• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH METODE HYPNOTEACHING TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI PKBM HIMMATA JAKARTA UTARA

N/A
N/A
Ulfatul Khofifah

Academic year: 2024

Membagikan "PENGARUH METODE HYPNOTEACHING TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI PKBM HIMMATA JAKARTA UTARA "

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH METODE HYPNOTEACHING TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

DI PKBM HIMMATA JAKARTA UTARA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Oleh:

JULIAN ACHMADIAN MUSLIM NIM: 1111015000010

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i ABSTRACT

JULIAN ACHMADIAN MUSLIM, THE INFLUENCE HYPNOTEACHING METHOD TO INCREASE STUDENT MOTIVATION AT PKBM HIMMATA NORTH JAKARTA. Departement Of Social Sciences Education, Tarbiyah And Teaching Faculty, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015 The purpose of the research in order to know how the influence hypnoteaching method to increase student motivation at PKBM Himmata North Jakarta.

The method used in this research is descriptive method of kualitatif which describes what it is, which is supported by the data obiained through field research, the method is used to determine the influence hypnoteaching method to increase student motivation. In this research the subjects research students class X and class XI PKBM Himmata North Jakarta, the researcher took 12 students of class X and 5 students of class XI at the sample. The instrument used was a questionnaire, interview, and observation. The kualitatif descriptivetechnique which describes what it is, then making a frequency table was proveded with a percentage.

The research result indicates that there is a influence hypnoteaching method to increase student motivation, through interviews and distributed questionnaires to 17 students who responded, it showed that the influence hypnoteaching method to increase student motivation starting from students who are comfortable being in class and teacher who has a pleasant personality.

Keyword : Hypnoteaching Method, Student Motivation.

(7)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas ijin dan rahmat hidayah Nya maka skripsi ini dapat di selesaikan. Shalawat dan salam semoga selalu tercurhakan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan risalah – Nya dan mengajarkan kepada ummat manusia tentang kebaikan dan pemaknaan tentang hakikat hidup dan semoga apa yang telah diajarkan kepada ummat manusia akan tetap abadi sampai akhir zaman.

Penulis bersyukur karena berkat rahmat dan hiayah Nya skripsi dengan judul Pengaruh Metode Hypnoteaching Terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Di PKBM HIMMATA Jakarta Utara dapat diselesaikan sebagai satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan (S.Pd.) pada UIN syarif Hidayatullah Jakarta.

Tidak lupa semua pihak yang sangat membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini, dengan penuh kerendahan hati penulis mengucapakan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd . selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, beserta para dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis dari awal perkuliahan hingga selesai skripsi ini.

3. Kepada Dr. Nurochim, MM selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

4. Seluruh Staf PKBM HIMMATA yang telah membantu sehingga penelitian ini dapat berlangsung dengan lancer, khususnya kepada Ka Syahrudin S.Kom dan Pak Nurrahman S.Pd yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ayahanda Ahmad Namin dan Ibunda Atikah yang selalu memberikan Do‟a, dukungan, semangat, dan cinta kasih kepada penulis agar skripsi ini

(8)

iii

selesai. Dan selalu sabar untuk menyemangati peneliti dengan tulus dan kasih sayang tiada hentinya kepada penulis. Dan untuk adikku tersayang Fika Nur Shaliha yang selalu memotivasi penulis untuk melakukan yang terbaik dan menjadi teladan yang baik.

6. Untuk Kakek tercinta H. Zaini Abdullah dan Nenek tercinta Najeha tersayang selalu memberikan motivasi kepada penulis. Serta Seluruh Keluraga Besar Mpo Pipit, Mpo Ela, Mpo Yanti, Bang Jamal, Nida, Fira, dan Rio yang selalu bertanya “ Kapan Sidang? Kapan Wisuda? “ sehingga penulis menjadi semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Anita Putri Pertiwi, S. Pd yang setia tanpa lelah menemani penulis selama proses penelitian berlangsung.

8. Temen – temen IPS Angkatan 2011 Khususnya Pandawa Owe, Riki, Mulyadi, Muslihudin, Riris, Ahmad Hambali, Burhanuddin Hekmatyar, Khoirul Fahrudin, yang telah memberikan motivasi kepada penulis.

9. Seluruh Anggota Karang Taruna Tunas Mawar RT 05/01 Kel. Buaran Kec. Serpong yang telah memberikan motivasi sepenuhnya kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan karena terbatasnya kemampuan penulis. Untuk itu krtik dan saran yang membangun sengat penulis harapan. Mudah – mudahan skripi ini dapat bemanfaat bagi penulis khusunya dan umumnya bagi khasanah ilmu pengetahuan.

Ciputat, Oktober 2015 Penulis,

Julian Achmadian Muslim

(9)

iv DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Metode Hypnoteaching ... 9

1. Pengertan Metode Hypnoteaching ... 9

2. Sejarah Hypnoteaching ... 11

3. Kondisi Hypnoteaching ... 12

4. Prinsip Kerja Hypnoteaching ... 14

5. Langkah – Langkah Pembelajaran Hypnoteaching ... 16

(10)

v

6. Penerapan Metode Hypnoteaching di Sekolah ... 19

7. Aplikasi Metode Hypnoteaching Dalam Belajar – Mengajar ... 21

8. Manfaat Metode Hypnoteaching ... 24

9. Kelebihan dan Kekurangan Metode Hypnoteaching .. 24

B. Motivasi ... 26

1. Pengertian Motivasi ... 26

2. Jenis –Jenis Motivasi ... 27

3. Fungsi Motivasi ... 27

C. Belajar ... 28

1. Pengertian Belajar ... 28

2. Prinsip – Prinsip Belajar ... 30

D. Motivasi Belajar ... 31

1. Hakikat Motivasi Belajar ... 31

2. Indikator Motivasi Belajar ... 31

3. Fungsi Motivasi Dalam Belajar ... 32

4. Unsur – Unsur Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 33

E. Penelitian yang Relevan ... 35

F. Kerangka Berfikir ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 38

B. Metode Penelitian ... 38

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 38

D. Sumber Data ... 39

E. Teknik Pengumpulan Data ... 40

(11)

vi

F. Instrumen Penelitian ... 42

G. Teknik Analisis Data ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran umum sekolah PKBM Himmata Jakarta Utara ... 48

1. Sejarah singkat sekolah PKBM Himmata Jakarta Utara ... 48

2. Deskripsi Lingkungan ... 49

3. Identitas Sekolah ... 50

4. Peranan PKBM Himmata ... 50

5. Visi dan Misi Sekolah PKBM Himmata Jakarta Utara ... 52

B. Keadaan Pengurus, Fasilitas Yang Dimiliki ... 52

1. Keadaan Pengurus ... 52

2. Sarana Fasilitas Yang Dimiliki ... 52

C. Deskripsi Data dan Analisis Data ... 54

1. Deskripsi dan Analisis Atas Data Yang Bersumber Dari Guru ... 54

2. Deskripsi dan Analisis Atas Data Yang Bersumber Dari Siswa ... 55

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 76

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 79 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(12)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi – Kisi Observasi ... 42

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara ... 43

Tabel 3.3 Kisi – Kisi Angket ... 44

Tabel 3.4 Kisi – Kisi Dokumentasi ... 45

Tabel 4.1 Identitas Sekolah ... 50

Tabel 4.2 Peranan PKBM Himmata ... 51

Tabel 4.3 Keadaan Pengurus ... 52

Tabel 4.4 Sarana dan Fasilitas Yang Dimiliki ... 53

Tabel 4.5 Saya dapat mengerjakan tugas sampai dengan selesai tanpa berhenti ... 55

