• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh latar belakang pendidikan, etos kerja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "pengaruh latar belakang pendidikan, etos kerja"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, ETOS KERJA, PENGALAMAN MENGAJAR DAN PELATIHAN TERHADAP

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DI SMA NEGERI 1 PADANG GANTING

Debi Efendi, Ansofino, Meri Rahmania

Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat debiefendi52gmail.com

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of educational background, work ethic, teaching experience, partial and simultaneous training of professional competence of teachers in SMA N 1 Padang Ganting. The study found that (1) the educational background did not partially influence the professional competence of the teacher, for female teacher got coefficient value 0,063, tcount 0,070 <ttable 2.02 and significance 0,945> α = 0,05, and for male teacher with coefficient value 1.284, tcount 1.208 <ttable 2.02 and significance 0.262> α = 0.05, (2) work ethic affect the professional competence of teachers, female teachers coefficient value 0.247, tcount 2.201> ttable 2.02 with significance 0.040 <α = 0,05 and male teacher got coefficient value 0,380, tcount 5,611> ttable 2.02 and significance 0,001 <α = 0,05, (3) teaching experience influence to professional competence of teacher, female teacher with coefficient value 0,547, tcount 2,423 > ttable 2.02 with significance 0,025 <α = 0,05 and male teacher with coefficient value 0,698, tcount

5,256> ttable 2.02 with significance 0,001 <α = 0,05 (4) training influenced dap professional competence of teacher, female teacher obtained coefficient value 0,250, tcount 2,108> ttable 2.02 and significance 0,047 <α = 0,05 and male teacher coefficient value 0,243, tcount 3,009> ttable 2.02 and significance 0,017 <α = 0.05, (5) educational background, work ethic, teaching experience and training simultaneously have a significant effect on teacher professional competence in SMAN 1 Padang Ganting, female teacher Fcount 13,128> Ftable 2,866 and significance 0,000 <α = 0,00 , while male teacher Fcount 31,504> Ftable 3,83 and significance 0,00 <α = 0,05, means H0 is rejected and Ha accepted

Keywords: Educational, Work Ethic, Teaching Experience, Training, Professional Competence

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan sebuah negara. Sejarah menunjukan keberhasilan pembangunan di negara-negara maju

adalah dengan tersedianya generasi muda yang berkualitas, yang merupakan hasil hasil produk pendidikan yang bermutu dalam jumlah, jenis dan tingkatan yang memadai. Situasi ini menuntut peran

(2)

aktif dari seluruh lapisan, baik pemerintah maupun masyarakat umum. Hal ini berguna untuk mendukung kegiatan pendidikan baik formal maupun informal.

Guru merupakan sebuah profesi yang selalu dituntut untuk mengedepankan keprofesionalan dalam melaksanakan tugasnya di sekolah. Keprofesionalan guru tersebut dapat dilihat dari keahlian dan kemampuannya dalam penguasaan bahan ajar, pemilihan dan penggunaan media, pemilihan metode yang tepat, melaksanakan evaluasi dan pengelolaan kelas yang baik. Dengan demikian, kemampuan yang dimiliki oleh guru haruslah dikembangkan dan ditingkatkan.

Guru dituntut agar senantiasa meningkatkan pengetahuan dan kompetensi yang diperlukan dalam proses belajar mengajar secara terus menerus. Lebih jelasnya lagi profesi guru merupakan suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus dan tidak semua orang dapat berperan sebagai guru.

Undang-undang Republik Indonesia No 14 tahun 2005 pasal 1 ayat 1 ”Guru adalah pendidik

profesional dengan tugas mendidik,

mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru adalah suatu profesi yang menuntut pendidikan dan kemampuan khusus dalam dunia pendidikan yang memiliki kode etik dan organisasi profesi. Guru yang memiliki syarat dan kemempuan profesi disebut dengan guru profesional. Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa syarat dari profesionalitas guru adalah kualifikasi akademis minimal DIV/S1, menguasai kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesi, dan kompetensi sosial.

Upaya pemerintah dalam meningkatkan kemampuan dan kompetensi guru, kesejahteraan guru juga tak luput dari perhatian pemerintah. Sejak tahun 2008 pemerintah telah mengadakan sertifikasi bagi seluruh guru di

(3)

Indonesia terutama bagi guru yang berstatus Pegawai negeri sipil. Guru di tuntut untuk lebih profesional dan memiliki kompetensi yang baik.

Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan pada bulan Januari di Dinas Pendidikan Provinsi Sumaetra Barat didapat data sebagai berikut:

Tabel 1. Data Perbandingan guru SMA Negeri yang Tersertifikasi dan rata-rata UN Kabupaten Tanah Datar

No Nama Sekolah Jumlah Guru

Tersertifik asi

Belum Tersertifikasi

Rata-rata Nilai UN IPA

Rata-rata Nilai UN IPS 1 SMAN 3 Batusangkar 31 Orang 21 Orang 10 Orang 418.13 450.70 2 SMAN 1 Batusangkar 56 Orang 48 Orang 8 Orang 377.99 399.96 3 SMAN 1 Sungai Tarab 51 Orang 39 Orang 12 Orang 379.86 341.24 4 SMAN 1 Padang

Ganting 44 Orang 31 Orang 13 Orang 344.27 352.65

5 SMAN 2 Batusangkar 48 Orang 40 Orang 8 Orang 311.61 311.31

Sumber: Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat Dari tabel di atas dapat dilihat

bahwa kompetensi seorang guru sangat menentukan lulusan peserta didiknya. Dilihat pada SMAN 3 Batusangkar dengan jumlah guru yang belum tersertifikasi sebanyak 10 orang memperoleh rata-rata paling tinggi sedangkan rata-rata paling rendah adalah SMAN 2 Batusangkar dengan jumlah guru yang belum tersertifikasi sebanyak 8 orang. Serta masih terdapat beberapa orang guru dari setiap Sekolah di Kabupaten Tanah Datar yang memiliki tingkat kompetensi yang masih rendah. SMAN 1 Padang Ganting sendiri menempati urutan ke-4 dengan rata-rata kelulusan UN Tahun 2015-2016, lebih tinggi dari

SMAN 2 Batusangkar, sedangkan jumlah guru sertifikasi di SMAN 1 Padang Ganting lebih kecil dari SMAN 2 Batusangkar.

Peningkatan mutu pendidikan di Sekolah sangat bergantung pada tingkat profesionalisme guru. Jadi, di antara keseluruhan komponen pada sistem pembelajaran di Sekolah, ada satu komponen yang paling menentukan kualitas pembelajaran, yaitu guru (Bafadal, 2008: 4).

Eksistensi seorang guru yang menjadi pusat pembahasan adalah guru sebagai profesional di sekolah (pembahasan keguruan ini bersifat umum, berlaku untuk semua jenjang dan jenis sekolah). Jabatan guru bersifat profesional tersebut bersifat

(4)

general (menurut peningkatan kecakapan keguruan secara berkesinambungan), integritas diri serta diperkembangkan (baik atas inisiatif sendiri maupun karena dorongan dan atau bantuan pihak lain yang ikut bertanggung jawab terhadap mutu guru), dan sekaligus selaras dengan arahan kode etik kerja keguruannya.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian assosiatif. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Padang Ganting di Bulan November 2017.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMA Negeri 1 Padang Ganting yang berjumlah 44 orang guru. Sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik sampel acak distratifikasikan (stratified random sampling).

Selanjutnya jumlah sampel ditentukan berdasarkan tabel Krejcie dan Morgan, sehingga sampel berjumlah 38 orang guru.

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel kompetensi profesional guru sebagai variabel terikat (Y), latar belakang pendidikan

(X1), etos kerja, (X2) pengalaman mengajar (X3) dan pelatihan (X4) sebagai variabel bebas (X). Teknik analisis data yang di-gunakan adalah analisis regresi linear berganda.

HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah melakukan penelitian terhadap 38 guru di SMA N 1 Padang Ganting, didapat kompetensi profesional guru pada indikator menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung pelajaran yang diampu dengan rata-rata skor sebesar 4,40 dan tingkat capaian responden sebesar 88,07%, indikator menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu dengan rata-rata skor sebesar 4,53 dan tingkat capaian responden sebesar 90,53%, indikator mengembangkan materi pelajaran secara kreatif dengan rata-rata skor 4,30 dan tingkat capaian responden sebesar 85,96%, indikator mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dan melakukan tindakan efektif dengan rata-rata skor 3,64 sebesar dengan tingkat capaian responden sebesar 72,81% dengan kategori

(5)

sedang dan indikator memanfaatkan teknologi infomasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri dengan rata- rata skor 4,20 dengan tingkat capaian responden sebesar 84,04%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden setuju kompetensi profesional guru termasuk tinggi.

