PENGARUH NILAI BUKU, ECONOMIC VALUE ADDED, DAN RETURN ON ASSET TERHADAP RETURN SAHAM
Venni Suryani Senohadi dan Perminas Pangeran Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana Jl. Dr. Wihidin Sudiro Husodo 5 - 25, Yogyakarta, 55224
Email: [email protected]
ABSTRACT
This study aimed to examine the effect of the financial performance on banking’s stock return. The study was conducted on 22 banking companies listed in Indonesia Stock Exchange for the period of 2007 to 2009. The results showed that the Return on Assets (ROA) has a positive impact on stock returns. Likewise, Economic Value Added (EVA) has a positive effect on stock returns. Nevertheless, book value (BV) has no effect on stock returns
Keywords: Stock Return, Economic Value Added, Return on Assets, Book Value.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kinerja keuangan terhadap Return Saham perbankan. Penelitian dilakukan atas 22 perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2007 sampai dengan 2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Laba atas Aset (ROA) mempunyai pengaruh positif terhadap return saham. Demikian juga, Nilai Tambah Ekonomis (EVA) memiliki pengaruh positif terhadap return saham. Namun demikian, variabel nilai buku (BV) tidak berpengaruh terhadap return saham.
Kata kunci: Return Saham, Nilai Tambah Ekonomi, Laba atas Aset, Nilai Buku.
PENDAHULUAN
Para investor di pasar modal sangat peduli terhadap kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Perkembangan nilai perusa- haan, khususnya perbankan selama lima tahun terakhir ini terus mengalami peningkatan. Fakta agregat menunjukkan ada peningkatan pada indeks saham perbankan sebesar 10,8% untuk perioda waktu 2007 sampai dengan 2009.
Kenaikan nilai perusahaan, yang tercermin pada return saham, memberi dampak positif pada kesejahteraan pemegang saham. Selain itu, kenaikan nilai saham
dan jumlah dana dari pihak ketiga juga merupakan salah satu indikator naiknya kepercayaan masyarakat kepada bank yang bersangkutan. Oleh karena itu, penting bagi bank untuk senantiasa menjaga kinerja dengan baik, terutama menjaga tingkat profitabilitas yang tinggi, mampu membagikan dividen dengan baik, prospek usaha yang selalu berkembang dan dapat memenuhi ketentuan prudential banking regulation dengan baik. Kemampuan bank menjaga kinerjanya dengan baik dapat meningkatkan nilai saham di pasar sekunder dan meningkatkan jumlah dana dari pihak ketiga.
Beberapa peneliti telah melakukan pengujian tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan.
Namun demikian, penelitian sebelumnya lebih menekankan pada kinerja keuangan konvensional. Dalam hal ini, penggunaan analisis rasio keuangan sebagai alat pengukur konvensional memiliki kelemahan utama yaitu mengabaikan adanya biaya modal sehingga sulit untuk mengetahui apakah suatu perusahaan telah berhasil menciptakan nilai atau tidak. Oleh karena itu, penelitian ini mempertimbang- kan kelemahan tersebut dengan memasukkan konsep baru yaitu EVA (Economic Value Added). EVA atau nilai tambah ekonomis merupakan pendekatan baru dalam menilai kinerja perusahaan dengan memperhatikan secara adil ekspektasi penyandang dana. Perusahaan berusaha menciptakan nilai tambah yang tercermin pada EVA positif. EVA yang positif berarti perusahaan mampu menghasilkan tingkat pengembalian yang melebihi tingkat biaya modal. Tetapi apabila nilai EVA negatif maka menunjukkan nilai perusahaan menurun karena tingkat pengembalian lebih rendah dari biaya modal.
Hasil studi Lehn dan Makhija (1996) menyimpulkan bahwa pengaruh EVA terhadap return saham, lebih tinggi dibandingkan dengan ROA, ROE, dan ROS. Di Indonesia sendiri, hasil penelitian Jogiyanto dan Chendrawati (1998) terhadap saham-saham likuid di Bursa Efek Indonesia (LQ-45) antara tahun 1994 sampai tahun 1997 menyimpulkan bahwa korelasi antara ROA terhadap return saham 70 persen dibandingkan dengan EVA terhadap return saham hanya 10 persen.
Sebaliknya, penelitian yang dilakukan oleh Dodd dan Chen (1996) pada 566 perusahaan di Amerika Serikat antara tahun 1983-1992 menyimpulkan bahwa korelasi antara return saham dengan EVA masih jauh dari sempurna.
Mereka menemukan bahwa ROA memiliki korelasi dengan tingkat pengembalian saham lebih baik dibandingkan dengan EVA (ROA 24,5 persen dan EVA 20,2 persen). Sedangkan nilai korelasi antara EVA dan ROA, lebih baik dibandingkan dengan nisbah lainnya (ROE berkisar antara 5-7 persen dan EPS 19,4 persen).
Dengan kata lain, nisbah ROA menunjukkan pengukuran return saham lebih baik dibandingkan dengan EVA dan metode pengukuran lainnya.
Meskipun penelitian sebelumnya sudah mempertimbangkan aspek laba konvensional dan EVA, namun hasil penelitian masih saling tidak konsisten.
Penelitian yang ada belum mampu menjelaskan dengan baik nilai perusahaan.
Hal ini bisa disebabkan penelitian sebelumnya belum mempertimbangkan nilai buku perusahaan seperti yang disarankan oleh Huang dan Wang (2008).
Oleh karena itu, penelitian ini menguji kembali model yang diusulkan oleh Huang dan Wang (2008). Menurut mereka nilai perusahaan sesungguhnya diperngaruhi oleh nilai buku, laba perusahaan, dan EVA.
Menurut hasil studi yang dilakukan Huang dan Wang (2008) bahwa EVA tidak lebih baik dibandingkan laba akuntansi dalam hal kemampuannya menjelaskan variasi nilai pasar ekuitas perusahaan. Hal ini mungkin dikarenakan cadangan ekuitas yang besar sehingga sulit untuk mengamortisasi secara benar pada industri elekronik. Hal ini memungkinkan terjadi kesalahan pada pengukuran. Kedua, tidak ada organisasi/perusahaan yang menyediakan informasi yang relevan mengenai EVA (terutama pada laporan keuangan), sehingga investor tidak memiliki informasi tentang EVA.