Tabel 4.6 Saya tidak dapat mengerjakan tugas ketika mengalami kesulitan ... 56

Tabel 4.7 Apabila ada tugas atau PR saya dapat mengerjakannya dengan baik ... 57

Tabel 4.8 Saya dapat bersikap cukup puas terhadap prestasi yang telah dicapai ... 57

Tabel 4.9 Saya berminat untuk mencapai sebuah target dalam berprestasi ... 58

Tabel 4.10 Saya bersungguh – sungguh dalam menjalankan tugas agar prestasi saya lebih baik dari siswa lain ... 59

Tabel 4.11 Saya selalu mendapatkan hasil yang maksimal ketika belajar di rumah ... 60

Tabel 4.12 Saya tidak dapat mengerjakan tugas sekolah dengan bekerja Sendiri ... 60

(13)

viii

Tabel 4.13 Saya dapat mengerjakan tugas sekolah itu dikerjakan

di rumah ... 61 Tabel 4.14 Saya dapat mempertahankan pengetahuan saya untuk

dijadikan keyakinan dalam berargumen (diskusi)... 62 Tabel 4.15 Saya tidak mampu mempertahankan pengetahuan saya

(ragu – ragu) ketika menjawab soal- soal ... 63 Tabel 4.16 Saya berdiskusi dengan siswa lainnya jika saya mengalami kesulitan dalam proses belajar ... 64 Tabel 4.17 Saya dapat mengalami kesulitan belajar, saya lebih suka

bekerja keras untuk menyelesaikan dari pada beralih

kepada kegiatan lainnya ... 65 Tabel 4.18 Saya merasa tidak tertarik apabila guru memberikan soal

terus – menerus ... 66 Tabel 4.19 Guru anda merupakan pribadi yang menyenangkan ... 67 Tabel 4.20 Saya nyaman ketika berada di dalam kelas ... 68 Tabel 4.21 Saya nyaman berada di dalam kelas dan saya

memahami pelajarannya ... 68 Tabel 4.22 Guru memulai pelajaran dengan games, cerita inspiratif,

maupun yelling ... 69 Tabel 4.23 Anda adalah siswa yang tidak memiliki impian atau

cita – cita ... 70 Tabel 4.24 Guru selalu memberikan kata – kata positif kepada

siswa – siswinya ... 71 Tabel 4.25 Apakah guru kamu pernah berkata “kamu anak bodoh

atau nakal” ... 72 Tabel 4.26 Proses pembelajaran di kelas sangat menyenangkan ... 72 Tabel 4.27 Dengan menerapkan metode hypnoteaching siswa

(14)

ix

memahami materi yang diajarkan ... 73 Tabel 4.28 Metode hypnoteaching membuat siswa lebih percaya diri

dengan kemampuan yang dimilikinya ... 74 Tabel 4.29 Metode hypnoteaching merupakan metode pembelajaran

yang saya senangi ... 75 Tabel 4.30 Metode hypnoteaching membuat saya menjadi termotivasi untuk belajar dengan giat ... 75

(15)

x

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 2.1 Gambar prinsip kerja hypnoteaching ... 14

(16)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman wawancara guru

Lampiran 2 Pedoman wawancara kepala sekolah PKBM Himmata Lampiran 3 Hasil wawancara dengan guru

Lampiran 4 Hasil wawancara dengan kepala sekolah PKBM Himmata Lampiran 5 Daftar angket

Lampiran 6 Hasil perolehan angket

Lampiran 7 Dokumentasi Sekolah PKBM Himmata

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Setiap manusia pasti membutuhkan pendidikan, baik formal maupun non formal. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.1 Dengan pendidikan, manusia terdidik, dibina dan dikembangkan potensinya, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya, sebagaimana tertuang dalam tujuan pendidikan nasional:

Pendidikan nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk wayak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2

Pendidikan dan belajar adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Belajar merupakan kegiatan utama dalam usaha pendidikan. Proses belajar akan memberikan hasil yang optimal apabila adanya pengelolaan yang baik terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi belajar. Menurut Djaali (2008) faktor yang mempengaruhi belajar antara lain motivasi, minat, kebiasaan belajar dan konsep diri.3 Dari faktor-faktor tersebut dapat diketahui bahwa

1 Departemen Pendidikan Nasional, Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) Undang- Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, (Bandung : Nuansa Aulia, 2009).h.10.

2 Ibid., hal 12

3 Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008) cet. Ke-3, h. 101.

(18)

motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kelancaran proses belajar. Jika peserta didik memiliki motivasi yang tinggi maka akan sangat mungkin kegiatan pembelajaran tersebut akan mendapatkan hasil yang maksimal.

Akhir-akhir ini dunia pendidikan semakin terpuruk karena dianggap gagal mendidik generasi muda Indonesia. Peranan terbesar dari kegagalan itu sendiri adalah model pengajaran yang diterapkan selama ini yang dirasa kurang tepat. Lepas dari faktor penyebab kegagalan, guru memegang peranan penting dalam soal sukses atau tidak suksesnya proses pembelajaran. Fakta tersebutlah yang membuat siswa pada sekolah dasarpun cenderung merasa jenuh jika sudah memasuki beberapa mata pelajaran tertentu, terutama pada mata pelajaran yang berbasis hitung-hitungan dan juga hafalan.4

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan masih banyak guru yang menggunakan metode pembelajaran yang membuat siswa merasa bosan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru dituntut sebagai seorang pendidik dan motivator bisa menggunakan metode yang membuat siswa semangat dalam belajar dan agar siswa lebih termotivasi belajar didalam kelas. Metode pembelajaran yang digunakan guru harus bervariasi dan bisa meningkatkan motivasi belajar siswa di dalam kelas. Metode hypnoteaching salah satunya bisa menjadi siswa lebih termotivasi dalam belajar di kelas. Metode hypnoteaching merupakan metode pembelajaran alam bawah sadar dimana bisa membuat siswa lebih termotivasi dalam belajar.

Tugas guru adalah mendidik, mengajar. Guru sebagai pengajar dan pendidik tidak dapat dipisahkan, melainkan keduanya saling mempengaruhi dan berkewajiban mendidik kecerdasan, memberikan pengetahuan dan melatih anak didik sehingga kecerdasan maupun rohaninya seimbang. Sebagai guru bukan hanya saja mentransfer ilmu ke peserta didik, tetapi seorang guru juga harus bisa menjadi motivator atau memberikan motivasi ke peserta didik dalam belajar. Karena pada zaman sekarang ini banyak guru yang hanya bisa mampu mendidik dan mengajar tetapi tidak bisa memberikan motivasi kepada

4 http://www.kompasiana.com/bahasa.kita/5-jurus-jitu-agar-siswa-tidak-jenuh-bosan- belajar-di-kelas_55204c43a33311b74646cdef diakses pada pukul 14.03

(19)

peserta didiknya. Menjadi seorang guru adalah tugas mulia yaitu mencerdaskan anak bangsa. Guru menjadi panutan banyak orang, dan guru juga menjadi orang tua kedua anak selain orang tuanya di rumah. Menjadi seorang guru tidaklah mudah, dan harus mempunyai kemampuan mendidik yang sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah ditetapkan.