Hal ini membuktikan bahwa kompetensi profesioanl guru berada pada kategori baik dengan indikator tertinggi yaitu menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu dan terendah yaitu mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dan melakukan tindakan efektif

Dapat diperoleh informasi bahwa jenjang pendidikan, responden dengan latar belakang pendidikan jenjang S1 sebanyak 36 orang (94,74%) dan jenjang pendidikan S2 sebanyak 2 orang (5,26%) dengan jenis pendidikan formal sebanyak 36 orang (94,74%) dan jenjang pendidikan non formal sebanyak 2 orang (5,26%).

Dapat diperoleh informasi bahwa rata-rata etos kerja pada indikator

mempersiapkan materi pelajaran dengan rata-rata skor sebesar 4,32 dan tingkat capaian responden sebesar 86,32%, rata-rata etos kerja pada indikator tepat waktu dengan rata-rata skor sebesar 4,05 dan tingkat capaian responden sebesar 81,05%, rata-rata etos kerja pada indikator bekerja dengan target rasional dengan rata-rata skor 4,31 dan tingkat capaian responden sebesar 86,14%, etos kerja pada indikator mengisi jam kerja dengan efektif dengan rata-rata skor sebesar 3,91 dan tingkat capaian responden sebesar 78,25%, etos kerja pada indikator tanggung jawab terhadap program dengan rata-rata skor sebesar 4,28 dan tingkat capaian responden sebesar 85,61%, etos kerja pada indikator kreatif dan inovatif dengan rata-rata skor 4,00 dan tingkat capaian responden sebesar 80,00%, rata-rata etos kerja pada indikator tidak mudah putus asa dengan rata-rata skor sebesar 4,00 dan tingkat capaian responden sebesar 80,00% dan rata-rata etos kerja pada indikator konsisten dan konsikuen dengan rata-rata skor sebesar 4,23 dan tingkat capaian

(6)

responden sebesar 84,56%.

Tanggapan responden paling tinggi adalah konsisten dan konsekuan dan tanggapan paling rendah adalah mengisi jam kerja dengan efektif

Dapat diperoleh informasi bahwa rata-rata pengalaman mengajar guru pada indikator lama waktu/masa kerja dengan rata-rata skor sebesar 4,37 dan tingkat capaian responden sebesar 87,37%, rata-rata pengalaman mengajar guru pada indikator tingkat pengetahuan dan

keterampilan yang dimiliki dengan rata-rata skor sebesar 3,74 dengan tingkat capaian responden sebesar 74,74% dan rata-rata pengalaman mengajar guru indikator penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan dengan rata-rata skor 4,15 dengan tingkat capaian responden sebesar 82,98%. Tanggapan paling tinggi pada indikator lama waktu/masa kerja dan paling rendah adalah tingkat pengetahuan dan keterampilan.

Tabel. 2 Analisis Regresi Linear Berganda

Variabel Guru Perempuan Guru Laki-laki

B T Sig B t Sig

Constanta 3.748 .726 -19.849 .077

Latar belakang pendidikan

(X1) .063 .070 .945 1.284 1.208 .262

Etos kerja (X2) .247 2.201 .040 .380 5.611 .001

Pengalaman mengajar (X3) .547 2.423 .025 .698 5.256 .001

Pelatihan (X4) .250 2.108 .048 .243 3.009 .017

Model persamaan regresi pada penelitian ini adalah : Guru Perempuan

Y = 3,748 + 0,063 X1 + 0,247 X2 + 0,547 X3 + 0,250 X4

Guru Laki-laki

Y = -19,849 + 1,284 X1 + 0,380 X2 + 0,698 X3 + 0,243 X

Tabel. 3 Koefisien Determinasi (𝑹𝟐)