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis menguji pengaruh nilai buku (Book Value), laba, dan EVA terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini dibatasi pada pengaruh metode nilai buku (book Value),
ROA, dan EVA terhadap return saham emiten terpilih pada sektor industri perbankan di Bursa Efek Indonesia. Data keuangan masing-masing perusahaan diambil antara tahun 2007-2009, dan aktivitas transaksi masing-masing perusahaan di Bursa Efek Indonesia bulanan (IHSG dan SBI), serta tahunan (laporan keuangan perusahaan dan akumulasi perdagangan bulanan) antara tahun 2007-2009.
Dengan demikian Penelitian ini bertujuan untuk menguji kemampuan ROA dan EVA dalam menjelaskan variasi nilai saham dan untuk menguji pengaruh ROA, EVA dan Nilai Buku terhadap return saham. Kontribusi penelitian memberikan wacana tambahan tentang aspek profitabilitas dapat digunakan sebagai alat ukur terhadap efektivitas dan efisiensi penggunaan semua sumber daya yang ada di dalam proses operasional perusahaan. Kedua, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi dengan mempertim- bangkan EVA, laba akuntansi dan nilai buku. Ketiga, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan nantinya dalam mengambil kebijakan manajemen khususnya yang berkaitan dengan EVA, laba akuntansi dan nilai buku perusahaan.
KAJIAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan dapat diukur dengan nilai saham. Saham merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemegangnya untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan saham tersebut (Husnan, 2003). Saham memberikan penghasilan bagi pemegang saham dalam jumlah dan frekuensi yang tidak tetap. Harga saham secara sederhana berarti nilai saham yang
dapat berubah setiap saat tergantung kondisi pasar, informasi yang berkembang atau berita lain yang menerpa pasar modal, persepsi investor terhadap perusahaan, dan seberapa dekatnya harga saham terikat pada kondisi ekonomi. Tinggi rendahnya harga saham lebih banyak dipengaruhi oleh penilaian pembeli dan penjual terhadap kondisi internal dan eksternal perusahaan.
Kondisi internal dapat dilihat dari berbagai indikator kinerja dan rasio keuangan perusahaan, seperti pertumbuhan penjualan, ROA, rasio hutang terhadap aktiva, rasio lancar, dan lain-lain. Kondisi internal umumnya dapat dilihat dalam laporan keuangan perusahaan, sehingga dapat dikatakan bahwa investor sangat berkepentingan dengan laporan keuangan perusahaan. Sedangkan kondisi eksternal perusahaan dapat berupa tingkat suku bunga, inflasi, kurs valuta, dan lain-lain.
Kondisi internal dan eksternal perusahaan, pada umumnya dijadikan dasar pertimbangan investor dalam menentukan nilai intrinsik saham yang akan dibelinya.
Secara teoritis, investor dan analis sekuritas menghubungkan nilai intrinsik saham dengan harga pasar saham (Jones, 1998). Jika nilai intrinsik saham lebih besar dari harga pasarnya, maka saham mengalami undervalued. Investor sebaiknya melakukan pembelian dan atau mempertahankan saham yang telah dimilikinya. Demikian sebaliknya jika saham mengalami overvalued, maka investor sebaiknya menjual saham yang dimilikinya. Jika nilai intrinsik relatif sama dengan harga pasar maka penilaian saham dianggap sudah benar dan transaksi cenderung tidak terjadi.
Total return yang diperoleh investor dalam berinvestasi terdiri dari dividen dan capital gain. Return saham merupakan pendapatan yang diperoleh oleh pemegang saham sebagai hasil dari investasinya di perusahaan tertentu. Return saham dapat dibedakan menjadi dua jenis
yaitu: return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi ini penting dalam mengukur nilai perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan resiko di masa mendatang. Sedangkan return ekspektasi merupakan return yang diharapkan terjadi di masa mendatang dan masih bersifat tidak pasti.
Dividen merupakan bagian dari laba perusahaan yang dibagikan kepada para pemegang sahamnya. Dividen biasanya dibagikan pada periode tertentu, sesuai dengan keputusan manajemen (dividen policy). Dividen yang dibagikan dapat menciptakan kepercayaan pemegang saham kepada manajemen dan dapat pula mempengaruhi pemodal lain untuk membeli saham perusahaan tersebut.
Sementara itu, capital gain (loss) merupakan selisih laba (rugi) yang dialami oleh pemegang saham karena harga saham sekarang relatif lebih tinggi (rendah) dibandingkan harga saham periode sebelumnya. Capital gain (loss) dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Jogiyanto dan Chendrawati, 1999:49):
Kinerja Perusahaan
Rasio Pasar. Rasio pasar merupakan indikator untuk mengukur mahal murahnya suatu saham, ukuran prestasi perusahaan yang paling lengkap bagi para pemegang saham, serta dapat membantu investor dalam mencari saham yang memiliki potensi keuntungan dividen yang besar sebelum melakukan penanaman modal berupa saham. Namun rasio pasar tidak mempunyai ukuran yang menunjukan tingkat rasio efesiensi serta tidak dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan jika dilihat berdasarkan harga saham maupun jika dipergunakan oleh pihak manajemen perusahaan.
Nilai Buku. Nilai buku merupakan nilai saham menurut pembukuan perusahaan emiten (Jogiyanto, 2008). Nilai buku terdiri dari keseluruhan pencatatan akuntansi yang mencatat transaksi- transaksi yang berhubungan dengan modal pasar saham perusahaan. Nilai buku (book value) per lembar saham menunjukkan aktiva bersih (net assets) yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham maka nilai buku per lembar saham adalah total ekuitas yang terdiri dari nilai nominal saham beredar, agio saham, modal disetor dan laba ditahan dibagi dengan jumlah saham beredar.
Investor mengggunakan nilai buku untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba per lembar saham di masa mendatang. Sebagai informasi nilai buku akan direfleksi dalam harga pasar saham. Oleh karena itu, pokok informasi nilai buku yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang digunakan untuk pembuatan keputusan investasi, akan mempengaruhi harga pasar suatu perusahaan tersebut di pasar modal.