Metode pembelajaran adalah seperangkat komponen yang telah dikombinasikan secara optimal untuk kualitas pembelajaran. Dalam pelaksanaannya tidak dapat dilepaskan dengan teori pembelajaran, yang menanyakan apakah metode yang digunakan dalam desain pembelajaran ? kapan akan digunakan? Jawabannya adalah metode dan situasi.5

Sebenarnya banyak metode-metode pembelajaran yang digunakan didalam kelas untuk mengajar. Salah satunya adalah metode ceramah dan metode pembelajaran kontekstual. Metode ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru kepada peserta didik. Dalam pelaksanaan metode ceramah untuk menjelaskan uraiannya, guru dapat menggunakan alat-alat bantu seperti gambar dan audio visual lainnya. Metode ceramah juga sebagai kegiatan memberikan informasi dengan kata-kata yang sering mengaburkan dan kadang-kadang ditafsirkan salah. Metode kuliah mimbar atau ceramah adalah metode yang paling banyak digunakan dalam proses mengajar. Biasanya sebelum menggunakan metode lain dalam pembelajaran, guru menggunakan metode ceramah terlebih dahulu sebagai pengantar. Ada keunggulan metode ceramah: (1) cepat untuk menyampaikan informasi, (2) dapat menyampaikan informasi dalam jumlah banyak dengan waktu singkat kepada sejumlah besar pendengar.6

Sedangkan metode pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang

5 Tukiran Tanredja, Efi Miftah Faridli dan Sri Harmianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif dan Efektif, (Bandung: Alfabeta, 2013) h. 1

6 Ibid., h.45

(20)

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), Pemodelan ( Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment).7

Hipnotis sebenarnya adalah kemampuan untuk membawa seseorang ke dalam hypnosis stage (hypnos). Hypnos adalah suatu kondisi kesadaran (state of consciousness) yang sangat mudah menerima berbagai saran atau sugesti.

Artinya, pada kondisi ini peran critical area (wadah data sementara untuk diproses berdasarkan analisis, logika, estetika, dan lain-lain yang berbeda keaktifannya tiap orang) semakin minim. Dengan demkian, seseorang akan lebih mudah dimotivasi dan motivasi tersebut akan tertanam dalam-dalam dan bertahan lama.8

Sedangkan hipnosis dalam kamus bahasa Indonesia, dijumpai dalam istilah kedokteran dan psikologi. Dalam istilah medis, hipnosis diartikan sebagai “seperti tidur karena sugesti, yang dalam taraf permulaan, orang itu dibawah pengaruh orang yang memberikan sugetsinya, tetapi pada taraf berikutnya membuat tidak sadar sama sekali.”9

Tujuan pendidikan bangsa Indonesia tertera pada pembukaan UUD 1945 yang berbunyi “Mencerdaskan Anak Bangsa”. Namun Banyak fakta yang menunjukan bahwa motivasi yang terjadi pada siswa seringkali mengalami pasang surut. Banyak faktor yang memungkinkan hal tersebut terjadi, baik faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal bisa saja berupa pengaruh lingkungan dan lain sebagainya. Dan faktor internal bisa berupa karakteristik pribadi perserta didik hingga motivasi dari dalam diri sendiri. Dan jika kita ingin mengetahui seberapa besar motivasi yang dimiliki perserta didik dapat

7 Ibid., h.49

8 Ali Akbar Navis, Hypnoteaching, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hal. 128-129

9 Hasan Hamasah, Cara Dahsyat Menangkal Hipnosis, (Tangerang: Quantum Media, 2010), hal.2

(21)

terlihat pada antusias peserta didik ketika proses belajar mengajar dan dapat dilihat pula secara kuantitatif pada nilai laporan hasil belajar.

Guru sebagai tenaga pendidik di sekolah memiliki peran penting dalam mewujudkan bangsa Indonesia untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang cerdas. Salah satu caranya adalah ketika dalam proses belajar dan mengajar. Seorang guru tidak hanya dapat menstransfer ilmu pengetahuan (science) kepada peserta didik akan tetapi mampu membangkitkan semangat belajar perserta didik, sehingga mereka termotivasi belajar dengan kesadaraan mereka sendiri dan memilik rasa keingintahuan yang cukup besar terhadap pengetahuan. Dengan demikian akan memacu perserta didik untuk belajar tidak membatasi hanya dalam kelas namun juga di luar kelas.

Berdasarkan kenyataan diatas, maka peran guru dalam mengembangkan motivasi belajar peserta didik sangat diperlukan dan menjadi kunci dalam menentukan keberhasilnya dalam proses belajar mengajar di kelas. Oleh karena itu diperlukan metode pengajaran yang dapat menjadikan perserta didik lebih aktif, kreatif, dan merangsang munculnya life skill, serta menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (joyfull learning).

Banyak metode baru yang berkembang dalam proses belajar mengajar.

Diantaranya metode problem solving, interactive learning, cooperative learning, dan lain-lain. Salah satu metode yang baru baru ini berkembang adalah metode hypnoteaching. Dimana metode ini menggabungkan antara ilmu hipnosis dalam proses mengajar. Hypnoteaching menekankan pada perilaku peserta didik sehingga proses belajar mengajar menjadi efektif dan tertanam pada diri perserta didik pola pikir untuk meningkatkan motivasi belajar sehingga kelak kehidupannya lebih baik.

Melalui teknik hipnosis, perserta didik dengan mudah tersugesti, sehingga perserta didik yang terhipnosis dapat mengikuti sugesti yang diperintahkan.

(22)

Sehingga perilaku perserta didik yang terhipnotis dapat disesuaikan dengan keinginan yang kita harapkan dan sesuai dengan sugesti yang diterima.

Penulis memilih metode hypnoteaching karena kebanyakan siswa ketika sedang belajar di kelas sering sekali merasa bosan dengan metode belajar yang diterapkan guru. Sehingga siswa membutuhkan motivasi belajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas. Penulis berharap setelah memakai metode hypnoteaching ini siswa lebih termotivasi dalam belajar, serta mempunyai semangat dalam belajar sehingga siswa mampu mengatasi rasa jenuh dalam belajar.

Di Indonesia khususnya di dunia pendidikan sebenarnya membutuhkan metode hypnoteaching didalam kelas tanpa menyampingkan metode-metode yang lainnya. Motivasi siswa belajar di kelas sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Metode hypnoteaching tidak memerlukan alat-alat yang mendukung untuk metode ini, metode hypnoteaching hanya memerlukan guru yang mampu menggunakan bahasa yang bisa meningkatkan motivasi siswa belajar di kelas.

Metode hypnoteaching juga akan membuat reaksi yang berbeda. Siswa akan menjadi lebih termotivasi setelah mendapatkan metode hipnoterapi.

Dari latar belakang di atas penulis tertarik untuk membahas tentang metode hypnoteaching dengan judul “PENGARUH METODE HYPNOTEACHING TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI PKBM HIMMATA JAKARTA UTARA.”

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah pada umumnya mendeteksi, melacak dan menjelaskan aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dengan judul penelitian.

Variabel yang akan diteliti terkait dengan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang berkaitan dengan pengaruh metode hypnoteaching terhadap peningkatan motivasi belajar siswa dapat di identifikasi sebagai berikut:

(23)

1. Minimnya penguasaan guru terhadap metode hypnoteaching baik itu dalam aspek vokal, verbal, dan visual.

2. Metode hypnoteaching masih belum banyak di aplikasikan dalam dunia pendidikan.

3. Masih banyak peserta didik yang kurang motivasi dalam belajar

4. Ketidaksadaran elemen yang ada pada dunia pendidikan baik itu tenaga pengajar, perserta didik dan orang tua tentang pentingnya metode hypnoteaching dalam proses belajar.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang di atas maka penulis membatasi masalah dalam penelitian ini, hanya pada penggunaan pengaruh metode hypnoteaching yang dilakukan guru untuk lebih memberikan siswa lebih termotivasi lagi dalam belajar.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan masalah adalah bagaimana pengaruh penerapan metode hypnoteaching yang dilakukan guru dapat membuat perserta didik PKBM Himmata mampu meningkatkan motivasi belajar siswa.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian skripsi ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh penerapan metode hypnoteaching terhadap peningkatan motivasi belajar di PKBM Himmata Jakarta Utara.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat teoritis di harapkan metode pembelajaran yang digunakan di sekolah memberikan efek positif terhadap siwa dalam proses pembelajaran.