R R2

Guru Perempuan 0.851a 0,724

Guru Laki-laki 0.970a 0,940

Sumber: Data Primer 2017

Berdasarkan hasil pada tabel di atas, dapat dilihat pada tabel

diperoleh hasil untuk guru perempuan nilai R Square sebesar

(7)

0,724 yang artinya 72,4% perubahan pada variabel dependen (kompetensi profesional) dapat dijelaskan oleh variabel independen (latar belakang pendidikan, etos kerja, pengalaman mengajar dan pelatihan) sedangkan sisanya sebesar 27,6% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk kedalam penelitian ini, sedangkan untuk guru laki-laki nilai R Square sebesar 0,940 yang artinya 94,0% perubahan pada variabel dependen (kompetensi profesional) dapat dijelaskan oleh variabel independen (latar belakang pendidikan, etos kerja, pengalaman mengajar dan pelatihan) sedangkan sisanya sebesar 6,0% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk kedalam penelitian ini.

Ghozali (2011:98)

mengemukakan uji statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

Pengujian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel bebas dengan variabel tidak bebas secara keseluruhan.hasil pengujian ini juga akan dibandingkan dengan nilai yang ada pada tabel F. Untuk menguji tingkat pengaruh keseluruhan variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Hasil uji F seperti tabel

berikut ini:

Tabel. 4 Hasil Uji F

Model Guru Perempuan Guru Laki-laki

F Sig F Sig

Regression 13,128 0,000 31,504 0,000

Sumber : Data Primer, 2017

Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan program SPSS versi 16.0, dapat dilihat pada tabel di atas menunjukkan bahwa untuk Guru Perempuan nilai Fhitung 13,128 > Ftabel

2,866 dan nilai signifikan 0,000 < α

= 0,05. Hal ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima. Sedangkan untuk Guru Laki-laki nilai Fhitung 31,504 > Ftabel

3,83 dan nilai signifikan 0,033 < α = 0,05. Hal ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat

(8)

dikatakan latar belakang pendidikan, etos kerja, pengalaman mengajar dan pelatihan berpengaruh signifikan terhadap kompetensi profesional guru di SMAN 1 Padang Ganting.

Dari analisis data juga diketahui bahwa kompetensi profesional kelompok sampel guru laki-laki lebih tinggi dibandingkan kelompok sampel guru perempuan.

Tabel. 5 Hasil Uji t

Variabel Guru Perempuan Guru Laki-laki

B T sig B t Sig

Constanta 3.748 .726 -19.849 .077

Latar belakang

pendidikan .063 .070 .945 1.284 1.208 .262

Etos kerja .247 2.201 .040 .380 5.611 .001

Pengalaman Mengajar .547 2.423 .025 .698 5.256 .001

Pelatihan .250 2.108 .048 .243 3.009 .017

Sumber : Data Primer, 2017

Dari tabel di atas dapat dilihat pengaruh masing-masing variabel bebas yang mempengaruhi kompetensi profesional adalah:

Hipotesis 1, untuk Guru perempuan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara latar belakang pendidikan (X1) terhadap kompetensi profesional guru (Y) di SMAN 1 Padang Ganting. Latar belakang pendidikan guru perempuan diperoleh nilai koefisien sebesar 0,063 artinya apabila latar belakang pendidikan guru meningkat sebesar satu satuan, maka kompetensi profesional guru akan meningkat pula sebesar 0,063 satuan. Nilai thitung diperoleh sebesar

0,070 < ttabel sebesar 2,02 dengan signifikansi sebesar 0,945. Hal ini berarti Ha ditolak dan H0 diterima dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak terdapat pengaruh antara latar belakang pendidikan terhadap kompetensi profesional guru di SMAN 1 Padang Ganting.

Sedangkan untuk Guru laki- laki tidak terdapat pengaruh latar belakang pendidikan (X1) terhadap kompetensi profesional guru (Y) di SMAN 1 Padang Ganting.Pada tabel dapat dilihat untuk variabel latar belakang pendidikan diperoleh nilai koefisien sebesar 1.284 artinya apabila latar belakang pendidikan

(9)

guru menurun sebesar satu satuan maka kompetensi profesional guru akan meningkat sebesar 1.284 satuan.