Profitabilitas Perusahaan. Rasio Profitabilitas merupakan nisbah kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Nilai dari nisbah ini menunjukkan seberapa besar perusahaan mampu menghasilkan kekayaan bagi pemegang sahamnya. Profitability ratio yang digunakan pada penelitian ini dibatasi hanya pada penggunaan Return on Asset (ROA).
Return On Asset (ROA). Hasil pengembalian suatu aktiva mencoba mengukur efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan seluruh sumber dananya, yang kadang-kadang disebut dengan hasil pengembalian atas investasi atau Return On Investment. Investasi merupakan konversi nilai uang saat ini untuk memperoleh arus kas dimasa mendatang yang lebih besar guna meningkatkan konsumsi atau kemakmuran pemilik.
Dalam perusahaan, keputusan investasi
akan tercermin pada sisi aktiva perusahaan (Husnan, 1996:7) dan oleh karena itu istilah Return On Investment sering disamakan dengan Return On Assets (ROA). Return On Assets menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan, karena itu dipergunakan angka laba setelah pajak dan (rata-rata) kekayaan perusahaan.
Economic Value Added. Economic Value Added (EVA) adalah sisa pendapatan perusahaan setelah dikurangi biaya modal.
Sedangkan Nuelle (1996) menyatakan EVA secara sederhana didefinisikan sebagai net operating profit after tax (NOPAT, laba operasi bersih setelah pajak) dikurangkan dengan (total modal yang diinvestasikan dikalikan biaya modal tertimbang). EVA dan Rate of Return EVA sendiri merupakan suatu konsep pengukuran keuangan dari Stern Stewart &
Co. yang digunakan oleh (Rousana, 1997), dengan rumus matematis sebagai berikut:
EVA = NOPAT–(C* x modal) RoR EVA = R* - C* = (NOPAT/Total
Modal) - WACC)
Modal atau modal yang diinvestasikan perusahaan merupakan biaya modal yang digunakan perusahaan untuk membiayai usahanya. Modal yang diinvestasikan terdiri dari jumlah ekuitas pemegang saham, seluruh hutang jangka pendek dan jangka panjang yang mengandung bunga, serta hutang jangka panjang lainnya yang terlepas dari kewajiban jangka pendek yang tidak mengandung bunga (non-interest-bearing liabilities) seperti hutang utang, upah yang akan jatuh tempo (accrued wages), dan pajak yang akan jatuh tempo (accrued taxes) (Young dan O’Byrne, 2001:39).
Selanjutnya, nilai R* (rate of return) adalah tingkat pengembalian yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan yang di ukur melalui
produktivitas modal, yaitu (Rousana, 1997):
R* = NOPAT/Modal
NOPAT merupakan penyesuaian laba setelah pajak, di mana laba operasi di hitung sebelum dikurangkan dengan financing cost. Besar NOPAT tidak memberi dampak pada keuntungan maupun resiko dari bisnis sekarang.
Dengan kata lain, baik perusahaan dibiayai oleh hutang maupun modal sendiri, NOPAT-nya identik.
Nilai C* (Weigthed Average Cost of Capital) merupakan rata-rata tertimbang biaya hutang dan modal sendiri yang menggambarkan tingkat pengembalian investasi minimum untuk mendapatkan tingkat keuntungan yang disyaratkan (required rate of return) oleh investor, yaitu kreditor dan pemegang saham.
Dengan demikian di dalam perhitungannya akan mencakup perhitungan masing- masing komponen yaitu biaya hutang dan biaya modal sendiri (cost of equity), serta proporsi masing-masing dalam struktur permodalan.
Hutang yang dimiliki oleh perusahaan terdiri dari hutang jangka panjang dan hutang jangka pendek.
Hutang jangka panjang hampir selalu memiliki beban bunga sedangkan hutang jangka pendek, sebagian memiliki bunga dan sebagian lagi tidak. Biaya hutang merupakan beban bunga dari hutang tersebut. Tingkat biaya bunga adalah suku bunga yang dibayarkan perusahaan pada saat periode penelitian.
Wiryawan (1998) menyatakan adanya hutang dapat menyebabkan pajak yang dibayarkan lebih kecil dibandingkan apabila perusahaan tidak memiliki hutang.
Hal ini dapat terjadi karena beban bunga merupakan tax deductible sehingga biaya hutang secara nyata dibayarkan oleh perusahaan adalah beban bunga dikurangi dengan bagian dari penghematan pajak karena adanya hutang tersebut.
Stewart dan Stern mendefinisikan cost of debt sebagai biaya yang harus di bayar perusahaan dalam pasar sekarang untuk mendapatkan hutang jangka panjang yang baru. Sedangkan perhitungan cost of equity dapat menggunakan pendekatan capital assets pricing model (CAPM) yang melihat cost of equity sebagai penjumlahan dari tingkat bunga tanpa resiko dan selisih antara pengembalian yang diharapkan dari portofolio pasar dengan tingkat bunga tanpa resiko dikalikan resiko sistematis perusahaan (nilai beta perusahaan) (Rousana, 1997).
Beta menurut Fabozzi (1995:102) merupakan indeks sistematis suatu aktiva atau portofolio aktiva. Beta mengukur sensitifitas pengembalian aktiva terhadap pengembalian portofolio pasar. Oleh karena itu beta suatu aktiva dapat dibandingkan dengan beta aktiva lainnya secara langsung. Beta teoritis CAPM didefinisikan sebagai alat ukur kovarians yang diharapkan suatu aktiva dengan portofolio pasar yang terdiversifikasi dengan baik.
Market risk premium merupakan besarnya tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor karena berinvestasi pada tempat yang beresiko dibandingkan pada aset bebas resiko.
Faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah (Damodaran, 1994:23): 1) keadaan ekonomi pasar atau negara yang berkembang biasanya memiliki market risk premiun lebih tinggi dibandingkan pasar atau negara maju. Penyebabnya negara berkembang volatilitas ekonomi lebih besar sehingga tingkat resiko juga lebih besar. Akibatnya investor mengharapkan premium yang lebih tinggi.