(24)

2. Manfaat praktis, diantaranya:

a) Bagi lembaga pendidikan di harapkan lebih mengetahui metode pembelajaran yang efektif bagi sekolah.

b) Bagi guru di harapkan dapat lebih pintar dalam memilih metode pembelajaran yang membuat siswa termotivasi dalam belajar.

c) Bagi siswa untuk tidak merasa bosan saat proses pembelajaran.

(25)

9 BAB II KAJIAN TEORI

A. METODE HYPNOTEACHING

1. Pengertian Metode Hypnoteaching

Dalam kamus besar bahasa indonesia dijelaskan, bahwa metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai yang dikehendaki, cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Metode merupakan salah satu cara yang digunakan dalam melaksanakan suatu kegiatan yang nantinya akan membantu terlaksananya kegiatan tersebut, dalam dunia pendidikan metode mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam kegiatan pembelajaran sehingga tercipta suasana yang kondusif baik di dalam maupun di luar kelas. Metode pembelajaran adalah seperangkat komponen yang telah dikombinasikan secara optimal untuk kualitas pembelajaran.10

Sedangkan hypnoteaching berasal dari dua kata hipnosis dan teaching. Hypnosis berasal dari bahasa Yunani, yaitu hypnos yang artinya “tidur.” Hipnotis sebagai teknik untuk menguasai kesadaran orang sehingga orang tersebut tanpa sadar akan taat jika diberi sugesti atau perintah oleh (pelaku) yang menghipnotis. Dan teaching serapan dari bahasa Inggris yang artinya “Mengajar”. Kata hypnoteaching merupakan gabungan dari dua kata yakni hypno dan teaching, yang secara bahasa dapat diartikan sebagai sebuah metode pembelajaran dengan menggunakan teknik- teknik yang berlaku dalam hipnosis.11

10 Taniredja Tukiran, Model – Model Pembelajaran Inovatif dan Efektif ( Bandung : CV ALFABETA, 2013), h. 1

11 Hana Pertiwi, Hypnoteaching Untuk PAUD dan TK, ( Yogyakarta: DIVA Press, 2014 ) h. 18

(26)

Hypnoteaching juga dapat diartikan sebagai metode pembelajaran yang memakai sugesti – sugesti psoitif untuk mencapai alam bawah sadar anak didik. Dalam buku hypnoteaching karangan N Yustisia , C.

George B menjelaskan bahwa sebenarnya suatu manusia akan selalu memiliki kebermaknaan yang lebih besar dan instrisktik di banding dengan alat apa pun yang di pakai dalam proses pembelajaran.12

Hypnoteaching dapat disebut juga dengan pembelajaran bawah sadar karena menekankan pada komunikasi pikiran bawah sadar siswa melalui berbagai cara, seperti sugesti dan imajinasi.13 Suatu gagasan sederhana, namun setelah dipraktikan ternyata sangat efektif untuk mempelajari segala sesuatu.

Hypnoteaching adalah sebuah pembelajaran yang dirancang dengan menciptakan situasi yang nyaman dan menyenangkan dalam lingkungan yang terkendali untuk dapat masuk ke pikiran bawah sadar.14 Selain itu, hypnoteaching merupakan proses pengajaran yang memberikan sugesti positif kepada siswa.15

R. Bakir dan Sigit Suryanto dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia yang ditulis dalam buku Hypnoteaching For Succes Learning mengartikan hypnosis di bab – bab awal. Hypnosis adalah fenomena mirip tidur, namun bukan tidur. Hypnoteaching dalam pembahasan di sini dapat diartikan sebagai proses pengajaran yang dapat memberikan sugesti kepada para peserta didik. Adapun makna tidur di sini bukan berarti kondisi tidur secara normal di malam hari,

12 N. Yustisia, Hypnoteaching Seni Ajar Mengekplorasi Otak Perserta Didik, (Jogjakarta:

Ar - Ruzz Media. 2012 ) h. 8

13 Wasmin Al Risyad. CD Interaktif Hypnoteaching, Pembelajaran Kelas Berbasis Hypnosis. 2011. Trustco Multimedia.

14 Isma Almatin, Dahsyatnya Hypnosis Learning, (Jakarta: PT Buku Kita, 2010), h. 102

15 Muhammad Noer, Hypnoteaching for Success Learning, (Yogyakarta: Pedagogia, 2010), h. 118.

(27)

namun menidurkan sejenak aktivitas pikiran sadar dan mengaktifkan pikiran bawah sadar.16

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa hypnoteaching adalah metode pembelajaran yang mengupayakan penurunan frekuensi gelombang otak dengan membuat siswa fokus (focusing) baik dengan games, cerita inspiratif, maupun yelling dan menggunakan rileksasi dan imajinasi sehingga perhatian siswa menjadi terpusat, siswa menjadi rileks dan lebih sugestif dalam menangkap nilai-nilai positif dari sebuah proses pembelajaran.

2. Sejarah Hypnoteaching

Hypnoteaching seperti cabang ilmu hipnotis lainnya, sampai sekarang terus berevolusi untuk mencapai kesempurnaannya dalam teori dan praktik. Para Master hypnoteaching sebagian besar meyakini bahwa sejarah munculnya hypnoteaching berasal dari teori hipnotisnya Ormond Mc Gill, sesorang yang terkenal sebagai stage hypnosis dan mendapatkan julukan sebagai The Dean Of America Hypnotist, yang hidup pada tahun 1913 – 2005. Bukunya yang berjudul The New Encypedia Of Stage Hypnotism menjadi semacam “Kitab Suci“ bagi setiap orang yang meampelajari hypnoteaching.17

Sebagian master juga menyebutkan bahwa sejarah kemunculan hypnoteaching berasal dari pengembangan teori hipnosis Milton Hyland Erikson, seorang tokoh hipnosis yang hidup pada tahun 1901 – 1980 dan dikenal sebagai ahli hipnotrapi dan psikotrapis paling kreatif sepanjang sejarah. Ia diyakini membawa pengaruh besar terhadap perkembangan ilmu hipnosis sampai sekarang ini. 18

16 Ibid., h. 117

17 Hana Pertiwi, Hypnoteaching untuk PAUD dan TK, ( Yogyakarta: DIVA Press, 2014 ) h. 24

18 Ibid., h. 25

(28)

Masyarakat kuno Mesir, India, Arab, dan Yunani sudah mengenal metode pembelajaran ini. Hanya saja mereka belum menemukan istilah yang cocok untuk menyebutkan metode pembelajaran ini sampai akhirnya muncul para tokoh yang menamai metode pembalajaran ini dengan nama hypnoteaching.19 Tidak dapat dielakan bahwa sejarah kemunculan hypnoteaching ini dipengaruhi oleh sejarah kemunculan hipnosis.

3. Kondisi Hypnoteaching

Untuk mengaplikasikan hypnoteaching anda bisa melakukannya dengan mudah dengan menerapkan berbagai prinsip berikut.20

a. Agreement

Persetujuan dari siswa anda. Artinya, ketika anda datang ke dalam kelas anda haruslah menjadi pribadi yang menarik dan diminati siswa anda. Berikan senyuman termanis dan teramah anda kepada siswa. Buat siswa menjadi tertarik dengan anda baik secara penampilan fisik maupun secara batin. Bangunlah ikatan batin antara anda dengan siswa. Ikatan yang kuat akan sangat menentukan keberhasilan apa yang akan anda sampaikan.

b. Fokus

Untuk membawa siswa anda ke dalam kondisi hypnos anda harus membimbing siswa anda untuk berkonsentrasi. Kemampuan konsentrasi setiap orang berbeda-beda. Anda dapat membawa mereka ke dalam light hypnosis untuk mebuat mereka menjadi terfokus pada satu sisi saja. Pikiran menjadi fokus dan emosi pun terkontrol.