Nilai thitung diperoleh sebesar 1,208 <

ttabel sebesar 2,02 dengan signifikansi sebesar 0,262, berarti Ha ditolak dan H0 diterima dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan latar belakang pendidikan terhadap kompetensi profesional guru di SMAN 1 Padang Ganting.

Hipotesis 2, untuk guru perempuan terdapat pengaruh positif dan signifikan variabel etos kerja (X2) terhadap kompetensi profesional guru (Y) di SMAN 1 Padang Ganting.

Pada tabel dapat dilihat variabel etos kerja diperoleh nilai koefisien sebesar 0,247 artinya apabila etos guru meningkat sebesar satu satuan, maka kompetensi profesional guru akan meningkat pula sebesar 0,247 satuan.

Nilai thitung sebesar 2,201> ttabel sebesar 2,02 dengan nilai signifikan 0,040 < α = 0,05, berarti Ha diterima dan H0 ditolak dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan etos kerja terhadap kompetensi profesional guru di SMAN 1 Padang Ganting.

Sedangkan untuk Guru laki- laki terdapat pengaruh positif dan signifikan antara variabel etos kerja (X2) terhadap kompetensi profesional guru (Y) di SMAN 1 Padang Ganting.

Pada tabel dapat dilihat variabel etos kerja diperoleh nilai koefisien sebesar 0,380 artinya apabila etos kerja guru meningkat sebesar satu satuan, maka kompetensi profesional guru akan meningkat pula sebesar 0,380 satuan.

Nilai thitung diperoleh sebesar 5,611 >

ttabel sebesar 2,02 dengan nilai signifikan 0,001 < α = 0,05, berarti Ha

diterima dan H0 ditolak dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan secara parsial antara etos kerja terhadap kompetensi profesional guru di SMAN 1 Padang Ganting.

Hipotesis 3, untuk Guru Perempuan terdapat pengaruh positif dan signifikan antara pengalaman mengajar (X3) terhadap kompetensi profesional guru (Y) di SMAN 1 Padang Ganting. Pada tabel dapat diperoleh nilai koefisien sebesar 0,547 artinya apabila pengalaman mengajar meningkat sebesar satu satuan, maka kompetensi profesional guru akan meningkat pula sebesar

(10)

0,547 satuan. Nilai thitung diperoleh sebesar 2,423> ttabel sebesar 2,02 dengan nilai signifikan 0,025 < α = 0,05, berarti Ha diterima dan H0 ditolak dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan secara parsial antara pengalaman mengajar terhadap kompetensi profesional guru di SMAN 1 Padang Ganting.

Sedangkan untuk guru laki- laki tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan pengalaman mengajar (X3) terhadap kompetensi profesional guru (Y) di SMAN 1 Padang Ganting. Pada tabel dapat diperoleh nilai koefisien sebesar 0,698 artinya apabila pengalaman mengajar meningkat sebesar satu satuan, maka kompetensi profesional guru akan meningkat pula sebesar 0,698 satuan.

Nilai thitung sebesar 5,256 > ttabel sebesar 2,02 dengan nilai signifikan 0,001 < α = 0,05, berarti Ha diterima dan H0 ditolak, dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan secara parsial antara pengalaman mengajar terhadap kompetensi profesional guru di SMAN 1 Padang Ganting.

Hipotesis 4, untuk guru perempuan terdapat pengaruh positif dan signifikan antara variabel pelatihan (X4) terhadap kompetensi profesional guru (Y) di SMAN 1 Padang Ganting. Pada tabel diperoleh nilai koefisien sebesar 0,250 artinya apabila pelatihan meningkat sebesar satu satuan, maka kompetensi profesional guru akan meningkat pula sebesar 0,250 satuan. Nilai thitung

sebesar 2,108 > ttabel sebesar 2,02 dengan nilai signifikan 0,048 < α = 0,05, berarti Ha diterima dan H0

ditolak dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan secara parsial antara pelatihan terhadap kompetensi profesional guru di SMAN 1 Padang Ganting.