2) struktur pasar. Bila pasar di dominasi oleh perusahaan besar, stabil, dan terdiversifikasi, maka premium yang diharapkan lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang baru tumbuh. 3) resiko keadaan politik. Premium pada negara yang memiliki situasi politik labil
lebih besar dibandingkan dengan negara dengan situasi politik stabil.
Pengembangan Hipotesis
Ohlson (1995) mengusulkan model valuasi pendapatan residual (residual income valuation model). Berdasarkan model ini Ohlson berpendapat nilai pasar perusahaan dapat ditentukan oleh nilai bukunya, nilai diskontonya atas laba abnormal ekspetasian, dan informasi lainnya. Pendapat ini didukung Huang dan Wang (2008) yang menyatakan bahwa nilai perusahaan utamanya ditentukan oleh faktor nilai buku dan EVA.
Penelitian yang dilakukan oleh Lehn dan Makhija (1996) menyimpulkan bahwa korelasi EVA terhadap return saham, lebih baik dibandingkan dengan ROA, ROE, dan ROS. Sebaliknya hasil studi yang dilakukan oleh Dodd dan Chen (1996) menyimpulkan bahwa korelasi antara return saham dengan EVA masih jauh dari sempurna. Mereka menemukan bahwa ROA memiliki korelasi dengan tingkat pengembalian saham lebih baik dibandingkan dengan EVA. Selanjutnya hasil penelitian Huang dan Wang (2008) menyatakan EVA tidak lebih baik dibandingkan laba akuntansi dalam hal kemampuannya menjelaskan variasi nilai pasar ekuitas perusahaan. Hasil-hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa laba akuntansi masih penting dalam menilai perusahaan. Oleh karena itu, tidak ada kesepakatan dalam penelitian sebelumnya apakah informasi akuntansi yang dihitung dengan EVA lebih relevan daripada yang dihitung dengan laba akuntansi.
H1: ROA dan EVA tidak memiliki kemampuan yang berbeda dalam menjelaskan variasi nilai saham.
EVA yang semakin tinggi mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang tinggi bagi pemegang saham. Semakin tinggi
kemampuan perusahaan menghasilkan laba, maka sahamnya akan semakin diminati oleh para investor. Dengan demikian, EVA akan mempengaruhi return saham. Oleh sebab itu apabila hasil dari pengukuran EVA positif, berarti ada nilai tambah bagi perusahaan, dan biasanya akan direspon dengan meningkatnya harga saham perusahaan sehingga return saham akan meningkat.
Sebaliknya jika EVA negatif berarti perusahaan mengalami penurunan kinerja yang biasanya akan direspon dengan penurunan harga saham perusahaan sehingga return saham akan mengalami penurunan. Hasil Penelitian Huang dan Wang (2008) membuktikan bahwa EVA berpengaruh positif terhadap nilai pasar ekuitas perusahaan. Dengan demikian nilai EVA yang positif diharapkan akan memberikan pengaruh yang positif juga terhadap kenaikan tingkat pengembalian saham (return saham) tersebut.
H2a: EVA berpengaruh positif terhadap return saham.
Return on Asset (ROA) digunakan untuk mengetahui besarnya laba bersih yang dapat diperoleh dari operasional perusahaan dengan menggunakan seluruh kekayaannya. Semakin tinggi ROA semakin efisien operasional perusahaan dan sebaliknya. ROA yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang digunakan untuk operasional perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan.
Rasio ini merupakan indikator yang penting untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersihnya. Selanjutnya akan meningkatkan harga saham dan pada gilirannya akan meningkatkan return saham. Dalam penelitian Silalahi dalam Natarsyah (2000) dengan sampel 38 perusahaan di BEI tahun 1989–1998 menunjukkan bahwa fluktuasi harga saham secara nyata dan simultan dipengaruhi oleh variabel- variabel ROA, DPR, volume perdagangan
saham, dan tingkat bunga deposito. Dalam hal ini pengaruh ROA adalah paling dominan. Selanjutnya hasil Penelitian Huang dan Wang (2008) membuktikan bahwa laba akuntansi (EPSr) berpengaruh positif terhadap nilai pasar ekuitas perusahaan. Berdasarkan penjelasan hasil penelitian maka disusun hipotesis sebagai berkut:
H2b: ROA berpengaruh positif terhadap return saham.
Nilai Buku (Book Value) merupakan rasio pasar yang digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya (Robert, 1997).
Perusahaan yang berkinerja baik, biasanya rasio BV-nya di atas satu. Ini menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Semakin besar ratio BV semakin tinggi nilai perusahaan. Karena BV yang semakin besar menunjukkan harga pasar dari saham tersebut semakin meningkat. Jika harga pasar saham semakin meningkat maka capital gain (actual return) dari saham tersebut juga meningkat. Hal ini disebabkan karena actual return merupakan selisih antara harga saham periode saat itu dengan harga saham sebelumnya. Hasil Penelitian Huang dan Wang (2008) membuktikan bahwa nilai buku berpengaruh positif terhadap nilai pasar ekuitas perusahaan. Berdasarkan penjelasan hasil penelitian maka disusun hipotesis sebagai berkut:
H2c: Nilai Buku berpengaruh positif terhadap return saham.
Model Teoretis Penelitian
Ohlson (1995) mengusulkan model valuasi pendapatan residual (residual income valuation model). Berdasarkan model ini Ohlson berpendapat nilai pasar perusahaan dapat ditentukan oleh nilai bukunya, pendapatan residual (abnormal ekspetasian), dan informasi lainnya.
Pendapat ini didukung Huang dan Wang (2008) yang menyatakan bahwa nilai perusahaan utamanya ditentukan oleh faktor nilai buku, laba akuntansi atau EVA. Huang dan Wang (2008) memprediksi nilai buku, laba akuntansi (EPSr) dan EVA berpengaruh positif terhadap nilai pasar ekuitas perusahaan.
METODA PENELITIAN Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk jadi, dikumpulkan, dan diolah oleh pihak lain, biasanya dalam bentuk publikasi.