19 Ibid., h. 28

20 Ali Akbar Navis, Hypnoteaching Revolusi Gaya Mengajar Untuk Melejitkan Prestasi Siswa, (Jogjakarta: Ar-Aruz Media, 2013), h. 133

(29)

Dalam kondisi light hypnosis siswa akan terbawa dari gelombang otak betha alpha. Dalam hypnosis in teaching proses pemindahan pikiran gelombang pikiran seseorang dari gelombang beta seseorang menuju kondisi alpha seseorang sangat diperlukan.

Pada saat berada pada gelombang pikiran alpha, area sugestif seseorang yang berhubungan dengan kondisi pikiran menjadi lebih santai, rileks, dan nyaman. Alpha ini merupakan gelombang menuju pikiran bawah sadar.

Artinya, critical area seseorang melemah dan bisa menerima segala sugesti dan informasi tanpa adanya penyaringan yang kuat ke dalam pikiran.

Sangat berbeda dengan kondisi betha. Pada kondisi ini peran critical area di otak lebih dominan. Akibatnya, informasi yang diterima tidak bisa langsung masuk ke dalam pikiran bawah sadar. Pada saat ini juga dimungkinkan terjadinya multitasking (bisa melakukan lebih dari satu aktivitas pada waktu yang bersamaan). Dan biasanya peran gelombang seseorang ini akan sangat tampak saat ia dengan mudahnya bisa menyusui anaknya sambil menonton televisi dan bercakap dengan suaminya.

Sebagai seorang guru, anda harus bisa memfokuskan perhatian siswa anda saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung. Maka, hypnoteaching ini sangat membantu anda dalam memfokuskan perhatian siswa anda saat pembelajaran sedang berlangsung. Anda dapat menggunakan berbagai hal yang sudah kita bahas dalam bab 1 dan 2 untuk membuat mereka tertarik atau bahkan ketagihan lagi dan ingin lagi.

c. Releks

(30)

Coba mari kita bayangkan kelas anda pada waktu pagi, terlebih lagi jam pertama. Hadirkan bayangan itu dalam pikiran anda. Anda bisa melihat dengan jelas siswa anda begitu segar. Rambut mereka masih sedikit basah dengan muka cerah dan mimik muka yang sangat ramah.

Antusias tinggi dan sangat kritis. Begitu juga anda, energi pagi hari membuat nada anda 10x lebih semangat dalam memfasilitasi siswa anda. Dengan mudahnya mereka bisa menyerap setiap konsep materi yang akan anda berikan.

4. Prinsip Kerja Hypnoteaching

Menurut ilmu hypnoteaching, pikiran siswa terdiri tiga lapisan, yakni pikiran sadar, critical factor, dan pikiran bawah sadar. Ketiga lapisan ini bekerja secara simultan dan saling mempengaruhi.21

Perhatikan gambar berikut :

Gambar 2.1

Pikiran Sadar

Critical Factor

Pikiran sadar atau yang biasa kita kenal dengan istilah Conscius mind adalah proses mental atau pikiran dimana siswa sepenuhnya berada pada kondisi sadar. Pada pikiran sadar, siswa lebih cenderung berbuat hal yang realitas atau dapat diukur dengan akal

21 Hana Pertiwi, Hypnoteaching Untuk PAUD dan TK, ( Yogyakarta: DIVA Press, 2014 ) h. 41

PIKIRAN BAWAH em SADAR

(31)

pikiran, karena dalam kondisi ini siswa tahu betul apa yang sedang dia lakukan dan apa yang sedang dia rasakan. Pikiran sadar mempunyai fungsi menganalisis segala informasi yang masuk, membandingkan dengan data yang telah tersimpan di dalam memori, dan memutuskan informasi baru yang akan disimpan di dalam memori atau sebaliknya di buang. Besarnya pengaruh pikiran sadar terhadap seluruh aspek kehidupan siswa yang meliputi sikap, kepribadian, perilaku, kebiasaan, dan pola pikir hanya sekitar 10 – 15 %.22

Kemudian ada pikiran bawah sadar atau yang biasa dikenal dengan istilah subconcius mind. Pikiran bawah sadar adalah proses mental atau pikiran dimana siswa berada pada kondisi setengah sadar seperti sedang melamun. Pada pikiran bawah sadar, siswa lebih cenderung melakukan hal – hal yang tidak masuk akal, namun realitas menurut pikiran bawah sadarnya. Pikiran bawah sadar adalah bagian dari pikiran yang dapat menyimpan banyak ide, gagasan, kritik, pikiran, serta tindakan yang kapasitasnya tidak terbatas. Pikiran bawah sadar memiliki fungsi lebih kompleks dari pada pikiran sadar dan pengaruhnya terhadap aspek kehidupan siswa lebih besar, sekitar 85 -90 %. Selanjutnya terdapat Critical Factor. Critical factor ini adalah pembatas dari pikiran sadar dan pikiran bawah sadar, fungsi dari critical factor adalah menyaring segala informasi yang akan disimpan di dalam pikiran bawah sadar. Saat guru melakukan hypnoteaching kepada siswa, yang terjadi adalah guru melemahkan critical factor siswa dan selanjutnya berkomunikasi langsung pada pikiran bawah sadar siswa. Melemahkan critical factor yang dimaksudkan di sini bukan dilakukan dengan bentuk paksaan, melainkan dengan teknik – teknik “Induksi”. Induksi inilah yang nantinya membuat pikiran

22 Ibid., h. 41-42

(32)

sadar siswa lengah, sibuk, bosan, dan bingung, hingga akhirnya critical factor yang menjadi pintu gerbang pikiran bawah sadar dapat terbuka lebar, maka sugesti yang diberikan mampu menjangkau pikiran bawah sadar. Akibatnya, siswa mengikuti segala bimbingan atau arahan dari guru.23

5. Langkah – Langkah Pembelajaran Hypnoteaching

Menurut Muhammad Noer, dalam hypnoteaching ada beberapa langkah yang perlu dilakukan oleh guru. Langkah-langkah tersebut sebagai berikut:

1. Niat dan motivasi dalam diri

Kesuksesan seseorang sangat tergantung pada niatnya untuk senantiasa berusaha berusaha dan bekerja keras dalam mencapai kesuksesan yang ingin diraih. Niat yang besar dan tekad yang kuat akan menumbuhkan motivasi dan komitmen yang tinggi pada bidang yang tengah ditekuni.

2. Pacing

Pacing berarti menyamakan posisi, gerak tubuh, bahasa, serta gelombang otak dengan orang lain. Dalam hal ini orang lain tersebut adalah peserta didik. Prinsip dalam langkah ini adalah manusia cenderung atau lebih suka berkumpul, berinteraksi dengan sejenisnya, atau mempunyai banyak kesamaan. Dengan demikian, secara alami dan naluriah, setiap orang pasti akan merasa nyaman dan senang untuk berkumpul dengan orang lain yang mempunyai kesamaan dengannya.

3. Leading

Leading berarti memimpin atau mengarahkan. Setelah guru melakukan pacing, peserta didik akan merasa nyaman dengan suasana pembelajaran yang berlangsung. Ketika itulah hampir setiap apa pun yang diucapkan oleh guru atau ditugaskan kepada peserta didik akan melakukannya dengan suka rela dan senang hati. Meskipun materi yang dihadapi sulit, pikiran bawah sadar peserta didik akan menangkap

23 Ibid., h. 42-44

(33)

materi pelajaran yang disampaikan guru menjadi hal yang mudah.

Dengan demikian, melalui penerapan hypnoteaching diharapkan peserta didik akan bisa meraih prestasi belajar yang memuaskan.