Sedangkan untuk Guru Laki- laki terdapat pengaruh positif dan signifikan antara variabel pelatihan (X4) terhadap kompetensi profesional guru (Y) di SMAN 1 Padang Ganting. Pada tabel dapat diperoleh nilai koefisien sebesar 0,243 artinya apabila pelatihan meningkat sebesar satu satuan, maka kompetensi profesional guru akan meningkat pula sebesar 0,243 satuan. Nilai thitung

(11)

sebesar 3,009> ttabel sebesar 2,02 dengan nilai signifikan 0,017 < α = 0,05, berarti Ha diterima dan H0 ditolak dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara pelatihan terhadap kompetensi profesional guru di SMAN 1 Padang Ganting.

Latar belakang pendidikan kelompok sampel guru perempuan lebih rendah dibandingkan kelompok sampel guru laki-laki (0,063 < 1,284).

Hal ini berpengaruh terhadap kompetensi profesional guru, dimana kompetensi profesional kelompok guru perempuan lebih rendah dibanding kompetensi profesional kelompok guru laki-laki, karena jenjang pendidikan guru perempuan tamat S1 dan guru laki-laki lebih bervariasi yaitu S1 dan S2 dan berasal dari latar belakang pendidikan keguruan, sedangkan guru laki-laki seluruhnya tamat S1 dan ada yang tamatan non kependidikan.

Etos kerja kelompok sampel guru perempuan lebih rendah dibandingkan kelompok guru laki-laki (0,247 < 0,380). Etos kerja guru laki- laki lebih tinggi, karena lebih menguasai cara mempersiapkan

materi pelajaran, tepat waktu, mampu bekerja dengan target rasional, mengisi jam kerja dengan efektif, memiliki tanggungjawab terhadap program, kreatif dan inovatif dalam pelaksanaan pembelajaran, tidak mudah putus asa serta konsisten dan konsekuen dalam menjalankan tugas di sekolah.

Pengalaman mengajar kelompok sampel guru perempuan lebih rendah dibandingkan kelompok guru laki-laki (0,547 < 0,698).

Pengalaman mengajar kelompok guru perempuan lebih rendah karena guru perempuan umumnya memiliki masa kerja yang lebih rendah, memiliki tingkat pengetahuan dan keterampilan yang lebih rendah serta kurang memiliki penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan, seperti

melaksanakan praktimum

menggunakan alat labor dan kurang mampu mengoperasikan komputer.

Pelatihan kelompok sampel guru perempuan lebih tinggi dibandingkan kelompok guru laki-laki (0,250 > 0,243). Pelatihan kelompok sampel guru perempuan lebih mampu menerapkan hasil pelatihan yang diikuti.

(12)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan dapat disimpulkan:

1. Latar belakang pendidikan tidak berpengaruh secara parsial terhadap kompetensi profesional guru di SMAN 1 Padang Ganting.

Untuk kelompok sampel guru perempuan didapatkan nilai koefisien sebesar 0,063 dan nilai thitung sebesar 0,070 < ttabel sebesar 2,02 dengan nilai signifikan 0,945

> α = 0,05, sedangkan kelompok sampel guru laki-laki didapatkan nilai koefisien sebesar 1,284 dan nilai thitung sebesar 1,208 < ttabel

sebesar 2,02 dengan nilai signifikan 0,262 > α = 0,05 untuk guru laki-laki.

2. Etos kerja berpengaruh terhadap kompetensi profesional guru di SMAN 1 Padang Ganting, kelompok sampel guru perempuan didapat nilai koefisien sebesar 0,247 dan nilai thitung sebesar 2,201 > ttabel sebesar 2,02 dengan nilai signifikan 0,040 < α = 0,05 dan kelompok sampel guru laki- laki didapatkan nilai koefisien sebesar 0,380 dan nilai thitung

sebesar 5,611 > ttabel sebesar 2,02 dengan nilai signifikan 0,001 < α

= 0,05. Hal ini berarti jika etos kerja meningkat kompetensi profesional guru akan meningkat.