Data tersebut diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD), IDX Statistics, homepage BEI,dan pojok BEI.
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2007 sampai dengan 2009.
Sampel penelitian ditentukan berdasarkan purposive sampling untuk sampel bersyarat yang ditentukan dengan kriteria- kriteria tertentu. Kriteria perusahaan perbankan yang dijadikan sampel adalah:
1) Peneitian ini dilakukan terhadap 22 bank yang konsisten listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama priode tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. 2) Data penelitian menggunakan data laporan keuangan tahunan bank yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI), dan dibatasi pada priode tahun 2007 sampai dengan tahun 2009.
Definisi Variabel dan Pengukurannya Variabel Dependen: Return Saham
Return saham adalah keuntungan yang diperoleh oleh pemegang saham
sebagai hasil dari investasi dalam bentuk saham di perusahaan tertentu. Dalam penelitian ini return saham dihitung dengan formulasi sebagai berikut:
1 1
t t t
P P Rs P
Keterangan:
Rs = return saham
Pt = harga saham j pada periode ke-t Pt-1= harga saham j pada periode ke-t-1 Variabel Independen
Nilai Buku (Book Value)
Nilai buku (Book Value) merupakan rasio antara total ekuitas dan jumlah saham beredar. Dalam penelitian ini book value dihitung dengan rumus sebagai berikut:
beredar saham
Jumlah
Rp Ekuitas Total
BV ( )
Return on Asset
Return on Assets adalah perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri perusahaan.
ROA dihitung sebagai berikut:
% 100 a x TotalAktiv
Bersih ROA Laba
Keterangan:
Laba bersih = laba bersih setelah pajak.
Total aktiva = jumlah aktiva lancar ditambah aktiva tetap.
Economic Value Added
Merupakan hasil pengurangan total biaya modal terhadap laba operasi setelah pajak. Biaya modal ini terdiri dari cost of debt dan cost of equity. Model yang digunakan untuk menghitung EVA adalah (Rousana, 1997) :
EVA = NOPAT–(C* x Total Modal) Keterangan:
NOPAT= net operating profit after tax C* = tingkat biaya modal (WACC) Total modal = total hutang di tambah ekuitas
Langkah perhitungan EVA adalah sebagai berikut:
Menghitung Market Return
Tingkat keuntungan yang diharapkan dari portofolio pasar adalah (Jogiyanto dan Chendrawati, 1999:49) :
1 1
t t t
m I
I R I
Keterangan:
It= penutupan IHSG bulanan It pada periode penelitian.
It-1= penutupan IHSG bulanan It-1 pada periode penelitian.
T = t pada periode bulanan ke-1, 2, … , 12 Menghitung Risk-free Return
Aset bebas resiko yang digunakan pada penelitian ini adalah Sertifikat Bank Indonesia (SBI) bulanan yang di peroleh dari statistik keuangan Indonesia dari Bank Indonesia.
1 1
f f f
f I
I R I
Keterangan:
If= penutupan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) bulanan If pada periode penelitian
If-1 = penutupanSertifikat Bank Indonesia (SBI) bulanan If-1pada periode penelitian Menghitung Return Saham
Tingkat keuntungan saham bulanan dapat dicari dengan rumus (Jogiyanto, 2000):
1 1
t t t
j P
P R P
Keterangan:
Pt= penutupan harga saham j bulanan Pt pada periode penelitian
Pt-1= penutupan harga saham j bulanan Pt-1
pada periode penelitian Menghitung Beta Portofolio
Beta pasar perusahaan di hitung per tahun dengan rumus (Fabozzi, 1995):
jt t jt t
t t jt
t jt t mt
mt
i R i R
i R i R i R i R
Keterangan:
Rj = return saham Rm= market return.
σ= standar deviasi dari masing-masing return Menghitung Biaya Ekuitas (Ke)
Penentuan biaya ekuitas dilakukan menggunakan pendekatan CAPM yang dirumuskan sebagai berikut (Brigham &
Gapensky, 1993; Fabozzi, 1995) : Ke = Rf +(RmRf) Keterangan:
Rf = return aset bebas resiko (risk-free asset) )
(RmRf = market risk premium.
β= perubahan return saham terhadap perubahan return pasar.
Menghitung Tingkat Pajak
Perhitungan tingkat pajak diperoleh dari (Wiryawan, 1998)
pajak sebelum bersih
laba
dibayar yang
pajak T
Jumlah pajak yang di bayar (deferred taxes) dan laba bersih sebelum pajak diperoleh dari laporan keuangan masing- masing perusahaan.
Menghitung Beban Bunga Hutang (Kd) Beban bunga hutang setelah pajak adalah biaya hutang setelah pajak yang jatuh tempo dalam periode penelitian (Brigham & Gapensky, 1993:182).
Kd = TD
D
Keterangan:
Kd= biaya hutang sebelum pajak (cost of debt) D = beban bunga
TD= nilai hutang
Menghitung Total Modal
Total modal dalam perhitungan EVA adalah jumlah hutang yang
mengandung bunga (interest-bearing debt), hak minoritas, dan ekuitas. Data diambil dari neraca dan di hitung dengan cara (Wiryawan, 1998)
WACC atau C*
Untuk menghitung tingkat biaya modal digunakan model WACC, yaitu (Brigham & Gapensky, 1993:201-205) :
Cee d T e e Cd
d
C d
1
*
Keterangan:
Cd = beban bunga hutang sebelum pajak Ce = biaya yang diharapkan dari modal sendiri.
e d
d = proporsi modal asing di bagi modal
sendiri di tambah modal asing.
e d
e =proporsi modal sendiri di bagi
modal sendiri di tambah modal asing.
T = tingkat pajak penghasilan.
Menghitung NOPAT
NOPAT = EAT + Beban Bunga Setelah Pajak. Beban bunga hutang setelah pajak = bunga hutang x (1–tingkat pajak).
Data tentang laba bersih, bunga hutang, dan tingkat pajak diperoleh dari laporan keuangan.