4. Menggunakan kata-kata positif

Langkah ini merupakan langkah pendukung dalam melakukan pacing dan leading. Penggunaan kata positif ini sesuai dengan cara kerja pikiran bawah sadar yang tidak mau menerima kata-kata negatif. Kata- kata yang diberikan oleh pendidik entah langsung maupun tidak langsung sangat mempengaruhi kondisi psikis peserta didik. Kata-kata yang positif dari guru dapat membuat peserta didik menjadi lebih percaya diri dalam menerima materi yang diberikan.

5. Memberikan pujian

Salah satu hal penting yang harus diingat oleh guru adalah adanya reward and punishment dalam proses pembelajaran. Pujian adalah reward peningkatan harga diri seseorang. Pujian ini merupakan salah satu cara untuk membentuk konsep diri seseorang. Sementara itu, punishment merupakan hukuman atau peringatan yang diberikan guru ketika peserta didik melakukan suatu tindakan yang kurang sesuai.

6. Modeling

Modeling merupakan proses pemberian teladan atau contoh melalui ucapan dan prilaku yang konsisten. Hal ini merupakan sesuatu yang sangat penting dan menjadi salah satu kunci berhasil atau tidaknya hypnoteaching.

7. Untuk mendukung serta memaksimalkan sebuah pembelajaran hypnoteaching, sebaiknya guru juga menguasai materi pelajaran secara komprehensif. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran. Selain itu, guru juga mengupayakan untuk melakukan interaksi informal dengan peserta didik.24

24 N. Yustisia, Hypnoteaching Seni Ajar Mengeksplorasi Otak Peserta Didik, ( Jogjakarta: Ar-Ruz Media, 2012 ), h. 85-88

(34)

Ada beberapa cara agar seseorang dapat langsung menuju pikiran bawah sadar, yaitu:25

1. Pengulangan (Repetisi)

Suatu informasi yang berulang-ulang akan diterima oleh pikiran bawah sadar, disimpan di sederhanakan, dan menjadi kebiasaan.

Contohnya, seorang anak yang selalu dikatakan “kamu anak bodoh”

atau “goblok” oleh guru atau orang disekitarnya akhirnya akan benar- benar percaya bahwa dirinya bodoh. Ia menjadi bodoh bukan karena ia tidak memiliki potensi untuk pintar, tetapi lebih karena didikte oleh program “bodoh” yang telah terinstal di dalam pikirannya.

2. Memiliki Emotional Attachment

Informasi dapat langsung masuk ke dalam pikiran bawah sadar jika ada emotional attachment, yaitu sentuhan emosional. Bentuknya bisa bahagia, sedih dan lain-lain. Dalam Quantum Teaching, metode yang digunakan adalah membuat anak didik bergerak dan bergerak.

Dengan demikian bentuk penyimpanan memori terstimulasi.

3. Identitas Kelompok

Suatu informasi mudah diterima saat yang menyampaikannya adalah suatu golongan, seusia, atau bahkan satu profesi. Siswa lebih mudah menerima informasi jika yang menyampaikan informasi tersebut adalah teman sebangku atau seusia dengannya.

4. Melalui figur yang memiliki otoritas tertentu

Seperti yang sudah diketahui, figur idola memiliki kapasitas tertentu. Diantaranya adalah memberikan pengaruh kepada siswa.

25 Wasmin Al Risyad, CD Interaktif Hypnoteaching, Pembelajaran Kelas Berbasis Hypnosis, 2011, Trustco Multimedia.

(35)

Siswa menyukainya figur atau tokoh tertentu. Figur yang menjadi idola anak-anak mampu memberikan pengaruh kepada anak tersebut.

5. Melalui hypnosis/kondisi alpha

Seseorang dibawa ke level kesadaran tertentu lalu diberikan sugesti. Sugesti itulah informasi/keyakinan baru yang kemudian dimasukan ke pikiran bawah sadar seseorang. Hypnosis menawarkan cara yang sangat cepat untuk menonaktifkan RAS masuk ke dalam pikiran bawah sadar. Saat RAS menjadi pasif atau non-aktif, setiap sugesti/informasi yang diberikan memiliki kekuatan sembilan kali lebih kuat dari pada dalam situasi biasa.

Dengan hypnoteaching, semua cara-cara tersebut akan digabungkan. Dengan demikian semua siswa akan di bawa dari kondisi beta menuju kondisi alpha dimana siswa menjadi fokus, rileks, dan sugestif sehingga proses pembelajaran menjadi efektif.

6. Penerapan Metode Hypnoteaching di Sekolah

Menurut Novian Triwidia Jaya, penerapan metode hypnoteaching di sekolah dapat dilakukan melalui beberapa cara seperti dibawah ini:

1. Yelling

Yelling atau berteriak dipakai untuk mengembalikan konsentrasi peserta didik ke materi pelajaran dengan meneriakkan sesuatu bersama-sama. Sebaiknya, tata cara berteriak atau menyahut secara bersamaan tersebut telah disepakati sejak awal pembelajaran. Hal ini akan mempermudah guru untuk mengkoordinasi peserta didik ketika melakukan yelling.

2. Jam emosi

Jam emosi merupakan jam untuk mengatur emosi. Pada hakikatnya, emosi setiap orang bisa berubah-ubah setiap detiknya, demikian halnya peserta didik di sekolah. Mereka pun memiliki

(36)

waktu emosi yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu cara supaya mereka tetap dalam emosi yang sama pada suatu waktu. Selain itu, jam emosi juga diperlukan untuk melatih peserta didik untuk mengendalikan emosinya.

Jam emosi bisa dibagi menjadi tiga atau empat bagian yang ditandai dengan warna atau tulisan yang terdiri atas berikut ini:

a. Jam tenang

Dapat ditandai dengan warna hijau atau tulisan “tenang”. Jam ini menunjukan bahwa peserta didik diminta untuk tenang dan berkonsentrasi karena ada materi yang penting yang akan disampaikan oleh guru.

b. Jam diskusi

Dapat ditandai dengan warna biru atau tulisan “diskusi”. Jam diskusi ini menunjukan bahwa pada waktu tersebut peserta didik diminta untuk mendiskusikan suatu topik yang baru saja dibahas.

c. Jam lepas

Dapat ditandai dengan warna kuning atau tulisan “lepas”. Jam ini menunjukan bahwa para peserta didik diminta untuk melepaskan emosinya. Peserta didik dapat tertawa, berbicara sebentar dengan teman, atau menghela nafas dengn batas waktu tertentu. Hal yang perlu diperhatikan adalah guru harus tetap bisa mengontrol prilaku peserta didik pada jam lepas agar tidak menganggu kelas yang lain.

d. Jam tombol

Dapat ditandai dengan warna merah atau tulisan “tombol”. Jam ini menunjukan para peserta didik mengaktifkan kondisi aktif belajarnya.

3. Ajarkan dan puji

Dalam skala rata-rata, proses pembelajaran menunjukan bahwa anak mengingat 20% dari apa yang mereka baca. Anak mengingat

(37)

30% dari apa yang mereka dengar. Anak mengingat 40% dari apa yang mereka lihat. Anak mengingat 50% dari apa yang mereka katakan. Anak mengingat 50% dari apa yang mereka lakukan.

Anak mengingat 90% dari apa yang mereka lihat, dengar dan katakan.

Melihat skala belajar di atas, perlu bagi guru untuk melakukan suatu cara yang membuat peserta didik dapat mencapai presentase 90% dalam proses pembelajaran. Cara tersebut adalah dengan membuat peserta didik dapat melihat, mendengar, mengatakan, dan melakukan. Sebab, dengan saling mengajarkan kembali materi kepada teman yang lain, peserta didik akan dapat memahami materi pembelajaran yang mereka terima sebelumnya.