Jadi, semakin tinggi etos kerja maka semakin meningkat kompetensi profesional di SMAN 1 Padang Ganting

3. Pengalaman mengajar berpengaruh terhadap kompetensi profesional guru di SMAN 1 Padang Ganting, pada kelompok sampel guru perempuan dengan nilai koefisien sebesar 0,547 dan nilai thitung sebesar 2,423> ttabel

sebesar 2,02 dengan nilai signifikan 0,025 < α = 0,05 dan kelompok sampel guru laki-laki dengan dengan nilai koefisien sebesar 0,698 dan nilai thitung sebesar 5,256 > ttabel sebesar 2,02 dengan nilai signifikan 0,001 < α

= 0,05. Artinya jika pengalaman mengajar meningkat maka kompetensi profesional juga akan meningkat

4. Pelatihan berpengaruh terhadap kompetensi profesional guru di SMAN 1 Padang Ganting, pada kelompok sampel guru perempuan

(13)

diperoleh nilai koefisien sebesar 0,250 dan nilai thitung sebesar 2,108 > ttabel sebesar 2,02 dengan nilai signifikan 0,048 < α = 0,05 dan kelompok sampel guru laki- laki diperoleh nilai koefisien sebesar 0,243 dan nilai thitung

sebesar 3,009 > ttabel sebesar 2,02 dengan nilai signifikan 0,017 < α

= 0,05. Artinya jika pelatihan meningkat kompetensi profesional guru akan meningkat.

5. Latar belakang pendidikan, etos kerja, pengalaman mengajar dan pelatihan secara bersamaan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kompetensi profesional guru di SMAN 1 Padang Ganting. Untuk Guru Perempuan diperoleh nilai Fhitung 13,128 > Ftabel 2,866 dan nilai signifikan 0,000 < α = 0,00, sedangkan untuk Guru Laki-laki diperoleh nilai Fhitung 31,504 >

Ftabel 3,83 dan nilai signifikan 0,00

< α = 0,05. Hal ini berarti H0

ditolak dan Ha diterima.

6. Kompetensi profesional guru laki- laki lebih tinggi dibandingkan guru perempuan dilihat dari latar belakang pendidikan, etos kerja

dan pelatihan, dimana guru laki- laki memiliki latar belakang pendidikan lebih tinggi, etos kerja yang lebih baik dan pelatihan yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Amaluis, D. (2014). Analisis Efektifitas Program Pelatihan Diklat PIM III terhadap Kompetensi Pejabat Eselon III DI Pemerintahan Kabupaten Agam, Jurnal Economica. Prodi Ekonomi STKIP PGRI Sumbar, http://dx.doi.org/10.22202/ec onomica.2014.v3.i1.232 Bafadal, I. (2008). Peningkatan

Profesionalisme Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Dini, E (2013). Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Dan Pelatihan Terhadap Kinerja Account Officer (AO) Kredit komersial Bank BRI Sumatera Barat, Jurnal Economica. Prodi Ekonomi

STKIP PGRI

Sumbar,http://dx.doi.org/10.2 2202/economica.2013.v2.i1.2 18

Ghozali, I. (2011b). Model Persamaan Struktual Konsep dan Aplikasi Dengan Program AMOS 21.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

(14)

Mulyawan, B. ( 2012). Pengaruh Pengalaman Dalam Pelatihan Terhadap Peningkatan Kompetensi Profesional Guru. Ejournal Undiska.

Vol.11 No.1

Rahmadhani, R. (2014). Pengaruh Pelatihan, Pengembangan Dan Pengalaman Kerja Terhadap Kompetensi Guru, Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 Rakib, M. (2016). Pengaruh

Pelatihan Dan Pengalaman

Mengajar Terhadap

Profesionalitas Guru. Jurnal Vol. 3 No.2

Sugiarta. (2012). Pengaruh Sikap Guru Terhadap Pekerjaan dan Pengalaman Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kompetensi Profesional Guru Olahraga SMPN Se- Kabupaten Jepara. JMP, Volume 1 No.3

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif.

Bandung: Alfabeta.

Undang-undang Republik Indonesia.

(2005). No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.

Jakarta: Depdiknas.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk variabel lingkungan kampus diperoleh nilai thitung sebesar 13,516> ttabel sebesar 1.98667 dengan nilai signifikan 0,000 < = 0,05, berarti Ha diterima dan H0 ditolak dengan

Untuk variabel kelengkapan perpustakaan diperoleh nilai thitung sebesar 3,204 > ttabel sebesar 1,9879 dengan nilai signifikan 0,000 < = 0,05 berarti Ha diterima dan H0 ditolak dengan