Model Empiris
Metode yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah metode yang digunakan oleh Huang dan Wang (2008):
Model 1:Yi 0 1BV12X11 Model 2:Yi 0 1BV1 2X21
Keterangan:
Yi= return saham bulanan pada periode penelitian.
0= konstanta dari persamaan regresi
1,2= koefisien regresi BV = Book Value
X1 = perubahan EVA tahunan ke-i pada periode penelitian
X2 = perubahan ROA tahunan ke-i pada periode penelitian
1 = standard error
Konstanta menunjukkan seberapa besar return saham yang tidak dipengaruhi oleh variabel independen yang dipilih dalam persamaan. Koefisien regresi masing-masing variabel independen menunjukkan sifat hubungan dan seberapa besar pengaruh variabel independen tersebut terhadap variabel dependen.
Koefisien regresi terbesar menunjukkan bahwa variabel independen tersebut paling dominan mempengaruhi variabel dependen.
Dalam penelitian ini perlu diuji asumsi-asumsi klasik seperti uji normalitas residual, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas untuk menghindari penyimpangan asumsi klasik supaya tidak timbul masalah dalam penggunaan analisis regresi linear berganda. Sementara itu, pengujian hipotesis 1 mendasarkan pada nilai R2 dan Uji F (F test), (Huang dan Wang, 2008).
Perbandingan model dilakukan dengan mendasarkan pada nilai R2dan Uji F untuk model 1 dan model 2. Pengujian Hipotesis 2 menggunakan Uji t.
HASIL PENELITIAN Data Deskriptif
Penelitian ini didasarkan pada data yang tersedia di Indonesian Capital Market Directory serta laporan keuangan tahunan yang dipublikasikan oleh BEI.
Berdasarkan pemilihan sampel yang dilakukan diperoleh sebanyak 22 perusahaan yang memenuhi kriteria, sehingga selama tiga tahun dari tahun 2007-2009 diperoleh data pooling sebanyak 66 sampel. Analisa yang
dilakukan dalam penelitian ini meliputi analisa variabel-variabel independen, yaitu EVA, ROA, dan Book Value terhadap variabel dependen, yaitu Return Saham.
Perhitungan variable-variabelnya
dilakukan melalui program Excel dan SPSS version 15. Tabel 1 berikut ini adalah data deskriptif statistik berdasarkan data yang telah diolah dengan menggunakan SPSS
Tabel 1 Data Deskriptif
Variabel N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
ROA 66 -
0.3034897 0.159701895 0.007906788 0.04685402
EVA 66 -
2.81E+12 1.46E+12 -2.52E+11 6.07E+11
BV 66 -54000 2153000 627287.8788 600030.66
Return 66 -
0.7777778 2.382352941 0.252006071 0.67259991
Valid N 66
Berdasarkan tabel 1 tersebut diatas diketahui bahwa data yang dianalisis sebanyak 66 yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan sampel selama tahun 2007–2009. Nilai rata-rata dari variabel Return Saham adalah sebesar 0,252%;
variabel EVA Rp -2.51803; variabel ROA sebesar 0,0079%; variabel BV sebesar Rp 627287,87. Hal ini menunjukkan bahwa selama tiga tahun perusahaan menghasil- kan rata-rata ROA yang baik, dan mampu menghasilkan return saham yang baik dan mampu menciptakan nilai tambah.
Nilai standar deviasi untuk Return Saham adalah sebesar 0,6725%, berbeda cukup jauh dengan variabel ROA yang memiliki nilai standar deviasi 0,04685%.
Nilai standar deviasi BV Rp 600030,65.
Sedangkan EVA memiliki standar deviasi sebesar Rp 6,60576. Nilai maksimum pada variabel Return Saham mencapai 2,38235%. Variabel ROA sebesar 0,1597;
variabel BV Rp 2153000, sedangkan vaariabel EVA memiliki nilai maksimum sebesar Rp 1,45964. Nilai minimum pada variabel Return Saham mencapai -0,777%, EVA sebesar Rp -2,8114; ROA sebesar - 0,3034% dan BV sebesar Rp -54000.
Asumsi Model Regresi
Untuk menguji normalitas residual, akan digunakan alat uji one-sample Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi (2- tailed),0,269 > α = 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa data BV dan ROA yang digunakan dalam penelitian ini data residual berdistribusi secara normal.
Berdasarkan hasil uji multikolinieritas terlihat bahwa keempat variabel bebas tersebut memiliki angka VIF lebih kecil dari 10 demikian juga dengan angka tolerance yang mendekati angka 1.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model yang terbentuk tidak terdapat gejala multikolinearitas. Uji autokorelasi menggunakan pengujian Durbin-Watson.
Berdasarkan hasil perhitungan, menunjukkan hasil sebesar 2,010 dengan jumlah variabel bebas sebanyak 2 dan tingkat signifikansi 0,05 atau α = 5%.
Perhitungan DW pada tabel 4.6 dengan nilai 2,010 yang terletak diantara 1,66 <
2,010 <2,34 dan tabel 4.7 dengan nilai 1,845 yang terletak diantara 1,66 < 1,845
<2,34 sehingga dapat disimpulkan bahwa
model regresi ini menunjukan tidak terjadi gejala autokorelasi. Uji heterokedastisitas dilakukan untuk melihat apakah ada data yang menyimpang terlalu jauh (outlier).
Ada tidaknya heterokedastisitas dilihat dari nilai signifikansi untuk masing- masing variabel independen. Nilai signi kansi pada nilai variabel ROA sebesar 0,912 dan BV 0,187 menunjukkan bebas heterokedastisitas. Nilai variabel EVA sebesar 0,368 dan BV sebesar 0,492 juga menunjukkan bebas heterokedasti-sitas.
Karena nilai signifikan lebih besar dari tingkat signifikan sebesar 0,05.
Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis 1 mendasarkan pada nilai R2 dan Uji F (F test), (Huang dan Wang, 2008). Perbandingan dilakukan dengan mendasarkan pada nilai R2 dan Uji F untuk model 1 dan model 2. Berdasarkan hasil pengolahan SPSS 15 diperoleh hasil uji F dan R2 seperti yang tersaji dalam tabel 2.