4. Pertanyaan ajaib

Dalam membentuk sebuah pertanyaan yang bisa meningkatkan prestasi belajar peserta didik, diperlukan suatu pertanyaan khusus yang bisa membangun proses pembelajaran, memberikan solusi, meningkatkan potensi, dan mengarahkan peserta didik. Usaha tersebut dilakukan untuk membuat peserta didik menjadi lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran. Pertanyaan yang diajukan disebut sebagai pertanyaan ajaib. Pertanyaan ajaib akan membuat peserta didik menjadi bersemangat dan termotivasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ajaib yang dilakukan oleh guru.26 7. Aplikasi Metode Hypnoteaching Dalam Belajar - Mengajar

“Sudah tidak dapat dipungkiri bahwa hipnosis dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pengajaran dan pendidikan”.27 Dalam sebuah proses pembelajaran, pengajar memberikan materi pembelajaran kepada anak didiknya agar bisa dipahami dan dimengerti oleh murid tersebut. Tujuan sebuah proses

26 N. Yustisia, Hypnoteaching Seni Ajar Mengeksplorasi Otak Peserta Didik, ( Jogjakarta: Ar-Ruz Media, 2012 ), h. 89-91

27 Muhammad Noer, Hypnoteaching For Succes Learning, h. 121

(38)

pembelajaran adalah seseorang yang belajar mampu mengetahui dan memahami maksud dari data, informasi, dan pengetahuan yang mereka peroleh dari sumber yang dapat dipercaya. Namun sering kali seorang murid dianggap sebagai objek pembelajaran, bukan sebagai subjek pembelajaran. Hal itu terjadi karena dominasi dalam proses belajar mengajar sering di kendalikan secara penuh oleh guru.28

Metode hypnoteaching dalam sebuah pembelajaran maksudnya yaitu mengaplikasikan hypnosis dalam pembelajaran yang dimaksudkan memanfaatkan inti dan substansi dari ilmu hypnosis yakni berkomunikasi dan sugesti, tarik minta dan perhatian peserta didik dengan bahasa komunikasi persuasif yang lembut dan halus dan mengena. Setelah itu masukanlah sugesti- sugesti positif pada peserta didik.29

Hipnosis merupakan kondisi ketika seseorang mudah menerima saran, informasi, dan sugesti tertentu yang mampu mengubah seseorang dari hal yang kurang baik menjadi hal yang lebih baik. Teknik menuju kondisi hypnosis sebenarnya telah digunakan oleh pengajar-pengajar handal guna memudahkan murid untuk mencerna setiap materi pembelajaran. Untuk mencapai kondisi hypnosis, hal yang dibutuhkan adalah motivasi. Karena dengan memotivasi peserta didik, secara tidak langsung akan dibawa pada kondisi yang sangat relaks dan nyaman. Karena tidak dapat dipungkiri kondisi releks merupakan kondisi di mana peserta didik bisa dengan mudah menyerap setiap data, informasi, dan pengetahuan. Dan sebuah ketegangan menyebabkan seseorang sulit untuk berkonsentrasi dan hasil dari pembelajaran tidak akan maksimal.30

28 Andri Hakim, Hypnosis in Teaching Cara Dahsyat Mendidik dan Mengajar, h. 12

29 Muhammad Noer, Hypnoteaching For Succes Learning, h.123

30 Andri Hakim, Hypnosis in Teaching Cara Dahsyat Mendidik dan Mengajar, h. 17

(39)

Maka dari itu sangat diperlukan sekali dalam mengajar, guru bisa menggunakan metode hypnoteaching, yaitu metode di mana seorang guru menggunakan tehnik hypnosis, karena merupakan teknik yang memudahkan untuk membawa peserta didik masuk dalam kondisi relaks. Dalam kondisi hypnosis, ada sebuah kondisi pada saat ketika seseorang mudah menerima saran, masukan, informasi, data bahkan pengetahuan tertentu. Dengan demikian, secara otomatis, seseorang bisa mengoptimalkan daya serap, daya ingat dan daya pikirnya.

Berbicara tentang motivasi dalam sebuah proses pembelajaran, hal tersebut merupakan salah satu faktor penting yang bisa mempengaruhi aktivitas belajar anak didik. Dengan kata lain, proses pembelajaran akan berjalan lancar bila disertai dengan motivasi yang kuat. Tanpa motivasi, hasil belajar yang dicapai oleh anak didik tidak akan maksimal.31

Hypnosis digunakan dalam sebuah pembelajaran guna menjadikan sebuah pembelajaran menjadi lebih berkesan dan membuahkan hasil, hasil yang didapat tentunya peserta didik menjadi memahami materi bidang studi yang diajarkan serta pesan moral yang terkandung dalam materi IPS atau pun yang di teladankan guru ketika proses pembelajaran berlangsung bisa ditiru oleh peserta didik sebagai upaya penanaman kembali karakter kebangsaan yang mulai luntur. Hal itu dikarenakan metode hypnoteaching adalah metode yang mengedepankan sebuah motivasi, serta diharapkan motivasi yang diberikan guru adalah motivasi dengan cerita dari tokoh-tokoh yang mempunyai perjuangan yang luar biasa dalam menjalani hidup.

Dengan motivasi yang diberikan secara tidak langsung seorang guru tengah berusaha membawa peserta didik dalam

31 N. Yustisia, Hypnoteaching Seni Ajar Mengeksplorasi Otak Peserta Didik, (Jakarta:

Ar-Ruzz Media, 2012) h.127

(40)

kondisi yang aman sangat relaks dan nyaman ketika sudah merasa releks dan nyaman, barulah guru diharapkan bisa mengucapkan berulang kali sugesti-sugesti positif tentang murid serta menyampaikan materi dengan metode-metode lain yang mendukung memahamkan peserta didik tentang materi.

8. Manfaat Metode Hypnoteaching

Adapun beberapa manfaat yang bisa dicapai melalui penerapan metode hypnoteaching dalam pembelajaran di dalam kelas sebagai berikut :32

a) Pembelajaran menjadi menyenangkan dan lebih mengasikan, baik bagi anak didik, maupun bagi guru.

b) Pembelajaran dapat menarik perhatian anak didik melalui berbagai kreasi permainan yang diterapkan oleh guru.

c) Guru lebih mampu dalam mengelola emosinya.

d) Pembelajaran dapat menumbuhkan hubungan yang harmoni antara guru dan anak didik.

e) Guru dapat mengatasi anak – anak yang mempunyai kesulitan belajar melalui pendekatan personal.

f) Guru dapat menumbuhkan semangat anak didik dalam belajar melalui permainan hypnoteaching.

g) Guru ikut membantu anak didik dalam menghilangkan kebiasaan – kebiasaan buruk yang mereka miliki.

9. Kelebihan dan Kekurangan Metode Hypnoteaching

Adapun kelebihan yang dimiliki oleh metode hypnoteaching sebagai berikut:33

1. Perserta didik bisa berkembang sesuai dengan minat dan potensi yang dimilikinya.

32 Ibid., h. 80

33 Ibid., h. 81

(41)

2. Guru bisa menciptkan potensi pembelajaran yang beragam sehingga tidak membosankan bagi peserta didik.

3. Proses pembelajaran lebih dinamis

4. Terdapat interaksi yang baik antara guru dan peserta didik.

5. Materi yang disajikan mampu memusatkan perhatian peserta didik.

6. Materi mudah dikuasai peserta didik sehingga mereka lebih termotivasi untuk belajar.

7. Banyak terdapat proses pemberian ketrampilan selama pembelajaran.

8. Proses pembelajaran bersifat aktif.

9. Peserta didik lebih bisa berimajinasi dan berpikir secara kreatif.

10. Disebabkan tidak menghafal, daya serap peserta didik akan lebih cepat dan bertahan lama.

11. Pemantauan guru akan peserta didik menjadi lebih intensif.

12. Disebabkan suasana pembelajaran releks dan menyenangkan, hal ini membuat peserta didik merasa senang dan bersemangat ketika mengikuti pembelajaran.

