasional.
[3] Muhibbin Syah. 2015. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers
[4] Muslich, Masnur. 2009. Pembelajaran Berbasis Kompetensi Dan Kontekstual. Jakarta : Bumi Aksara.
[5] Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) di Kelas. Surabaya: Cerdas Pustaka.
[6] Sanjaya. 2009. Pembelajaran Contextual Teaching and Learning. Bandung: Alfabeta.
[7] Sardiman. 2016. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo [8] Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
[9] Sudjana, Nana. 2013. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
[10] Suprijono Agus. 2001. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Pakem. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
[11] Syaodih, Nana. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.