Tabel 2 Hasil Uji F dan R2
Model Sampel R2 F test Constant BV ROA
Model 1
(BV+ROA) 66 0,108 3,807 1,755 0,0103 2,491
Sig. -- -- 0,027 0,084 0,918 0,015
Model Sampel R2 F test Constant BV EVA
Model 2
(BV+EVA) 66 0,341 16,285 3,144 1,155 5,537
Sig. -- -- 0,000 0,003 0,252 0,003
Model 1 memasukkan variabel dependen return saham dan variabel independen BV dan ROA. Dalam model 1 diperoleh hasil uji F sebesar 3,807 dengan nilai probabilitas sebesar 0,027 yang lebih kecil dari 0,05 dan nilai R2 sebesar 0,108 atau 10,8%. Nilai R2 sebesar 0,108 yang artinya bahwa variabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel independen (BV dan ROA) sebesar 10,8% dan sisanya 89,2% dikarenakan oleh variabel lain.
Sementara itu model 2 terdiri dari variabel dependen return saham dan variabel independen BV dan EVA. Hasil pada model 2, nilai F test sebesar 16,285 dengan nilai probabilitas sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 dan nilai R2 sebesar 0,314 atau 31,4%. Nilai R2sebesar 0,314 yang artinya variabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel
independen (BV dan EVA) sebesar 31.4%
dan 68,6% sisanya dikarenakan oleh variabel lain.
Ditinjau dari uji F, Model 1 dan model 2 nilai F sama-sama signifikan, masing-masing model 1 (F = 3,807; p- value < 5%) dan model 2 (F = 16,285; p- value < 5%) sedangkan ditinjau dari nilai R2pada model 1 (R2 = 10,8%) lebih kecil dari nilai R2 pada model 2 (R2 = 31,4%).
Walaupun nilai R2model 1 lebih kecil dari model 2 akan tetapi baik model 1 maupun model 2 memiliki nilai F yang sama-sama signifikan.
Perbandingan kedua model ini menunjukkan bahwa baik model 1 dan model 2 tidak mempunyai kemampuan yang berbeda dalam menjelaskan variasi nilai saham. Hasil ini mendukung hipotesis pertama (H1) yang menyatakan bahwa
ROA dan EVA tidak memiliki kemampuan yang berbeda dalam menjelaskan variasi nilai saham.
Selanjutnya, pengujian Hipotesis 2 menggunakan Uji Statistik t. Berdasarkan hasil pengolahan SPSS 15 diperoleh hasil uji t seperti yang tersaji dalam tabel 3.
Tabel 3
Hasil Regresi dan Uji t
Variabel Model 1 Model 2
Beta Nilai t Sig. Beta Nilai t Sig.
Constant 0,206 1,755 0,084 0,327 3,144 0,003
BV 1,50E-008 0,103 0,918 1,33E-007 1,155 0,252
ROA 4,634 2,491 0,015
EVA 6,29E-013 5,537 0,000
ROA dan Return Saham
Berdasarkan hasil pada tabel 3. koefisen variabel ROA menunjukkan tanda positif (2,491) dan signifikan (p-value: 0,015 < α 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa ROA yang positif menunjukkan bahwa peningkatan laba perusahaan menyebab- kan naiknya return perusahaan. Dengan demikian, penelitian ini mendukung pernyataan hipotesis 2a yang menyatakan bahwa ROA mempunyai pengaruh positif terhadap return saham.
EVA dan Return Saham
Sementara itu, koefisien variabel EVA menunjukkan tanda positif (5,537) dan signifikan (p-value: 0,000 < α 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa EVA yang positif berarti naiknya nilai tambah bagi perusahaan akan direspon dengan meningkatnya return saham perusahaan.
Hasil koefisien ini searah dengan pernyataan hipotesis 2b yang menyatakan EVA berpengaruh positif terhadap return saham.
BV dan Return Saham
Berdasarkan hasil pada tabel 3 koefisien variabel BV pada model 1 menunjukkan nilai t sebesar (0,103) dan tidak signifikan
(p-value: 0,918 < α 0,05) sedangkan pada model 2 menunnjukkan nilai t sebesar (1,155) dan tidak signifikan (p-value:
0,252 < α 0,05). Koefisien BV pada model 1 dan 2 sama-sama tidak signifikan. Hasil koefisien ini tidak mendukung dengan pernyataan hipotesis 2c yang menyatakan bahwa BV berpengaruh positif terhadap return saham.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 1 diketahui bahwa baik model 1 dan model 2 tidak mempunyai kemampuan yang berbeda dalam menjelaskan variasi nilai saham. Hasil ini mendukung hipotesis pertama yang berbunyi ROA dan EVA tidak memiliki kemampuan yang berbeda dalam menjelaskan variasi nilai saham.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Huang dan Wang (2008). Hasil ini mengindikasikan laba akuntansi (ROA) tetap penting dalam penilaian kinerja perusahaan.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 2a diketahui bahwa ROA mempunyai pengaruh positif terhadap return saham. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Huang dan Wang (2008). Selain itu penelitian ini juga konsisten dengan penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Dodd dan Chen (1996); dan Jogiyanto dan Chendrawati (1998). Hasil penelitian ini mengindikasi- kan bahwa perusahaan lebih banyak memiliki laba bersih dibanding dengan total asetnya akan memberikan kepercayaan kepada investor. ROA yang tinggi menunjukkan profitabilitas perusahaan yang semakin meningkat sehingga akan mengakibatkan peningkatan profitabilitas atau return yang dinikmati oleh pemegang saham. Dengan membandingkan tingkat ROA yang diharapkan dengan tingkat return yang diminta oleh investor dalam pasar modal, maka akan diketahui apakah sebuah investasi itu menguntungkan.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 2b diketahui bahwa EVA mempunyai pengaruh positif terhadap return saham. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Huang dan Wang (2008). Selain itu penelitian ini juga konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lehn dan Mahkija (1996). EVA mempunyai pengaruh yang cukup penting dalam perusahaan, EVA yang semakin tinggi mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasil- kan laba yang tinggi bagi pemegang saham. Semakin tinggi kemampuan perusahaan menghasilkan laba, maka sahamnya akan semakin diminati oleh para investor. Dan biasanya akan direspon oleh meningkatnya harga saham perusahaan sehingga tingkat pengembalian saham (return saham) akan mengalami peningkatan. Hasil ini mendukung penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Lehn dan Mahkija (1996).