Adapun kekurangan metode pembelajaran hypnoteaching sebagai berikut:34

1. Banyaknya peserta didik yang berada dalam satu kelas mengakibatkan para guru merasa kesulitan untuk memberikan perhatian satu per satu kepada peserta didiknya.

2. Para guru perlu belajar dan berlatih untuk menerapkan metode hypnoteaching.

3. Metode hypnoteaching masih tergolong dalam metode baru dan belum banyak dipakai oleh para guru di Indonesia.

4. Kurang tersedianya sarana dan prasarana di sekolah yang bisa mendukung penerapan metode pembelajaran hypnoteaching.

34 Ibid., h.82

(42)

B. MOTIVASI

1. Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata inggris motivation yang berarti dorongan, kata kerjanya adalah to motivate yang berarti mendorong, menyebabkan dan merangsang. Motivate sendiri berarti alasan, sebab dan daya penggerak. Kata motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.35

Dalam kegiatan belajar mengajar, dikenal adanya motivasi belajar, yaitu motivasi yang diterapkan dalam kegiatan belajar.

Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar. Sehingga diharapkan tujuan yang ada dapat dicapai.36

Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan37. Perubahan energi dalam diri seseorang berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik. Karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat dia lakukan untuk mencapainya.38

35 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafifido Persada,2011), cet.19 h. 73

36 Pupuh Faturrohman, M. Sobry Sutikno, Strategi belajar mengajar, (Bandung PT Rfika Aditama, 2009), cet 3, h. 19

37 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta PT Bumi Aksara 2004) cet.3 h.

158

38 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002) cet 2h.

148

(43)

2. Jenis – jenis Motivasi

Motivasi dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu :39 a. Motivasi intrinsik

Yang dimaksud dengan motivasi intristik adalah motif-motif yang mejadi aktif atu berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi intristik bila tujuannya interen dengan situasi belajar dan bertemu dengan kebutuhan dan tujuan anak didik untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung di dalam pelajaran itu.

Anak didik termotivasi untuk belajar semata-mata untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung dalam bahan pelajaran, bukan karena keinginan lain seperti ingin dapat pujian, nilai yang tinggi atau hadiah, dan sebagainya.

b. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intristik.

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.

3. Fungsi – Fungsi Motivasi

Fungsi motivasi Ngalim Purwanto mengemukakan, diantaranya:

a. Mendorong manusia untuk berbuat dn bertindak artinya motif itu berfungsi sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi (kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas b. Menentukan arah perbuatan artinya yakni kearah perwujudan suatu

tujuan atau cita-cita, motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan itu.

c. Menyeleksi perbuatan kita artinya menentukan perbuatan- perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai

39 Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi belajar mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2011) cet. 19 h. 89-91

(44)

tujuan dengan mengesampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu.40

Sedangkan fungsi motivasi menurut Senjaya Sutisna adalah:

a. Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan, tanpa motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan misalnya belajar.

b. Motivasi sebagai pengarah, artinya mengarahkan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

c. Motivasi sebagai penggerak, artinya menggerakan tingkah laku seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya.

C. BELAJAR

1. Pengertian Belajar

Kata “belajar” menurut kamus lengkap bahasa Indonesia artinya “berusaha, berlatih untuk memperoleh kepandaian atau ilmu/pengetahuan, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman”.41

Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa kata “belajar”

merupakan kata yang tidak asing. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal. Kegiatan belajar mereka lakukan setiap waktu sesuai dengan keinginan. Entah malam hari, siang hari, sore hari, atau pagi hari.42 Dalam proses belajar, seseorang melakukan aktifitas sekaligus berinteraksi dengan lingkungan. Aktifitas belajar

40 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007)

41 Budiono, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Karya Agung 2005

42 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), cet. Ke 2, h.

12

(45)

merupakan aktifitas mental yang menghasilkan banyak perubahan yang umumnya relative konstan.

Masalah pengertian belajar ini, para ahli psikologi dan pendidikan mengemukakan rumusan yang berlainan sesuai dengan bidang keahlian mereka masin-masing. Tentu saja mereka mempunyai alasan yang dapat di pertanggungjawabkan secara ilmiah. Ada beberapa definisi tentang pengertian belajar, diantaranya:

a. Menurut Alisuf Sabri, merumuskan “belajar merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan”.43 b. Menurut Slameto, belajar adalah “suatu proses usaha yang

dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.44

c. Menurut Whitherington, dalam bukunya Educational Psychologi, sebagaimana dikutip oleh Ngalim Purwwanto, MP, bahwa belajar adalah „” suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”.45

Aktifitas belajar pada umumnya diisi dengan kegiatan pengumpulan sejumlah ilmu pengetahuan itu diharapkan pula terjadinya perubahan dalam diri seseorang. Jadi, belajar pada dasarnya adalah proses pengulangan dari apa yang telah dilakukan oleh para pendidik, dengan melakukan modifikasi untuk sebuah perubahan yang diinginkan.

43 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta:CV Pedoman Ilmu Jaya, 2010) cet. Ke 4, h. 62

44 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), cet. Ke 5, h. 56

45 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, h. 71

(46)

2. Prinsip – Prinsip Belajar

Adapun prinsip – prinsip belajar sebagai berikut:46

A. Berdasarkan prasyarat yang di perlukan untuk belajar

1. Dalam belajar setiap siswa harus diusahkan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instrukstional.

2. Belajar harus dapat menimbulkan reinforcment dan varisasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan intruksional.

3. Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif.

4. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingakunganya.

B. Sesuai hakikat belajar

1. Belajar itu proses kontiinu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya.

2. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, ekspolisasi dan discovery.

C. Sesuai materi atau bahan ajar yang harus dipelajari

1. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.

2. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapai.

D. Syarat keberhasilan belajar

1. Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang.

2. Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali – kali agar pengertian, keterampilan, sikap itu mendalam pada siswa.

46 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), cet. Ke 5, h. 27

Gambar

Tabel 4.13       Saya dapat mengerjakan tugas sekolah itu dikerjakan
GAMBAR 2.1      Gambar prinsip kerja hypnoteaching  .................................  14
Tabel 3.1  Kisi – kisi Observasi  No  Indikator Pengamatan

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar akuntansi siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran hypnoteaching berbasis media

Oleh karena itu, masalah yang dibahas pada penelitian ini mencakup pengaruh penerapan Hypnoteaching terhadap peningkatan motivasi belajar Bahasa Indonesia kelas VIII SMP Al

Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah tidak terdapat pengaruh metode Hypnoteaching terhadap hasil belajar siswa di SDN Begalon II No.241 Surakarta tahun

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa (1) langkah- langkah penggunaan metode hypnoteaching untuk meningkatkan pembelajaran

Pada bagian ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang ketiga yaitu apakah metode hypnoteaching efektif dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kemampuan matematika siswa yang diajarkan menggunakan metode pembelajaran lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan menggunakan

Q13b Apakah anda membaca doa setelah tahiyyat Allahumma a’inni ala zikrika…dst Alternatif Jawaban Jumlah Responden Skor Persen Selalu 4 20 28% Sering 1 4 6% Kadang kadang

Kondisi Gaya Belajar Berdasarkan hasil penyebaran angket yang diberikan kepada 38 responden dengan dengan 4 alternatif jawaban yaitu selalu 4, sering 3, kadang-kadang 2 dan tidak