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 2c diketahui bahwa BV tidak mempunyai pengaruh terhadap return saham sekalipun koefisien BV positif.
Kesimpulan hasil pengujian ini tidak mendukung hipotesis H2c baik pada model 1 dan model 2. Hasil ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Huang dan Wang (2008). Namun, penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lehn dan Mahkija (1996).
Hasil uji pada variabel nilai buku ini tidak sesuai dengan harapan. Investor seharusnya mengggunakan nilai buku untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba per lembar saham di masa mendatang. Nilai buku yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang digunakan untuk pembuatan keputusan investasi, seharusnya akan mempengaruhi harga pasar suatu perusahaan tersebut di pasar modal. Namun demikian hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan nilai buku ekuitas tidak diikuti dengan perubahan harga saham perusahaan. Dengan kata lain, nilai buku yang semakin besar tidak dikuti dengan kenaikan harga pasar dari saham tersebut.
Hal ini dikarenakan kemungkinan para investor kurang merespon dengan adanya penambahan saham baru. Oleh karena itu besarnya nilai buku perusahaan tidak sepenuhnya diperhitungkan oleh investor dalam pembelian saham.
SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terhadap variabel-variabel yang mempengaruhi return saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2007-2009 dapat disimpulkan beberapa simpulan penting.
Pertama, hasil pengujian yang dilakukan pada model 1 dan model 2 menunjukkan bahwa ROA dan EVA tidak memiliki kemampuan yang berbeda dalam menjelaskan variasi nilai saham. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Huang dan Wang (2008). Kedua, ROA mempunyai
pengaruh positif terhadap return saham.
Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Huang dan Wang (2008)..
Ketiga, EVA mempunyai pengaruh positif terhadap return saham. Hasil ini konsisten dengan penelitian sebelumnya (Huang dan Wang, 2008; Lehn dan Mahkija, 1996).
Keempat, Nilai Buku (BV) tidak mempunyai pengaruh terhadap return saham. Hasil ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Huang dan Wang (2008), tetapi konsisten dengan penelitian Lehn dan Mahkija (1996).
Keterbatasan dan Saran Penelitian Pertama, jumlah sampel penelitian ini masih relatif kecil yaitu, mengambil sampel selama tiga tahun dan hanya terfokus pada bank saja. Penelitian ini tidak mempertimbangkan jenis perusahaan lainnya sehingga hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan pada semua jenis
perusahaan. Penelitian ke depan sebaiknya menggunakan sampel yang lebih besar dengan mengambil sampel lebih dari tiga tahun. Selain itu penelitian juga dapat mempertimbangkan jenis perusahaan lainnya. Kedua, penelitian ini juga hanya menggunakan 3 konsep penilaian kinerja, yaitu EVA, ROA, dan BV terhadap Return Saham. Penelitian ini mengabaikan variabel lainnya misalkan variabel modal intelektual. Penelitian ke depan sebaiknya juga mempertimbangkan modal intelek- tual seperti yang disarankan oleh Huang dan Wang (2008). Ketiga, bagi perusahaan EVA, laba akuntansi, dan nilai buku sebaiknya tetap dipertimbangkan dalam pengukuran kinerja perusahaan. Karena EVA, laba akuntansi, dan nilai buku memiliki pengaruh terhadap return saham.
Keempat, bagi investor sebaiknya menggunakan EVA, laba akuntansi, dan nilai buku sebagai pertimbangan dalam keputusan investasi.
Brigham, E. F., and Gapensksy, L. C.
1993. Intermediate Financial Management.4th ed.. Orlando:
Harcourt Brace & Company 8thfloor, FL 32887.
Damodaran, A. 1994. Damodaran on Valuation: Security Analysis for Investment and Corporate Finance, 6thed., John Wiley & Son, Inc.
Dodd, J.L. and Chen, S. 1996. “EVA: A New Panacea?”, B&E Review, 26- 28.
Fabozzi, F. K. 1995. Investment Management, 4th ed., Prentice-Hall Inc., A Simon & Schuster Company, Englewood Cliffs, New Jersey 07632 (terjemahan).
Ghozali, I. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program
SPSS. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Jogiyanto, H. 2008. Teori Portfolio dan Analisis Investasi, edisi 5, Yogyakarta : BPFE-UGM.
Jogiyanto, H. dan Chendrawati. 1999.
ROA & EVA : A Comparative Empirical Study. Gadjah Mada International Journal of Business, Vol. 1, No. 1, May, p45-54.
Huang, Ch. dan Wang, M. 2008. The Effects of Economic Value Added and Intellectual Capital on the Market Value of Firms : An Empirical Study. International Journal of Management, 25: 4 Husnan, Suad. 2003. Dasar-Dasar Teori
Portofolio dan Analisis Sekuritas, Yogyakarta: BPFE-UGM.
Lehn, K. and Makhija, A. K. 1996. EVA
& MVA as Performance Measures and Signals for Strategic Change, Strategy & Leadership, 34-38.
Natarsyah, S. 2000. Analisis Pengaruh Beberapa Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik terhadap Saham.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, 15: 294-312.
Nuelle, F. 1996. The Two Faces of EVA.
Chief Executive Magazine, 39.
Ohlson, J. 1995. Eanings, Book Value and Dividend in Security Valuation.
Contemporary Accounting Research, 660-687
Robert, A. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Mediasoft Indonesia.
Rousana, M. 1997. Memanfaatkan EVA Untuk Menilai Perusahaan di Pasar Modal. Usahawan, 4.
Wiryawan, Y. B. 1998. Perbandingan Penggunaan Metode Return on Equity, Economic Value Added, dan Cash Value Added dalam Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan. Hasil Penelitian Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia (tidak dipublikasikan).
Young, D. S. and O’Bryne, F. S. 2001.
EVA dan Manajemen Berdasarkan Nilai: Panduan Praktis Untuk Implementasi. Salemba Empat.